Anda di halaman 1dari 18

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

MAKALAH PERKEMBANGAN ETIK

DI SUSUN OLEH:

1. Fiora Ladesvita 1406522954


2. Fia Wahyuni 1406522941
3. I Gede Nyoman Ardi Supartha 1406522986
4. Marina Ruran 1406523111

Program Magister KeperawatanMedikal Bedah


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pada mata
ajar Etik dan Hukum Keperawatan.Makalah ini membahas tentang Perkembangan
Etik, baik itu secara umum ataupun khusus dalam bidang keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,


dukungan, dan bimbingan dari semua pihak.Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Krisna Yetty, Mapp.Sc selaku Dosen
Pengajar Mata Ajar Etik dan Hukum Keperawatan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan
saran yang sifatnya membangun akan sangat penulis hargai dalam upaya
penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini akan
memberikan wawasan baru serta dapat bermanfaat bagi kita semua.

Depok, November 2014


Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................
1.3 Manfaat.............................................................................................
1.4 Sistematika........................................................................................
BAB II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Etik dan Perkembangan Etik..............................................
2.2 Sejarah Perkembangan Etik.............................................................
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Apa itu Perkembangan Etik?.............................................................
3.2 Mengapa perlu Perkembangan Etik?.................................................
3.3 Bagaimana Perkembangan Etik?.......................................................
3.4 Kapan dan Dimana dimulai perkembangan etik?..............................
BAB IV. PENUTUP.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti karakter, watakkesusilaan atau adat. Sebagai suatu subjek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimilikioleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik. Etika merupakan sebuah refleksi kritis dalam melihat
nilai etika dan norma etika. Etika sebagai cabang ilmu filsafat merupakan
sebuah peranan, seperti halnya agama, politik, bahasa, dan ilmu-ilmu
pendukung yang ada sejak dulu dan diwariskan secara turun temurun.
Perkembangan etik sudah dimulai sejak dulu yaitu pada zaman yunani
kuno dan ditulis dalam buku etika pertama oleh Aristoteles (384 SM). Ilmu
tentang etik kemudian dilanjutkan oleh para ilmuan baik ilmuan yunani
ataupun muslim. Perkembangan etik mulai terfokus hingga zaman sekarang
dimana banyak bidang yang mempelajari perkembangan etik secara khusus,
salah satunya yaitu bidang keperawatan. Ilmu etika sangatlah penting
dipelajari dalam bidang keperawatan karena perawat selaku pemberi layanan
keperawatan berhadapan dengan banyak klien yang unik dan holistic,
sehingga dengan mempelajari etik akan memberikan pendekatan yang
optimaldalam memberikan asuhan keperawatan.
Ilmu etika sangat penting untuk dipelajari sehingga perkembangan
etik dapat mengalami kemajuan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Oleh
karena itu, dalam makalh ini penulis akan membahas terkait perkembangan
etik baik secara umum ataupun khusus dalam bidang keperawatan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa dan
menjabarkan terkait dengan perkembangan etik baik secara umum
ataupun khusus dalam bidang keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus

1
Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Menjelaskan definisi dari etik dan awal mula perkembangan etik
b. Menjabarkan sejarah perkembangan etik
c. Menjelaskan proses dari perkembangan etik
d. Menjelaskan pentingnya perkembangan etik

1.3 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan dapat menganalisa dan menjabarkan
terkait dengan perkembangan etik baik secara umum ataupun khusus dalam
bidang keperawatan

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika makalah ini terdiri atas 4 bab. Bab 1 pendahuluan
membahas latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan.Bab 2
terdiri atas tinjauan pustaka tentang Pekembangan Etik. Bab 3 tentang
pembahasan, dan Bab 4Penutup tentang kesimpulan dan saran.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Awal Mula Perkembangan Etik

