Anda di halaman 1dari 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama :

Tempat/tanggal lahir :

Status : Kawin

Alamat :

II. Riwayat Pendidikan


A. Formal
Tahun .... Tamat SDN dolopo.....
Tahun.......Tamat SMP Dolopo.......
Tahun 2006 tamat SMA Negeri 20, Jakarta

B. Non Formal
Tahun 2010 tamat Kursus Komputer
Tahun 2010 tamat Kursus Ketrampilan......

III. Pengalaman Bekerja/ : - PPKBD Ds Dolopo Th


kader - Kader Posyandu
- Kader Desa Siaga Sebagai.....
- Kader Perpustakaan Desa
- Kader Pertanian.... Pendata Statistik Pertanian
- Kader Dinas Sosial
- PKK Pokja 4/2

IV. Keterangan Lain

Hobby : Membaca, Browsing

V. Referensi : -

Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Madiun , 15 Pebruari 2012


Alihan Melani

Hak Reproduksi adalah hak-hak dasar setiap pasangan maupun individu untuk secara bebas dan bertanggung
jawab memutuskan jumlah, jarak kelahiran, dan waktu untuk memiliki anak dan mendapatkan informasi serta
cara melakukannya, termasuk hak untuk mendapatkan standar tertinggi kesehatan reproduksi dan juga
kesehatan seksual (ICPD, Kairo 1994)

VISI
Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015

MISI
Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi meminta Program jaminan persalinan (Jampersal)


untuk memakai kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan implant. Hal itu untuk
menghindari terjadinya drop out dari peserta KB.

"Seharusnya peserta Jampersal memakai IUD dan implant, jangan pakai pil atau suntik
karena banyak yang tidak disiplin. Kalau lupa berarti bisa gagal KB nya," kata Menkes
dalam jumpa pers di sela-sela Rakernas BKKBN di Jakarta, Rabu (30/1) yang dihadiri
antara lain Menko Kesra Agung Laksono, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida, dan
Plt Kepala BKKBN Sudibyo Alimoeso.

Namun, kata Menkes, program KB bukanlah hanya kontrasepsi. Tetapi yang lebih
penting lagi adalah menyiapkan generasi muda agar mendewasakan usia perkawinan
dan menekan angka fertilitas remaja secara terencana.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan angka fertilitas
remaja usia 15-19 tahun, meningkat dari 35 per 1.000 wanita usia subur (WUS) pada
SDKI 2007 menjadi 48 per 1.000 WUS pada SDKI 2012. Sementara RPJMN 2014
menargetkan menjadi 30 per 1.000 WUS.

"Yang lebih parah lagi, angka fertilitas remaja di pedesaan dua kali lipat dari daerah
urban. Kita harus menekan kembali angka ini agar tidak terjadi kehamilan pada usia
remaja," kata Menkes.

Menkes mengatakan BKKBN harus segera kampanye besar-besaran agar remaja


dapat menunda perkawinan pertamanya sebelum memasuki usia ideal untuk
berkeluarga.
Dengan menekan angka fertilitas pada remaja berarti mencegah kematian ibu dan
kematian bayi, karena kasus kematian tersebut paling banyak terjadi pada usia remaja.

"Oleh karenanya, kita harus mampu mangadvokasi terhadap perubahan undang undang
perkawinan tahun 1970 dan harus sinkron dengan UU Perlindungan Anak, dimana
batasan usia anak hingga berusia 18 tahun. Sementara UU Perkawinan membolehkan
di bawah usia 18 tahun," kata Menkes.(kkb2)
Jaminan sosial di bidang kesehatan akan dimulai 1 Januari 2014 dan secara bertahap
seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
Kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keluarga berencana (KB).
Namun, untuk mendapatkan jaminan pelayanan kesehatan setiap penduduk harus
didaftarkan menjadi peserta BPJS, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia
minimal dalam waktu 6 bulan. Setiap warga harus membayar iuran jaminan sosial kepada
BPJS. Bagi masyarakat tidak mampu akan masuk dalam daftar penerima bantuan iuran (PBI)
dan iurnya dibayar oleh negara/pemerintah. Sedangkan pekerja, iurannya sebagian dibayar
oleh pekerja dan sebagian lagi oleh pemberi kerja. Bagi, sektor informal lainnya harus
membayar iur sendiri ke BPJS.
Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan kontrasepsi, sebagaimana yang saat ini
berlangsung. Sementara alat/obat kontrasepsinya disediakan oleh BKKBN, kata Plt Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr Sudibyo Alimoeso,
MA, usai mengikuti Rakor Percepatan Pembangunan NTT bersama Menko Kesra, di Kantor
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat , Jakarta, Rabu (6/1).
Sudibyo mengatakan, saat ini BKKBN hanya mendapatkan sekitar 30 persen dari sasaran
KB, yang dianggap cukup untuk melayani kontrasepsi bagi pasangan usia subur (PUS) yang
miskin. Untuk memenuhi kebutuhan peserta BPJS akan dirumuskan lagi agar pasti semua
peserta BPJS bisa mendapatkan pelayanan KB.
Dalam Perpres 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, pasal 21, menyebutkan
manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: penyuluhan
kesehatan perorangan; imunisasi dasar; keluarga berencana; dan skrining kesehatan.
Penyuluhan kesehatan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup
bersih dan sehat. Pelayanan imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB),
Polio, dan Campak.
Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi
konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana. Sedangkan Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat
kontrasepsi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.(kkb2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PASANGAN USIA SUBUR MEMILIH ALAT KONTRASEPSI DAN TEMPAT
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI DESA SAMBIREJO DAN SIDOKERTO KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN
SRAGEN

