Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna

dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan guna mencapai pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu pemberian ASI perlu

diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan tetap mempertahankan

pemberian ASI dilanjutkan makanan pendamping sampai usia 2 tahun.

ASI mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan otak

karena gula dan lemak yang dikandungnya. Penelitian perbandingan terhadap

bayi yang diberi ASI dengan bayi yang diberi susu buatan pabrik yang

dilakukan oleh Lucas (1996) & Riva (1998), membuktikan bahwa IQ bayi

yang diberi ASI lebih tinggi beberapa point daripada bayi yang diberi susu

formula. Penelitian Richards dkk di Inggris juga menemukan bahwa anak-

anak yang diberi secara bermakna menunjukkan hasil pendidikan yang lebih

tinggi. Penelitian-penelitian tersebut meyakinkan manfaat positif memberikan

ASI bahwa anak lebih cerdas (Wiji, 2013).

Bayi yang diberikan ASI Eksklusif dapat mencapai pertumbuhan-

perkembangan dan kesehatan yang optimal karena mengandung zat gizi paling

sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya, seperti lemak, karbohidrat,

protein, garam dan mineral serta vitamin (Maryunani, 2010).

1
2

ASI mengandung zat protektif (pelindung) dan tidak menimbulkan

alergi, dari berbagai penelitian ditemukan bahwa di Amerika Serikat 400 bayi

meninggal/tahun berkaitan dengan muntaber, 300 diantaranya bayi dengan

susu formula. Penelitian lain menyebutkan bahwa kematian berkaitan dengan

penyakit pernafasan terjadi 2-5x lebih banyak pada bayi dengan susu formula,

sepsis dan meningitis 4x lebih sering pada bayi dengan susu formula, penyakit

juvenile DM 25% disebabkan karena bayi tidak diberi ASI, serta serangan

alergi lebih dini pada bayi dengan susu formula (Maryunani, 2010).

Pemberian ASI eksklusif bukan hanya isu nasional namun juga

merupakan isu global. Pernyataan bahwa dengan pemberian susu formula

kepada bayi dapat menjamin bayi tumbuh sehat dan kuat, ternyata menurut

laporan mutakhir UNICEF (Fact About Breast Feeding) merupakan

kekeliruan yang fatal, karena meskipun insiden diare rendah pada bayi yang

diberi susu formula, namun pada masa pertumbuhan berikutnya bayi yang

tidak diberi ASI ternyata memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk

menderita hipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dll (Dinkes Jateng,

2012).

Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan

telah ditetapkan dalam SK menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004.

ASI Eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai

bayi berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan

vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat
3

ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu.

Target Millennium Development Goals (MDGs) ke-4 adalah

menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu

1990-2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan

pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi.

Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2

tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) secara

adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan

Angka Kematian Bayi (AKB) (Sitaresmi, 2010)

Tingkat pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah.

Kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya promosi susu

formula membuat banyak ibu gagal menyusui bayinya secara eksklusif.

Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian

Kesehatan menyebutkan bahwa berdasarkan data Susenas (Survei Sosial

Ekonomi Nasional) tahun 2010, baru ada 33,6 % bayi umur 0-6 bulan yang

mendapatkan ASI eksklusif. Bahkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010

menyebutkan, hanya 15,3 persen bayi umur kurang dari 6 bulan yang

mendapat ASI eksklusif (Wiji, 2013). Sedangkan menurut Depkes RI (2005)

agar ibu-ibu dapat lebih berhasil dalam menyusui diperlukan bantuan moril

dari suami dan keluarga.

Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Para antropolog yang

melakukan penelitian, mengungkap adanya perhatian dan perlakuan khusus


4

terhadap ibu dalam masa kehamilan, saat persalinan dan pasca persalinan

(Perinasia, 2004). Dukungan dalam keluarga dan suami masih minim sehingga

ibu tidak semangat dalam memberikan ASI kepada bayinya dan tidak sedikit

bayi berumur 2 bulan sudah diberi makanan pendamping karena

ketidaktahuan ibu terhadap manfaat ASI (Purwanti, 2008).

Peran ayah dalam keberhasilan menyusui sangat besar. Berdasarkan

penelitian terhadap 115 ibu pasca persalinan, keberhasilan menyusui pada

kelompok ayah tidak mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok ayah

yang mengerti ASI adalah 98,1%. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui,

dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat

berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI Eksklusif.

Suami cukup memberikan dukungan secara emosional dan bantuan yang

praktis (Roesli, 2003)

Profil kesehatan kabupaten/kota Propinsi Jawa Tengah tahun 2012

menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 25,6%,

menurun dibandingkan tahun 2011 (45,18%) dari target yang diharapkan 80%.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo pada bulan

Maret tahun 2013 di Kabupaten Wonosobo tercatat jumlah bayi usia 6 bulan

920 bayi. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif yaitu sebesar 458

bayi, hal ini berarti hanya 49,78 % bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.

Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kalibawang Kab.Wonosobo juga belum

memenuhi target pencapaian ASI eksklusif sebesar 80% yaitu dari jumlah
5

bayi umur 6 bulan sebesar 22 bayi hanya 9 bayi atau 40,01 % yang

mendapatkan ASI secara eksklusif (Dinkes Kab. Wonosobo, 2013).

Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kalibawang pada

tanggal 1-2 Oktober 2013 dengan 8 orang ibu, diperoleh hasil ada 5 orang ibu

memberikan ASI Eksklusif sedangkan 3 orang ibu tidak memberikan ASI

Eksklusif, 5 orang ibu mengetahui tentang ASI Eksklusif dan 3 ibu mendapat

dukungan dari suami dan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Puskesmas Kalibawang mempunyai 10 Bidan yang sudah ditempatkan di

masing-masing Desa. Posyandu dilaksanakan setiap bulan di masing-masing

Dusun dengan disertai pemberian penyuluhan baik tentang kesehatan ibu,

anak, keluarga berencana dan ASI Eksklusif.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian yang

berjudul hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan

dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui

di Puskesmas Kalibawang Kabupaten Wonosobo tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

disusun rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan tingkat

pengetahuan ibu dan dukungan suami tentang ASI eksklusif dengan perilaku

pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Puskesmas Kalibawang tahun

2013?
6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Memperoleh informasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

dan dukungan suami tentang ASI Eksklusif dengan perilaku pemberian

ASI Eksklusif pada ibu menyusui di Puskesmas Kalibawang Kabupaten

Wonosobo tahun 2013.


2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden di Puskesmas Kalibawang

Kabupaten Wonosobo tahun 2013


b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di

Puskesmas Kalibawang Kabupaten Wonosobo tahun 2013.


c. Mendeskripsikan dukungan suami pada ibu menyusui di Puskesmas

Kalibawang Kabupaten Wonosobo tahun 2013.


d. Mendeskripsikan perilaku pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Kalibawang Kabupaten Wonosobo tahun 2013


e. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kalibawang

Kabupaten Wonosobo tahun 2013.


f. Menganalisa hubungan dukungan suami dengan perilaku pemberian

ASI Eksklusif di Puskesmas Kalibawang Kabupaten Wonosobo tahun

2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan.


Hasil penelitian ini adalah membuktikan teori hubungan tingkat

pengetahuan ibu dan dukungan suami dengan perilaku pemberian ASI

Eksklusif, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan.


7

2. Manfaat bagi pengguna langsung


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh ibu menyusui dan

keluarga agar dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.


3. Manfaat untuk pengguna tidak langsung
a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten.
Sebagai bahan acuan bagi bagian perencanaan khususnya yang

berhubungan dengan peningkatan pencapaian cakupan ASI Eksklusif.


b. Bagi Puskesmas Kalibawang.
Sebagai bahan masukan kepada pengelola program Gizi dalam

meningkatkan cakupan ASI Eksklusif.


c. Bagi Institusi Pendidikan.
Dapat dijadikan tambahan pustaka dan referensi untuk peneliti

selanjutnya.

E. Ruang Lingkup
1. Ruang lingkup variabel
Variabel dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel bebas : tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan

dukungan suami.
b. Variabel terikat : perilaku pemberian ASI eksklusif.
2. Ruang lingkup subyek
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang

mempunyai bayi umur 7 bulan 1 tahun di Puskesmas Kalibawang,

Kabupaten Wonosobo.
3. Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus 2013 sampai Bulan

Pebruari 2014.
4. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kalibawang, Kabupaten

Wonosobo.
8

F. Keaslian penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Populasi
No Peneliti dan Judul Metode Hasil Analisis
Sampel

Irianty (2009)
Hubungan antara tidak ada
Observasional
Tingkat hubungan tingkat
analitik,
Pendidikan Ibu pendidikan
pendekatan waktu Populasi
Menyusui dengan dengan Perilaku
1 cross sectional, 68, total
Perilaku pemberian ASI
dengan uji sampling
pemberian ASI eksklusif di BPS
statistik Kendall
eksklusif di BPS Estu Aji
tau
Estu Aji Sukoharjo
Sukoharjo

Deskriptif
Ezhar Anis K Ada hubungan
korelasi,
(2010) hubungan dukungan
pendekatan waktu
dukungan dengan Purposive dengan
2 cross sectional,
Pemberian ASI sampling Pemberian ASI
dengan uji
Eksklusif pada Eksklusif pada
statistik chi
bayi bayi
square

3 Gita Aprilia Survei Analitik, Populasi


(2011) hubungan pendekatan waktu 50, jumlah
tingkat cross sectional, sampel 44 Ada hubungan
pengetahuan ibu dengan uji dengan antara tingkat
tentang ASI statistik chi Purposive pengetahuan ibu
Eksklusif dengan square sampling tentang ASI
Pemberian ASI Eksklusif dengan
Eksklusif di Desa Pemberian ASI
Harjobinangun Eksklusif di
Kecamatan Desa
Grabak Kbupaten Harjobinangun
Purworejo Kecamatan
Grabak
Kabupaten
Purworejo
9

Miftah Rahmi
Ada hubungan
Asneli (2013)
tingkat
Hubungan tingkat
pengetahuan ibu
pengetahuan Ibu
Populasi dan dukungan
dan dukungan Survei
160, suami tentang
suami tentang Korelasional
jumlah ASI eksklusif
ASI Eksklusif pendekatan waktu
sampel dengan perilau
4 dengan Perilaku cross sectional
114 pemberian ASI
pemberian Asi dengan uji
dengan eksklusif pada
Eksklusif pada statistik Koefisien
Cluster ibu menyusui di
ibu menyusui di Kontingensi
sampling Puskesmas
Puskesmas
Kalibawang,
Kalibawang,
Kabupaten
Kabupaten
Wonosobo
Wonosobo

Perbedaan antara penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini

adalah terletak pada waktu, tempat, sampel, variabel penelitian, dan uji

statistik yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai