Oleh:
Hafidhotussadiah, S.Ked
Pembimbing:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa
Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai
penyakit tentunya termasuk pula penyakit lambung, yang diasumsikan oleh orang
melibatkan gangguan patologis pada tukak peptic dan gastritis, bila telah
praktek sehari- hari. Diperkirakan hampir 30 % kasus pada praktek umum dan
penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah
mengalami hal ini dalam beberapa hari. Dari data pustaka negara barat didapatkan
Berikut ini akan dilaporkan sebuah laporan kasus dengan judul Dyspepsia
Sindrom dan Effusi Pleura dimana kasus ini diangkat untuk mengetahui diagnosa
2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 08.45.44
9Nama : Ny. S
Umur : 49 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
WIB
ANAMNESIS
Keluhan utama
3
Sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 minggu SMRS.
Keluhan Tambahan
punggung
bagian atas menjalar ke dada, nyeri perut di rasakan hilang timbul. Nyeri terasa
memberat jika os terlambat makan, perut terasa kembung dan sering merasa mual,
os juga mengeluh perut terasa penuh saat makan. Os juga mengeluh nyeri dada
kanan menjalar ke punggung dan merasa sesak bila keluhan tersebut kambuh
sejak 1 bulan terakhir setelah nyeri perut atas. Os juga mengeluh batuk kering dan
sering keluar keringat dingin yang berlebih. Os mengaku masih dapat beraktivitas
sebelum os nyeri perut disangkal oleh os. Nafsu makan pasien masih baik. BAK
4
os kembali berobat ke dokter. Selama pengobatan ini keluhan
bagian perutnya tidak nyaman dan perut terasa penuh dan mual.
saja. Os juga tidak pernah terbangun pada saat malam hari karena sesak nafas ini.
dengan keluhan mual dan badan teras lemas dan keluhan ini
5
ke IGD RSPBA, saat dalam perjalanan os masih merasakan sesak.
lemas dan nafsu makannya sedikit menurun. Riwayat Hipertensi tidak ada,
trauma tidak ada, riwayat alergi makanan dan obat tidak ada,
Batu ginjal/saluran
- Cacar air - Malaria -
kemih
- Faringitis - Disentri - Burut (hernia)
- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat
Tifus
- Batuk rejan - - Wasir
abdomen
- Campak - Hipotensi - Diabetes
- Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gosnore - Tumor
Penyakit Jantung
- Kholera - Hipertensi -
Koroner
Demam Ulkus
- - - Asma Bronkhial
rematik akut ventrikulus
Ulkus
- Pneumonia - - Gagal Ginjal Kronik
duodeni
- Pleuritis Gastritis - Serosis Hepatis
- Tuberkulosis - Batu empedu - Thypoid
6
Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
Kepala
Mata
menurun
- Sembab pada kelopak
mata
7
Telinga
Hidung
Mulut
- Bibir - Lidah
- Gusi - Gangguan pengecapan
- Selaput - Sariawan
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
8
- Berdebar - Batuk darah
Sesak saat berbaring - Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
Perasaan
- Kesemutan - Gangguan koordinasi otot
- Otot lemah - Sensitifitas
menurun/meningkat
- Kejang - Pingsan
- Kesulitan berbicara - Kedutan (tik)
- Hilang ingatan - Pusing (vertigo)
- Lain-lain - Gangguan bicara (disartri)
Ekstremitas
9
Ekstremitas superior dextra et sinistra
RIWAYAT MAKANAN
Tetap ( )
Turun ( )
Naik ()
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
10
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Berat Badan : 60 kg
Suhu : 36,8C
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku :
wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif
Alam perasaan :
Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah
Status Generalisata
Kulit
ada
ada
11
Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah :
Normal
Kering
: Normal
Kepala
Simetris
Rambut : Normal
Mata
Normal
: Normal
Tidak ada
Telinga
12
Tuli : Tidak tuli Selaput pendengaran :
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Hidung
Mulut
Leher
peningkatan)
13
Submandibula : Tidak teraba Leher :
Tidak teraba
Tidak teraba
Thorax
Bentuk : Simetris
simetris
Palpasi : Massa (-), krepitasi (-), vokal fremitus
Wheezing (-/-)
Jantung
14
- Inspeksi : Iktus cordis
tidak tampak
tidak teraba
sinistra
parasternalis sinistra
Abdomen
ikterik (-)
15
Ekstremitas
Deformitas (-)
Bengkak (-)
Sianosis (-)
Ptekie (-)
Ptekie (-)
Bengkak (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hitung jenis
leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
16
Segmen 79 50-70 %
Limposit 10 20-40 %
Monosit 10 2-8 %
Lk: 40-54 %
Hematokrit 30%
Wn: 38-47 %
MCV 82 80-96
MCH 28 27-31 pg
KIMIA DARAH
Gula Darah
111 < 200 mg/dl
Sewaktu
Lk 0,6-1,1 mg/dl
Kreatinin 0.7
Wn 0,5-0,9 mg/dl
Pemeriksaan EKG
17
1. Sinus rytem
2. HR : 300:3,5 : 86x/mnt
3. Aksis normal (di lihat di lead I, II, AVF)
4. Gel. P 2x0,04 = 0,012 s ( normal )
5. Interval PR : 4x0,04 = 0,016s (normal)
6. Gel. QRS : 0,04s (1 kotak kecil)
7. ST Tchange = normal
8. S di V1 + R di V5/V6 = 6+17 =23 ( normal < 35)
Kesan : Gambaran EKG masih normal
18
Kondisi foto simetris
Kesan :
RESUME
Pasien S perempuan, usia 49 tahun, keluhan sesak nafas yang memberat
sejak 1 hari SMRS disertai nyeri dada kanan tembus ke punggung sejak lebih
kurang 1 bulan yang lalu. Nyeri dada dirasakan hilang timbul, memberat jika
x/menit, suhu 36,8. BB tidak diketahui secara pasti. Pemeriksaan thorax terdapat
(+)
DAFTAR MASALAH
19
1. Pada kasus ini ditemukan pasien sesak nafas, nyeri dada
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
- O2 2-4 L
- Tirah baring dan kurangi
beralkohol
Farmakologi
- IVFD RL XX gtt/menit
- Omeprazole vial/12 jam
- Sucralfat 4x1 C
- Sanadryl DMP 3x1 C
- Scopamin 3x1 tab
ANJURAN PEMERIKSAAN
20
- Aspirasi cairan pleura
- Torakosintesis
PROGNOSIS
FOLLOW UP
(+)
O Keadaan umum:
Nadi : 85 x/m
Suhu : 36,8OC
Pernapasan : 28 x/m
Kepala:
Wajah oedem (-), oedem palpebra (-), konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
-/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+
Leher:
Paru:
21
P: Redup pada ICS V paru kanan dan ICS IV - V kiri
A: Vesikuler menurun pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung:
Abdomen:
teraba
P: tympani pada regio epigastrium dan regio umbilicus, Tes undulasi (-),
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang :
- CKMB 52
22
A Observasi dypsneu e.c Sindrom dispepsia + Effusi pleura
P - IVFD RL XX gtt/mnt
- Omeprazole vial/12 jam
- Sucralfat syrup 4x1 C
- Sanadryl DMP 3x1 C
- Scopamin tab 3x1 tab
Senin, 27 Februari 2017
S Sesak (+), keluhan nyeri dada sebelah kanan tembus ke belakang
Nadi : 82 x/m
Suhu : 36,2OC
Pernapasan : 28 x/m
Kepala:
Wajah simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher:
Paru:
A: Vesikuler menurun pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung:
23
I: Iktus kordis tidak terlihat
Abdomen:
teraba
P: tympani pada regio epigastrium dan regio umbilicus, Tes undulasi (-),
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang :
- CKMB : 52
24
- Scopamin tab 3x1 tab
- Tromboaspilet 1x2 tab (ekstra)
- Copidogrel 1x2 tab (ekstra)
- Mst 1x1 tab
Selasa, 28 februari 2017
S Sesak (+), keluhan nyeri dada sebelah kanan tembus ke belakang
Nadi : 81 x/m
Suhu : 36,2OC
Pernapasan : 21 x/m
Kepala:
Wajah simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik -/-, pupil isokor,
reflek cahaya +/+
Leher:
Paru:
A: Vesikuler menurun pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung:
25
P: Iktus kordis tidak teraba
Abdomen:
P: tympani pada regio epigastrium dan regio umbilicus, Tes undulasi (-),
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang :
- CKMB : 52
26
- Raccikan nyeri 3x1
- Lansofrazole 1x1
- Furosemid 1-1-1
Monitor TTV setiap 4 jam sekali
Jam TD RR N
13. 00 120/70 26x/m 82x/m
17.00 100/70 24x/m 90x/m
21.00 110/70 30x/m 79x/m
01.00 120/80 28x/m 82x/m
05.00 120/90 26x/m 90x/m
Nadi : 90 x/m
Suhu : 36,2OC
Pernapasan : 21 x/m
Kepala:
Paru:
27
P: Redup pada ICS V paru kanan dan ICS IV - V kiri
wheezing (-/-)
Jantung:
dextra
dextra
sinistra
Abdomen:
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang :
28
Hasil Pemeriksaan Kimia darah :
- CKMB : 52
RUJUK
BAB III
ANALISA KASUS
Sindrom dispepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa
praktek sehari- hari. Diperkirakan hampir 30 % kasus pada praktek umum dan
29
60% pada praktek gastroenterologist merupakan kasus dispepsia. Dari data
pustaka negara barat didapatkan angka prevalensinya berkisar 7- 41%, tapi hanya
dengan keluhan datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Os juga merasakan nyeri perut bagian atas
menjalar ke dada. Nyeri terasa memberat jika os terlambat makan, perut terasa
kembung dan sering merasa mual, os juga mengeluh perut terasa penuh saat
merasa sesak bila keluhan tersebut kambuh sejak 1 bulan terakhir setelah nyeri
perut. Hal ini sesuai dengan studi Scintigraphic Nuklear dibuktikan lebih dari
gejala dispepsia tidak jelas. Klinis nyeri perut atas yang dialami pasien disebabkan
karena pada keadaan normal seharusnya fundus relaksasi, baik saat mencerna
dari corpus gaster menuju ke bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks
vagal. Pada beberapa pasien dispepsia fungsional, refleks ini tidak berfungsi
30
dengan baik sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat. Dispepsia
menunjukkan sensitivitas terhadap distensi gaster atau intestinum, oleh karena itu
mungkin akibat makanan yang sedikit mengiritasi seperti makanan pedas, distensi
udara, gangguan kontraksi gaster intestinum atau distensi dini bagian antrum
Keluhan sesak yang dialami pada pasien ini dirasakan hilang timbul dan
masih merasa nyaman menggunakan 1 bantal saja. Hal ini sesuai dengan teori
dimana akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang sangat menurun, sehingga
cairan ke dalam rongga pleura. Adanya cairan dalam rongga pleura akan
tertimbun dengan perlahan-lahan seperti yang sering terjadi pada effusi pleura,
maka jumlah cairan yang masih sedikit akan menimbulkan sedikit gangguan fisik
yang nyata.4
dengan kesadaran compos mentis dan tanda vital adanya TD 130/70, N 85 x/mnt,
RR 28 x/mnt dan T 36,8C. Pernapasan pada pasien ini berupa takipnea yang
merupakan akibat dari sesak. Pada Status generalisata ditemukan pada Palpasi
paru kanan dan kiri berupa vokal fremitus menurun pada kedua
lapang paru sinistra dan dextra, Perkusi paru kanan redup di ICS
V dan kiri ditemukan redup di ICS IV-V dan Auskultasi paru kanan dan
31
kiri ditemukan vesikuler melemah setinggi ICS IV V kebawah. Hal ini sesuai
teori dengan jika fremitus berkurang atau menghilang dan vasikuler melemah
apabila ada gangguan hantaran ke dinding dada seperti pada efusi pleura,
dimana terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena
kemudian melalui sel mesotelial masuk dalam rongga pleura. Selain itu cairan
bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik,
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
seperti pleuritis lupus, pluritis reumatoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti
32
DAFTAR PUSTAKA
33