BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki sumber daya
alam yang melimpah. Melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia dan
jumlah daratan yang luas sehingga memungkinkan penduduknya melakukan
usaha pertanian sebagai sumber mata pencarian, maka sektor pertanian merupakan
prioritas utama yang mendapat perhatian dari Pemerintah untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pemerintah berupaya memajukan sektor
pertanian yang merupakan tulang punggung tata ekonomi Indonesia.
Di sisi lain, laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membawa
korelasi antara meningkatnya kebutuhan pangan yang harus diikuti dengan usaha
peningkatan produksi di sektor pertanian dan pembangunan pabrik kimia. Atas
dasar pertimbangan itulah maka Pemerintah merasa perlu untuk mendirikan
sebuah perusahaan pupuk di Indonesia, salah satu yang pertama adalah PT. Pupuk
Sriwidjaja atau lebih dikenal dengan sebutan PT. Pusri yang merupakan produsen
pupuk pertama yang didirikan di Indonesia. Keberadaan PT. Pusri ini memiliki
peranan penting dalam alih teknologi di bidang industri petrokimia dan
pemenuhan kebutuhan pupuk dalam negeri.
Pada tahun 1997, Pusri ditunjuk sebagai perusahaan induk membawahi empat
BUMN yang bergerak di bidang industri pupuk dan petrokimia, yaitu
PT. Petrokimia Gresik di Gresik, Jawa Timur; PT. Pupuk Kujang di Cikampek,
Jawa Barat; PT. Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur; dan PT. Pupuk
3
PT. Rekayasa Industri (berkantor pusat di Jakarta). Pada tahun 1998, anak
perusahaan Pusri bertambah satu BUMN lagi, yaitu PT. Mega Eltra di Jakarta
yang bergerak di bidang perdagangan.
Pada tahun 2010 dilakukan Pemisahan (Spin Off) dari Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Pupuk Sriwidjaja disingkat PT. Pusri (Persero) kepada PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang serta telah terjadinya pengalihan hak dan kewajiban
PT. Pusri (Persero) kepada PT. Pusri Palembang sebagaimana tertuang didalan
RUPS-LB tanggal 24 Desember 2010 yang berlaku efektif 1 Januari 2010
sebagaimana dituangkan dalam Perubahan Anggaran Dasar PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang melalui Akte Notaris Fathiah Helmi, SH nomor 14 tanggal 12
November 2010 yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM tanggal 13
Desember 2010 nomor AHU-57993.AH.01.01 tahun 2010.
Bermula dengan satu unit pabrik berkapasitas 100.000 ton urea per tahun,
perusahaan ini mengalami perkembangan pesat sepanjang tahun 1972 hingga
1994 dengan dibangunnya beberapa pabrik baru. Pembangunan beberapa pabrik
tersebut meningkatkan kapasitas produksi PT. Pusri hingga mencapai 2.260.000
ton urea per tahun. Pabrik pupuk urea pertama PT. Pusri diberi nama Pusri-I.
Start-up pabrik ini dimulai pada tanggal 16 Oktober 1963 dengan kapasitas
produksi sebesar 180 ton ammonia/hari dan 300 ton urea/hari.
PT. Pusri memperluas produksinya dengan pembangunan pabrik baru
dikarenakan kebutuhan pupuk dalam negeri yang semakin meningkat sebagai
akibat dari meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan juga kebutuhan beras
nasional. Perluasan pabrik Pusri mulai direncanakan pada tahun 1965 melalui
penandatanganan perjanjian kerjasama antara Departemen Perindustrian dengan
perusahaan engineering Toyo Menko dari Jepang, namun rencana tersebut
menemui kegagalan akibat kejadian G30S/PKI. Untuk menindak lanjuti rencana
perluasan pabrik tersebut kemudian diadakan studi kelayakan bersama John Van
Der Volk & Associate dari Amerika Serikat pada tahun 1968. Pada tahun 1972
4
mulai didirikanlah pabrik baru yang disebut pabrik Pusri-II dengan kapasitas
terpasang 660 ton ammonia/hari dan 1150 ton urea/hari.
Dikarenakan kebutuhan pupuk dalam negeri semakin meningkat dengan
sangat pesat, perluasan pabrik kembali dilakukan dengan membangun dua pabrik
baru yaitu pabrik Pusri-III dan Pusri-IV dalam jangka waktu yang relatif hampir
bersamaan. Pabrik Pusri-III dibangun pada tanggal 21 Mei 1975 dengan kapasitas
terpasang 1000 ton ammonia/hari dengan menggunakan proses Kellog dan
kapasitas produksi urea 1725 ton/hari dengan proses Mitsui Toatsu Total Recycle
(MTTR) C-Improved oleh Kellog Overseas Corp dan Toyo Engineering
Corporation (TEC). Pabrik Pusri-IV mulai dibangun dengan kapasitas terpasang
dan proses yang sama, lima bulan setelah pembangunan pabrik Pusri-III.
Pabrik PusriI-I dihentikan operasinya pada tahun 1985 karena dipandang
tidak efisien lagi. Untuk menggantikan pabrik Pusri-I, pada tahun 1990 mulai
dibangun pabrik baru yang diberi nama pabrik Pusri-IB. Pabrik Pusri-IB memiliki
kapasitas 446.000 ton ammonia per tahun dengan menggunakan proses Kellog
dan kapasitas pabrik urea 570.000 ton urea per tahun dengan menggunakan proses
Advanced Process for Cost and Energy Saving (ACES) dari Toyo Engineering
Corporation (TEC). Pabrik ini merupakan pabrik yang dibangun dengan konsep
hemat energi dan menggunakan sistem kendali komputer Distributed Control
System. Konstruksi pabrik ini dilaksanakan oleh PT. Rekayasa Industri.
Berikut ini adalah data pembangunan dan spesifikasi pabrik Pusri-I, Pusri-II,
Pusri-III, Pusri-IV, dan Pusri-IB:
1. Pusri-I
Studi Kelayakan Ekonomi : Gass Bell & Associates
Pelaksanaan Konstruksi : Morrison Knudsen of Asia Inc. (AS)
Penandatanganan Kontrak : 01 Maret 1961
Mulai Konstruksi : Oktober 1961
Selesai Konstruksi : Agustus 1963
Produksi Pertama : 16 Oktober 1963
Biaya : US $ 33 juta
Sumber Dana : Exim Bank (Japan)
Kapasitas Terpasang : Ammonia 180 ton/hari
Urea 300 ton/hari
Proses Pembuatan : Ammonia-Gidler
5
2. Pusri-II
Studi Kelayakan Ekonomi : John Van der Valk
Pelaksanaan Konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (Japan)
Penandatanganan Kontrak : 07 Agustus 1972
Mulai Konstruksi : 07 Desember 1972
Selesai Konstruksi : 06 Agustus 1974
Produksi Pertama : 06 Agustus 1974
Biaya : US $ 86 juta
Sumber Dana : USAID,
OECF,
IDA Bank Asia,
Pemerintah RI
Kapasitas Terpasang : Urea 1.150 ton/hari
Ammonia 660 ton/hari
Proses Pembuatan : Ammonia-Kellog
Urea-MTC Total Recycle C-Improved (TRCI)
Kebutuhan Gas Alam : 40.000 MMSCF
3. Pusri-III
Studi Kelayakan Ekonomi : PT. Pusri
Pelaksanaan Konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (Japan)
Penandatanganan Kontrak : 07 Agustus 1974
Mulai Konstruksi : 21 Mei 1975
Selesai Konstruksi : November 1976
Produksi Pertama : Desember 1976
Biaya : US $ 192 juta
Sumber Dana : Bank Dunia,
Pemerintah RI
Kapasitas Terpasang : Urea 1.725 ton/hari
Ammonia 1000 ton/hari
Proses Pembuatan : Ammonia-Kellog
Urea-MTC Total Recycle C-Improved (TRCI)
Kebutuhan Gas Alam : 50.000 MMSCF
6
4. Pusri-IV
Studi Kelayakan Ekonomi : PT. Pusri
Pelaksanaan Konstruksi : Kellog Overseas Corp. (AS)
Toyo Engineering Corp. (Japan)
Penandatanganan Kontrak : 07 Agustus 1975
Mulai Konstruksi : 25 Oktober 1975
Selesai Konstruksi : Juli 1977
Produksi Pertama : Oktober 1977
Biaya : US $ 186 juta
Sumber Dana : Dana Pembangunan Saudi Arabia
Kapasitas Terpasang : Ammonia 1000 ton/hari
Urea 1.725 ton/hari
Proses Pembuatan : Ammonia-Kellog
Urea-MTC Total Recycle C-Improved (TRCI)
Kebutuhan Gas Alam : 50.000 MMSCF
Sumber Gas Alam : Pertamina Pendopo Prabumulih
5. Pusri-IB
Studi Kelayakan Ekonomi : PT. Pusri
Pelaksanaan Konstruksi : PT. Rekayasa Industri (indonesia)
Penandatanganan Kontrak : 14 Nopember 1989
Mulai Konstruksi : Agustus 1990
Selesai Konstruksi : Desember 1992
Produksi Pertama : Desember 1994
Biaya : US $ 247,5 juta
Sumber Dana : PT. Pusri,
Pemerintah RI,
Bank Exim Jepang
Kapasitas Terpasang : Ammonia 1350 ton/hari
Urea 1.725 ton/hari
Proses Pembuatan : Ammonia-Kellog
Urea-ACES
Kebutuhan Gas Alam : 55.000 MMSCF
Sumber Gas Alam : Pertamina Pendopo Prabumulih
PT. Pupuk Sriwidjaja yang semula hanya memiliki satu pabrik dengan
proses optimalisasi dan modifikasi telah membuat PT. Pusri mampu memproduksi
7
2. Sungai Musi merupakan sumber air yang tidak pernah kering sepanjang
tahun yang menunjang bahan baku pembuatan steam dan keperluan utilitas
lainnya, di samping sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil
pabrik.
Berikut ini merupakan tampilan lokasi PT. Pusri Palembang yang di ambil
dari foto udara.
Kompleks perindustrian PT. Pusri terletak tepat di tepi sungai Musi. Bagian
depan kompleks menghadap ke Jl. Mayor Zen. Bagian depan kompleks industri
merupakan gedung Kantor Pusat. Kantor Pusat merupakan kantor staff direksi dan
administrasi umum PT. Pusri. Di dalam kompleks tersebut juga terdapat kompleks
perumahan karyawan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti rumah
sakit, fasilitas olah raga, gedung pertemuan, perpustakaan umum, rumah makan,
masjid, dan sebagainya. Selain itu, terdapat juga penginapan yang diperuntukkan
bagi tamu PT. Pusri. Kompleks perumahan dan kompleks pabrik dibatasi oleh
pagar dan terdapat dua buah gerbang masuk kompleks pabrik yang dijaga oleh
aparat keamanan. Empat buah pabrik terletak berkelompok-kelompok
mengelilingi daerah tangki penyimpanan ammonia.
12
Dalam setiap pabrik, terdapat rumah compressor dimana pada tempat tersebut
compressor dan pompa diletakkan menjadi satu. Alasan pengelompokkan ini
adalah karena compressor adalah peralatan yang sangat berisik, sehingga harus
dikelompokkan agar suara bising tidak tersebar kemana-mana. Jika compressor
dikelompokkan menjadi satu, penanganan kondensat juga menjadi lebih mudah.
Hal yang sama juga dilakukan dengan boiler. Boiler dan GTG (Gas Turbin
Generator) diletakkan berdekatan agar kehilangan panas akibat transportasi yang
panjang dapat dihindari.
a. General Manager
b. Manager
c. Staff Manager
d. Superintendent
e. Assistant Superintendent
f. Senior Foreman
g. Foreman
Foreman atau kepala regu bertugas untuk mengkoordinir regu yang sedang
bertugas pada shift kerja tertentu dan membantu kinerja seorang senior
foreman.
h. Koordinator Operator
i. Operator Senior
j. Operator Lapangan
3. Koordinator Lapangan
4. Operator senior (panel)
5. Operator lapangan
Serta seorang senior foreman, bertugas sebagai pengkoordinir kegiatan di
lapangan antara unit kerja pabrik dan shift, mengawasi kerja operator untuk setiap
shift, dan sekaligus sebagai penanggung jawab operasional pabrik pada jam kerja
diluar day shift.
Operator yang mengoperasikan pabrik terdiri dari operator senior, yang
bertugas di control panel room, dan operator lapangan. Operator-operator tersebut
bekerja sesuai shift yang telah dijadwalkan dan diketuai oleh seorang kepala seksi
shift, dengan pembagian kerja sebagai berikut:
a. Day shift : 07.00 15.00
b. Swing shift : 15.00 23.00
c. Night shift : 23.00 07.0
Dalam satu siklus kerja operator (pegawai shift) terdapat 4 regu yang mana 3 regu
bertugas dan 1 regu libur secara bergantian.
Selain operator dan karyawan lapangan yang jadwal kerjanya dibagi per shift
karena membutuhkan waktu 24 jam, terdapat pula karyawan non shift (pegawai
administrasi) dan jabatan setingkat kepala bagian ke atas dengan jadwal kerja:
1. Hari senin-kamis : 07.30-
16.30 diselingi istirahat pukul 12.00-13.00.
2. Hari jumat : 07.30-17.00
diselingi istirahat pukul 11.30-13.00.
3. Hari sabtu dan minggu
libur.
21
Gambar 3 Bagan
struktur organisasi PT.
Pupuk Sriwidjaja
1.4
Pendistribusian dan
Pemasaran
Pada tahun 1979,
PT. Pusri ditunjuk
sebagai penanggung
jawab pengadaan dan
penyaluran seluruh
jenis pupuk bersubsidi,
baik yang berasal dari
produksi dalam negeri
maupun luar negeri
untuk memenuhi
kebutuhan program
intensifikasi pertanian
melalui Keputusan
Menteri Perdagangan
dan Koperasi
No.56/KP/II/1979.
Berdasarkan penunjukan tersebut, PT. Pusri bertanggung jawab dalam
memasarkan dan mendistribusikan berbagai jenis pupuk hingga sampai di tangan
petani (Pipe Line Distribution Pattern) dengan menekankan mekanisme distribusi
pada faktor biaya (Least Cost Distribution Pattern). Untuk dapat memenuhi
kewajibannya tersebut, PT. Pusri memiliki sistem distribusi sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut ini.
22
Petani