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral.Pengertian ini muncul mengingat etika berasal dari bahasa
Yunani kuno "ethos" (jamak: ta etha), yang berarti adat kebiasaan, cara
berkipikir, akhlak, sikap, watak, cara bertindak. Kemudian diturunkan kata
ethics (Inggris), etika (Indonesia). Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988,
menjelaskan etika dengan membedakan tiga arti, yakni: Ilmu tentang apa yang
baik dan buruk, kumpulan azas atau nilai, dan nilai mengenai benar dan salah.
Dengan pembedaan tiga definsi etikatersebut maka kita mendapatkan
pemahaman etika yang lebih lengkap mengenai apa itu etika, sekaligus kita
lebih mampu memahami pengertian etika yang sering sekali muncul dalam
pembicaraan sehari-hari, baik secara lisan maupun tertulis. Objek etika adalah
alam yang berubah, terutama alam manusia.

Antonius Atosokhi Gea. 2005. Character Building IV: Relasi dengan Dunia.
Jakarta: Elex Media Komputindo

Sutarno, Alfonsus. 2008. Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kanisius

Praktik etik keperawatan terdiri dari pertimbangan antara care dan justice.
Model dari pendidikan etik yang terkini digunakan dalam program
keperawatan mendasar sebagai cerminan orientasi keadilan yang kuat dan
kurangnya dimensi care, walaupun sudah menjadi bakat natural dari prosesi
keperawatan.

Pertimbangan-pertimbangan etik yang sudah lama hadir semakin menekan


perawat yang mana jumlah dan tipe situasi etiknya semakin bertambah.
Penjelasan dari terjadi dan meningkatnya konflik etik dalam keperawatan
yang menjadi pencetus perkembangan etik dalam keperawatan antara lain
dikarenakan karena 1) Perkembangan teknologi dan pengetahuan dalam
tindakan pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan angka kemungkinan

3
hidup menimbulkan konflik moral dan penurunan pelayanan kesehatan lebih
lanjut, 2) Banyaknya tanggung jawab dan kadang adanya kompetisi loyalitas
diperlukan perawat, 3) Pengenalan dari pembiayaan prospektif dan kebutuhan
biaya pelayanan kesehatan masyarakat secara umum mengakibatkan
pengambilan keputusan yang sulit antara siapa yang akan mendapat perawatan
dan bagaimana cara mendistribusikan yang disertai dengan sumber daya yang
mahal, dan 4) Konflik antara nilai dan tanggung jawab perawat dengan tenaga
kesehatan professional lainnya dan institusi administrasi.

Walaupun adanya peningkatan dalam penggunaan teknologi pelayanan


kesehatan dan mekanisme pendanaan, nampaknya untuk menciptakan konflik
moral baru dalam pelayanan kesehatan, tetapi tidak secara mengkhusus
menjelaskan tentang fokus dari keperawatan dan peningkatan aktivitas
professional dalam area etik keperawatan. Perawat memiliki pertimbangan
etik yang unik. Penjelasan dari watak uniknya suatu masalah etik dalam
keperawatan dapat ditemukan dalam sejarah perkembangan keperawatandan
peran kotemporer dan kondisi kerja.

Secara historis, etika keperawatan harus dilakukan dengan layanan, ketaatan


dan loyalitas kepada dokter. Identitas etika keperawatan dikaburkan, ditekan,
didikte oleh orang lain. Perawat akan dikatakan berperilaku etik apabila
mereka patuh kepada dokter, melaksanakan tugas dengan setia, merawat
dengan baik tubuh mereka, membuat dan merapikan tempat tidur, dan
mengikuti peraturan-peraturan institusi. Kode etik formal tidak diadaptasi
secara langsung dari keperawatan hingga tahun 1950, dilain sisi kedokteran
memiliki kode formal dari tahun 1912 (Wilensky, 1964, dalam Diparti, 1991),
kemudian tidak sampai tahun 1980, organisasi professional the American
Nurses Association (ANA) merampungkan dan mengklarifikasi kejadian eetik
tersebut dalam praktik keperawatan dan mempromosikan partisipasi perawat
dalam pengambilan keputusan etik (American Nurses Association, 1980,
dalam Diparti, 1991)

Oleh karena itu, formal etik keperawatan berevolusi dengan pelan tapi pasti
dari sebuah kewajiban dan kepatuhan kepada dokter menjadi komitmen

4
perawat yang lebih menitik beratkan kepada keadaan dan otonomi pasien
(Winslow, 1984, dalam Disparti, 1991). Pada saat ini perawat mengklaim
sebagai advokat utama pasien, contoh peran yang menciptakan pertimbangan-
pertimbangan dari kesulitan yang dihadapi yang tidak kurang dari ruang etikal
perawat.

Disparti, Josephine, Ed. D. 1991. Dissertation :Ethics Education In


Baccalaureate Nursing Programs: Instructional Strategies For An Ethic of
Care. Columbia University Theachers Collage.

2.2 Sejarah Perkembangan Etik

Sejarah perkembangan suatu ilmu di dunia dipengaruhi oleh adanya suatu latar
belakang dan pendapat dari ahli yang menjadi penggerak berkembangnya
suatu ilmu.Salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang apa yang
baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral yang disebut
dengan Etika juga mengalami suatu perkembangan.

Franz Magnis Suseno (1987:14), menyebutkan bahwa secara historis Etika


sebagai usaha filsafat lahir dari keambrukan tatanan di lingkungan kebudayaan
Yunani 2500 tahun yang lalu, berkenaan dengan pandangan-pandangan lama
tentang baik dan buruk tidak lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan
kembali norma-norma dasar bagi kelakuan manusia.

Yunani menjadi tempat pertama kali disusunnya cara-cara hidup yang baik ke
dalam suatu sistem dan dilakukan penyelidikan tentang soal tersebut sebagai
bagian filsafat. Berkat pertemuannya dengan para pedagang dan kaum kolonis
dari berbagai Negara, orang-orang Yunani yang sering mengadakan perjalanan
ke luar negeri itu menjadi sangat tertarik akan kenyataan bahwa terdapat
berbagai macam kebiasaan, hukum, tata kehidupan, dan lain-lain. Bangsa
Yunani mulai bertanya: Apakah miliknya, hasil pembudayaan Negara tersebut
benar-benar lebih tinggi? Karena tiada seorang pun dari Yunani yang akan
mengatakan sebaliknya, maka kemudian diajukanlah pertanyaan, Mengapa
begitu? kemudian diselidikinya semua perbuatan manusiawi, dan lahirlah

5
cabang baru dari filsafat, yakni filsafat moral (filsafat kesusilaan) atau etika
(W. Poespoproddjo,1999: 18).

Banyak pengarang yang membuat hukum moral sama seperti kebiasaan,


konvensi atau yang disebut mores. Dalam pandangan ini, segala hal akan
menjadi baik atau buruk bila sesuai dengan anggapan masyarakat atau opini
umum. Pandangan itu sebenarnya bukan baru. Sejak abad V sebelum Masehi,
Aristipus telah berpendapat bahwa tidak ada hal yang secara intrinsic baik atau
buruk, tetapi suatu hal itu baik atau buruk karena dibuat begitu oleh hukum
atau kebiasaan (W. Poespoproddjo,1999: 19).

2.2.1 Etika periode Yunani

Penyelidikan para ahli Filsafat tidak banyak memperhatikan masalah


Etika. Kebanyakan dari mereka melakukan penyelidikan mengenai
alam. Misalnya; bagaimana alam ini terjadi?Apa yang menjadi unsur
utama alam ini? dan lain-lain. Sampai akhirnya datang Sophisticians
ialah orang yang bijaksana yang menjadi guru dan tersebar ke berbagai
negeri.

Jejak-jejak pertama sebuah etika muncul dikalangan murid Pytagoras.


Kita tidak tahu banyak tentang pytagoras. Ia lahir pada tahun 570 SM di
Samos di Asia Kecil Barat dan kemudian pindah ke daerah Yunani di
Italia Selatan. Ia meninggal 496 SM. Di sekitar Pytagoras terbentuk
lingkaran murid yang tradisinya diteruskan selama dua ratus tahun.
Menurut mereka prinsip-prinsip matematika merupakan dasar segala
realitas. Mereka penganut ajaran reinkarnasi. Menurut mereka badan
merupakan kubur jiwa (soma-sema,tubuh-kubur). Agar jiwa dapat
bebas dari badan, manusia perlu menempuh jalan pembersihan. Dengan
bekerja dan bertapa secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan
bermatematika, manusia dibebaskan dari ketertarikan indrawi dan
dirohanikan.

