Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjat kehadirat allah SWT yang telah melimpah karuniah rahmat dan
hidayah nya sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktinya
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga, penulis berharap kepada
para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat membantu pembaca dan memberikan pengatahuan
mengenai surveilens epidemiologi obesitas pada remaja.
Terimakasih.

25-MARET-2017

PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................3

BAB II PENGERTIAN
A. DEFINISI OBESITAS.................................................................................................4
B. PENYEBAB OBESITAS............................................................................................5
C. GEJALA OBESITAS..................................................................................................6
D. KOMPLIKASI.............................................................................................................7
E. DIAGNOSA.................................................................................................................8

BAB III TUJUAN UMUM

A. DATA PENDERITA OBESITAS...............................................................................9

BAB IV PEDOMAN SURVEILENS EPIDEMIOLOGI OBESITAS PADA REMAJA


A. TUJUAN......................................................................................................................11
B. SASARAN..................................................................................................................11
C. IDENTIFIKASI MASALAH.....................................................................11
D. MENETAPKAN BESARNYA MASALAH.............................................................12

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................................................13
B. SARAN.......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Obesitas merupakan permasalah global yang melanda masyarakat dunia termasuk
Indonesia, hal ini di sebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat sekarang ini.Obesitas
merupakan suatu akumulasi lemak berlebih di dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan
secara keseluruhan.Obesitas terjadi disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara energi
yang masuk dengan energi yang keluar (zainun mutadin, 2002)
World Health Organization (WHO) menyatakan akan ada satu miliar orang di dunia,
khususnya di wilayah perkotaan yang di bayangi akan menderita obesitas atau kegemukan.
Jumlah ini juga di prediksi oleh WHO tetap akan meningkat pada 2015 mendatang dengan
jumlah penderita obesitas sebanyak 1,5 miliar orang. Hal ini di anggap wajar terjadi, pasalnya
masyarakat perkotaan yang hidup di bawah tuntutan ekonomi di paksa melupakan gaya hidup
yang sehat. Kepadatan rutinitas merupakan satu faktor utama pergeseran masyarakat untuk
berolah raga dan makan makanan yang sehat (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan,
2009).
Bertambahnya prevalensi berkaitan dengan meningkatnya status sosial yang diikuti
perubahan pola hidup menjadi kurang sehat, antara lain kurang kegiatan fisik, makan berlebihan,
dengan akibat terjadinya kegemukan (obesitas).
faktor genetik, obesitas cenderung diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Tetapi anggota tidak hanya berbagi gen tetapi juga makanan dan kebiasaan, gaya hidup
yang biasaya mendorong terjadinya obesitas.penelitian terbaru mennjukan bahwa rata-rata factor
genetic memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
BAB II
PENGERTIAN
A. DEFINISI OBESITAS
Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak baik diseluruh tubuh atau teralokasi pada
bagian-bagian tertentu (mahan et al.,2000).obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh
>25% pada pria dan 33% pada wanita (reilly J.J., 2006).
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5%
dari antara orang-orang yang gemuk) (mahan et al.,2000).

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola
distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obestas tubuh bagian atas (upper body obesity)
dan obesitas tubuh bagian bawah (lawer body obesity) (vague J., 2006).
Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominasi penimunan lemak tubuh truncal. Terdapat
beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal, yaitu truncal subcutaneous yang merupakan
kompartemen paling umum, intraperittoneal (abdominal), dan retroperitoneal (tchemof A., 2007).
Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatka pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih
dikenal sebagai android obesity. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuatdenga diabetes,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler dari pada obesitas tuuh bagian bawah (bolvin et al.,
2007).
Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tinggalnya akumumulasi lemak
tubuh pada region gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga
sering disebut gynoid obesity. Tipe obesitas ini berhubunga erat dengan gangguan menstruasi
pada wanita (bergman et al., 2001).
Menurut world health organization (WHO) 2004 menyatakan bahwa obesitas telah menjadi
masalah dunia,panama tercatat sebagaian Negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia
yakni 37%setelah itu peru 32% dan amerika serikat 31%. Keadaan ini tidak hanya terjadi di
Negara maju tapi sudah meningkat di Negara berkembang.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka
overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%.
prevalensi obesitas pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan, dan lebih
tinggi pada kelompok masyarakat bependidikan lebih tinggi serta bekerja sebagai
PNS/TNI/Polri/Pegawai. Sedang berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan
lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). semakin tinggi tingkat pengeluran rumah
tangga per kapita pun mempunyai kecenderungan semakin tinggi prevalensi obesitasnya.

B. PENYEBAB OBESITAS
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak seimbangan antara asupan danpembakaran
kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
1. Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab gene
tik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan
gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan
faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata
faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
2. Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas,
tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini
termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang
makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola
genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa memengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini
merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa
menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman
dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam
jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan
bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge
hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai
akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari,
adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan,
agitasi dan insomnia pada malam hari.
C. GEJALA OBESITAS

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang
hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah
dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga
kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan
tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak
dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan
kaki.

D. KOMPLIKASI

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:


1. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Stroke
4. Serangan jantung (infark miokardium)
5. Gagal jantung
6. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
7. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
8. Gout dan artritis gout
9. Osteoartritis
10. Tidur apneu (kegagalan untuk bernapas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan
berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
11. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).
E. DIAGNOSA
Mengukur lemak tubuh
Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan
peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:
1. Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak
tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
2. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang
memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
3. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan
untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:


1. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu
alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).
2. Bioelectric impedance analysis (analisis tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala
khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu
dianalisis.
Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga
ahli. Pengukuran berat badan menurut WHO ( 2010) dapat dilakukan dengan membagi berat
badan dengan tinggi badan kuadrat. Hal ini dinamakan dengan Indeks Masa Tubuh ( IMT).
Tabel klasifikasi berat badan
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)

BMI KLASIFIKASI

< 18.5 berat badan di bawah


normal
18.524.9 Normal

25.029.9 normal tinggi

30.034.9 Obesitas tingkat 1

35.039.9 Obesitas tingkat 2

40.0 Obesitas tingkat 3

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan


dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah
yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan
(dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau
lebih.
Rumus Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional :
Rumus :
dimana adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan adalah tinggi badan

dalam meter.
F. DATA PENDERITA OBESITAS

Menurut WHO (2003), 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, 1
dari 3 orang penduduk menderita obesitas, di Inggris 16-17,3% penduduk menderita obesitas.
Prevalensi overweight (kegemukan) dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia -
Pasifik, sebagai contoh 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolongoverweight dan 1,5%
tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalamioverweight dan 4% mengalami
obesitas.6 Di kota New York, prevalensi obesitas terjadi peningkatan dari 20,2% tahun 2002
menjadi 25,9% tahun 2004 pada kelompok umur 65 tahun (BMI 30 kg/m2).
Menurut World Health Organization (WHO) 2004, menyatakan bahwa obesitas telah
menjadi masalah dunia. Panama tercatat sebagai negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di
dunia, yakni 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Keadaan ini tidak hanya
terjadi di negara maju tapi sudah mulai meningkat di negara berkembang.
The Australian Diabetes, Obesity and Lifestyle Report (2000), menunjukkan
prevalensioverweight dan obesitas meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun (1990 dan
2000). Prevalensi overweight tahun 1990 (14,0%) dan tahun 2000 (21,0%). Sedangkan obesitas
tahun 1990 (17,6%) dan tahun 2000 ( 25,2%).8 National Health Survey (2004-2005), pada
penduduk Australia menunjukkan data hasil prevalensi overweight meningkat dari 29,5%
menjadi 32,6% dan obesitas dari 11,1% menjadi 16,4% pada kelompok umur 55-64 tahun.9
Penduduk Australia, 65 tahun 43% mengalami kegemukan (overweight) dan 25% obesitas.
Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan New Zealand (2003), menunjukkan
trends peningkatan prevalensi obesitas dari kelompok umur 45-54 tahun (27,0%), 55-64 tahun
(28,0%), dan 65-75 tahun (45,0%) pada laki-laki. Pada perempuan umur 45-54 tahun (24,0%),
55-64 tahun (31,0%), dan 65-75 tahun (32,0%).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2000), beberapa provinsi di Indonesia memiliki
persentase jumlah lansia (60 tahun) yang melebihi angka nasional (7,18%), seperti di
Yogyakarta (12,48%), Jawa Timur (9,3%), Jawa Tengah (9,26%), Bali (8,77%), Sumatera Barat
(8,08%) dan Sulawesi Utara (7,64%). Di Sumatera Utara (2000), proporsi penduduk lansia
mencapai 18,46 % dan di kota Medan (2001), proporsi penduduk lansia mencapai 21,2%,
kemudian meningkat pada tahun 2004 mencapai 24,69 %.
Hasil pemantauan masalah gizi lebih pada orang dewasa yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan tahun 1997 menunjukkan, prevalensi obesitas pada orang dewasa (18
tahun) adalah 2,5% (pria) dan 5,9% (wanita). Prevalensi obesitas tertinggi terjadi pada kelompok
wanita berumur 41-55 tahun (9,2%). Bertambahnya jumlah orang gemuk juga diindikasikan
dengan maraknya pusat-pusat kebugaran yang menjanjikan penurunan berat badan. Selain itu,
hampir setiap hari kita melihat di layar televisi atau membaca di surat kabar tentang iklan
berbagai produk penurun berat badan.
Menurut Depkes RI (2000), dari 210 juta penduduk Indonesia, jumlah penduduk
yangoverweight mencapai 76,7 juta (36,5%) dan penduduk yang mengalami obesitas mencapai
9,8 juta (4,7%).14 Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI (2003) di 12 kota besar di
Indonesia memperlihatkan bahwa 18,8% penduduk overweight dan 3,7% menderita obesitas.
Pada kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu
masing-masing 24,4% dan 23,0% pada laki-laki, dan 30,4% dan 43,0% pada wanita.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi obesitas pada
penduduk berusia 15 tahun adalah laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%.15 Dari survei Indeks
Masa Tubuh (IMT) pada kelompok usia 60 tahun di kota besar di Indonesia tahun 2004, 15,6%
pria dan 26,1% wanita mengalami obesitas.16 Sedangkan menurut penelitian pada usia lanjut
kelompok binaan Puskesmas di Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara
(2005), 19 orang (30,6%) lansia mengalami obesitas dari 62 responden.
BAB IV
PEDOMAN SURVEILENS EPIDEMIOLOGI OBESITAS PADA REMAJA

A. TUJUAN
Memberikan suatu data terhadap pelayanan kesehatan agar melakukan suatu perencanaan ,
pelaksanaan, pemantauan terhadap penanggulangan penyakit obesitas pada remaja.

B. SASARAN
Orang atau kelompok remaja yang berisiko tinggi terkena obesitas. Kelompok remaja yang
sangat berisiko diantaranya adalah gaya hidup yang kurang baik, remaja yang jarang
berolahraga, remaja yang mempunyai genetik dari keluarganya, serta remaja yang aktifitasnya
sangatkurang.

C. IDENTIFIKASI DINI

1. Pengukuran berat badan


2. Pengukuran tinggi badan
3. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickess
4. Mengukur lemak secara labolatorit
5. Pengukuran indeks massa tubuh
6. Perilaku yang buruk dapat menimbulkan resiko obesitas
7. Konsumsi lemak berlebih dapat menimbulkan resiko obesitas
8. Genetik cendeung menjadi faktor resiko obesitas.
D. MENETAPKAN BESARNYA MASALAH

Obesitas remaja terus meningkat dan tampaknya bahwa meskipun upaya pemerintah hanya
masalah semakin buruk. Banyak remaja diet 'sekarang dikonsumsi oleh junk fooddan minuman
bersoda. Ini junk food sangat tinggi dalam lemak dan tidak memiliki yang baik nutrisi di
dalamnya. Oleh karena itu, junk food bekerja sebagai apa yang kita dapat sebuah 'nutrisi anti'.
Anti-nutrisi adalah makanan yang mengambil jauh dari nutrisi tubuh lebih dari itu menyediakan.
Penarikan uang banyak sering tanpa setoran rutin mengarah untuk menjadi tekor. Hal yang sama
terjadi bagi tubuh manusia hanya bukan ditarik berpengalaman dalam perasaan kelelahan dan
menemukan sulit untuk berkonsentrasi. Alasan lain mengapa begitu banyak remaja yang
kelebihan berat badan adalah karena jumlah gula dan pemanis buatan perusahaan menggunakan
dalam produk mereka. Sebagian besar makanan Anda akan menemukan di supermarket hari ini
diproses produk yang memiliki bahan kimia gula dan pemanis buatan ditambahkan ke mereka
untuk membantu meningkatkan selera mereka. Tingkat gula yang tinggi membuat tingkat insulin
dalam tubuh berubah dan hal ini dapat mempromosikan berat badan.
Akhirnya, penurunan remaja berolahraga adalah kunci alasan lain mengapa masyarakat
remaja saat ini lebih tidak layak dan tidak sehat dari sebelumnya. Penemuan konsol dan video
game berarti bahwa remaja lebih banyak tinggal di duduk di sofa bukan berjalan di luar. Giliran
hanya positif di dalam saat ini adalah penemuan hal-hal seperti permainan tari atau Nintendo
wii yang membantu untuk mendorong remaja untuk latihan dan meningkatkan tingkat kebugaran
mereka.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Obesitas merupakan permasalah global yang melanda masyarakat dunia termasuk
Indonesia, hal ini di sebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat sekarang ini.Obesitas
merupakan suatu akumulasi lemak berlebih di dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan
secara keseluruhan.Obesitas terjadi disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara energi
yang masuk dengan energi yang keluar

B. SARAN
Untuk menghindari terjadinya obesitas remaja dengan memeperbaiki gaya hidupnya dengan
tidak mengkonsumsi junkfood secara berlebihan, berhenti diet yg kurang tepat, serta sering-
sering lah melakukan aktifitas fisik seperti berolahrga secara teratur. Dan mengkonsumsi
makanan yang sesuai dengan aturan asupan mekanan yang telah ditentukan standrnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.prmob.net/kegemukan/junk-food/masa-remaja-208385.html
http://javanutri.blogspot.com/2013/02/deteksi-dini-penanganan-pada-obesitas.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas
http://obesitas.web.id/
Tugas!

SURVEILANS GIZI LEBIH

( OBESITAS PADA REMAJA )

OLEH:

KELOMPOK III

MISDANAYANTI (P00331015013)

LUH SEPTY DEBYTIA SUGIARTI (P00331015012)

LILIS ANGRIANI (P00331015011)

JEKI JAYA SAPUTRA (P00331015010)

IIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI


JURUSAN DIII GIZI

2017

Anda mungkin juga menyukai