Evaluasi Program DBD Puskesmas Rawat Inap
Evaluasi Program DBD Puskesmas Rawat Inap
Oleh:
Pembimbing:
PENDAHULUAN
terssebut.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui program pencegahan dan penanggulangan DBD di
Januari-Desember 2015.
2. Mengetahui masalah dalam pelaksanaan program pencegahan
penyelesaiannya.
1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas
Sebagai suatu bahan evaluasi program pencegahan dan
yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari
tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati,
ditandai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan
demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot
dan tulang belakang, sakit perut dan DBD, mual muntah. Fenomena
tanda tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok yang
dalam tubuh nyamuk Aedes aegepty (betina). Virus ini termasuk famili
Flaviviridae yang berukuran kecil sekali yaitu 35-45 mm. Virus ini dapat
ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya yang nantinya akan menjadi
nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk
virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia yang pada saat itu
di kelejar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat siap untuk
(Darmowandowo, 2001).
perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai pada saat
penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa
:
a Perdarahan pada kulit atau petechie, echimosis, hematom.
klinis lain yang tidak khas dijumpai pada penderita DBD adalah :
waktu menelan.
konstipasi.
c Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal
sekitar mata, lakrimasi dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila
menerus dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga
muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang
mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari ketiga sampai ketujuh,
ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat. Bila
8).
a Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara
b Manifestasi perdarahan.
c Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus
d Dengan/adanya renjatan
e Kenaikan nilai hematokrit.
Menurut (Mubin, 2009) derajat penyakit DBD terbagi empat derajat :
1 Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
2 Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan
3 Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah,
4 Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah
yang tidak dapat diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.
penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan.
Nyamuk
Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah
dalam potongan bambu, dalam lipatan daun dan dalam genangan air
menembus kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang
lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh
manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan memasuki
sirkulasi (viremia), yang pada saat itu manusia yang terinfeksi akan
manusia maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap
virus ini antara manusia yang satu dengan yang lain dapat berbeda,
komponen plasma atau cairan darah dari dalam pembuluh darah menuju
ke rongga perut berupa gejala asites dan rongga selaput paru berupa
gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk
sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi terjadi maka orang tersebut akan
jarak terbang sejauh 40-100 meter dan tidak dapat hidup diatas
genangan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, jernih dan
gelap baik yang berada di dalam ruangan ataupun di luar ruangan. Dalam
mencapai nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7-14 hari, yaitu 2-3 hari
untuk perkembangan dari telur menjadi jentik, 4-9 hari dari jemtik
menjadi pupa, 1-2 hari dari pupa menjadi nyamuk dewasa. Berdasarkan
(Aedes aegypti) sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara cepat
2005).
( 20 30 ml/ kg BB)
a Tirah baring
b Beri makanan lunak, dan bila belum nafsu makan di beri minum 1.5 2
demam berdarah dengue dapat ditegakkan bila semua hal dibawah ini
terpenuhi:
a Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik
tekanan darah turun sampai diastolik dibawah 20 mmHg, kulit dingin serta
pasien gelisah
1 Tindakan Observasi
37.5 oC) . Rasional tindakan ini adalah sebagai pedoman acuan untuk
b Observasi intake dan output, tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
tindakan selanjutnya.
b Berikan kompres hangat pada axilla, rasional tindakan ini adalah untuk
gaster.
3 Tindakan kolaborasi:
1. Data primer
2. Data sekunder
BAB IV
1. Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kedaton yang meliputi 7 ( tujuh )
Kelurahan yang terletak di Kecamatan Kedaton, yaitu :
a. Kelurahan Kedaton dengan luas wilayah 1,48 Km2
b. Kelurahan Sukamenanti dengan luas wilayah 0,19 Km2
c. Kelurahan Sidodadi dengan luas wilayah 1,16 Km2
d. Kelurahan Surabaya dengan luas wilayah 1,25 Km2
e. Kelurahan Sukamenanti Baru dengan luas wilayah 0,19 Km2
f. Kelurahan Penengahan dengan luas wilayah 0,25 Km2
g. Kelurahan Penengahan Raya dengan luas wilayah 0,20 Km2
Jumlah Penduduk :
Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah Pegawai Negeri, Pedagang dan
Buruh. Mayoritas penduduk memeluk Agama Islam, dan sebagian kecil ada pula yang
beragama Kristen Katholik, Hindu dan Budha.
2. Demografi :
Puskesmas PUSTU
No. Jenis Ketenagaan Jumlah Ket.
Kedaton Sukamenanti
1 Dokter Umum 8 0 8
2 Dokter Gigi 2 0 2
3 Profesi keperawatan(Ns) 2 0 2
4 Sarjana Keperawatan 1 0 1
5 Sarjana Kesmas 3 0 3
6 SAA 1 0 1
7 D-III Farmasi 1 0 1
8 Apoteker 1 0 1
10 / D-III Gizi 1 0 1
12 SPRG 2 0 2
13 SPK 1 2 3
14 D-III Perawat 4 1 5
15 D IV Kebidanan 1 0 1
16 D-III Kebidanan 5 1 6
17 D IV Analis 1 0 1
18 D-III Analis 1 0 1
19 Sanitarian 1 0 1
20 Pekarya Kesehatan/SMA 1 0 1
21 Juru Mudi 1 0 1
23 Bidan PTT 5 0 5
24 Perawat Poskeskel 14 0 14
25 Cleaning Service 2 0 2
26 Tenaga Kontrak 15 1 16
27 Perawat TKS 0 0 0
28 Bidan kontrak 7 1 8
Jumlah total 91
semua pasien yang datang ke Puskesmas Kedaton. Berikut adalah data-data hasil
Tidak ada pasien yang meninggal. Tidak didapatkan data pasien yang sembuh. Tidak
JA FE MA JU NO
NO KELURAHAN N B R APR MEI N JUL AGT SEP OKT V DES
P/M P/M P/M P/M P/M P/M P/M P/M P/M P/M P/M P/M
1 KEDATON 3/0 0/0 1/0 1/0 0/0 1/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
2 SIDODADI 2/0 6/0 0/0 1/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
3 SURABAYA 2/0 1/0 1/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
4 SUKAMENANTI 0/0 0/0 2/0 3/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 1/0
SUKA
MENANTI
5 BARU 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
6 PENENGAHAN 0/0 1/0 1/0 0/0 1/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
PENENGAHAN
7 RAYA 1/0 0/0 0/0 1/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0 0/0
JUMLAH 8 8 5 6 1 1 0 0 0 0 0 1
N
Variabel Definisi operasional atau rumus Pencapaian
o
1. Angka Jml Penderita DBD x100.000 30 x
kesakitan penduduk 100.000/47.399
Jml Penduduk = 63,32/1000
penduduk.
2. Angka Jml Penderita DBD yang 0 x 100%/30 =
kematian meninggal x100% 0%
Jml Seluruh penderita DBD
3. Angka Jml Kasus yang ditemukan 30x100%/47.399
penemuan x100% = 0,06%
kasus DBD Jml Penduduk
4. Angka Jml kader yang terlatih x 100%
kemampua 100%
n kader Jml seluruh kader yang ada
mendeteksi
dini
5. Angka Jml kasus tertangani sesuai 80%
penderita standar x100%
DBD Jml seluruh kasus yang di obati
tertangani
6. Angka Jml rumah bebas jentik x100% 2347x100%/280
Bebas Jentik Jml rumah diperiksa 0= 83%
7. Angka Jml rumah ditemukan jentik 453x100%/2800
House x100% = 16%
Indeks Jml rumah diperiksa
4.2.Menetapkan Masalah
Dari data diatas dapat diidentifikasi sejumlah masalah dalam Program pencegahan
Dari penetapan prioritas berdasarkan teknik kriteria matriks diatas maka prioritas masalah
yang dipilih adalah angka kesakitan pada wilayah kerja Puskesmas Kedaton masih tinggi.
Adapun urutan prioritas masalah yang berhasil ditetapkan adalah sebagai berikut :
1 Angka kesakitan pada wilayah kerja Puskesmas Kedaton masih tinggi Target
63/1000 penduduk.
Pada P (Prevalence) beratnya masalah diberikan nilai 5 pada angka kesakitan. Poin
diberikan berdasarkan kesenjangan tolok ukur dengan data yang didapatkan. Nilai
kesenjangan pada angka kesakitan adalah 0,32%.
Pada S (Severity) atau dampak yang ditimbulkan oleh masalah tersebut, angka
kesakitan lebih tinggi dari standar 63 per 1000 penduduk, diberi nilai 5.
Nilai RI (Rate of Increase) atau kenaikan besarnya masalah diberikan nilai 5 pada
angka kesakitan.
DU atau Degree of Unmeet Need atau derajat keinginan masyarakat yang tidak
terpenuhi, diberikan nilai 3 pada angka kesakitan lebih tinggi dari standar 30 per 1000.
Pada SB (Social Benefit) yaitu keuntungan sosial jika masalah teratasi, pada angka
kesakitan diberkan nilai 5. Pada (Social Benefit) angka diberi nilai lebih besar karena
diharapkan angka kesakitan akan menurun sehingga tidak akan terjadi Kejadian Luar Biasa
atau wabah DBD kembali sehingga tidak membuat pengeluaran bertambah untuk pengobatan
penyakit.
Pada PB (Public Concern) atau rasa prihatin masyarakat, nilai diberikan pada angka
kesakitan yaitu 3. Hal ini karena masih rendahnya tingkat keperdulian masyarakat terhadap
kasus DBD.
PC (Political Climate) atau suasana politik yang terbangun saat ini. Pemerintah sering
kali mengiklankan mengenai penggunaan bubuk abate untuk membunuh jentik dan
pentingnya pelaksanaan 3M. Pemerintah juga terbukti peduli dengan angka kesakitan
penduduk yang tinggi, yaitu dengan adanya pengobatan DBD gratis, di Bandar Lampung
terdapat program JAMKESMAS untuk pengobatan gratis di rumah sakit pemerintah.
Pada T (Technical Feasibility) atau kelayakan teknologi yang tersedia saat ini
diberikan nilai 3. Pada angka kesakitan telah tersedia sarana dan prasarana yang memadai
untuk pelayanan pengobatan kesakitan penyakit DBD.
Variabel sumber daya yang tersedia atau Resources Availibility (R) diberikan nilai 3
karena masih kurang tersedianya tenaga dan dana kesehatan di puskesmas dan adanya kader
yang tersedia untuk mengatasi masalah tersebut.
Dana Pengorganisasian
Sarana Penyuluhan
Tenaga
Fogging
Medis Medis dan Nonmedis
PE PSN
Metode
MASUKAN Pertemuan pelaksanaan
Pencatatan, pelaporan
Perencanaan tertulis
Nonfisk Penilaian
Fisik
Perencanaan
PROSES
LINGKUNGAN
UMPAN BALIK
dibahas sesuai dengan pendekatan sistem yang mempertimbangkan seluruh faktor baik
administrasi dan kader, dana yang tersedia, sarana medis dan non medis, sarana
penyuluhan, dan metode yang digunakan. Kuranganya jumlah sumber daya manusia,
yang digunakan dalam P2D menjadi kurang optimal, meliputi pengobatan, penyuluhan
dan pelatihan kader. Sehingga partisipasi masyarakat menjadi lebih rendah dari yang
diharapkan. Selain SDM yang kurang faktor dana dan sarana medis serta non medis
juga memegang peranan yang penting. Oleh sebab itu bila kurang memadai juga dapat
Organisasi juga perlu direncanakan dengan baik, agar terdapat staffing dan pembagian
tugas yang jelas sehingga masing-masing pelaksana dalam organisasi dapat bekerja
DBD. Tidak adanya penyuluhan kesehatan mengenai DBD juga berdampak pada
serta kapan waktu yang tepat untuk berobat. Kurangnya kader yang terlatih
hal yang penting karena apabila tidak terlaksana dengan baik, dapat menyebabkan tidak
adanya laporan tertulis, penyimpanan laporan yang tidak tersistematisasi dengan baik,
dan pelaporan yang terlambat atau tidak lengkap kepada puskesmas. Hal-hal diatas
pada akhirnya dapat mengakibatkan target pencapaian program yang telah ditentukan
tidak tercapai.
juga dapat menjadi masalah apabila pusat layanan kesehatan terletak di lokasi yang
sulit dijangkau.
Hasil pelaporan ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan Puskesmas untuk
Dilakukan wawancara dengan pihak yang terlibat (penanggung jawab program P2DBD
Puskesmas Rawat Inap Kedaton ) dan membandingkasn hasil dan tolak ukur dilakukan
penyebab masalah tersebut dapat dilihat pada beberapa tabel berikut ini.
Tabel 4.8 Konfirmasi penyebab masalah program P2DBD pada komponen masukan
2. Dana Tersedianya dana dari Tersedianya dana yang cukup lancer (-)
APBN, APBD hanya dari APBD dan APBN
d. laboratorium
4. Metode Pengobatan penderita
DBD
(-)
a. Pendekatan untuk a. Pendekatan dari
penderita anak-anak Puskesmas (-)
dan dewasa b. Pengobatan dilakukan pada
b. Pengobatan penderita semua penderita DBD
DBD baik kausal, yang berobat meliputi
simtomatik terapi simtomatik
Tabel 4.9 Konfirmasi penyebab masalah program P2DBD pada komponen proses
Berdasarkan tabel diatas maka ditetapkan penyebab masalah belum optimalnya program
P2DBD di Puskesmas Rawat Inap Kedaton untuk periode Januari-Desember 2015 berdasarkan
1. Masukan
dokter, perawat, tenaga administrasi dan kader, dana yang tersedia, sarana medis dan
non medis, sarana penyuluhan, dan metode yang digunakan dapat menjadi penyebab
masalah. Agar program P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal maka
dibutuhkan tenaga kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang
petugas administrasi. Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya
program P2D belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal. Sarana medis
yang tersedia sudah sesuai dengan standar, sehingga tidak menjadi masalah
juga dapat dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan kader. Semua hal diatas
juga harus ditunjang oleh dana yang memadai. Tidak adanya dana khusus juga
2. Proses
berupa petugas pelaksana program yang masih merangkap program yang lain
program yang sedang berjalan juga dirasa kurang optimal. Pencatatan dilakukan
secara periodik setiap bulan dan tahunan. Dengan adanya pencatatan dan pelaporan
3. Lingkungan
DBD, oleh karena itu dibutuhkan penyuluhan yang dilakukan terus-menerus agar
meningkat sehingga tujuan dari program P2DBD ini dapat tercapai. Demikian
Puskesmas ini telah melakukan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan secara
1. Masukan
Sarana:
2. Proses
Perencanaan:
Pelaksanaan:
Penilaian:
4. Umpan Balik
kurangnya cakupan penderita DBD yang diobati di Puskesmas Rawat Inap Kedaton.
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan urutan prioritas jalan keluar sebagai berikut :
(kader/petugas kesehatan)
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap termasuk data kasus dari
menambah tenaga pelaksana program yang tidak merangkap program lain. Karena pada
lebih dari 1 program puskesmas. Hal tersebut harus segera diintervensi lebih lanjut
mestinya. Setelah menambah jumlah tenaga kerja untuk bertanggung jawab terhadap
program puskesmas, prioritas kedua adalah dengan melakukan pelatihan kepada para
kader. Dengan dilakukannya pelatihan kepada para kader, diharapkan program P2D
dapat terlaksana sebagai tindakan preventif. Tindakan preventif tersebut antara lain
kemudian dilakukannya pencatatan dan pelaporan yang lengkap. Lalu langkah terakhir
dalam pelaksanaan suatu program adalah melakukan evaluasi program P2D. Dengan
evaluasi, semua kendala-kendala yang ada dapat diperbaiki sehingga pelaksanaan P2D
periode selanjutnya akan lebih baik, sehingga angka kesakitan DBD pun dapat
berkurang di masyarakat.
4.7 Membuat Perencanaan untuk Memperbaiki Program yang Dievaluasi
Jenis Kegiatan
Pelatihan para
kader untuk
melakukan
penyuluhan
kelompok DBD
dan
penatalaksanaanny
a pada masyarakat