Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

MANIA DENGAN GEJALA PSIKOTIK

F.30.2

Oleh :
Sahurrahmanisa (I4A013091)
Yehuda Wahyu Satrio JW (I4A013239)

Pembimbing :
dr. H, Asyikin Noor, Sp.KJ, MAP

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Banjarmasin
Maret, 2017
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M.A.J
Tempat, Tanggal lahir : Banjarmasin, 19 Agustus 1976
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Banjarmasin
Pendidikan : S1 Tekhnik Sipil
Pekerjaan : PNS
Agama : Protestan
Suku : Dayak
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk : 27 Maret 2017

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keluarga pasien pada

tanggal 27 Maret 2017 di Poliklinik Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin`


A. KELUHAN UTAMA
Marah-marah
KELUHANTAMBAHAN
Mendengar bisikan

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis dengan istri

Fase Prodormal (Februari 2017): pasien sering tampak melamun, mondar

mandir,bicara sendiri, gangguan hubungan sosial dan pekerjaan.

Menurut istri pasien, sejak awal Februari 2017, pasien tiba-tiba sering

melamun di rumah, pasien biasanya hanya diam, dengan ekspresi tatapan kosong.

Jika diperhatikan, terkadang pasien berbicara sendiri seakan-akan sedang

berbicara kepada orang lain. Pasien juga mulai acuh dengan lingkungannya.

Pasien jarang berkomunikasi dengan keluarga di rumah dan teman-teman di

1
lingkungan kompleks rumahnya. Perawatan diri pasien cukup baik dalam segi

penampilan dan kebersihan, pasien tampak terawat.

Alloanamnesis dengan karyawan kantor PDAM

Fase Prodormal (Februari 2017): pasien sering tampak melamun, bicara

sendiri, dan gangguan hubungan pekerjaan.

Saat di kantor pasien duduk di ruang kerjanya dengan melamun dengan

tatapan kosong. Pasien juga terkadang berbicara sendiri seolah-olah berbicara

kepada seseorang. Saat bekerja di kantor hubungan pekerjaan pasien terganggu

karena pasien sering bertingkah aneh seperti melamun dan berbicara sendiri.

Fase Aktif (Maret 2016) : Pasien Berhalusinasi, waham curiga, waham kejar,

waham kebesaran dan gaduh gelisah.

Pasien mengaku sering mendengar suara bisikan laki-laki maupun

perempuan yang berisi nasehat kepadanya. Pasien juga mengaku bisa melihat dan

berbicara dengan orang hebat seperti Sultan Suriansyah sehingga pasien merasa

dirinya bisa menyembuhkan orang sakit dengan membaca mantra. Saat dirumah

pasien mengamuk dengan membawa pisau berlari kerumah tetangga dan

mengatakan ada orang yang ingin mencelakainya. Kemuadian saat di kantor

pasien merasa dirinya dicurigai managernya oleh sebab pasien merasa dituduh

karena kunci motor pasien diambil managernya. Pasien juga pernah kehilangan

kunci motornya di kantor namun pasien menuduh karyawan lainnya sambil

melempar remot ac. Pada saat kepoliklinik pasien membantah bahwa dirinya sakit

dan merasa dirinya dipaksa untuk berobat.

2
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang maupun

berurusan dengan hukum ataupun menderita trauma pada kepala dan kejang, atau

penyakit berat lainnya.

Autoanamnesis

Pasien datang dengan keluhan marah-marah karena merasa dirinya dituduh

sakit jiwa. Pasien mengaku memiliki kekuatan yang bisa menyembuhkan orang

lain dengan membaca mantra. Pasien mengaku kekuatan tersebut diturunkan oleh

kakeknya. Pasien juga mengaku sering berinteraksi dengan alam sebelah dan

mendengar bisikan yang berisi jangan mengharap imbalan apabila

menyembuhkan orang. Pasien juga mengatakan bahwa orang disekitarnya

berbuat jahat kepadanya serta pasien merasa curiga terhadap sesama karyawan

kantor.
Pasien dapat menyebutkan dengan benar siapa nama dan usianya. Pasien juga

dapat menjawab dating bersama keluarga dan dapat menyebutkan nama-nama

anggota keluarga yang ada setelah beberapa kali diberi pertanyaan dan menjawab.

Pasien tau kalau disini adalah rumah sakit.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a) Riwayat Prenatal

Selama pasien dalam kandungan, ibu pasien tidak pernah mengalami

masalah kesehatan yang serius, kehamilan cukup bulan.

b) Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust


Tumbuh kembang penderita sesuai umur, tidak pernah demam tinggi dan

tidak pernah kejang.

3
c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs

shame and doubt


Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya. Tidak ada

keterlambatan dalam tumbuh kembangnya dan gizi cukup.Tidak ada

riwayat pernah demam tinggi yang menyebabkan kejang, ataupun kejang

tanpa sebab, tidak ada riwayat trauma kepala.


d) Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs

Guilt

Pasien merupakan anak yang penurut saat masih kecil.

e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority


Pasien adalah anak yang aktif dalam bersosialisasi. Pasien juga

sukabermain dan mengerjakan tugas sekolah.


f) Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Pasien adalah remaja yang cenderung membuka diri untuk berteman..

Pasien sangat peduli dengan lingkungan dan orang disekitarnya.

g) Riwayat pendidikan
Pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar pada usia 6 tahun. Pasien tidak

pernah tinggal kelas, nilai rapor dalam batas kelulusan dengan nilai baik.

Pasien pernah masuk peringkat 10 besar saat SD. Setelah lulus, pasien

masuk Sekolah Menengah Pertama selama 3 tahun dan selalu naik kelas.

Pasien bersekolah di SMK hingga lulus dengan nilai cukup dan tidak

pernah tinggal kelas. Sosialisasi saat SMK dengan teman sebayanya baik.

Pasien juga melanjutkan sarjana strata 1 Tekhnik Sipil Politeknik Negeri

Banjarmasin dengan nilai yang memuaskan.


h) Riwayat pekerjaan

4
Pasien sudah lama bekerja di PDAM kota madia kurang lebih sekitar 3

tahunan, pasien bekerja sebegai karyawan PNS.


i) Riwayat perkawinan

Penderita menikah pada tahun 1999 dengan istri pertama, dikaruniai 4

orang anak, kemudian bercerai pada tahun 2005, lalu menikah lagi dengan

istri kedua pada agustus 2016.

RIWAYAT KELUARGA

Genogram

Istri
Istri kedua
pertama

Keterangan:

5
= Penderita
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal

Pasien anak keempat dari sembilan bersaudara, sekarang pasien tinggal

dengan istri keduanya dan belum mempunyai anak.

C. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Penderita tinggal serumah dengan istri. Hubungan dengan rekan kerja kurang baik

karena penderita merasa dirinya di tuduh sakit dan dipaksa untuk berobat ke

dokter jiwa.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1. Status Interna :

Tekanandarah : 100/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Frekuensi napas : 20 x/menit

Suhu tubuh : 36,5 C

SpO2 : 99%

Kulit

Inspeksi : purpura (-), anemis (-), ikterik (-), hiperpigmentasi (+)


Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-)

KepaladanLeher

Inspeksi : normosefali
Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)
Auskultasi : bruit (-)

Mata

6
Inspeksi : konjungtivaanemis (-/-), skleraikterik (-/-), merah(-),

perdarahan (-), mataberair (-), ptosis (-), Pandangankabur (-/-),

pupil isokorkiridankanan.
Funduskopi : tidak dilakukan

Telinga

Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)


Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

Hidung

Inspeksi : epistaksis (-/-)


Palpasi : nyeri (-/-)

Mulut

Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),

leukoplakia (-)

Toraks

Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus vokalsimetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak tampak


Palpasi : iktus teraba pada ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : batas kanan: ICS IV linea sternalis dektra
Batas kiri: ICS V linea midklavikula sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : bentuk permukaan abdomen cembung, sikatrik (-), striae (-),

hernia (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 3x/ menit
Perkusi : timpani

7
Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa

(-)
Nyeri tekan (-) - - -

- - -
- - -

Punggung
Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri (-) nyeri ketok ginjal (-)
Ekstremitas
Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)
Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)
2. Status Neurologis
Nervus I XII : Dalam batas normal
Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala peningkatan TIK : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada

IV. STATUS MENTAL

A. DeskripsiUmum

1. Penampilan

Penderita laki-laki berumur 50 tahun tinggi sekitar 160 cm, berbadan cukup berisi,

kulit sawo matang, berambut lurus pendek, wajah sesuai umur, berpakaian batik

dan jaket, bercelana panjang, memakai sandal jepit, penampilan rapi.

2. Kesadaran : Jernih

3. Perilakudanaktivitasmotorik : Hiperaktif

4. Pembicaraan : Spontan, filght of ideas.

5. Sikapterhadappemeriksa : Kooperatif

6. Kontak psikis : ada, tidak wajar, dan dapat dipertahankan.

8
B. Keadaan

Afek/mood : hiperthym
Ekspresi Emosi
1. Stabilitas : labil
2. Pengendalian : pasien tidak dapat

mengendalikan emosinya secara wajar


3. Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh
4. Dalam/dangkal : dalam
5. Skala diferensiasi : sempit
6. Empati : tidak dapat diraba/rasakan

C. Fungsi Kognitif

Kesadaran : Jernih
Dayakonsentrasi : Baik
Orientasi
Waktu :+
Tempat: +
Orang :+
Situasi :+
Dayaingat
Segera : baik
Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi A/V/G/T/O : +/+/-/-/-


Ilusi A/V/G/T/O : -/-/-/-/-

E. Proses pikir

Bentuk pikir : Derealistik


Arus pikir : Flight of ideas
Isi pikir :
o Preokupasi : (+)

9
o Waham : waham kejar, waham kebesaran dan

waham curiga

F. Pengendalian Impuls : tidak baik

G. DayaNilai

Daya nilai sosial :baik

Uji daya nilai : baik

H. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Lingkungan


Pasien membantah bahwa sakit.

Tilikan : Tilikan 1

I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

J. Penilaian realitas terganggu dalam hal :

Halusinasi Auditorik : Pasien mendengar bisikan (+)

Halusinasi Visual : Melihat makhluk alam sebelah (+)

Waham kejar : (+)

Waham curiga : (+)

Waham kebesaran : (+)

Gaduh Gelisah : (+)

Afek/mood : Hyperthym

Bentuk pikir : Derealistik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis :

Fase Prodormal (Februari 2017): pasien sering tampak melamun, mondar

mandir, bicara sendiri, gangguan hubungan sosial dan pekerjaan.

10
Fase Aktif (Maret 2016) : Pasien Berhalusinasi, waham curiga, waham

kejar, waham kebesaran dan gaduh gelisah.


Kesadaran : Jernih
Psikomotor : hiperaktif
Afek/mood : Hyperthym
Ekspresi Emosi :

1. Stabilitas : labil

2. Pengendalian : pasien tidak dapat mengendalikan

emosinya secara wajar

3. Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh

4. Dalam/dangkal : dalam

5. Skala diferensiasi : sempit

6. Empati : tidak dapat diraba/rasakan

Halusinasi: Auditorik (+), Visual (+)


Waham kejar: (+)
Waham curiga: (+)
Waham kebesaran (+)
Gaduh Gelisah: (+)
Stressor psikososial karena: Pasien memiliki masalah dikantor tempat

bekerja.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F.30.2 Mania dengan Gejala Psikotik


2. Aksis II :None
3. Aksis III : None
4. Aksis IV : Masalah pekerjaan
5. Aksis V : GAF scale 60-51, gejala sedang

(moderate), disabilitas sedang

VII. DAFTAR MASALAH

11
A. Masalah terkait fisik
Pasien tidak memiliki masalah terkait fisik
B. Masalah terkait psikologis
Psikomotor perilaku dan aktivitas psikomotor hyperaktif, pembicaraan

verbal, spontan, flight of ideas, afek hyperthym, ekspresi afektif luas, afek

dan mood tidak serasi, empati tidak dapat diraba rasakan, orientasi waktu

dan orang baik, tempat baik, arus pikir filght of ideas, bentuk pikir

derealistik, isi pikir waham (kejar, kebesaran, dan curiga), persepsi

halusinasi auditorik dan visual , dan tilikan derajat 1.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia adbonam

Fase prodormal : dubia ad bonam

Diagnosis stressor : dubia ad bonam

Gangguan sistemik : dubia ad bonam

Perjalan penyakit : dubia adbonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Ekonomi : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : Risperidone tab 2 x 2 mg

12
Haloperidol tab 2 x 2 mg

Depakote tab 2 x 1 mg

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga serta bimbingan

terutama untuk kontrol dan meningkatkan kesadaran

penderita untuk tidak menghentikan pengobatan sendiri.

Monitoring efek samping obat.

IX. DISKUSI

1. Mania

1.1 Definisi

Mania merupakan status mental abnormal yang ditandai dengan euforia,

disinhibisi sosial, aliran pikiran yang cepat, susah tidur, berbicara terus menerus,

mudah mengambil resiko dan bersifat iritabilitas. Mania tanpa gejala psikotik

termasuk dalam episode mania, ditandai dengan karakteristik dalam afek yang

meningkat, disertai dengan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas

fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu

episode manik tunggal (yang pertama). Termasuk dalam kelompok ini hipomania,

mania tanpa gejala psikotik, dan mania dengan gejala psikotik. Jika ada episode

afektif (depresi, manik, atau hipomanik) sebelum atau sesudahnya, maka termasuk

gangguan afektif bipolar (F31)


1

1.2 Etiologi

13
Merupakan Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui. Penyebabnya

merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial.

Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun

faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan

gangguan ini pada sekurangnya beberapa pasien.

1.2.1 Genetika.

Pola penurunan genetika terjadi melalui mekanisme yang kompleks.

Penelitian kembar menunjukkan angka kesamaan sebesar 70% untuk kembar

monozigot dan 20% untuk kembar dizigot. Insiden dalam masyarakat umum

sebesar 1% dan dalam keluarga tingkat pertama 10-15%. Jenis transmisinya

kemungkinan poligenik, mengarah ke berbagai tingkat predisposisi. Penyakit

bipolar dan unipolar bersifat menurun.

1.2.2 Biokimia.

Biokimia dari kelainan afektif tetap tidak diketahui, walaupun dua hipotesis

tentang senyawa amina menghasilkan banyak penyelidikan selama bertahun-

tahun. Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa setidaknya beberapa penyakit

mania mungkin berhubungan dengan kelebihan katekolamin di dalam otak.

Hipotesis indolamina juga membuat pernyataan serupa untuk 5 hydroxytriptamin

(5HT). Metabolit utamanya asam 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA). Kelainan

metabolit amin biogenik seperti 5-hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA),

homovanillic acid (HVA), 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah,

urin, dan cairan cerebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien.

14
Terjadinya mania secara biologi sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Terdapat hipotesis yang menjelaskan bahwa jumlah neurotransmitter serotonin di

lobus temporal mungkin sangat tinggi sehingga terjadi mania. Dopamin,

norepinephrine, glutamate dan GABA juga mengambil peranan yang penting.

Lobus temporal berperan dalam berbicara, belajar, membaca, asosiasi huruf berisi

amygdala, yang merupakan pusat emosional di otak. Bagian kiri amygdala lebih

aktif pada wanita yang mania dan korteks orbitofrontal merupakan bagian yang

kurang aktif.

1.2.3 Psikososial.

Hal ini berhubungan dengan psikis (kejiwaan) dan keadaan lingkungan

sosial seorang penderita mania. Kepribadian premorbid biasanya menunjukkan

adanya gangguan afek yang ringan selama hidupnya. Keadaan ini tidak

berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian atau personalitas penderita

mania biasanya berperilaku lebih riang, energitik, dan lebih ramah dari rata-rata.

Penelitian terbaru menemukan bahwa penderita gangguan bipolar afektif yang

menggunakan obat-obatan maupun alkohol, memiliki onset yang lebih awal dan

penyakit yang lebih parah daripada yang tidak menggunakannya. Para pengguna

obat-obatan dan alkohol tersebut lebih bersifat iritabel dengan mood/perasaan

yang mudah berubah serta lebih resisten terhadap pengobatan dan lebih cenderung

untuk dirawat inap di rumah sakit. Meskipun terdapat perdebatan dalam

perbandingan penggunaan obat-obatan dan alkohol dan terjadinya gangguan

afektif, tetapi secara umum insidens terjadinya gangguan ini pada pengguna

15
alkohol beberapa kali lebih banyak daripada populasi lain yang

tidak menggunakannya (sekitar 6%-9%).

1.3 Gejala Klinis

Biasanya paling sedikit berlangsung selama satu minggu hampir setiap

hari, afeknya meningkat, lebih gembira, mudah tersinggung (iritabel)

ataumembumbung tinggi (ekspresif) dan terdapat hendaya dalam fungsi

kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala berupa: penurunan

kemampuan bekerja,

hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Perasaannya hiperthym,

mudah tersinggung, tidak mudah frustrasi, mudah marah dan menyerang.

Emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan gembira ke depresi dalam beberapa

menit saja. Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan, merasa

hebat. Mereka mudah teralihkan perhatiannya, sangat produktif dan tidak

terkendalikan.

1.4 Kriteria Diagnosis Mania

Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ III

a. Hipomania

Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi

atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang

kurangnya beberapa hari berturut turut, pada suatu derajat intensitas

dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan

tidak disertai halusinasi atau waham.

16
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial

memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan

itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan.

b. Mania Tanpa Gejala Psikotik

Episode harus berlangsung sekurang kurangnya 1 minggu, dan

cukup berat sampai mengacaukan seluruh atay hampir seluruh pekerjaan

dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.


Perubahan afek harus disertai dengan energiu yang bertambah

sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara,

kebutuhan tidur yang berkurang, ide ide perihal kebesaran/ grandiose

ideas dan terlalu optimistik.

c. Mania Dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari

mania tanpa gejala psikotik.


Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat

berkembang menjadi waham kejar (delusion of grandeur), iritabilitas dan

kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham dan

halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood congruent).

Berdasarkan tabel Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi 3

yang direvisi (DSM-III-R), kriteria diagnostik episode mania adalah sebagai

berikut :

a.Suatu masa yang berbatas jelas dengan afek yang abnormal,menetap, ekspansif,

dan iritabel.

17
b.Saat terjadinya gangguan afek,sedikitnya ada 3 dari gejala di bawah ini ( 4 bila

afeknya hanya iritabel ) dan cukup dirasakan oleh lingkungannya.

i.Harga diri yang dibesarkan atau grandiosis

ii.Kebutuhan tidur berkurang

iii.Suka bicara lebih dari biasanya dan ada dorongan untuk bicara terus

iv.Loncat pikir atau ia merasa alur pikirnya seperti berpacu.

v.Mudah teralihkan perhatiannya

vi.Bertambahnya kegiatan yang bertujuan atau agitasi psikomotor.

vii.Ikut serta secara berlebih pada kegiatan yang menggembirakan yang

beresiko tinggi untuk mengakibatkan penderitaan.

c.Gangguan afek yang cukup gawat menyebabkan gangguan yang nyata dalam
fungsi kerja, kegiatan social, atau hubungan dengan orang lain, atau
membutuhkan perawatan inap demi mencegah menciderai diri atau orang lain.

d.Pada saat tiada gangguan afek yang menonjol, tak ada halusinasi atau waham
selama 2 minggu.

e.Tidak bertumpang tindih pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan


waham, atau gangguan psikotik yang tak ditentukan.

f.Tak dapat dibuktikan bahwa factor organic menyebabkan atau mempertahankan


gangguan itu.

Setelah menegakkan diagnosa suatu episode mania, maka harus dibedakan


antara hipomania, episode mania dengan tanpa gejala psikotik, dan episode mania
dengan gejala psikotik.

18
Dari ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders:
Diagnostic Criteria for Research, disebutkan pedoman diagnostic episode mania
dengan gejala psikotik :5

A.Suasana perasaan meningkat dengan jelas, ekspansif, atau iritabel, dan


abnormal bagi pribadi yang bersangkutan. Perubahan suasana perasaan harus
nyata dan menetap sekurangnya selama 1 minggu( kecuali jika cukup berat dan
membutuhkan perawatan rumah sakit).

B.Setidaknya ada 3 tanda yang harus menyertai ( 4 bila afeknya hanya iritabel ) :

1.Peningkatan aktivitas atau kegelisahan fisik.


2.Suka bicara ( ada dorongan untuk bicara terus )
3.flight of ideas atau alur pikirnya seperti berpacu.
4.hilangnya larangan sosial normal, menyebabkan perilaku yang tidak
sesuai kepada keadaan
5.kebutuhan tidur berkurang
6.meningkatnya harga diri atau grandiositas
7.distraktibilitas atau perubahan terus-menerus dalam aktivitas dan
rencana.
8.Perilaku sembrono atau membabibuta dengan resiko yang tidak
diketahui
9.Kecerobohan seksual.
C.Episode tidak dihubungkan dengan penggunaan zat psikoaktif atau
gangguan mental organic lain.
D.Episode tidak bertumpang tindih dengan kriteria skizofrenia atau
gangguan skizoafektif tipe mania.
E.Waham atau halusinasi muncul.

1.5 Klasifikasi

Dalam PPDGJ III Skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang

mempunyai spesifikasi masing-masing yang kriterianya didominasi dengan hal-

hal sebagai berikut :

19
1. Hipomania

2. Mania tanpa Gejala Psiotik

3. Mania dengan Gejala Psikotik

2. Mania dengan Gejala Psikotik

II.1 Definisi

Episode mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang

yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi

cara berbicara yang cepat, berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang,

perasaan senang atau bahagia , dan peningkatan minat pada suatu tujuan.

Selain itu, tampak sifat mudah marah, mengamuk, sensitive, hiperaktif, dan

waham kebesaran.

Mania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari

seluruh gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengsn

mania adalah 55 tahun dengan perbandingan jumlah pria dan wanita 2 : 1.

Prevalensi timbulnya mania sekitar 0,1% pertahun.

Akibat gangguan jiwa yang dialami penderita maka terjadi gangguan

fungsi mental yang bermanifestasi pada afek dan tingkah laku penderita,

terganggunya hubungan sosial. Pada riwayat keluarga tidak didapatkan yang

mengalami gangguan jiwa. Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad

bonam, karena rata-rata durasi episode mania adalah sekitar 2 bulan. Dengan

95% sembuh sempurna. Dhingra & Rabins (1991) mengamati pasien usia

lanjur dengan mania selama 5 7 tahun dan menemukan 34% pasien

20
meninggal. Selama pengamatan, 32% pasien mengalami penurunan fungsi

kognitif yang diukur dengan Mini Mental State Examination dengan skor

kurang dari 24. 72% pasien mengalami bebas dari gejala dan 80% dapat

hidup independent..

Terapi yang direncanakan pada penderita ini adalah berupa

farmakoterapi yaitu Resperidone tablet 2 x 2 mg/hari. Risperidone adalah

obat dengan fungsi untuk mengatasi gangguan mental/mood tertentu, seperti

schizophrenia, gangguan bipolar, dan iritabilitas yang berhubungan dengan

gangguan autis. Pengobatan ini dapat membantu Anda untuk berpikir jernih

dan beraktivitas normal dalam kehidupan sehari-hari.

Berikatan dengan reseptor serotonin 5HT2 dan DopaminD2 di otak dan

perifer. Ikatan dengan reseptor dopamin 20 kali lebih rendah dibandingkan

ikatan dengan reseptor 5-HT2. Penambahan aktivitas antagonis reseptor

serotonin pada aktivitas antagonis reseptor dopamin (mekanisme klasik

neuroleptik) dipercaya memperbaiki gejala negatif psikosis dan menurunkan

insidens efek samping ekstrapiramidal. Reseptor alfa 1, alfa2 adrenergik,

reseptor histamin juga diantagonis dengan afinitas kuat. Risperidon

mempunyai afinitas rendah atau sedang terhadap reseptor 5-HT1c, 5-HT1d

dan5-HT1a, sedangkan terhadap reseptor D1 afinitasnya rendah dan tidak

mempunyai afinitas terhadap reseptor muskarinik, beta1 dan beta2. Efek

samping yang terjadi pada lebih dari 10% pasien: SSP : insomnia, agitasi,

21
cemas, sakit kepala, gejala ekstra piramidal, pusing (injeksi), saluran cerna :

berat badan naik, pernapasan : rinitis (injeksi)..

Haloperidol 3 x 1,5 mg/hari merupakan antipsikosis dengan efek

samping sedatif lemah digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala

dominan : apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan

inisiatif, hipoaktif, waham dan halusinansi. Haloperidol sering menimbulkan

efek samping berupa gejala ekstrapiramidal / sindrom parkinson. Tindakan

mengatasi dengan tablet Trihexyphenidyl 3 4 x 2 mg/hari, Sulfas Atropin

0,50-0,75 mg (im).

Natrium divalproex juga merupakan alternatif terapi yang penting

sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan

untuk kasus-kasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengansiklus

berulang), penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan

anxietas, atau penyakit otak organik.

Psikoterapi dianjurkan pemberian support pada penderita dan keluarga

agar mempercepat penyembuhan penderita.

LAMPIRAN

Grafik Perjalanan Penyakit

Nama : Tn. M.A.J

22
Usia : 50 Tahun

Agama : Prostestan

Status :Menikah

Pendidikan terakhir : S1 Tekhnik Sipil

Mania

Hipomania

Normal

Februari 2017 Maret 2017

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss :


Surabaya. 1994.

2. Maramis MM, Agustina K, Azimatul K. Tatalaksana gangguan mental untuk


dokter layanan primer. Departemen SMF Ilmu Kedokteran Universitas
Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2014. Jakarta; 1-187.

3. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri


Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta.

23
4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of
Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):
Washington DC. 1996.

5. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-Unika Atmajaya,
2013.

6.

7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi 1997.

24

Anda mungkin juga menyukai