Oleh :
Sumarno

Sumarno, Faktor-faktor yang Mendorong Pasangan Usia Subur Memilih Alat Kontrasepsi dan Tempat
Pelayanan Keluarga Berencana Di Desa Sambirejo dan Sidokerjo Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.
Tesis : Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta : 2005. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan dorongan : (1)
Faktor besarnya jasa pelayanan terhadap pemilihan alat kontrasepsi dan tempat pelayanan KB. (2) Faktor
aksesibilitas terhadap pemilihan alat kontrasepsi dan tempat pelayanan KB. (3) Faktor kualitas pelayanan
terhadap pemilihan alat kontrasepsi dan tempat pelayanan KB. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan strategi kasus ganda. Teknik cuplikan (sampling) yang digunakan bersifat Purposive sampling.
Sumber informasi terdiri dari informan yang dipilih, dokumen kesertaan ber KB, dan tempat pelayanan KB
pemerintah dan swasta. Metode pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara mendalam,
observasi langsung dan mencatat dokumen. Untuk menguji validitas data digunakan teknik trianggulasi data
dan sumber. Setelah data terkumpul dianalisis dengan teknik analisis interaktif. Berdasarkan data yang
terkumpul serta pembahasaannya, maka disampaikan : (1) Besarnya jasa pelayanan mendorong pemilihan
alat kontrasepsi dan tempat pelayanan KB, (2) Kebijaksanaan pelayanan KB yang memberikan fasilitas gratis
(kepada keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) belum bisa diaplikasikan di lapangan, (3) Faktor
aksesibilitas yang mendorong pemilihan alat kontrasepsi dan tempat pelayanan KB adalah faktor kemudahan
sarana transportasi, (4) Sarana pelayanan KB di Kecamatan Plupuh belum memenuhi ketentuan standar yang
telah ditetapkan, (5) Pelayanan kontrasepsi tidak didukung pemberian informasi yang memadai, (6) Petugas
medis perlu mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan kualitas pelayanan
yang baik, (7) Hubungan interpersonal yang baik antara petugas dengan PUS hanya dengan pelayanan
swasta, (8) Penanganan tindak lanjut dalam pelayanan KB masih sangat kurang, (9) Konstelasi pelayanan di
Kecamatan Plupuh khususnya pelayanan swasta perlu mendapatkan perhatian dan pembinaan lebih lanjut.
Untuk meningkatkan pelayanan KB secara menyeluruh kepada masyarakat khususnya PUS, maka perlu
diupayakan : (1) Peningkatan kemandirian ber KB dan pemberian fasilitas kepada keluarga Pra Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I, dengan tetap mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan, (2) Perlu dibentuk Tim
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi tempat pelayanan KB yang sudah ada, (3) Perlu memfungsikan tempat
pelayanan yang sudah ada, (4) Perlunya dibuat aturan penetapan standar sarana pelayanan, (5) Perlunya
ditingkatkan intensitas pemberian informasi bagi PUS terhadap alat kontrasepsi baik melalui penyuluhan
masal atau konseling, (6) Perlu program pelatihan untuk peningkatan kemampuan tenaga teknis pelayanan
KB, (7) Perlu dikembangkan materi pembinaan interpersonal yang baik, (8) Tempat pelayanan pemerintah
dan swasta harus memperhatikan pasca pelayanan KB, menyangkut pemantauan dan penanganan terhadap
efek atau dampak yang timbul, (9) Untuk memberikan pelayanan yang maksimal maka Dinas Kesehatan dan
Dinas Pemberdayaan KB dan Masyarakat perlu menyusun standar konstelasi pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai