Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
Abstract: The 21th century learning has model difference to before. The challenge
hasnt response by educators, including genetic learning at Biology Department FKIP
Universitas Jember. Improvement for it needed for get students perception. The
resulted of questionairre that more than 50% student hasnt learning based on Student
Centered Learning (SCL) and understanding genetic concept basically and
autonomous. The learning approach, model, method, strategy and tactic needed to
provide class condition in order to get learning aim due to century nowaday.
Key Words: The 21th century learning, students perception, genetic, SCL
Biologi adalah ilmu tentang hidup dan ilmu saat ini memang dibutuhkan dua hal
kehidupan organisme dari masa lampau penting, yakni kemajuan teknologi
sampai prediksi masa depan, baik dalam hal (technological advance) dan visi yang
struktur, fungsi, taksonomi, pertumbuhan dan membimbing (guiding vision). Tanpa
perkembangannya. Dewasa ini biologi telah kemajuan teknologi, langkah keilmuan akan
banyak mengalami revolusi keilmuan terhambat di masa depan, sebaliknya tanpa
melampaui revolusi fisika dan kimia yang visi yang membimbing akan sulit
lebih dahulu mendominasi khazanah ilmu menentukan arah ke masa depan. Dengan
pengetahuan. Implikasi dari revolusi biologi demikian kedua hal tersebut dibutuhkan pada
telah menjangkau ke hampir semua cabang- perkembangan Biologi sebagai disiplin ilmu
cabang ilmu biologi, seperti halnya genetika, yang didasari oleh ilmu pengetahuan alam
fisiologi, anatomi, taksonomi, dan bidang- lain seperti fisika, kimia, dan matematika.
bidang lain yang sederajat. Menurut Woese Bahkan National Science Foundation (1995)
(2004) Biologi saat ini berada pada titik sejak lama telah memberikan peringatan
singgung strategis karena dapat sebagai terhadap tantangan besar bagi ilmu biologi
subyek maupun obyek dari ilmu lain dalam saat memasuki abad ke-21 yaitu untuk
Pengetahuan Alam. Dalam perkembangan memahami sistem biologis dalam semua
336
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
337
Hariyadi, S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
338
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
339
Hariyadi,IOduKASI
Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
340
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
adalah ilmu dasar dalam bangunan ilmu-ilmu pendekatannya lebih ke arah substansi dan
dalam Biologi. Dengan begitu keberhasilan 5,56% pendekatan sejarah. Menurut
untuk memahami konsep-konsep genetika Corebima (2009) struktur matakuliah
sangat membantu pemahaman dan genetika yang benar lebih menganut kepada
pengembangan cabang-cabang ilmu dalam pendekatan konsep, dan bukan pendekatan
payung biologi. Ini sesuai dengan pendapat historis, seperti yang terjadi pada banyak
Biological Science (2014) bahwa Genetika perkuliahan genetika umumnya. Struktur
merupakan ilmu tentang pentransferan materi ajar genetika di banyak perguruan
karakteristik dan variasi pada berbagai tinggi lebih kepada pendekatan sejarah,
spesies di dunia, yang merupakan disiplin dimana konsep-konsep genetika dipelajari
dinamis dan berkembang pada inti dari ilmu sejalan dengan urutan munculnya konsep-
biologi dan medis. Hal ini diperkuat oleh konsep itu dalam perjalanan waktu. Biasanya
pendapat Theodosins Dobzhansky yang setelah materi Arti dan Ruang Lingkup
menyatakan mustahil dapat memahami Genetika, konsep berikutnya dimulai dengan
biologi tanpa petunjuk dari genetika, dan Mendelisme, kemudian dilanjutkan dengan
biologi adalah inti dari ilmu sains (Ayala, berbagai konsep dan diakhiri dengan
dkk, 1984). Memang ada sedikit mahasiswa genetika molekuler dan genetika populasi.
yang menjawab Genetika sebagai inti dari Urutan materi ajar seperti ini berdampak
ilmu Biologi (26,32%) dengan alasan karena kepada terbentuknya pemahaman ilmu
matakuliah ini diberikan pada semester- genetika yang terkotak-kota (fragmentasi),
semester awal seperti Biologi Dasar (7,02%). tidak utuh dan tidak mudah mensinergikan
Dari jawaban tersebut 63,27% alasan antar konsep. Mahasiswa lebih terjebak
mereka berpendapat karena matakuliah inti kepada sejarah perkembangan genetika yang
dianggap mendasari keilmuan dari secara konsep tidak gradual dari konsep
matakuliah Biologi, sedangkan pendapat rendah ke tinggi, tetapi melompat-lompat
lainnya karena mempunyai keterkaitan akibat penemuan yang tidak linier dalam
dengan ilmu Biologi, atau dapat sejarahnya. Untuk itu pendekatan konsep
diaplikasikan kepada semua percobaan jauh lebih logis dan terstruktur.
