Anda di halaman 1dari 13

Hariyadi,IOduKASI

Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

EVALUASI AKADEMIK MAHASISWA BIOLOGI TERHADAP


PERKULIAHAN GENETIKA DI UNIVERSITAS JEMBER
Slamet Hariyadi
Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37 Jember 68121
E-mail: s.hariyadi@gmail.com

Abstract: The 21th century learning has model difference to before. The challenge
hasnt response by educators, including genetic learning at Biology Department FKIP
Universitas Jember. Improvement for it needed for get students perception. The
resulted of questionairre that more than 50% student hasnt learning based on Student
Centered Learning (SCL) and understanding genetic concept basically and
autonomous. The learning approach, model, method, strategy and tactic needed to
provide class condition in order to get learning aim due to century nowaday.

Key Words: The 21th century learning, students perception, genetic, SCL

Abstrak: Pembelajaran abad 21 mempunyai pola yang berbeda dengan abad


sebelumnya. Tantangan ini belum banyak direspon oleh para pendidik, termasuk
pembelajaran genetika di program studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember.
Untuk melakukan peningkatan perlu menjaring persepsi mahasiswa. Dari hasil angket
didapatkan data bahwa 50% lebih mahasiswa merasa belum mengalami pembelajaran
yang berorientasi pada Student Centered Learning (SCL) dan memahami konsep
genetika secara mendasar dan mandiri. Diperlukan pendekatan, model, metode, strategi
dan taktik belajar variatif untuk memberikan kondisi kelas agar mampu mencapai
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Kata Kunci: pembelajaran abad 21, persepsi mahasiswa, genetika, SCL

Biologi adalah ilmu tentang hidup dan ilmu saat ini memang dibutuhkan dua hal
kehidupan organisme dari masa lampau penting, yakni kemajuan teknologi
sampai prediksi masa depan, baik dalam hal (technological advance) dan visi yang
struktur, fungsi, taksonomi, pertumbuhan dan membimbing (guiding vision). Tanpa
perkembangannya. Dewasa ini biologi telah kemajuan teknologi, langkah keilmuan akan
banyak mengalami revolusi keilmuan terhambat di masa depan, sebaliknya tanpa
melampaui revolusi fisika dan kimia yang visi yang membimbing akan sulit
lebih dahulu mendominasi khazanah ilmu menentukan arah ke masa depan. Dengan
pengetahuan. Implikasi dari revolusi biologi demikian kedua hal tersebut dibutuhkan pada
telah menjangkau ke hampir semua cabang- perkembangan Biologi sebagai disiplin ilmu
cabang ilmu biologi, seperti halnya genetika, yang didasari oleh ilmu pengetahuan alam
fisiologi, anatomi, taksonomi, dan bidang- lain seperti fisika, kimia, dan matematika.
bidang lain yang sederajat. Menurut Woese Bahkan National Science Foundation (1995)
(2004) Biologi saat ini berada pada titik sejak lama telah memberikan peringatan
singgung strategis karena dapat sebagai terhadap tantangan besar bagi ilmu biologi
subyek maupun obyek dari ilmu lain dalam saat memasuki abad ke-21 yaitu untuk
Pengetahuan Alam. Dalam perkembangan memahami sistem biologis dalam semua

336
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

kompleksitasnya sambil menjaga dan cabang-cabang ilmu lain dalam payung


memanfaatkan sistem biologi secara biologi. Dasar pemikirannya merujuk pada
berkelanjutan. Alat-alat untuk menangani fakta bahwa semua fenotip makhluk hidup
kompleksitas ini akan membutuhkan adaptasi merupakan wujud interaksi dari perilaku gen
dan penerapan teknologi yang terus dan lingkungan. Dalam kata lain bahwa
berkembang. Di antara sekian banyak alat- perjalanan hidup dari semua makhluk secara
alat baru yang diperlukan dan memiliki evolutif dari mulai anchestor sampai puncak
prioritas tinggi antara lain bioinformatika, pohon evolusi tidak lepas dari peran gen
biologi komputasi, biosensor, biomarker, dan yang berubah dan membentuk variasi atau
nanoteknologi. spesies baru. Keanekaragaman makhluk yang
Manfaat dari revolusi ini dapat dirasakan saat terbentuk sebagai ekspresi dari dinamika gen
ini dari kemajuan bidang pertanian, yang terjadi akibat faktor internal maupun
peternakan, kedokteran, farmasi, industri, eksternal individu. Gen telah menjadi faktor
kosmetik, dan sebagainya. pengendali sekaligus bertanggung-jawab atas
Menurut Minarno (2012) sejak awal terwujudnya wajah bumi saat ini. Terkait
abad ke-21, Biologi telah mengalami dengan hal tersebut, tidak berlebihan bila
perkembangan yang pesat. Fokus kajian genetika menjadi instrumen terpenting untuk
biologi telah mengalami perubahan yang memahami keilmuan Biologi.
signifikan, bukan hanya terbatas pada tingkat Menurut Darmawati, dkk (2011)
organisme atau sel, melainkan lebih dalam selama proses pembelajaran genetika
lagi ke tingkat molekuler, sehingga dikenal berlangsung, mahasiswa bersifat tidak aktif,
dengan biologi molekuler. Perkembangan sedikit yang mau memberikan pendapat atau
biologi molekuler dahulu diawali dengan bertanya. Mahasiswa sulit memecahkan
penemuan struktur kimia DNA oleh Watson masalah atau soal-soal penyilangan dan
dan Crick. Produk-produk perkembangan lemah dalam memahami dan menemukan
biologi molekuler ini selanjutnya merupakan konsep-konsep genetika. Ini sesuai dengan
basis untuk perkembangan biologi modern. pendapat Susantini (2013) yang menyatakan
Memang Biologi menempatkan sel sebagai genetika merupakan topik yang sulit tetapi
satuan dasar kehidupan, kemudian gen penting dalam sains sekolah. Konsep-konsep
sebagai satuan dasar pewarisan sifat, dan genetika tertentu bahkan setelah
evolusi sebagai mekanisme yang mendorong pembelajaran masih tidak dimengerti oleh
terciptanya spesies baru. siswa. Terdapat konsensus di antara guru dan
Dalam mempelajari Biologi, siswa bahwa genetika merupakan salah satu
pendekatan yang baik untuk memahami unit yang paling sulit untuk mengajarkan dan
keilmuan di dalamnya adalah dengan belajar. Tes diagnostik yang pernah
memahami genetika sebagai struktur dasar dilakukan menunjukkan hasil yang sama,
biologi, karena genetika merupakan ilmu yaitu perolehan konsep genetika SMA
dasar dalam membangunan ilmu-ilmu cabang rendah. Tes diagnostik tersebut dikenakan
biologi. Theodosins Dobzhansky menyatakan pada mahasiswa baru sebelum kegiatan
Nothing in biology makes sense except in perkuliahan berlangsung. Logika siswa
the light of evolution. It is even more certain sering kali terbatas pada pengalaman yang
that nothing in biology is understandable dekat dengan sesuatu yang dapat mereka
except in the light of genetics. Genetics is the lihat dan secara langsung dapat direka-reka.
core biological science; it provides the Berdasarkan keluhan-keluhan dari
framework within which the diversity of life temuan fakta tersebut maka sangat penting
and its processess can be comprehended as melakukan evaluasi terhadap persepsi
an intellectual whole (Ayala, et al, 1984). mahasiswa yang menempuh matakuliah
Dengan demikian keberhasilan pemahaman genetika, supaya memahami titik
konsep-konsep genetika akan sangat permasalahan yang menjadi simpul
membantu pemahaman dan pengembangan

