4 PILAR TATALAKSANA
DIABETES MELITUS
Disusun Oleh :
Mustika Apriyanti
2012730142
Pembimbing:
dr. Faisal Syarifuddin ,Sp. PD
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Refreshing dengan judul 4 Pilar Tatalaksana Diabetes
Melitus ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Refreshing ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian kegiatan
kepaniteraan klinik stase Penyakit Dalam tahun 2017. Dan juga untuk memperdalam
pemahaman tinjauan pustaka yang telah dipelajari sebelumnya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan Refreshing ini. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan laporan selanjutnya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing laporan kasus ini dr. Faisal
Syarifuddin, Sp. PD yang telah membimbing dalam penyusunan Refreshing. Terima kasih
juga pada semua pihak yang telah membantu dalam tahap pengumpulan referensi, analisis
materi dan penyusunan Refreshing ini.
Semoga Refreshing ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi instansi
kepaniteraan klinik FKK UMJ dan RSIJ Cempaka Putih pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2015, Diabetes melitus merupakan
suatu penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis yang lama atau terus-
menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk mengurangi risiko
multifaktorial.
B. Klasifikasi
1. Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
Autoimun
Idiopatik
2. Tipe 2
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
3. Tipe lain
Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas (seperti Cystic fibrosis)
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ)
4. Diabetes melitus gestasional
Untuk semua pasien, pengujian harus dimulai pada usia 45 tahun. Jika tes normal, tes
ulang dilakukan minimal 3 tahun interval. Untuk menguji untuk diabetes tipe 2, GDP, 2-
jam-PP, dan A1C sama-sama tepat. Pada pasien dengan diabetes, identifikasi dan
obatifaktor risiko penyakit kardiovaskular. Pengujianuntuk mendeteksi diabetes tipe 2
harus dipertimbangkan pada anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan atau
obesitas dan yang memiliki dua atau lebih faktor risiko tambahan untuk diabetes.
D. Diagnosis
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada
hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
plasma 2 jam setelah beban antara 140 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
2. GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 125 mg/dL (5,6 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula
darah 2 jam < 140 mg/dL.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan sepertikebiasaan sehari-hari
(dengan karbohidrat yang cukup) dantetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelumpemeriksaan, minum air
putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminumdalam waktu 5 menit.
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untukpemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai.
Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah bebanglukosa.
Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahatdan tidak merokok.
E. Pemeriksaan Penyaring
Untuk kelompok resiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan
ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor resiko lain
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
F. Penatalaksanaan
Pilar penatalaksanaan DM :
Edukasi
Terapi gizi medis
Latihan jasmani
Intervensi farmakologis
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidupdan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi
aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasiendalam menuju
perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,tanda dan gejala
hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
b. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori.Tidak diperkenankan
melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemaktidak jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyakmengandung lemak jenuh
dan lemak trans antara lain: dagingberlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
c. Protein
Dibutuhkan sebesar 10 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan
tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhanenergi dan 65% hendaknya bernilai
biologik tinggi.
d. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1
sendok teh)garam dapur.
Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400mg.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan natriumnitrit.
e. Serat
Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi
cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat
yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahanlain yang
baik untuk kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari.
f. Pemanis alternatif
Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori.
Termasuk pemanis berkalori adalahgula alkohol dan fruktosa.
Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,sorbitol dan xylitol.
Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek
samping pada lemak darah.
Pemanis tak berkaloriyang masih dapat digunakan antara lain aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.
Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily
Intake / ADI)
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,berkebun harus
tetap dilakukan (lihat tabel 4). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang
kurang gerak atau bermalas-malasan.
4. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
H. Komplikasi
DAFTAR PUSTAKA