Kelas : VII. 4
Beruang dan Lebah Madu
Suatu hari, di sebuah hutan hiduplah seekor Beruang besar tinggal seorang diri. Ia
memiliki persediaan makanan yang cukup banyak. Namun, suatu hari. Persediaan makanan yang
ia miliki sudah hampir habis. Hari ke hari terus berjalan. Akhirnya, makanan yang ia punya
sudah benar-benar habis.
Suatu pagi, Beruang merasa kelaparan. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke dalam
hutan belantara. Beruang mencari buah-buahan dan madu kesukaannya ke dalam hutan. Namun,
ia tidak dapat mendapatkan apa-apa. Ia merasa sangat sedih.
Beruang, terus menyusuri hutan dan menyusuri danau yang berada dalam hutan. Beruang
terus berjalan dengan menahan rasa lapar. Namun, di tengah perjalanan Beruang melihat sarang
Lebah yang berada di sebuah lubang pohon yang tumbang di dekat sungai. Dengan sangat
berhati-hati, Beruang mendekati sarang Lebah.
Karena merasa sangat penasaran. Beruang mulai mengendus-endus dengan sangat
berhati-hati di dekat pohon tumbang tersebut. Beruang memastikan apakah Lebah-lebah berada
dalam sarangnya atau tidak. Namun, pada saat Beruang sedang asik mengendus-endus. Beruang
tidak menyadari bahwa sekumpulan Lebah sudah pulang dan membawa banyak madu.
Lebah-lebah, yang melihat seekor Beruang berdiri tepat di depan sarang mereka. Lebah-
lebah pun terbang mendekati Beruang besar tersebut. Tiba-tiba, sekumpulan Lebah tersebut
menyengat pantat Beruang dengan sengatannya. Beruang, sangat terkejut dan merasa sangat
kesakitan. Ia pun sangat marah dan mengamuk. Beruang menyerang balik sekawanan Lebah
tersebut. Karena melihat Beruang sangat marah, sekumpulan Lebah sangat ketakutan dan
bersembunyi di balik pohon. Sengatan lebah di pantatnya, membuat Beruang benar-benar sangat
marah. Beruang meloncat ke atas batang pohon yang sudah tumbang. Beruang segera
menghancurkan sarang Lebah dengan cakarnya yang sangat tajam. Melihat Beruang
menghancurkan sarangnya. Membuat sekawanan Lebah yang berada dalam sarang sangat marah.
Mareka segera keluar dan langsung menyerang Beruang besar tersebut. Beruang, akhirnya lari
terbirit-birit. Ia melarikan diri dengan bekas sengatan lebah di seluruh tubuhnya.
Namun, sekumpulan Lebah terus mengejarnya. Beruang sangat kebingungan. Bagaimana ia
dapat melarikan diri dari kejaran kemarahan Lebah tersebut. Namun, akhirnya, ia mendapatkan
Nama : Dimas Mahyuda Syaputra
Kelas : VII. 4
ide untuk menyelamatkan diri dari Lebah-lebah tersebut. Beruang terus berlari dan akhirnya
Beruang melihat sebuah sungai di tepi hutan. Untuk menyelamatkan diri, Beruang menyelam ke
dalam air yang sangat dalam. Ketika situasi sudah aman. Beruang keluar dari air. Ia merasa
sangat sedih. Seharian mencari makanan. Namun, ia tidak mendapatkan apa-apa. Malah
mendapatkan sengatan Lebah di seluruh tubuhnya.
Kejadian ini terjadi dahulu kala di Georgia, Amerika Serikat. Saat Minggu malam telah
tiba, petani dan istrinya tidur larut malam sekali setelah berpesta. Keesokan harinya, petani dan
istrinya belum juga bangun. Mereka tidur pulas hingga siang.
Pada minggu pagi itu, burung-burung gagak berkumpul di pohon yang besar. Mereka
tahu bahwa petani dan istrinya masih terlelap. Mereka pun segera terbang ke ladang jagung dan
berpesta jagung. "Koak...koak...," ribut suara gagak berpesta jagung.
Ayam Jago terbangun dan melihat burung gagak sedang memakan jagung di ladang
petani. Ayam jago berkokok untuk membangunkan petani dan istrinya. "Kukuruyukkkkk,
bangun, bangun, bangun!" teriak ayam jago. Tapi Petani dan istrinya tetap tidur pulas.
Sementara, burung-burung gagak terus berpesta memakan jagung. "Ada gagak di ladang jagung.
Ada gagak di ladang jagung," teriak ayam jago sekuat tenaga. Petani dan istrinya justru tambah
Nama : Dimas Mahyuda Syaputra
Kelas : VII. 4
mendengkur pulas. Ayam jago jadi putus asa. Kemudian, kalkun tua mendatangi ayam jago.
"Jagungnya telah habis dimakan gagak," kata kalkun pada ayam jago. Saat petani dan istrinya
bangun, seluruh jagung di ladang telah habis dimakan gagak. Itulah awal munculnya istilah di
Georgia, "Ada gagak di ladang jagung" yang artinya "Sudah waktunya bangun."
Seorang bapak bernama John sudah merasa letih hidup di kota. la ingin hidup di desa
yang tenang. Akhirnya, ia memutuskan membawa anak dan istrinya ke sebuah desa di Kansas. la
membeli sebidang tanah dan berniat menjadi petani. Tapi, sebenarnya John tidak punya
pengalaman jadi petani. la tidak tahu dari mana harus mulai. lstrinya memberi usul agar John
membeli seekor bagal (hewan hasil campuran keledai jantan dan kuda betina mirip keledai)
untuk membajak ladang.
Kemudian, John menemui tetangganya. la bertanya di mana bisa membeli seekor bagal.
Kebetulan tetangga itu adalah orang yang suka bercanda dan sangat jahil. "Kami orang Kansas
Iebih suka menetaskan telur bagal sendiri," kata tetangga yang jahil. la tahu John berasal dari
kota dan sama sekali tidak tahu seperti apa bentuk seekor bagal. John kaget. "Aku tidak tahu
Nama : Dimas Mahyuda Syaputra
Kelas : VII. 4
kalau bagal berasal dari telur. Aku pikir bagal itu dilahirkan seperti manusia," kata John Iugu.
"Tidak. Bagal itu dari telur. Aku punya satu buah telur bagal. Aku akan berikan kepadamu
gratis," kata tetangga jahil itu. la pun masuk ke gudang dan membawakan sebuah kelapa yang
sudah dikupas. "Kamu harus mengerami telur ini selama satu minggu hingga menetas," tambah
tetangga jahil itu.
Dengan agak bingung John pulang membawa "telur bagal" itu. lstri dan anak-anaknya
senang mendapatkan "telur bagal" gratis. Mereka sekeluarga bergantian mengerami "telur bagal".
Namun, setelah tiga minggu berlalu, telurnya tidak juga menetas. Mereka kesal dan membuang
"telur bagal" ke semak belukar. Tanpa diduga, "telur bagal" itu mengenai seekor kelinci besar
yang sedang berada di semak. Kelinci itu kaget dan melompat keluar semak. "ltu bayi bagal.
Tangkap dia, Ayah!" seru anak-anak John. John pun mengejar kelinci yang dikiranya sebagai
anak bagal. Tapi, kelinci terlalu cepat untuk John. John pun menyerah. "Mana bagal itu?" tanya
istrinya. "Lebih baik ia kabur. Mana bisa aku membajak ladang dengan bagal secepat itu," jawab
John kesal. Begitulah nasib orang yang tidak punya pengalaman bertani, tapi ingin jadi petani.