337
Hariyadi, S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

problematika, untuk selanjutkan dipikirkan Metode Ceramah dan 52,73


solusi yang baik dan tepat. Pembelajaran Praktikum
Materi Sebagian saja yang 72,09
Genetika dapat dianalogkan
METODE PENELITIAN dapat
dianalogkan
Penelitian dilaksanakan pada bulan dengan
Maret 2014 pada 45 orang mahasiswa kejadian di
semester IV program studi Pendidikan masyarakat
Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Peran Semakin memperjelas 57,78
Universitas Jember. Praktikum konsep teori
Jenis penelitian ini adalah penelitian Pemahaman Paham tigaperempat 65,12
terhadap materi kuliah
deskriptif melalui teknik suvei yang konsep
bertujuan untuk mengkaji perkuliahan genetika
genetika semester gasal 2013/2014. Hasil akhir Peningkatan 65,91
yang dialami pengetahuan konsep
Konsep Bisa mendasari
59,09
HASIL DAN PEMBAHASAN mendasari
Hasil matakuliah
berikutnya
Berdasarkan hasil angket yang
disebarkan kepada mahasiswa didapatkan
Hasil yang disampaikan pada tabel di
data tentang persepsi tertinggi sebagai
atas adalah persentasi tertinggi dari angket
berikut:
yang diberikan kepada mahasiswa untuk
dijawab, sementara hasil jawaban yang lain
Tabel 1. Persentasi Persepsi Tertinggi
akan dijelaskan di uraian hasil di bawah ini.
tentang Matakuliah Genetika
Persepsi Tanggapan %
Berdasarkan data terdapat 52,63%
Inti dari mata Biologi Sel 52,63 mahasiswa masih menganggap Biologi Sel
kuliah merupakan matakuliah inti dari keilmuan
Biologi Biologi, sementara 26,32% menganggap
Alasan Mendasari keilmuan 63,27 Genetika merupakan intinya, 8,77%
dari matakuliah menjawab Fisiologi yang jadi inti, 7,02%
Biologi lainnya
Biologi Dasar, sedang 1,75% masing-masing
Pendekatan Peristiwa Genetika 57,41
perkuliahan menganggap matakuliah Ekologi, Evolusi
Referensi Buku (Bahasa 65,52 atau Taksonomi sebagai inti dari Biologi.
Kuliah Indonesia) Dari jawaban tersebut alasan mereka
Bacaan Jelas terhadap isi 35,56 63,27% berpendapat matakuliah inti yang
sumber bacaan mereka maksudkan mendasari keilmuan dari
rujukan
utama
matakuliah Biologi lainnya, 24,49%
Sumber Sumber lain yang 56,36 mempunyai keterkaitan dengan ilmu Biologi
belajar di relevan lainnya, hanya 8,16% yang menyatakan
luar kelas matakuliah inti bisa menjelaskan semua
Pemahaman Lebih menekankan 69,57 fenomena Biologi, dan 4,08% dapat
materi kuliah pada konsep diaplikasikan kepada semua percobaan
Pola materi Utuh dan saling 53,33
Biologi.
dari awal berhubungan
sampai akhir Saat pembelajaran Genetika, 57,41%
Peran dosen : seimbang 65,91 mahasiswa mempersepsikan pendekatan
mahasiswa materinya mengarah kepada peristiwa,
Aktivitas Jarang 75,00 31,48% merasa pendekatannya lebih ke arah
Bertanya subtansi, 5,56% menjawab lebih kepada
Akvitas Jarang 84,78 sejarah, 3,7% kepada ketokohan dan hanya
Menjawab
1,85% menjawab pendekatan praktik.