6
Seratus tahun kemudian, Demokritos (460-371 SM) bukan hanya
mengajarkan bahwa segala apa dapat dijelaskan dengan gerakan bagian-
bagian terkecil yang tak terbagi lagi, yaitu atom-atom. Menurut
Demokritos nilai tertinggi adalah apa yang enak. Dengan demikian,
anjuran untuk hidup baik berkaitan dengan suatu kerangka pengertian
hedonistik.

Sokrates (469-399 SM) tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya tidak


mudah direkonstruksi karena bagian terbesar hanya kita ketahui dari
tulisan-tulisn Plato. Dalam dialog-dialog plato hampir selalu Sokrates
yang menjadi pembicara utama sehingga tidak mudah untuk
memastikan pandangan aslinya atau pandangan Plato sendiri. Melalui
dialog Sokrates mau membawa manusia kepada paham-paham etis yang
lebih jelas dengan menghadapkannya pada implikasi-implikasi
anggapan-anggapannya sendiri. Dengan demikian, manusia diantar
kepada kesadaran tentang apa yang sebenarnya baik dan bermanfaat.
Dari kebiasaan untuk berpandangan dangkal dan sementara, manusia
diantar kepada kebijaksanaan yang sebenarnya.

Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang


pertama berusaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan
manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia berpendapat akhlak dan bentuk
perhubungan itu, tidak menjadi benar kacuali bila didasarkan ilmu
pengetahuan. (Ahmadamin, 1975: 45)

Faham Antisthenes, yang hidup pada 444-370 SM. Ajarannya


mengatakan ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-
baik manusia itu yang berperangai dengan akhlak ketuhanan. Maka ia
mengurangi kebutuhannya sedapat mungkin, rela dengan sedikit, suka
menanggung penderitaan, dan mengabaikannya. Dia menghinakan
orang kaya, menyingkiri segala kelezatan, dan tidak peduli kemiskinan
dan cercaan manusia selama ia berpegangan dengan kebenaran.

7
Pemimpin aliran ini yang terkenal adalah Diogenes, wafat pada 323
SM. Dia memberi pelajaran kepada kawan-kawannya untuk
menghilangkan beban yang dilakukan oleh ciptaan manusia dan
peranannya.(H.A. Mustofa, 1999: 42).

Setelah faham Antisthenes ini, lalu datang Plato (427-347 SM).Ia


seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates.
Buah pemikirannya dalam Etika berdasarkan teori contoh. Dia
berpendapat alam lain adalah alam rohani. Di dalam jiwa itu ada
kekuatan bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul dari
perimbangan dan tunduknya kepada hukum.(Ahmadamin, 1975: 47).

Pokok-pokok keutamaan itu adalah Hikmat kebijaksana, keberanian,


keperwiraan, dan keadilan.Hal ini merupakan tiang penegak bangsa-
bangsa dan pribadi.Seperti yang kita ketahui bahwa, kebijaksanaan itu
utama untuk para hakim.Keberanian itu untuk tentara, perwira itu utama
untuk rakyat, dan adil itu untuk semua. Pokok-pokok keutamaan itu
memberikan batasan kepada manusia dalam setiap perbuatannya, agar
ia melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.

Plato (427 SM) tidak menulis tentang etika. Buku etika pertama ditulis
oleh Aristoteles (384 SM). Namun dalam banyak dialog Plato terdapat
uraian-uraian bernada etika. Itulah sebabnya kita dapat merekontruksi
pikiran-pikiran Plato tentang hidup yang baik. Intuisi dasar Plato
tentang hidup yang baik itu mempengaruhi filsafat dan juga kerohanian
di Barat selama 2000 tahun. Baru pada zaman modern paham tentang
keterarahan objektif kepada Yang Ilahi dalam segala yang ada mulai
ditinggalkan dan diganti oleh pelbagai pola etika; diantaranya etika
otonomi kesadaran moral Kant adalah yang paling penting. Etika Plato
tidak hanya berpengaruh di barat, melainkan lewat Neoplatoisme juga
masuk ke dalam kalangan sufi Muslim. Disinilah nantinya jalur
hubungan pemikiran filsafat Yunani dengan pemikir muslim seperti Ibn

8
Miskawaih yang banyak mempelajari filsafat Yunani sehingga
mempengaruhi tulisan-tulisannya mengenai filsafat etika.

Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato.


Pengukutnya disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil
berjalan atau di tempat berjalan yang teduh. (H.A. Mustofa, 1999: 44).

Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir dari yang dikehendaki


manusia mengenai segala perbuatan adalah bahagia.Namun
pengertiannya tentang konsep bahagia itu lebih luas dan lebih
tinggi.Menurutnya, untuk mendapatkan kebahagiaan, seseorang itu
hendaklah mempergunakan kekuatan akal dengan sebaik-baiknya.

Aristoteles menciptakan teori serba tengah. Tiap-tiap keutamaan adalah


tengah-tengah, di antara dua keburukan. Misalnya; dermawan adalah
pertengahan antara boros dan kikir. Keberanian adalah pertengahan
antara membabi-buta dan takut.

Setelah Aristoteles, Epikuros (314-270 SM) adalah tokoh yang


berpengaruh dalam filsafat etika. Ia mendirikan sekolah filsafat di
Athena dengan nama Epikureanisme, akan menjadi salah satu aliran
besar filsafat Yunani pasca Aristoteles. Berbeda dengan Plato dan
Aristoteles, berbeda juga dengan Stoa, Epikuros dan murid-muridnya
tidak berminat memikirkan, apalagi masuk ke bidang politik. Ciri khas
filsafat Epikuros adalah penarikan diri dari hidup ramai. Semboyannya
adalah hidup dalam kesembunyian.

Etika Epikurean bersifat privatistik. Yang dicari adalah kebahagiaan


pribadi. Epikuros menasihatkan orang untuk menarik diri dari
kehidupan umum, dalam arti ini adalah individualisme. Namun ajaran
Epikuros tidak bersifat egois. Ia mengajar bahwa sering berbuat baik
lebih menyenangkan daripada menerima kebaikan. Bagi kaum
Epikurean, kenikmatan lebih bersifat rohani dan luhur daripada
jasmani. Tidak sembarang keinginan perlu dipenuhi. Ia membedakan

9
antara keinginan alami yang perlu (makan), keinginan alami yang tidak
perlu (seperti makanan yang enak), dan keinginan sia-sia (seperti
kekayaan).

2.2.3 Etika Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan dianiaya oleh Gereja.


Pada saat itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan
menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno.(H.A.Mustofa, 1999:
45).

Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari


wahyu. Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah
benar. Jadi manusia tidak perlu lagi bersusah-susah menyelidiki tentang
kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.

Ahli-ahli Filsafat Etika yang lahir pada masa itu, adalah paduan dari
ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.Di antara mereka yang termasyur
adalah Abelard (1079-1142 SM), seorang ahli Filsafat Prancis. Dan
Thomas Aquinas (1226-1270 SM), seorang ahli Filsafat Agama dari
Italia.(Ahmaddamin, 1975).

2.2.4 Etika Periode Bangsa Arab

Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli Filsafat


yang mengajak kepada aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani,
seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles.

Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara
yang sudah maju.Waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli
hikmat dan sebagian ahli syair.Yang memerintahkan kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan
menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.
(H.A. Mustofa, 1999: 46).

10
Namun sejak kedatangan Islam, agama yang mengajak kepada orang-
orang untuk percaya kepada Allah, sumber segala sesuatu di seluruh
alam. Allah memberikan jalan kepada manusia jalan yang harus
diseberangi. Allah juga menetapkan keutamaan seperti benar dan adil,
yang harus dilaksanakannya, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan
kenikmatan di akhirat, sebagai pahala bagi orang yang mengikutinya.

