Pembuatan Batubara Cair Melalui Proses H
Pembuatan Batubara Cair Melalui Proses H
Hidrogen yang dihasilkan pada proses steam iron kurang murni untuk dipakai
pada proses hidrogenasi minyak atau lemak makan, karena mengandung
komponen-kompenen sulfur, karbon monoksida. Pemisahan karbon monoksida
dapat dilakukan dengan mereaksikan hidrogen dengan uap pada suhu tinggi.
Sedangkan hidrogen sulfida dapat dipisahkan dengan jalan melewatkan gas
melalui ketel pemurnian yang diisi dengan besi sulfida (FeS).
Umumnya, tidak ada reaksi antara H2 dengan senyawa organik yang terjadi di
bawah 480C terjadi antara H2 tanpa adanya katalis logam. Katalisator untuk
proses hidrogenasi adalah platina, palladium dan nikel, dimana platina dan
palladium membentuk katalis yang sangat aktif, yang dapat mengkatalis pada
suhu dan tekanan rendah. Tetapi berdasarkan pertimbangan ekonomis, hanya nikel
yang umum digunakan sebagai katalisator hidrogenasi walaupun nikel dapat
mengkatalis pada suhu yang lebih tinggi dari platina dan palladium.
c) Non energi:
Gambar 1. Dua konfigurasi proses dasar untuk produksi bahan bakar cair dengan
Indirect Liquefaction Process
2.8.2. Direct Liquefaction Process/ direct coal liquefaction (DCL)
Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batubara,
kemudian Slurry dibuat dengan cara mencampur batubara ini dengan pelarut.
Slurry dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi bersama-sama dengan
hidrogen dengan menggunakan pompa. Slurry kemudian diberi tekanan 100-300
atm di dalam sebuah reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 400-
480C.
Secara kimiawi proses akan mengubah bentuk hidrokarbon batubara dari
kompleks menjadi rantai panjang seperti pada minyak. Atau dengan kata lain,
batubara terkonversi menjadi liquid melalui pemutusan ikatan C-C dan C-
heteroatom secara termolitik atau hidrolitik, sehingga melepaskan molekul-
molekul CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau cincin aromatik
hidrokarbonnya harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada temperatur
tinggi (thermal decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan pada
rantai hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free-radical). Supaya
radikal bebas itu tidak bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi
repolimerisasi) membentuk material dengan berat molekul tinggi dan insoluble,
perlu adanya pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas hidrogen. Hidrogen
bisa didapat melalui tiga cara yaitu: transfer hidrogen dari pelarut, reaksi dengan
fresh hidrogen, rearrangement terhadap hidrogen yang ada di dalam batubara, dan
menggunakan katalis yang dapat menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan
slurry (batubara dan pelarut).
Negara yang telah mengembangkan teknologi Direct Liquefaction Process
adalah Jepang, Amerka Serikat dan Jerman. Bagi Indonesia, teknik konversi
likuifaksi batubara secara langsung (Direct Liquefaction Process) dinilai lebih
menguntungkan untuk saat ini. Selain prosesnya yang lebih sederhana, likuifaksi
relatif lebih murah dan lebih bersih dibanding teknik gasifikasi. Teknik ini juga
cocok untuk batubara peringkat rendah (lignit), yang banyak terdapat di
Indonesia.
Banyak negara mengembangkan teknologi Likuifaksi Batubara. Di
Amerika Serikat berkembang berbagai proyek pengembangan seperti pada
gambar 2. Dan Jepang, sebagai salah satu negara pengembang teknologi
Likuifaksi Batubara terkenal dengan salah satu proyeknya yaitu NEDOL (lembaga
kajian teknologi Jepang) memiliki 2 metode likuifaksi batubara yaitu Bituminous
Coal Liquefaction dan Brown Coal Liquefaction.
Proses NEDOL
Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara dengan 1.5 bagian
pelarut,lalu ditambahkan 3% katalis yang mengandung besi (ferrous
catalyst)
Slurry dipanaskan sampai suhunya mencapai 400C dalam preheating
furnace.
Reaksi likuifaksi terjadi dalam kolom reaktor berjenis suspension bed
foaming pada kondisi standar (Temperatur 450C, Tekanan 170 kg/cm2G)
Batubara dikonversi menjadi bentuk cair oleh reaksi antara hidrogen dan
pelarut.
Setelah melewati pemisah fase gas-cair, kolom distilasi bertekanan normal,
dan kolom distilasi isap, batubara cair dipisahkan menjadi naphta, medium
oil, heavy oil, dan residu.
Distilat medium oil dan heavy oil dipindahkan ke kolom reaksi berjenis
fixed bed yang berisi katalis Ni-Mo. Pada kolom reaksi ini, distilat
dikonversikan menjadi distilat ringan pada Temperatur 320C dan Tekanan
100 kg/cm2G, dan digunakan kembali dalam reaksi sebagai pelarut
(solvent)
Gambar 2: Diagram alir proses Bituminous Coal Liquefaction
http://irma-teknikkimia.blogspot.com/2013/02/apa-itu-hidrogenasi.html
Diakses tanggal 3 Oktober 2014.
http://alfiansblog.blogspot.com
http://www.energyandoil.com/the-coal-to-liquid-debate-part-i