338
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

Penggunaan referensi sebagai rujukan menjawab, ada 84,78% mahasiswa mengaku


dalam perkuliahan, mahasiswa menggunakan jarang menjawab, 6,52% tidak pernah
buku berbahasa Indonesia 65,52%, ada menjawab/berpendapat dan hanya 2,17%
17,24% memegang handout, 6,90% yang yang suka berpendapat atau bertukar pikiran
memanfaatkan Textbook atau modul, hanya dengan teman sebangku bila ada keinginan
1,72% yang menggunakan sumber-sumber untuk menjawab.
internet/video animasi. Adapun metode belajar yang dialami
Dari materi genetika yang dibaca oleh mahasiswa, 9,09% menganggap banyak
dalam sumber rujukan, 35,56% mahasiswa ceramah, 3,64% banyak praktikum, 52,73%
menjawab jelas terhadap isinya, tetapi kombinasi ceramah dan praktikum, ada
31,11% menjawab kurang jelas atau remang- 34,55% yang menjawab metode belajarnya
remang, 20% menjawab isi bacaan abstrak cukup variatif.
dan 13,33% tidak tentu. Akan halnya aplikasi atau analogi
Dalam hal belajar di luar kelas, dari materi yang telah didapat dengan fakta
mahasiswa banyak menggunakan sumber kejadian yang ada di sekitar mahasiswa,
lain yang relevan (56,36%), juga ada yang terdapat 72,09% mahasiswa menyatakan
memilih hanya mengandalkan sumber utama hanya sebagian saja materi genetika yang
saja (20%), lainnya memanfaatkan sumber dapat dianalogikan, sementara 6,98%
rujukan dari sumber utama (18,18%), tetapi menganggap semua dapat dianalogikan, dan
ada yang tidak mendalami (enrichment) di 20,93% sedikit yang dapat dianalogikan.
luar apa yang telah ditugaskan. Tentang masalah hubungan antara
Akan halnya pemahaman materi praktikum dan teori, 57,78% mahasiswa
kuliah secara umum, 69,57% berpendapat merasa peran praktikum semakin
lebih menekankan pada konsep, 19,57% memperjelas konsep-konsep teori yang telah
lebih banyak hafalan, 8,7% lebih banyak diajarkan di dalam kelas, 31,11% hanya
rumus dan 2,17% menjawab tidak pasti. berhubungan dengan beberapa konsep saja
Untuk pola materi dari awal sampai dan 11,11% menyatakan tidak ada hubungan
akhir kuliah, 53,33% mahasiswa berpendapat dengan teori secara langsung, tetapi
utuh dan saling berhubungan, sementara ada melengkapi materi yang belum diajarkan di
33,33% mahasiswa yang menganggap dalam kelas.
polanya terkotak-kotak (segmentasi) tetapi Di akhir kuliah genetika, beberapa
beberapa bab ada yang berhubungan, 8,89% mahasiswa menyatakan memahami sedikit
merasa sangat terpisah-pisah, hanya 4,44% konsep yang telah diajarkan (4,65%), ada
yang menganggap masih utuh tapi sedikit yang dapat memahami separuh dari konsep
yang berkaitan satu sama lainnya. yang telah diterima (30,23%), bahkan ada
Ada 65,91% merasa bahwa peran yang mampu memahami tigaperempat materi
dosen dan mahasiswa masih fifty-fifty atau (65,12%), tetapi tidak ada satupun yang
seimbang, tapi ada yang berpendapat peran menyatakan memahami seluruh materi
dosen dominan (25%) atau peran mahasiswa kuliah.
yang dominan (2,27%), walaupun 6,82% Mengenai peningkatan penge-tahuan
menjawab tidak pasti peran antar keduanya. dari pemahaman genetika yang pernah
Ada temuan menarik tetapi lumrah diterima sebelumnya saat di bangku sekolah
dari hasil angket ini, dimana 2,27% merasa menengah atau menempuh matakuliah
selalu bertanya, 11,36% menyatakan sering Biologi Dasar, ada 65,91% mahasiswa yang
bertanya, tapi ada 75% mahasiswa mengaku menyatakan meningkat pengetahuannya
jarang bertanya, tetapi sebaliknya 11,36% tentang genetika, namun 34,09% menyatakan
juga menjawab tidak pernah bertanya. meningkat tetapi lupa setelah selesai kuliah
Disisi lain, dalam hal aktivitas Di akhir jawaban angket, ada 59,09%
menjawab, tidak ada satupun mahasiswa menyatakan bahwa konsep yang diterima
yang merasa selalu menjawab, 6,52% sering selama kuliah bisa mendasari matakuliah

339
Hariyadi,IOduKASI
Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

berikutnya, sedang 27,27% menjawab matakuliah taksonomi, yang selama ini


banyak konsep yang bisa menjadi landasan memetakan kekerabatan makhluk hidup
matakuliah yang lain, tetapi 9,09% berdasarkan bentuk atau kekhasan tubuh.
menyatakan hanya sedikit, dan 4,55% Karakteristik bentuk atau ornamen tubuh
menjawab terlepas atau tidak ada individu merupakan hasil olah pembentukan
hubungannya dengan matakuliah lainnya. protein yang menyusunnya, sehingga
diasumsikan bila ada dua organisme yang
Pembahasan memiliki bentuk mirip berarti bahan
penyusunnya dan prosesnya juga tidak jauh
Berdasarkan Tabel 1., jawaban yang beda. Dengan demikian obyek yang diteliti
diberikan tidak menunjukkan pola yang pasti, bisa dikategorikan kedekatan secara
tetapi rata-rata ada benang merah yang bisa filogenik. Sementara bahan protein
ditarik antar jawabannya. Hal ini mungkin penyusunnya merupakan hasil sintesis yang
disebabkan mahasiswa yang menjadi diproduksi oleh gen. Lekak-lekuk tubuh atau
responden telah lulus menempuh matakuliah organ yang terbentuk di pahat oleh enzim,
ini, sehingga ada sedikit penurunan persepsi yang juga hasil kerja gen saat sintesis
terhadap yang item yang dijawab. Namun protein. Belum lagi bahan hormon yang
data ini sengaja diberikan saat selesai menginduksi pertumbuhan dan
semester agar tidak mempunyai pengaruh perkembangan organisme tersebut juga
terhadap kekhawatiran mahasiswa terhadap wujud dari kerja materi genetik dalam gen.
skor yang didapatkan pada angket ini, Berarti untuk memahami secara baik asal-
dibanding bila mereka diminta mengisi usul suatu kekerabatan dalam ilmu
angket ini saat mereka menempuh taksonomi, tidak bisa meninggalkan
matakuliah genetika semester berjalan. pengetahuan tentang genetika. Bahkan
Dengan demikian kejujuran menjawab dalam dewasa ini sudah mulai banyak penelitian-
angket ini dapat dijamin karena tidak ada penelitian tentang klasifikasi makhluk hidup
konsekuensi terhadap matakuliah yang dengan mempertimbangkan keragaman profil
ditempuh. protein atau pola DNA-nya, untuk sebagai
Berdasarkan tabel hasil data pembanding terhadap kesamaan bentuk
ditemukan fakta bahwa 52,63% mahasiswa morfologi yang selama ini menjadi acuan.
masih menganggap Biologi Sel merupakan Tidak jauh beda dengan Evolusi, salah
inti matakuliah dari keilmuan Biologi. satu cabang ilmu biologi yang mengkaji
Persepsi mahasiswa masih terjebak dari perkembangan makhluk hidup dari bentuk
framework bahwa sel sebagai unit penyusun sederhana sampai kompleks, memerlukan
struktur makhluk hidup dan satuan dasar instrumen genetika untuk menterjemahkan
dalam tubuh individu. Padahal sel masih fenomena yang terjadi di masa lalu, saat ini
mempunyai organel-organel seperti dan prediksi masa mendatang. Perubahan-
nukleus/bahan inti sel yang di dalamnya perubahan bentuk yang terjadi baik
terdapat faktor (gen) penentu wujud dari menyangkut morfologi, anatomi maupun
makhluk itu sendiri. Substansi inilah yang fisiologi berkait erat dengan perilaku gen
menjadi inti dari keilmuan Biologi karena yang ekspresinya dikontrol oleh lingkungan
semua fenomena-fenomena yang terjadi sehingga menghasilkan adaptasi demi
dalam tingkatan sel, jaringan, organ, sistem adaptasi sampai muncul kondisi yang fix atau
organ, bahkan biosfer sekalipun juga sangat berkembang ke bentuk yang lebih adaptif.
dipengaruhi oleh perilaku gen individual dan Untuk itu tidak dapat dipungkiri peranan
gen populasi. genetika dalam merangkai susunan filogenik
Matakuliah-matakuliah lain dalam evolusi. Hal ini sesuai dengan
hakekatnya juga mendasarkan diri pada pendapat Corebima (2014) bahwa Genetika
Genetika sebagai backbound dalam dalam struktur keilmuan Biologi merupakan
memahami konsepnya. Contoh pada satu mata kuliah dasar, sebab genetika