Diantara ayat Al-Quran yang berkenaan dengan Etika adalah,

Ayat ke 90

Artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat


kebijakan, memberi kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (An-Nahl: 90)

Ayat tersebut termasuk salah satu ayat yang paling komprehensif di


kitab al-Quran, karena dalam ayat digambarkan hubungan manusia dan
sosial kaum Mukmin di dunia yang berlandaskan pada keadilan,
kebaikan dan menjauh dari segala kezaliman dan arogansi. Bahkan hal
itu disebut sebagai nasehat ilahi yang harus dijaga oleh semua orang.
Adil dan keadilan merupakan landasan ajaran Islam dan syariat agama
ini. Allah Swt tidak berbuat zalim kepada siapapun dan tidak
memperbolehkan seseorang berbuat zalim kepada orang lain dan
menginjak hak orang lain. Menjaga keadilan dan menjauh dari segala
perilaku ekstrim kanan dan kiri menyebabkan keseimbangan diri

11
manusia dalam perilaku individu dan sosial. Etika Islam atau akhlak
mendorong manusia berperilaku lebih dari tutunan standar atau
keadilan, dalam menyikapi problema sosial dan memaafkan kesalahan
orang lain.

Bangsa Arab pada masa itu telah puas mengambil etika dari agama dan
tidak merasa butuh untuk menyelidiki mengenai dasar baik dan buruk.

2.2.5 Etika Periode Abad Modern

Pada akhir abad lima belas, Eropa mulai bangkit. Ahli pengetahuan
mulai menyuburkan Filsafat Yunani Kuno.Begitu juga dengan Italia,
lalu berkembang ke seluruh Eropa.

Pada masa ini, segala sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga tegaklah
kemerdekaan berfikir.Dan mulai melihat segala sesuatu dengan
pandangan baru, dan mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru.

Discartes, seorang ahli Filsafat Prancis (1596-1650), termasuk pendiri


Filsafat baru. Untuk ilmu pengetahuan, ia menetapkan dasar-dasar
sebagai berikut:

1. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan nyata


adanya. Dan apa yang tumbuhnya dari adat kabiasaan saja,
wajib ditolak.
2. Di dalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-
kecilnya, lalu meningkat ke hal-hal yang lebih besar.
3. Jangan menetapkan sesuatu hukum akan kebenaran suatu hal
sehingga menyatakan dengan ujian. (H.A. Mustofa, 1999: 51)

2.3 Proses Perkembangan Etik

12
Munculnya Etika sebagai suatu pedoman bertingkah laku dapat terbentuk
dalam dua macam proses, yaitu :
1. Secara alamiah terbentuk dari dalam (internal) diri manusia karena
pemahaman dan keyakinan terhadap suatu nilai-nilai tertentu (khususnya
agama / religi).
2. Diciptakan oleh aturan-aturan eksternal yang disepakati secara kolektif,
misalnya sumpah jabatan, disiplin, dan sebagainya. Sumpah jabatan dan
peraturan disiplin PNS, pada gilirannya akan membentuk etika birokrasi.
Sedangkan kasus Singapura menunjukkan bahwa etika berdisiplin (antri,
membuang sampah) dibentuk oleh denda yang sangat besar bagi
pelanggarnya. Sementara itu, implementasi Etika sebagai suatu pedoman
bertingkah laku juga dapat dikelompokkan menjadi dua aspek, yakni
internal (kedalam) dan eksternal (keluar). Dari aspek kedalam, seseorang
akan selalu bertingkah laku baik meskipun tidak ada orang lain
disekitarnya. Dalam hal ini, etika lebih dimaknakan sebagai moral.
Sedangkan dalam aspek keluar, implementasi Etika akan berbentuk sikap
/ perbuatan / perilaku yang baik dalam kaitan interaksi dengan orang /
pihak lain.

13
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai