F.30.2
Oleh :
Sahurrahmanisa (I4A013091)
Yehuda Wahyu Satrio JW (I4A013239)
Pembimbing :
dr. H, Asyikin Noor, Sp.KJ, MAP
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M.A.J
Tempat, Tanggal lahir : Banjarmasin, 19 Agustus 1976
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Banjarmasin
Pendidikan : S1 Tekhnik Sipil
Pekerjaan : PNS
Agama : Protestan
Suku : Dayak
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk : 27 Maret 2017
Menurut istri pasien, sejak awal Februari 2017, pasien tiba-tiba sering
melamun di rumah, pasien biasanya hanya diam, dengan ekspresi tatapan kosong.
berbicara kepada orang lain. Pasien juga mulai acuh dengan lingkungannya.
1
lingkungan kompleks rumahnya. Perawatan diri pasien cukup baik dalam segi
karena pasien sering bertingkah aneh seperti melamun dan berbicara sendiri.
Fase Aktif (Maret 2016) : Pasien Berhalusinasi, waham curiga, waham kejar,
perempuan yang berisi nasehat kepadanya. Pasien juga mengaku bisa melihat dan
berbicara dengan orang hebat seperti Sultan Suriansyah sehingga pasien merasa
dirinya bisa menyembuhkan orang sakit dengan membaca mantra. Saat dirumah
pasien merasa dirinya dicurigai managernya oleh sebab pasien merasa dituduh
karena kunci motor pasien diambil managernya. Pasien juga pernah kehilangan
melempar remot ac. Pada saat kepoliklinik pasien membantah bahwa dirinya sakit
2
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
berurusan dengan hukum ataupun menderita trauma pada kepala dan kejang, atau
Autoanamnesis
sakit jiwa. Pasien mengaku memiliki kekuatan yang bisa menyembuhkan orang
lain dengan membaca mantra. Pasien mengaku kekuatan tersebut diturunkan oleh
kakeknya. Pasien juga mengaku sering berinteraksi dengan alam sebelah dan
berbuat jahat kepadanya serta pasien merasa curiga terhadap sesama karyawan
kantor.
Pasien dapat menyebutkan dengan benar siapa nama dan usianya. Pasien juga
anggota keluarga yang ada setelah beberapa kali diberi pertanyaan dan menjawab.
a) Riwayat Prenatal
3
c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs
Guilt
Confusion
g) Riwayat pendidikan
Pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar pada usia 6 tahun. Pasien tidak
pernah tinggal kelas, nilai rapor dalam batas kelulusan dengan nilai baik.
Pasien pernah masuk peringkat 10 besar saat SD. Setelah lulus, pasien
masuk Sekolah Menengah Pertama selama 3 tahun dan selalu naik kelas.
Pasien bersekolah di SMK hingga lulus dengan nilai cukup dan tidak
pernah tinggal kelas. Sosialisasi saat SMK dengan teman sebayanya baik.
4
Pasien sudah lama bekerja di PDAM kota madia kurang lebih sekitar 3
orang anak, kemudian bercerai pada tahun 2005, lalu menikah lagi dengan
RIWAYAT KELUARGA
Genogram
Istri
Istri kedua
pertama
Keterangan:
5
= Penderita
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
Penderita tinggal serumah dengan istri. Hubungan dengan rekan kerja kurang baik
karena penderita merasa dirinya di tuduh sakit dan dipaksa untuk berobat ke
dokter jiwa.
1. Status Interna :
Nadi : 80 x/menit
SpO2 : 99%
Kulit
KepaladanLeher
Inspeksi : normosefali
Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)
Auskultasi : bruit (-)
Mata
6
Inspeksi : konjungtivaanemis (-/-), skleraikterik (-/-), merah(-),
pupil isokorkiridankanan.
Funduskopi : tidak dilakukan
Telinga
Hidung
Mulut
Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-),
leukoplakia (-)
Toraks
Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus vokalsimetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung
Abdomen
hernia (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 3x/ menit
Perkusi : timpani
7
Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), massa
(-)
Nyeri tekan (-) - - -
- - -
- - -
Punggung
Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri (-) nyeri ketok ginjal (-)
Ekstremitas
Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-)
Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)
2. Status Neurologis
Nervus I XII : Dalam batas normal
Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala peningkatan TIK : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada
A. DeskripsiUmum
1. Penampilan
Penderita laki-laki berumur 50 tahun tinggi sekitar 160 cm, berbadan cukup berisi,
kulit sawo matang, berambut lurus pendek, wajah sesuai umur, berpakaian batik
2. Kesadaran : Jernih
3. Perilakudanaktivitasmotorik : Hiperaktif
5. Sikapterhadappemeriksa : Kooperatif
8
B. Keadaan
Afek/mood : hiperthym
Ekspresi Emosi
1. Stabilitas : labil
2. Pengendalian : pasien tidak dapat
C. Fungsi Kognitif
Kesadaran : Jernih
Dayakonsentrasi : Baik
Orientasi
Waktu :+
Tempat: +
Orang :+
Situasi :+
Dayaingat
Segera : baik
Jangka pendek : baik
Jangka panjang : baik
D. Gangguan Persepsi
E. Proses pikir
9
o Waham : waham kejar, waham kebesaran dan
waham curiga
G. DayaNilai
Tilikan : Tilikan 1
Afek/mood : Hyperthym
Anamnesis :
10
Fase Aktif (Maret 2016) : Pasien Berhalusinasi, waham curiga, waham
1. Stabilitas : labil
3. Sungguh-sungguh/tdk : sungguh-sungguh
4. Dalam/dangkal : dalam
bekerja.
11
A. Masalah terkait fisik
Pasien tidak memiliki masalah terkait fisik
B. Masalah terkait psikologis
Psikomotor perilaku dan aktivitas psikomotor hyperaktif, pembicaraan
verbal, spontan, flight of ideas, afek hyperthym, ekspresi afektif luas, afek
dan mood tidak serasi, empati tidak dapat diraba rasakan, orientasi waktu
dan orang baik, tempat baik, arus pikir filght of ideas, bentuk pikir
VIII. PROGNOSIS
12
Haloperidol tab 2 x 2 mg
Depakote tab 2 x 1 mg
IX. DISKUSI
1. Mania
1.1 Definisi
disinhibisi sosial, aliran pikiran yang cepat, susah tidur, berbicara terus menerus,
mudah mengambil resiko dan bersifat iritabilitas. Mania tanpa gejala psikotik
termasuk dalam episode mania, ditandai dengan karakteristik dalam afek yang
fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu
episode manik tunggal (yang pertama). Termasuk dalam kelompok ini hipomania,
mania tanpa gejala psikotik, dan mania dengan gejala psikotik. Jika ada episode
afektif (depresi, manik, atau hipomanik) sebelum atau sesudahnya, maka termasuk
1.2 Etiologi
13
Merupakan Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui. Penyebabnya
merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial.
1.2.1 Genetika.
monozigot dan 20% untuk kembar dizigot. Insiden dalam masyarakat umum
1.2.2 Biokimia.
Biokimia dari kelainan afektif tetap tidak diketahui, walaupun dua hipotesis
14
Terjadinya mania secara biologi sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Lobus temporal berperan dalam berbicara, belajar, membaca, asosiasi huruf berisi
amygdala, yang merupakan pusat emosional di otak. Bagian kiri amygdala lebih
aktif pada wanita yang mania dan korteks orbitofrontal merupakan bagian yang
kurang aktif.
1.2.3 Psikososial.
adanya gangguan afek yang ringan selama hidupnya. Keadaan ini tidak
mania biasanya berperilaku lebih riang, energitik, dan lebih ramah dari rata-rata.
menggunakan obat-obatan maupun alkohol, memiliki onset yang lebih awal dan
penyakit yang lebih parah daripada yang tidak menggunakannya. Para pengguna
yang mudah berubah serta lebih resisten terhadap pengobatan dan lebih cenderung
afektif, tetapi secara umum insidens terjadinya gangguan ini pada pengguna
15
alkohol beberapa kali lebih banyak daripada populasi lain yang
kemampuan bekerja,
Emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan gembira ke depresi dalam beberapa
menit saja. Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan, merasa
terkendalikan.
a. Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi
dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan
16
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial
berikut :
a.Suatu masa yang berbatas jelas dengan afek yang abnormal,menetap, ekspansif,
dan iritabel.
17
b.Saat terjadinya gangguan afek,sedikitnya ada 3 dari gejala di bawah ini ( 4 bila
iii.Suka bicara lebih dari biasanya dan ada dorongan untuk bicara terus
c.Gangguan afek yang cukup gawat menyebabkan gangguan yang nyata dalam
fungsi kerja, kegiatan social, atau hubungan dengan orang lain, atau
membutuhkan perawatan inap demi mencegah menciderai diri atau orang lain.
d.Pada saat tiada gangguan afek yang menonjol, tak ada halusinasi atau waham
selama 2 minggu.
18
Dari ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders:
Diagnostic Criteria for Research, disebutkan pedoman diagnostic episode mania
dengan gejala psikotik :5
B.Setidaknya ada 3 tanda yang harus menyertai ( 4 bila afeknya hanya iritabel ) :
1.5 Klasifikasi
Dalam PPDGJ III Skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang
19
1. Hipomania
II.1 Definisi
yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi
perasaan senang atau bahagia , dan peningkatan minat pada suatu tujuan.
Selain itu, tampak sifat mudah marah, mengamuk, sensitive, hiperaktif, dan
waham kebesaran.
seluruh gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengsn
fungsi mental yang bermanifestasi pada afek dan tingkah laku penderita,
bonam, karena rata-rata durasi episode mania adalah sekitar 2 bulan. Dengan
95% sembuh sempurna. Dhingra & Rabins (1991) mengamati pasien usia
20
meninggal. Selama pengamatan, 32% pasien mengalami penurunan fungsi
kognitif yang diukur dengan Mini Mental State Examination dengan skor
kurang dari 24. 72% pasien mengalami bebas dari gejala dan 80% dapat
hidup independent..
gangguan autis. Pengobatan ini dapat membantu Anda untuk berpikir jernih
samping yang terjadi pada lebih dari 10% pasien: SSP : insomnia, agitasi,
21
cemas, sakit kepala, gejala ekstra piramidal, pusing (injeksi), saluran cerna :
0,50-0,75 mg (im).
LAMPIRAN
22
Usia : 50 Tahun
Agama : Prostestan
Status :Menikah
Mania
Hipomania
Normal
DAFTAR PUSTAKA
23
4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of
Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):
Washington DC. 1996.
5. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-Unika Atmajaya,
2013.
6.
24