340
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

adalah ilmu dasar dalam bangunan ilmu-ilmu pendekatannya lebih ke arah substansi dan
dalam Biologi. Dengan begitu keberhasilan 5,56% pendekatan sejarah. Menurut
untuk memahami konsep-konsep genetika Corebima (2009) struktur matakuliah
sangat membantu pemahaman dan genetika yang benar lebih menganut kepada
pengembangan cabang-cabang ilmu dalam pendekatan konsep, dan bukan pendekatan
payung biologi. Ini sesuai dengan pendapat historis, seperti yang terjadi pada banyak
Biological Science (2014) bahwa Genetika perkuliahan genetika umumnya. Struktur
merupakan ilmu tentang pentransferan materi ajar genetika di banyak perguruan
karakteristik dan variasi pada berbagai tinggi lebih kepada pendekatan sejarah,
spesies di dunia, yang merupakan disiplin dimana konsep-konsep genetika dipelajari
dinamis dan berkembang pada inti dari ilmu sejalan dengan urutan munculnya konsep-
biologi dan medis. Hal ini diperkuat oleh konsep itu dalam perjalanan waktu. Biasanya
pendapat Theodosins Dobzhansky yang setelah materi Arti dan Ruang Lingkup
menyatakan mustahil dapat memahami Genetika, konsep berikutnya dimulai dengan
biologi tanpa petunjuk dari genetika, dan Mendelisme, kemudian dilanjutkan dengan
biologi adalah inti dari ilmu sains (Ayala, berbagai konsep dan diakhiri dengan
dkk, 1984). Memang ada sedikit mahasiswa genetika molekuler dan genetika populasi.
yang menjawab Genetika sebagai inti dari Urutan materi ajar seperti ini berdampak
ilmu Biologi (26,32%) dengan alasan karena kepada terbentuknya pemahaman ilmu
matakuliah ini diberikan pada semester- genetika yang terkotak-kota (fragmentasi),
semester awal seperti Biologi Dasar (7,02%). tidak utuh dan tidak mudah mensinergikan
Dari jawaban tersebut 63,27% alasan antar konsep. Mahasiswa lebih terjebak
mereka berpendapat karena matakuliah inti kepada sejarah perkembangan genetika yang
dianggap mendasari keilmuan dari secara konsep tidak gradual dari konsep
matakuliah Biologi, sedangkan pendapat rendah ke tinggi, tetapi melompat-lompat
lainnya karena mempunyai keterkaitan akibat penemuan yang tidak linier dalam
dengan ilmu Biologi, atau dapat sejarahnya. Untuk itu pendekatan konsep
diaplikasikan kepada semua percobaan jauh lebih logis dan terstruktur.
Biologi atau bisa menjelaskan semua Pendekatan konsep pada matakuliah
fenomena Biologi (8,16%). Pendapat terakhir Genetika sangat berbeda dengan pendekatan
inilah yang sebenarnya sangat tepat untuk sejarah, karena konsep-konsep genetika yang
menjelaskan mengapa Genetika dianggap menjadi materi ajar disusun pada seluruh
sebagai matakuliah inti. Fenomena-fenomena informasi di bidang ilmu genetika dan
biologi yang diwadahi dalam cabang-cabang dikelompok-kelompokkan dari sejak periode
ilmu biologi sudah berkembang menjadi 200 Gregor Mendel sampai periode masa kini,
jenis, namun intinya tetap berbasis pada tanpa memperhatikan urutan waktu
pengungkapan tentang hidup dan kehidupan kemunculannya. Adapun susunan konsep-
secara biologis. Mengingat hidup sendiri konsep itu antara lain: 1). Pengertian dan
merupakan wujud dari ekspresi dan perilaku Ruang Lingkup Genetika, 2). Materi Genetik,
gen yang dikondisikan oleh lingkungan, 3). Reproduksi Materi Genetik, 4) Kerja atau
maka genetika menjadi kekuatan utama Ekspresi Materi Genetik, 5). Perubahan
dalam memahami semua fenomena hidup Materi Genetik, 6) Materi Genetik dalam
yang terjadi. Populasi, 7). Perekayasaan Materi Genetik.
Pendekatan perkuliahan yang Seluruh informasi genetika yang sudah
dilakukan dominan menggunakan terungkap sejak tumbuh-kembangnya ilmu
pendekatan peristiwa (57,41%), dalam genetika ini sampai sekarang dapat
pengertian materi-materi yang diberikan dimasukkan ke dalam salah satu dari tujuh
lebih banyak berbasis pada unsur peristiwa konsep ini (Corebima, 2009). Melalui
genetik sebagai dasar menjelaskan topik- pendekatan materi atau substansi seperti itu,
topik kuliah. Hanya 31,48% menjawab memberi peluang para mahasiswa untuk

341
Hariyadi, S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

benar-benar berkesempatan mempelajari antara tahun 1966-1984, Memahami


Genetika atas dasar struktur logis ilmu ini, Genetika (Nugroho, 2009) memiliki referensi
dan pola tersebut sudah terbukti antara tahun 1989-2007, Genetika (Susanto,
mengantarkan beberapa lulusan S1 Jurusan 2011) memiliki referensi antara tahun 1928-
Biologi UM peminat genetika dapat 2010, Genetika (Hariyadi, 2014) memiliki
berkembang selama studi lanjut (S2 dan S3) referensi antara tahun 1983-2012.
di dalam negeri maupun luar negeri, bahkan Sebenarnya mahasiswa dapat mengakses
mampu memperlihatkan keunggulan buku atau jurnal gratis dari berbagai sumber
komparatif dan kompetitif dibidang Genetika di internet, seperti halnya situs Electronic
dan Biologi Molekuler. Pendekatan konsep Book Library (Book.fi), Library Genesis
menyebabkan mahasiswa mengkonstruk (libgen), Science Direct, Directory of Open
pengetahuan dasar yang kokoh untuk Access Journals (DOAJ), dan sebagainya.
selanjutnya dapat menjadi rujukan Seperti contoh buku Biologi karya
memahami peristiwa-peristiwa genetik yang Champbell, bisa diakses tiap edisi baru,
terjadi. Ini berbeda bila pendekatannya sehingga ada beberapa revisi yang berbeda
menggunakan unsur peristiwa genetik dari edisi sebelumnya. Hal seperti ini jarang
(dengan contoh urutan materi antara lain: dilakukan oleh penulis-penulis buku di
materi genetik, sintesis protein, siklus sel, Indonesia.
mutasi dan kelainan genetik, genetika Masalah ini diperparah dengan
mendel, pautan sex, peta gen, genetika pemahaman materi dari referensi yang
populasi, rekayasa genetika dan dibaca, hanya 35,56% mahasiswa yang
bioteknologi), dimana dalam hal ini mengaku jelas terhadap isi buku, sehingga
mahasiswa akan menjadikan contoh-contoh sebagai besar jawaban lain masih kabur atau
peristiwa tersebut sebagai patokan konsep, masih abstrak. Memang dalam beberapa
sehingga sering kurang menguasai masalah referensi Indonesia sering ditemui
bila diberikan kasus lain sebagai bentuk menterjemahkan sumber asing apa adanya,
pengembangan dari kasus peristiwa genetik sehingga pemahamannya tidak sinkron
yang telah dikenalnya. dengan kaidah genetika. Istilah-istilah
Selanjutnya masalah rujukan yang genetika dalam bahasa asing kadang sama
banyak digunakan, mahasiswa menjawab dengan istilah umum, tetapi pengertiannya
untuk perkuliahan lebih sering menggunakan berbeda. Contoh seperti kata conception oleh
buku berbahasa Indonesia (65,52%), sedang penulis diartikan konsep, padahal yang
yang lain memanfaatkan internet (1,72%) dimaksud adalah pembuahan atau fertilisasi.
yang berbahasa indonesia dan bisa Demikian juga kata tissue yang artinya
dibrowsing melalui situs google serta hanya jaringan, tetapi bukan jaringan akses network
6,9% yang memanfaatkan textbook. Bila melainkan sekumpulan sel yang sama bentuk
dikaji lebih jauh tentang buku genetika dan fungsi. Untuk itu membaca sumber
berbahasa indonesia yang beredar, referensi aslinya akan lebih memberikan pemahaman
yang digunakan lebih banyak buku edisi yang komprehensif dari pada membaca
bahasa indonesia lain dan beberapa textbook. terjemahan orang lain yang belum tentu
Jarang buku genetika di Indonesia yang dapat dipahami dengan mudah.
merujuk pada jurnal dan hasil penemuan- Untungnya saat mahasiswa
penemuan mutakhir. Dengan demikian bila mendalami materi di luar kelas, lebih banyak
mahasiswa banyak merujuk ke buku terbitan menggunakan sumber lain yang relevan
dalam negeri, dapat diasumsikan bahwa (56,36%), tidak berkutat pada sumber utama
materi yang mereka pelajari kurang yang direkomendasi oleh dosen saja. Sumber
mengikuti perkembangan terbaru dari hasil- lain yang dimaksud termasuk browsing
hasil penelitian mutakhir. Contoh buku materi, gambar dan animasi di internet untuk
Genetika (Suryo, 1984) dan Genetika memperkaya (enrichment) pemahaman yang
Manusia (Suryo, 1990) memiliki referensi telah didapatkan selama mengikuti

342
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

pembelajaran di kelas dan mendukung tugas dan ada juga yang menganggap peran
dan praktikum yang diberikan. Untuk itu mahasiswa yang dominan. Mungkin
wajar bila masih ada 19,57% mahasiswa pendapat terakhir ini berkaitan dengan
merasa pemahaman materi perkuliahan mahasiswa yang aktif di kelas. Memang
secara keseluruhan lebih banyak hafalan dan ukuran peran antara dosen dan mahasiswa
8,7% pada rumus-rumus. Hafalan tergantung dari pendekatan, model, metode,
merupakan proses berpikir paling rendah strategi dan teknik dalam mengajar. Dalam
dalam taksonomi Bloom karena didasarkan teori pembelajaran modern, Student-Centered
pada aktivitas merekam kata dalam bentuk Learning (SCL) menjadi pendekatan yang
istilah atau kalimat dalam bentuk frasa tanpa direkomendasikan oleh banyak ahli
penataan struktur antar komponen materi pendidikan dari pada Teacher-Centered
yang dihafal. Untuk itu bisa ditemukan Learning (TCL). Menurut Hadi (2007) pada
seseorang yang hafal terhadap suatu kaidah sistem pembelajaran SCL, mahasiswa
tetapi tidak paham akan maksud kaidah itu. dituntut untuk aktif menyelesaikan tugas dan
Lain halnya bila memahami konsep, mendiskusikan-nya bersama dosen sebagai
didalamnya ada upaya saat proses berpikir fasilitator. Dengan demikian, kreativitas
untuk menata struktur materi menjadi suatu mahasiswa akan terlatih dengan baik,
pengertian yang sesuai dengan maksud tetapi sehingga memiliki motivasi dalam diri
dengan caranya sendiri. Seseorang yang mereka sendiri kemudian berupaya keras
memasuki tingkatan paham tidak perlu mencapai kompentensi yang diinginkan. Hal
merekam secara utuh suatu kalimat, tetapi ini bisa dilakukan dengan cara banyak-
cukup menggunakan key point dari inti banyak melakukan diskusi, agar mahasiswa
kalimat, bahkan mungkin dapat menjelaskan belajar memecahkan masalah yang dihadapi,
kembali kaidah yang dipahaminya secara berani mengemukakan pendapat, dan tidak
improvisasi. Bila seseorang sudah sampai sungkan pada dosen. Dengan diterapkan SCL
pada tahap ini, akan mampu melanjutkan ke ini mahasiswa menjadi aktif dan kreatif,
tahapan analisis, sintesis, evaluasi bahkan menyelesaikan tugas-tugas dengan lancar,
kreasi. karena akses pada dosen tidak terhambat,
Ini sesuai dengan pendapat 53,33% sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan
mahasiswa yang menyatakan pola materi dari studi dengan lancar dan tepat waktu sesuai
awal sampai akhir kuliah utuh dan saling dengan target atau bahkan bisa lebih cepat
berhubungan, walaupun ada mahasiswa yang dari standar waktu. Adapun keunggulan dari
menganggap polanya terkotak-kotak SCL antara lain: 1) mahasiswa dapat
(segmentasi) tapi beberapa bab masih ada merasakan bahwa pembelajaran menjadi
hubungan. Keutuhan atau keterkaitan antar miliknya sendiri dan mandiri karena diberi
materi disebabkan materi disusun seperti time kesempatan yang luas untuk berpartisipasi;
line sejarah dari waktu ke waktu sehingga (2) mahasiswa memiliki motivasi kuat untuk
mahasiswa seperti melihat sebuah film mengikuti kegiatan pembelajaran secara
dokumenter yang lebih fokus pada peristiwa kreatif dan efektif; (3) tumbuhnya suasana
daripada makna. Padahal yang dibutuhkan demokratis selama pembelajaran sehingga
adalah pemahaman yang utuh antar konsep terjadi dialog dan diskusi untuk saling
yang dipelajari antar bab, sehingga faktor belajar-membelajarkan di antara sesama
sejarah dan peristiwa hanya pelengkap untuk mahasiswa; (4) dapat menambah
menjadikan konsep itu utuh dari sisi pengetahuan dan wawasan pikiran bagi dosen
kemunculannya. karena sesuatu yang disampaikan dan dialami
Peran dosen dan mahasiswa dalam oleh mahasiswa mungkin belum diketahui
perkuliahan yang telah dijalani cukup oleh dosen sebelumnya. Ini berbeda dengan
seimbang. Ada 65,91% merasa bahwa peran sistem pembelajaran Teacher-Centered
dosen dan mahasiswa masih fifty-fifty, tapi Learning (TCL), yang masih bersifat satu
ada yang berpendapat peran dosen dominan arah, yaitu pemberian materi langsung oleh

343
Hariyadi, S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

dosen. yang membuat mahasiswa pasif sebab apa yang diterima saja; b). mengundang
hanya mendengarkan kuliah sehingga penguatan (reinforcement), yang mana pada
kreativitas mereka kurang terlatih atau umumnya mahasiswa akan merasa senang
bahkan cenderung tidak kreatif. Pada sistem atau puas jika pertanyaan yang diajukannya
pembelajaran model TCL, dosen lebih mendapatkan respek, atau pertanyaan yang
banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar diajukan relevan dan menyebabkan
dengan metode ceramah. Pada saat pembahasan lanjutan terhadap materi yang
mendengarkan ceramah atau mengikuti ditanyakan; c). memberikan motivasi dan
kuliah, mahasiswa sebatas memahami mendorong mahasiswa untuk belajar lebih
melalui menyusun catatan, bagi yang merasa lanjut, karena dengan kemampuan bertanya
membutuhkannya. Dosen menjadi pusat mahasiswa tidak menerima satu pendapat
(centris) dalam pencapaian hasil saja, tetapi dapat masukan dari berbagai
pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu- perspektif, dan sikap ini mendorong
satunya sumber belajar. Model ini berarti mahasiswa untuk selalu bersikap untuk ingin
memberikan informasi satu arah saja karena tahu, mendalami berbagai teori yang
targetnya adalah dosen dapat mengajar berkaitan dan mendorongnya belajar lebih
dengan baik sehingga yang terjadi hanyalah banyak lagi.
transfer pengetahuan semata. Implikasi dari temuan tersebut
Berhubungan dengan rasio peran 84,78% mahasiswa mengaku jarang
dosen dan mahasiswa tersebut wajar bila menjawab/berpendapat, bahkan ada yang
keaktifan mahasiswa kurang opotimal. mengaku tidak pernah menjawab/
Terdapat 75% mahasiswa yang mengaku berpendapat sama sekali (6,52%). Ada
jarang bertanya dan hanya 2,27% yang dugaan bahwa metode ceramah yang
menjawab selalu bertanya. Padahal menurut menjadi metode andalan bagi dosen
pendapat Walsh (2011) bahwa keterampilan (52,73%). Faktor ini ikut menjadi penyebab
bertanya memegang peranan penting dalam terhadap kekurangpartisipasian mahasiswa
proses pembelajaran, karena kemampuan dalam tanya jawab. Peran dosen yang
berpikir siswa dapat dilacak dan diukur dari mendominasi saat ceramah, menyebabkan
level pertanyaan yang disampaikan. Dengan mahasiswa sudah merasa cukup dari
demikian rendahnya keinginan siswa untuk keterangan yang disampaikan dosen. Tidak
bertanya menjadi indikator kurang ada trigger dari dalam diri mahasiswa untuk
optimalnya pemahaman mereka terhadap mencetuskan ide bertanya dari semua materi
materi yang dipelajari. Hal ini diperkuat oleh telah dijelaskan dan umumnya mahasiswa
pendapat Hariyadi (2014) bahwa menjadikan hasil ceramah dosen sebagai
keterampilan bertanya dapat meningkatkan border bagi pengetahuan yang akan diujikan
kreativitas siswa, karena unsur yang kelak. Menurut Djamarah dan Zain (2002)
dimunculkan dalam pertanyaan berasal dari memang ada kelebihan metode ceramah,
pertarungan kognitif antara konsep yang diantaranya guru mudah menguasai kelas,
diterima dengan pengalaman yang pernah mudah mengorganisasi kelas dan mengatur
dialami, ditambah pengetahuan lama yang tempat duduk siswa, dapat diikuti oleh siswa
dipunyai dan keyakinan personal. Interaksi dalam jumlah besar atau banyak, mudah
keempat unsur tersebut memicu daya cipta mempersiapkan dan sekaligus
atau kreasi yang melahirkan orisinilitas dan melaksanakannya, guru mudah menerangkan
keluasan dalam berpikir. Menurut Sumiati pelajaran dengan baik dalam organisasi kelas
dan Asra (2008), manfaat mengajukan yang sederhana. Hal ini diperkuat oleh
pertanyaan antara lain: a). memperluas pendapat Sanjaya (2006) bahwa keunggulan
wawasan berpikir, dimana jika mahasiswa metode ceramah diantaranya: (1) ceramah
selalu menerima suatu penjelasan ide atau merupakan metode yang murah dan mudah,
teori dari dosen tanpa mempertanyakan, tidak memerlukan peralatan yang banyak dan
maka pengetahuannya hanya terbatas pada lengkap, mengandalkan suara guru serta

344
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

tidak memerlukan persiapan yang rumit; (2) atau mungkin dirasakannya sendiri. Uraian
ceramah dapat menyajikan materi pelajaran teori yang disertai fakta akan memberikan
yang luas, artinya materi pelajaran yang pengalaman batin yang mendalam bagi
banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya mahasiswa. Teori Piramida Belajar menurut
saja; (3) ceramah dapat memberikan inti Edgar Dale (1946) yang terkenal itu
materi yang perlu ditonjolkan, artinya guru menjelaskan bahwa materi belajar hanya
dapat mengatur materi yang perlu ditekankan 10% yang cenderung bisa diingat dari apa
sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin yang kita baca (membaca), 20% dari apa
dicapai dalam pembelajaran; (4) melalui yang kita dengar (mendengar kata-kata),
ceramah guru dapat mengontrol serta 30% dari apa yang kita lihat (melihat
mengendalikan keadaan kelas, karena kelas gambar-gambar), 50% dari apa yang kita
merupakan tanggung jawab sepenuhnya guru dengar dan lihat (menonton film, melihat
yang ceramah; (5) melalui ceramah pameran, menyimak demonstrasi, melihat
organisasi kelas, dapat diatur menjadi lebih fakta di lokasi), 70% dari apa yang kita
sederhana. Namun demikian metode ceramah katakan dan lakukan (berpartisipasi dalam
juga punya kelemahan yaitu guru sulit untuk diskusi atau memberika ceramah), serta 90%
mengetahui tingkat pemahaman siswa atas dari apa yang kita katakan dan lakukan
pembicaraan guru karena arus pembelajaran (melakukan presentasi dramatis, simulasi
one way traffic, seringkali terjadi pengalaman nyata, melakukan hal yang
kesalahpahaman antara guru dan siswa, serta nyata). Adapun taraf keterlibatannya, 10%-
menimbulkan verbalisme siswa. Hal senada 20% termasuk ranah penerimaan verbal,
juga disampaikan oleh Sanjaya (2006) bahwa 30%-50% penerimaan visual, 70%
kekurangan dari metode ceramah antara lain: penerimaan dan partisipasi, serta 90% ranah
(1) materi yang dikuasai siswa akan terbatas melakukan. Dari level tersebut pada taraf
pada yang dikuasai guru saja; (2) ceramah 10%-50% termasuk pembelajaran pasif dan
yang tidak disertai peragaan secara kasat 70%-90% termasuk pembelajaran aktif.
mata atau contoh-contoh faktual dapat Dengan demikian pada metode ceramah
mengakibatkan terjadinya verbalisme; (3) retensi mahasiswa untuk mengikat materi
guru yang kurang memiliki kemampuan yang diterima hanya 20% bila dosennya
berorasi dengan baik, sering menyebabkan hanya menjelaskan, atau 30% bila dosennya
kondisi membosankan; (4) sangat sulit untuk menggunakan slide atau charta dalam
mendeteksi apakah seluruh siswa yang penjelasannya, dan sampai 50% bila
mendengarkan sudah mengerti atau belum dosennya menyertakan animasi atau video
dengan apa yang dijelaskan. dalam pembelajarannya.
Hal ini diperparah dengan pendapat Untungnya kekurangan ini dapat
bahwa 72,09% mahasiswa menyatakan hanya dicover oleh kegiatan praktikum, karena
sebagian saja materi genetika yang diajarkan 57,58% mahasiswa merasa peran praktikum
dapat dianalogikan dengan kejadian kasus di semakin memperjelas teori. Memang
masyarakat. Padahal kejadian-kejadian praktikum yang dilakukan di Universitas
faktual di masyarakat sekitar mahasiswa Jember mempunyai topik yang sama dengan
merupakan bukti autentik dan bentuk topik-topik dalam teori di kelas, sehingga
sinergitas antara teori dan fakta. Bila suatu dalam pembelajaran teori dan praktikum
teori tidak pernah didapatkan faktanya, maka seperti dua sisi yang terbelah dua tapi
teori itu hanya menjadi hafalan semata, tidak setangkup saling mengisi dan melengkapi.
memberikan pendalaman makna bagi Menurut Daldiyono (2009) praktikum
mahasiswa. Lain halnya bila dimaksudkan untuk melatih keterampilan
pembelajarannya dilakukan dengan atau menghubung-kan antara teori dengan
melibatkan mahasiswa sebagai obyek belajar, kenyataan (realitas). Berbagai aspek
karena mereka akan berusaha mencari contoh praktikum yang mendukung kerja mahasiswa
kasus nyata yang pernah ditemui, dikenali antara lain dalam praktikum terdapat teori

345
Hariyadi,IOduKASI
Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

yang mendasari, dan dalam proses praktikum mahasiswa mempunyai kompetensi yang
ada standar prosedur operasional yang dipersyaratkan. Dalam fenomena ini ada
mutlak diikuti langkah-langkahnya. Dalam mahasiswa yang mengatakan bahwa setiap
praktikum ada suatu proses melingkar yang tahapan yang sudah dilalui menjadi bagian
harus diperhatikan yakni tulis apa yang masa lalu dan tidak lagi menjadi beban di
dikerjakan dan kerjakan apa yang ditulis pikiran, seperti saat selesai mid semester
(mirip prinsip dalam ISO), karena praktikum maka yang dipikir selanjutnya adalah materi
selalu mulai dari garis besar pokok-pokok ke menghadapi akhir semester dan melupakan
detailnya (rincian-nya), serta hasil praktikum apa yang telah dipahami selama awal kuliah
sudah direncanakan atau dirancang sampai mid semester. Fenomena ini sering
sebelumnya. terjadi dan harusnya menjadi pemikiran
Implikasi dari kombinasi teori dan serius diantara dosen pengampu matakuliah
praktikum itu menyebabkan 65,12% atau pengembang kebijakan, karena
mahasiswa menyatakan dapat memahami sesungguhnya kurikulum diimplementasikan
tigaperempat materi, 65,91% menyatakan dalam bentuk suatu rangkaian matakuliah
meningkat pengetahuan konsepnya tentang yang tersusun seperti sebuah piramid, yang di
Genetika dan 59,09% konsep yang diterima ujungnya dapat membentuk karakter dan
selama kuliah bisa mendasari matakuliah kompetensi mahasiswa sesuai visi dan misi
berikutnya. Berarti praktikum yang dialami lembaga.
memperjelas teori yang diterima dalam kelas, Kemampuan retensi (mengikat
yang mungkin pada awalnya dipahami secara ingatan dalam pikiran) perlu metode dan
parsial dan membutuhkan pemahaman tergantung dari banyak hal. Produk olah pikir
pendukung untuk memperjelas persepsi. Hal dari pembelajaran yang sangat mengesankan
ini sesuai pendapat Kardiawarman (1995) pasti mempunyai daya retensi yang baik
bahwa komponen-komponen dalam instruksi daripada yang diacuhkan. Mayoritas metode
praktikum itu dapat membimbing dan experiental learning, yaitu belajar dari
membina peserta didik dalam memahami dan pengalaman dimana peserta didik melakukan
mengembangkan konsep-konsep melalui praktik secara langsung ditengarai lebih
pengamatan langsung selama praktikum dan efektif menimbulkan daya retensi lebih
membuat laporan. Praktikum dapat bertujuan panjang dibanding peserta didik yang sekedar
untuk memahami konsep-konsep dasar, ada belajar teori di dalam kelas (Zaman, dkk.
pula untuk mengembangkan konsep-konsep, 2010). Tanpa adanya retensi tidak dapat
atau memperkuat penguasaan konsep- disebut sebagai proses belajar dan tanpa
konsep, bahkan ada yang bertujuan untuk adanya belajar maka tidak akan mungkin ada
mengembangkan secara mandiri ide-ide dari yang diingat (Supriyatna, 2012). Untuk itu
pendidik dan peserta didik. agar daya retensi pada setiap mahasiswa
Hanya saja ada temuan menarik yang berbeda-beda ini dapat ditingkatkan dan
dalam angket yang perlu ditindaklanjuti konsep yang telah dipelajari tetap bertahan
bahwa dari konsep yang telah diterima lama dalam ingatan, perlu dipertimbangkan
selama kuliah, ada 34,09% mahasiswa yang penggu-naan pendekatan, model, metode,
menyatakan lupa setelah selesai kuliah atau strategi dan taktik pembelajaran yang sesuai
berganti semester. Fenomena ini seperti suatu dengan karakteristik mahasiswa dan tujuan
keniscayaan bagi mahasiswa pada umumnya. pembelajaran. Sudah banyak penelitian
Setiap selesai kuliah merasa seperti baru tentang metodologi pembela-jaran yang
terlepas dari beban dan segera dapat di gunakan untuk meningkatkan hasil
melupakannya. Jarang mahasiswa belajar dan perangkat kompetensi lainnya.
mempersepsikan bahwa sesungguhnya setiap Alhasil, bila daya retensi dan hasil belajar
matakuliah disusun secara gradual mmbentuk baik, maka pembelajaran yang telah
anak tangga yang bermula dari matakuliah dirancang oleh dosen akan dapat tercapai
dasar sampai lanjut, sehingga di akhir kuliah dengan baik pula.

346
Jurnal IOduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

KESIMPULAN DAN SARAN untuk menjadi sarjana yang sadar


Kesimpulan dan berpikir). PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Dale, E. 1946. Kuel Zkuenosti (Cone of
genetika di Universitas Jember perlu Experience). serial online:
ditingkatkan perannya dalam hubungannya http://it.pedf.cuni.cz/strstud/edutech/2
dengan kompetensi yang dicapai di akhir 006_Dale_Ovsenak/cone_of_learning
kuliah agar sesuai dengan tantangan abad 21. .html [diakses pada tanggal 31 Januari
Saran 2015]
Saran yang diberikan untuk menindak
lanjuti hasil data ini adalah perlunya Darmawati., Amelia P. & Srifatmini, E.
merancang ulang pendekatan, model, 2011. Peningkatan Pembelajaran
metode, strategi dan taktik belajar dari yang Genetika dan Evolusi Melalui Model
telah dilakukan selama ini, untuk mendukung Pembelajaran Problem Based
pendekatan berpusat pada siswa (Student Learning (PBL) Pada Mahasiswa
Center Learning), memperkaya konsep Biologi. Jurnal Pilar Sains. Volume
secara mandiri dan memahami genetika 11, No.1, hal: 29-37.
sebagai inti dari struktur keilmuan Biologi.
Djamarah, dan Zain Aswan. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
DAFTAR PUSTAKA
Cipta
Ayala, F.J. and Kiger, J.A. 1984. Modern
Genetics. Second Edition. California: Hadi, R. 2007. Dari Teacher-Centered
The Benyamin/ Cumings Publishing Learning ke Student-Centered
Company, Inc Learning, Perubahan Metode
Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
Biological Sciences Faculty. 2014. Jurnal Insania. Volume 12. Nomer 3:
Genetics.http://www.fbs.leeds.ac.uk/u 408-419
ndergraduate/ugcourse.php?tsid=10.
University of Leeds. United Kingdom Hariyadi, S. 2014. Bertanya, Pemicu
Kreativitas dalam Interaksi Belajar.
Corebima, A.D. 2009. Pengalaman Jurnal Biosel. Volume 3. No.1. Hal:
Berupaya Menjadi Guru Profesional. 144-159
Pidato Pengukuran Guru Besar dalam
bidang Genetika pada Fakultas MIPA, Hariyadi, S. 2014. Genetika. Jember
disampaikan pada Sidang Terbuka University Press. Jember
Senat Universitas Negeri Malang, Kardiawarman. 1995. Model Pengem-bangan
Tanggal 30 Juli 2009. Malang: Instruksi Praktikum Bidang Studi
Universitas Negeri Malang. Fisika untuk Lembaga Pendidikan
Corebima, A.D. 2014. Kajian tentang Tenaga Kependidikan (LPTK).
Perkembangan Keterampilan Pelatihan Pengelola Laboratorium
Metakognitif pada Perkuliahan Pendi-dikan Matematika dan Ilmu
Genetika di Jurusan Biologi FMIPA Pengetahuan Alam (PMIPA) LPTK,
UM. Laporan Penelitian (tidak September 1995. IKIP Bandung.
dipublikasikan). Universitas Negeri Bandung.
Malang. Malang
Minarno, E.B. 2012. Pembelajaran Bioeti-ka
Daldiyono. 2009. How to Be a Real and sebagai Pengawal Perkembang-an
Successful Student (buku panduan Biologi Modern dan Penyelama-tan

347
Hariyadi,IOduKASI
Jurnal S. (2015). Evaluasi akademik mahasiswa Biologi terhadap perkuliahan Genetika ISSN : 2301-4678
Vol 3 No (2) Maret 2015

Lingkungan Hidup. Jurnal El-Hayah. Suryo. 1990. Genetika Manusia. Gadjah


Volume. 3, No.1, hal: 35-40. Mada University Press. Yogyakarta

National Science Foundation. 1995. Impact Susantini, E. 2013. Pembelajaran Genetika


of Emerging Technologies on the yang Efektif di Sekolah Menengah.
Biological Sciences (Report of a Pidato Pengukuhan Guru Besar
Workshop). 26-27 Juni 1995. Endang Susantini. 17 Desember 2013.
National Science Foundation United Universtas Negeri Malang. Malang
Stated of America.
Susanto, A.H. 2011. Genetika. Graha Ilmu.
Nugroho, H.S.W. 2009. Memahami Genetika Yogyakarta
dengan Mudah. Nuha Medika.
Yogyakarta Walsh, J.A. & Sattes, B.D. 2011. Thinking
Through Quality Questioning:
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Deepening Student Engagement.
Pembelajaran. Wacana Prima. Corwin Pubh. USA
Bandung.
Woese, C.R. 2004. A New Biology for a
Supriyatna, Yana. 2012. Pengaruh Strategi New Century. Journal Microbiology
Questioning terhadap Penguasaan and Molecular Biology
Konsep dan Retensi Siswa Kelas VIII Reviews. Volume 68, No. 2, hal: 173-
SMP pada Konsep Gerak Tumbuhan. 186.
(Online),(http://repository.upi.edu/ope
rator/upload/sbio0801314chapter2.pdf Zaman, S., Helmi, D.R., dan Gibasa. 2010.
), diakses 14 Desember 2014. Games Kreatif Pilihan Untuk
Meningkatkan Potensi Diri dan
Suryo. 1984. Genetika (Strata-1). Gadjah Kelompok. Gagas Media. Jakarta
Mada University Press. Yogyakarta

348

Anda mungkin juga menyukai