Biologi atau bisa menjelaskan semua Pendekatan konsep pada matakuliah
fenomena Biologi (8,16%). Pendapat terakhir Genetika sangat berbeda dengan pendekatan
inilah yang sebenarnya sangat tepat untuk sejarah, karena konsep-konsep genetika yang
menjelaskan mengapa Genetika dianggap menjadi materi ajar disusun pada seluruh
sebagai matakuliah inti. Fenomena-fenomena informasi di bidang ilmu genetika dan
biologi yang diwadahi dalam cabang-cabang dikelompok-kelompokkan dari sejak periode
ilmu biologi sudah berkembang menjadi 200 Gregor Mendel sampai periode masa kini,
jenis, namun intinya tetap berbasis pada tanpa memperhatikan urutan waktu
pengungkapan tentang hidup dan kehidupan kemunculannya. Adapun susunan konsep-
secara biologis. Mengingat hidup sendiri konsep itu antara lain: 1). Pengertian dan
merupakan wujud dari ekspresi dan perilaku Ruang Lingkup Genetika, 2). Materi Genetik,
gen yang dikondisikan oleh lingkungan, 3). Reproduksi Materi Genetik, 4) Kerja atau
maka genetika menjadi kekuatan utama Ekspresi Materi Genetik, 5). Perubahan
dalam memahami semua fenomena hidup Materi Genetik, 6) Materi Genetik dalam
yang terjadi. Populasi, 7). Perekayasaan Materi Genetik.
Pendekatan perkuliahan yang Seluruh informasi genetika yang sudah
dilakukan dominan menggunakan terungkap sejak tumbuh-kembangnya ilmu
pendekatan peristiwa (57,41%), dalam genetika ini sampai sekarang dapat
pengertian materi-materi yang diberikan dimasukkan ke dalam salah satu dari tujuh
lebih banyak berbasis pada unsur peristiwa konsep ini (Corebima, 2009). Melalui
genetik sebagai dasar menjelaskan topik- pendekatan materi atau substansi seperti itu,
topik kuliah. Hanya 31,48% menjawab memberi peluang para mahasiswa untuk
341
Hariyadi, S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
342
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
pembelajaran di kelas dan mendukung tugas dan ada juga yang menganggap peran
dan praktikum yang diberikan. Untuk itu mahasiswa yang dominan. Mungkin
wajar bila masih ada 19,57% mahasiswa pendapat terakhir ini berkaitan dengan
merasa pemahaman materi perkuliahan mahasiswa yang aktif di kelas. Memang
secara keseluruhan lebih banyak hafalan dan ukuran peran antara dosen dan mahasiswa
8,7% pada rumus-rumus. Hafalan tergantung dari pendekatan, model, metode,
merupakan proses berpikir paling rendah strategi dan teknik dalam mengajar. Dalam
dalam taksonomi Bloom karena didasarkan teori pembelajaran modern, Student-Centered
pada aktivitas merekam kata dalam bentuk Learning (SCL) menjadi pendekatan yang
istilah atau kalimat dalam bentuk frasa tanpa direkomendasikan oleh banyak ahli
penataan struktur antar komponen materi pendidikan dari pada Teacher-Centered
yang dihafal. Untuk itu bisa ditemukan Learning (TCL). Menurut Hadi (2007) pada
seseorang yang hafal terhadap suatu kaidah sistem pembelajaran SCL, mahasiswa
tetapi tidak paham akan maksud kaidah itu. dituntut untuk aktif menyelesaikan tugas dan
Lain halnya bila memahami konsep, mendiskusikan-nya bersama dosen sebagai
didalamnya ada upaya saat proses berpikir fasilitator. Dengan demikian, kreativitas
untuk menata struktur materi menjadi suatu mahasiswa akan terlatih dengan baik,
pengertian yang sesuai dengan maksud tetapi sehingga memiliki motivasi dalam diri
dengan caranya sendiri. Seseorang yang mereka sendiri kemudian berupaya keras
memasuki tingkatan paham tidak perlu mencapai kompentensi yang diinginkan. Hal
merekam secara utuh suatu kalimat, tetapi ini bisa dilakukan dengan cara banyak-
cukup menggunakan key point dari inti banyak melakukan diskusi, agar mahasiswa
kalimat, bahkan mungkin dapat menjelaskan belajar memecahkan masalah yang dihadapi,
kembali kaidah yang dipahaminya secara berani mengemukakan pendapat, dan tidak
improvisasi. Bila seseorang sudah sampai sungkan pada dosen. Dengan diterapkan SCL
pada tahap ini, akan mampu melanjutkan ke ini mahasiswa menjadi aktif dan kreatif,
tahapan analisis, sintesis, evaluasi bahkan menyelesaikan tugas-tugas dengan lancar,
kreasi. karena akses pada dosen tidak terhambat,
Ini sesuai dengan pendapat 53,33% sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan
mahasiswa yang menyatakan pola materi dari studi dengan lancar dan tepat waktu sesuai
awal sampai akhir kuliah utuh dan saling dengan target atau bahkan bisa lebih cepat
berhubungan, walaupun ada mahasiswa yang dari standar waktu. Adapun keunggulan dari
menganggap polanya terkotak-kotak SCL antara lain: 1) mahasiswa dapat
(segmentasi) tapi beberapa bab masih ada merasakan bahwa pembelajaran menjadi
hubungan. Keutuhan atau keterkaitan antar miliknya sendiri dan mandiri karena diberi
materi disebabkan materi disusun seperti time kesempatan yang luas untuk berpartisipasi;
line sejarah dari waktu ke waktu sehingga (2) mahasiswa memiliki motivasi kuat untuk
mahasiswa seperti melihat sebuah film mengikuti kegiatan pembelajaran secara
dokumenter yang lebih fokus pada peristiwa kreatif dan efektif; (3) tumbuhnya suasana
daripada makna. Padahal yang dibutuhkan demokratis selama pembelajaran sehingga
adalah pemahaman yang utuh antar konsep terjadi dialog dan diskusi untuk saling
yang dipelajari antar bab, sehingga faktor belajar-membelajarkan di antara sesama
sejarah dan peristiwa hanya pelengkap untuk mahasiswa; (4) dapat menambah
menjadikan konsep itu utuh dari sisi pengetahuan dan wawasan pikiran bagi dosen
kemunculannya. karena sesuatu yang disampaikan dan dialami
Peran dosen dan mahasiswa dalam oleh mahasiswa mungkin belum diketahui
perkuliahan yang telah dijalani cukup oleh dosen sebelumnya. Ini berbeda dengan
seimbang. Ada 65,91% merasa bahwa peran sistem pembelajaran Teacher-Centered
dosen dan mahasiswa masih fifty-fifty, tapi Learning (TCL), yang masih bersifat satu
ada yang berpendapat peran dosen dominan arah, yaitu pemberian materi langsung oleh
343
Hariyadi, S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
dosen. yang membuat mahasiswa pasif sebab apa yang diterima saja; b). mengundang
hanya mendengarkan kuliah sehingga penguatan (reinforcement), yang mana pada
kreativitas mereka kurang terlatih atau umumnya mahasiswa akan merasa senang
bahkan cenderung tidak kreatif. Pada sistem atau puas jika pertanyaan yang diajukannya
pembelajaran model TCL, dosen lebih mendapatkan respek, atau pertanyaan yang
banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar diajukan relevan dan menyebabkan
dengan metode ceramah. Pada saat pembahasan lanjutan terhadap materi yang
mendengarkan ceramah atau mengikuti ditanyakan; c). memberikan motivasi dan
kuliah, mahasiswa sebatas memahami mendorong mahasiswa untuk belajar lebih
melalui menyusun catatan, bagi yang merasa lanjut, karena dengan kemampuan bertanya
membutuhkannya. Dosen menjadi pusat mahasiswa tidak menerima satu pendapat
(centris) dalam pencapaian hasil saja, tetapi dapat masukan dari berbagai
pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu- perspektif, dan sikap ini mendorong
satunya sumber belajar. Model ini berarti mahasiswa untuk selalu bersikap untuk ingin
memberikan informasi satu arah saja karena tahu, mendalami berbagai teori yang
targetnya adalah dosen dapat mengajar berkaitan dan mendorongnya belajar lebih
dengan baik sehingga yang terjadi hanyalah banyak lagi.
transfer pengetahuan semata. Implikasi dari temuan tersebut
Berhubungan dengan rasio peran 84,78% mahasiswa mengaku jarang
dosen dan mahasiswa tersebut wajar bila menjawab/berpendapat, bahkan ada yang
keaktifan mahasiswa kurang opotimal. mengaku tidak pernah menjawab/
Terdapat 75% mahasiswa yang mengaku berpendapat sama sekali (6,52%). Ada
jarang bertanya dan hanya 2,27% yang dugaan bahwa metode ceramah yang
menjawab selalu bertanya. Padahal menurut menjadi metode andalan bagi dosen
pendapat Walsh (2011) bahwa keterampilan (52,73%). Faktor ini ikut menjadi penyebab
bertanya memegang peranan penting dalam terhadap kekurangpartisipasian mahasiswa
proses pembelajaran, karena kemampuan dalam tanya jawab. Peran dosen yang
berpikir siswa dapat dilacak dan diukur dari mendominasi saat ceramah, menyebabkan
level pertanyaan yang disampaikan. Dengan mahasiswa sudah merasa cukup dari
demikian rendahnya keinginan siswa untuk keterangan yang disampaikan dosen. Tidak
bertanya menjadi indikator kurang ada trigger dari dalam diri mahasiswa untuk
optimalnya pemahaman mereka terhadap mencetuskan ide bertanya dari semua materi
materi yang dipelajari. Hal ini diperkuat oleh telah dijelaskan dan umumnya mahasiswa
pendapat Hariyadi (2014) bahwa menjadikan hasil ceramah dosen sebagai
keterampilan bertanya dapat meningkatkan border bagi pengetahuan yang akan diujikan
kreativitas siswa, karena unsur yang kelak. Menurut Djamarah dan Zain (2002)
dimunculkan dalam pertanyaan berasal dari memang ada kelebihan metode ceramah,
pertarungan kognitif antara konsep yang diantaranya guru mudah menguasai kelas,
diterima dengan pengalaman yang pernah mudah mengorganisasi kelas dan mengatur
dialami, ditambah pengetahuan lama yang tempat duduk siswa, dapat diikuti oleh siswa
dipunyai dan keyakinan personal. Interaksi dalam jumlah besar atau banyak, mudah
keempat unsur tersebut memicu daya cipta mempersiapkan dan sekaligus
atau kreasi yang melahirkan orisinilitas dan melaksanakannya, guru mudah menerangkan
keluasan dalam berpikir. Menurut Sumiati pelajaran dengan baik dalam organisasi kelas
dan Asra (2008), manfaat mengajukan yang sederhana. Hal ini diperkuat oleh
pertanyaan antara lain: a). memperluas pendapat Sanjaya (2006) bahwa keunggulan
wawasan berpikir, dimana jika mahasiswa metode ceramah diantaranya: (1) ceramah
selalu menerima suatu penjelasan ide atau merupakan metode yang murah dan mudah,
teori dari dosen tanpa mempertanyakan, tidak memerlukan peralatan yang banyak dan
maka pengetahuannya hanya terbatas pada lengkap, mengandalkan suara guru serta
344
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
tidak memerlukan persiapan yang rumit; (2) atau mungkin dirasakannya sendiri. Uraian
ceramah dapat menyajikan materi pelajaran teori yang disertai fakta akan memberikan
yang luas, artinya materi pelajaran yang pengalaman batin yang mendalam bagi
banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya mahasiswa. Teori Piramida Belajar menurut
saja; (3) ceramah dapat memberikan inti Edgar Dale (1946) yang terkenal itu
materi yang perlu ditonjolkan, artinya guru menjelaskan bahwa materi belajar hanya
dapat mengatur materi yang perlu ditekankan 10% yang cenderung bisa diingat dari apa
sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin yang kita baca (membaca), 20% dari apa
dicapai dalam pembelajaran; (4) melalui yang kita dengar (mendengar kata-kata),
ceramah guru dapat mengontrol serta 30% dari apa yang kita lihat (melihat
mengendalikan keadaan kelas, karena kelas gambar-gambar), 50% dari apa yang kita
merupakan tanggung jawab sepenuhnya guru dengar dan lihat (menonton film, melihat
yang ceramah; (5) melalui ceramah pameran, menyimak demonstrasi, melihat
organisasi kelas, dapat diatur menjadi lebih fakta di lokasi), 70% dari apa yang kita
sederhana. Namun demikian metode ceramah katakan dan lakukan (berpartisipasi dalam
juga punya kelemahan yaitu guru sulit untuk diskusi atau memberika ceramah), serta 90%
mengetahui tingkat pemahaman siswa atas dari apa yang kita katakan dan lakukan
pembicaraan guru karena arus pembelajaran (melakukan presentasi dramatis, simulasi
one way traffic, seringkali terjadi pengalaman nyata, melakukan hal yang
kesalahpahaman antara guru dan siswa, serta nyata). Adapun taraf keterlibatannya, 10%-
menimbulkan verbalisme siswa. Hal senada 20% termasuk ranah penerimaan verbal,
juga disampaikan oleh Sanjaya (2006) bahwa 30%-50% penerimaan visual, 70%
kekurangan dari metode ceramah antara lain: penerimaan dan partisipasi, serta 90% ranah
(1) materi yang dikuasai siswa akan terbatas melakukan. Dari level tersebut pada taraf
pada yang dikuasai guru saja; (2) ceramah 10%-50% termasuk pembelajaran pasif dan
yang tidak disertai peragaan secara kasat 70%-90% termasuk pembelajaran aktif.
mata atau contoh-contoh faktual dapat Dengan demikian pada metode ceramah
mengakibatkan terjadinya verbalisme; (3) retensi mahasiswa untuk mengikat materi
guru yang kurang memiliki kemampuan yang diterima hanya 20% bila dosennya
berorasi dengan baik, sering menyebabkan hanya menjelaskan, atau 30% bila dosennya
kondisi membosankan; (4) sangat sulit untuk menggunakan slide atau charta dalam
mendeteksi apakah seluruh siswa yang penjelasannya, dan sampai 50% bila
mendengarkan sudah mengerti atau belum dosennya menyertakan animasi atau video
dengan apa yang dijelaskan. dalam pembelajarannya.
Hal ini diperparah dengan pendapat Untungnya kekurangan ini dapat
bahwa 72,09% mahasiswa menyatakan hanya dicover oleh kegiatan praktikum, karena
sebagian saja materi genetika yang diajarkan 57,58% mahasiswa merasa peran praktikum
dapat dianalogikan dengan kejadian kasus di semakin memperjelas teori. Memang
masyarakat. Padahal kejadian-kejadian praktikum yang dilakukan di Universitas
faktual di masyarakat sekitar mahasiswa Jember mempunyai topik yang sama dengan
merupakan bukti autentik dan bentuk topik-topik dalam teori di kelas, sehingga
sinergitas antara teori dan fakta. Bila suatu dalam pembelajaran teori dan praktikum
teori tidak pernah didapatkan faktanya, maka seperti dua sisi yang terbelah dua tapi
teori itu hanya menjadi hafalan semata, tidak setangkup saling mengisi dan melengkapi.
memberikan pendalaman makna bagi Menurut Daldiyono (2009) praktikum
mahasiswa. Lain halnya bila dimaksudkan untuk melatih keterampilan
pembelajarannya dilakukan dengan atau menghubung-kan antara teori dengan
melibatkan mahasiswa sebagai obyek belajar, kenyataan (realitas). Berbagai aspek
karena mereka akan berusaha mencari contoh praktikum yang mendukung kerja mahasiswa
kasus nyata yang pernah ditemui, dikenali antara lain dalam praktikum terdapat teori
345
Hariyadi,IOduKASI
Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
yang mendasari, dan dalam proses praktikum mahasiswa mempunyai kompetensi yang
ada standar prosedur operasional yang dipersyaratkan. Dalam fenomena ini ada
mutlak diikuti langkah-langkahnya. Dalam mahasiswa yang mengatakan bahwa setiap
praktikum ada suatu proses melingkar yang tahapan yang sudah dilalui menjadi bagian
harus diperhatikan yakni tulis apa yang masa lalu dan tidak lagi menjadi beban di
dikerjakan dan kerjakan apa yang ditulis pikiran, seperti saat selesai mid semester
(mirip prinsip dalam ISO), karena praktikum maka yang dipikir selanjutnya adalah materi
selalu mulai dari garis besar pokok-pokok ke menghadapi akhir semester dan melupakan
detailnya (rincian-nya), serta hasil praktikum apa yang telah dipahami selama awal kuliah
sudah direncanakan atau dirancang sampai mid semester. Fenomena ini sering
sebelumnya. terjadi dan harusnya menjadi pemikiran
Implikasi dari kombinasi teori dan serius diantara dosen pengampu matakuliah
praktikum itu menyebabkan 65,12% atau pengembang kebijakan, karena
mahasiswa menyatakan dapat memahami sesungguhnya kurikulum diimplementasikan
tigaperempat materi, 65,91% menyatakan dalam bentuk suatu rangkaian matakuliah
meningkat pengetahuan konsepnya tentang yang tersusun seperti sebuah piramid, yang di
Genetika dan 59,09% konsep yang diterima ujungnya dapat membentuk karakter dan
selama kuliah bisa mendasari matakuliah kompetensi mahasiswa sesuai visi dan misi
berikutnya. Berarti praktikum yang dialami lembaga.
memperjelas teori yang diterima dalam kelas, Kemampuan retensi (mengikat
yang mungkin pada awalnya dipahami secara ingatan dalam pikiran) perlu metode dan
parsial dan membutuhkan pemahaman tergantung dari banyak hal. Produk olah pikir
pendukung untuk memperjelas persepsi. Hal dari pembelajaran yang sangat mengesankan
ini sesuai pendapat Kardiawarman (1995) pasti mempunyai daya retensi yang baik
bahwa komponen-komponen dalam instruksi daripada yang diacuhkan. Mayoritas metode
praktikum itu dapat membimbing dan experiental learning, yaitu belajar dari
membina peserta didik dalam memahami dan pengalaman dimana peserta didik melakukan
mengembangkan konsep-konsep melalui praktik secara langsung ditengarai lebih
pengamatan langsung selama praktikum dan efektif menimbulkan daya retensi lebih
membuat laporan. Praktikum dapat bertujuan panjang dibanding peserta didik yang sekedar
untuk memahami konsep-konsep dasar, ada belajar teori di dalam kelas (Zaman, dkk.
pula untuk mengembangkan konsep-konsep, 2010). Tanpa adanya retensi tidak dapat
atau memperkuat penguasaan konsep- disebut sebagai proses belajar dan tanpa
konsep, bahkan ada yang bertujuan untuk adanya belajar maka tidak akan mungkin ada
mengembangkan secara mandiri ide-ide dari yang diingat (Supriyatna, 2012). Untuk itu
pendidik dan peserta didik. agar daya retensi pada setiap mahasiswa
Hanya saja ada temuan menarik yang berbeda-beda ini dapat ditingkatkan dan
dalam angket yang perlu ditindaklanjuti konsep yang telah dipelajari tetap bertahan
bahwa dari konsep yang telah diterima lama dalam ingatan, perlu dipertimbangkan
selama kuliah, ada 34,09% mahasiswa yang penggu-naan pendekatan, model, metode,
menyatakan lupa setelah selesai kuliah atau strategi dan taktik pembelajaran yang sesuai
berganti semester. Fenomena ini seperti suatu dengan karakteristik mahasiswa dan tujuan
keniscayaan bagi mahasiswa pada umumnya. pembelajaran. Sudah banyak penelitian
Setiap selesai kuliah merasa seperti baru tentang metodologi pembela-jaran yang
terlepas dari beban dan segera dapat di gunakan untuk meningkatkan hasil
melupakannya. Jarang mahasiswa belajar dan perangkat kompetensi lainnya.
mempersepsikan bahwa sesungguhnya setiap Alhasil, bila daya retensi dan hasil belajar
matakuliah disusun secara gradual mmbentuk baik, maka pembelajaran yang telah
anak tangga yang bermula dari matakuliah dirancang oleh dosen akan dapat tercapai
dasar sampai lanjut, sehingga di akhir kuliah dengan baik pula.
346
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
347
Hariyadi,IOduKASI
Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015
348