Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data dari hasil penelitian,

yaitu data pretes dan postes. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan software khusus pengolahan data, software yang digunakan adalah

software spss 16 untuk pengujian hipotesis statistik.

A. Analisis Data Skor Penelitian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematik Siswa SMP

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data terhadap sampel penelitian,

dengan tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif matematik

siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan reciprocal teaching lebih

baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor pretes dan postes. Skor

pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematik siswa

sebelum diberi tindakan, sedangkan skor postes digunakan untuk mengetahui

kemampuan berpikir kreatif matematik siswa setelah diberi tindakan dan untuk

melihat pencapaian, peningkatan, implementasi pendekatan reciprocal teaching,

dan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan berpikir

kreatif matematik antara yang memperoleh tindakan melalui pendekatan

reciprocal teaching lebih baik daripada yang memperoleh tindakan dengan

pembelajaran konvensional.

30
31

Untuk lebih memudahkan dalam menganalisis data hasil skor pretes dan

skor postes, berikut disajikan deskripsi statistik hasil skor pretes dan postes

kemampuan berpikir kreatif matematik siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol pada pengolahan data di Lampiran C.5 halaman 176. Dapat dilihat dalam

bentuk Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1
Deskripsi Statistik Hasil Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Pretes Postes
Data
N x S N x S
Kelas Eksperimen 36 4,72 1,684 36 15,81 1,925
Kelas Kontrol 36 4,61 1,728 36 14,56 2,171
SMI Data Pretes dan Postes adalah 20

Berdasarkan tabel 4.1, skor rata-rata pretes lebih kecil daripada skor postes

yang artinya ada perubahan setelah dilakukannya pembelajaran. Setelah itu

dilakukan analisis data pretes dan postes yang bertujuan untuk mengetahui apakah

pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematik siswa kelas eksperimen yang

menggunakan pendekatan reciprocal teaching lebih baik daripada kelas kontrol

yang menggunakan pembelajaran konvensional. Adapun hasil penelitiannya

sebagai berikut:

1. Analisis Data Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Siswa SMP
A. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

kelompok sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data

berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians.


32

Jika data dari salah satu atau keduanya tidak berdistribusi normal maka

dilanjutkan dengan pengujian non parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Dari data

tersebut, diolah dan kemudian dianalisis menggunakan software SPSS 16. Berikut

ini adalah hasil pengujian terhadap data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pada pengujian data skor pretes dihitung menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov sebagai uji normalitas data, lalu diperoleh hasil pengujian data pada

Lampiran C.6 halaman 177, seperti yang disajikan pada Tabel 4.2. Adapun

hipotesis penelitiannya dirumuskan sebagai berikut:


H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
HA : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Adapun penentuan kriteria berdasarkan signifikansinya sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima

Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak


Tabel 4.2
Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Kolmogorov Smirnov Kesimpula


Kelas
Skor N Signifikan Keterangan n
Pretes Eksperimen 36 0,080 H0 diterima Normal
Kontrol 36 0,130 H0 diterima Normal

Berdasrkan tabel 4.2, nilai signifikansi kedua kelas yaitu 0,080 kelas

eksperimen dan 0,130 kelas kontrol lebih besar dari 0,05 dapat dinyatakan kedua

kelas berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians.


B. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk memenuhi varians kedua kelas

homogen atau tidak. Uji homogenitas kedua kelas dilakukan dengan

menggunakan software SPSS 16 diperoleh hasil pengujian data pada lampiran C.6
33

halaman 180, dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikasi = 0,05, dengan

hipotesisnya adalah:
2 2
H O : 1= 2 Varians populasi skor kedua kelas homogen

H A : 21 22 Varians populasi skor kedua kelas tidak homogen

Kriteria pengujiannya, yaitu:

Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima

Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak


Berikut ini adalah hasil pengolahan data uji homogenitas varians pretes kelas

eksperimen dan kelas kontrol seperti yang disajikan pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Uji Homogenitas Varians Data pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik

Kelas N Signifikan Keterangan Kesimpula


n
Eksperimen 36
Pretes 0,076 HO diterima Homogen
Kontrol 36

Berdasarkan tabel 4.3, kriteria pengujian (Sig) adalah 0,076. Hal ini berarti

(Sig) > 0,05, artinya nilai kemampuan pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol

berasal dari populasi yang bervarians homogen.


Karena sampel berdistribusi normal, dan memiliki varians yang homogen

maka untuk uji perbedaan dua rata-rata digunakan uji t.


C. Uji t
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan rata-rata pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan

pengujian statistik dengan menggunakan uji-t. Hasil diperoleh dari pengujian data

pada Lampiran C.6 halaman 181. Adapun hipotesis statistiknya, yaitu:


34

H O : 1=2 ,
pencapaian kemampuan awal berpikir kreatif matematik siswa

SMP yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching tidak

berbeda secara signifikan daripada yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

H A : 1 2 ,
pencapaian kemampuan awal berpikir kreatif matematik siswa

SMP yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching berbeda

secara signifikan daripada yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Kriteria pengujian dalam uji perbedaan dua rata-rata adalah:

Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima

Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak

Berikut ini adalah hasil pengolahan data uji signifikan dua rata-rata pretes

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 4.4
Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik

Kelas N Signifikan Keterangan


Eksperimen
Pretes 36 0,783 HO diterima
Kontrol

Berdasarkan tabel 4.4, nilai signifikanya yaitu 0,783. Jika dengan taraf

kesalahan dari uji hipotesis dua pihak 5%, maka 0,783 > 0,05. Karena (Sig) untuk

kedua kelas lebih besar dari 0,05 maka berdasarkan kriteria pengujiannya diatas

maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa, pencapaian kemampuan awal

berpikir kreatif matematik siswa SMP yang menggunakan pendekatan reciprocal


35

teaching tidak berbeda secara signifikan daripada yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

2. Analisis Data Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Siswa SMP

A. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data dari masing-masing

kelompok sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data

berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians.

Jika data dari salah satu atau keduanya tidak berdistribusi normal maka

dilanjutkan dengan pengujian non parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Berikut ini

adalah hasil pengujian terhadap data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pada pengujian data skor postes dihitung menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov, diperoleh hasil pengujian data pada Lampiran C.7 halaman 182 seperti

yang disajikan pada Tabel 4.5. Adapun hipotesis penelitiannya dirumuskan

sebagai berikut:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


HA : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Adapun penentuan kriteria berdasarkan signifikansinya sebagai berikut:
Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima
Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak

Tabel 4.5
Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Kolmogorov Smirnov Kesimpulan


Kelas
Skor N Signifikan Keterangan
Postes Eksperimen 36 0,022 H0 ditolak Tidak Normal
Kontrol 36 0,090 H0 diterima Normal
36

Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa salah satu kelas yaitu kelas

eksperimen memiliki (Sig) 0,05, berarti uji normalitas kelas eksperimen dan

kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Maka dilanjutkan dengan uji non

parametrik yaitu Mann-Whitney.

B. Uji Mann-Whitney.

Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata kedua

kelas, diperoleh hasil pengujian data pada lampiran C.7 halaman 186 seperti yang

disajikan pada Tabel 4.6. Adapun hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai

berikut:

H O : 1 2 ,
pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP

yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching tidak lebih baik

atau sama dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.

H A : 1 > 2 ,
pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP

yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching lebih baik

daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima

Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak

Tabel 4.6
Uji Mann-Whitney

Skor Postes
Mann-Whitney U 439.000
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.017
37

Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai signifikannya yaitu 0,017

0,05. Menurut Uyanto (Ratnasari, 2016:31), Tabel signifikan dari software

SPSS adalah untuk uji dua pihak (2-tailed), karena kita akan melakukan uji

hipotesis satu sisi (1-tailed), maka nilai (Sig) harus dibagi dua. Jadi

0,017
=0,008 0,05
2 maka HO ditolak. Dapat disimpulkan bahwa pencapaian

kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP yang menggunakan

pendekatan reciprocal teaching lebih baik daripada yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

B. Analisis Hasil N-Gain


A. Uji Normalitas

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik

siswa yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching dengan yang

menggunakan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis N-Gain.

Diperoleh hasil pengujian data pada Lampiran C.8 halaman 187 seperti yang

disajikan pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7
Skor N-Gain

Kelas Skor Total Rata-rata


Eksperimen 26.125 0.726
Kontrol 23.311 0.648
Untuk mengetahui data-data pada tabel 4.7 diatas berdistribusi normal atau

tidak, maka dilakukan uji normalitas menggunakan software SPSS 16 dengan

statistiknya dirumuskan sebagai berikut:


HO : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
HA : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
38

Adapun penentuan kriteria berdasarkan signifikansinya sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima

Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak

Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas N-Gain

Kolmogorov Smirnov
Kelas Kesimpulan
N Signifikan Keterangan
N-Gain Eksperime 36 H0 diterima Normal
0,200
n
Kontrol 36 0,200 H0 diterima Normal

Berdasarkan tabel 4.8, nilai signifiknsi kedua kelas lebih besar dari 0,05

artinya kedua kelas berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas

varians.
B. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk memenuhi varians kedua kelas

homogen atau tidak. Uji homogenitas kedua kelas dilakukan dengan

menggunakan software SPSS 16 diperoleh hasil pengujian data pada lampiran C.8

halaman 190, dengan taraf kepercayaan 95% atau signifikasi = 0,05, dengan

hipotesisnya adalah:
2 2
H O : 1= 2 Varians populasi skor kedua kelas homogen

H A : 21 22 Varians populasi skor kedua kelas tidak homogen

Kriteria pengujiannya, yaitu:

Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima

Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak


39

Berikut ini adalah hasil pengolahan data uji homogenitas varians N-Gain

kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti yang disajikan pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Uji Homogenitas Varians N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Kelas N Signifikan Keterangan Kesimpula


n
Eksperimen 36 Tidak
N-Gain 0,000 H0 ditolak
Kontrol 36 Homogen

Berdasarkan tabel 4.9, kriteria pengujian diatas didapat (Sig) adalah 0,000.

Hal ini berarti (Sig) 0,05, artinya skor N-Gain kelas eksperimen dan kelas

kontrol berasal dari populasi yang bervarians tidak homogen.


Karena sampel berdistribusi normal, dan memiliki varians yang tidak

homogen maka untuk uji nonparametrik test digunakan uji t'.

C. Uji t'

Sampel tidak homogen maka dilakukan uji non parametrik, yaitu uji

Wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kedua kelas, diperoleh

hasil pengujian data pada lampiran C.8 halaman 190 seperti yang disajikan pada

Tabel 4.10. Adapun hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai berikut:

H O : 1 2 ,
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP

yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching tidak lebih baik

atau sama dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.

H A : 1 > 2 ,
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP

yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching lebih baik

daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Kriteria pengujian:
40

Jika nilai signifikansi (Sig) > 0,05, maka HO : diterima

Jika nilai signifikansi (Sig) 0,05, maka HO : ditolak


Tabel 4.10
Uji Wilcoxon

N-Gain
Z -5.233a
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.013

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat dilihat nilai signifikannya yaitu 0,013

0,05, maka HO ditolak. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan

berpikir kreatif matematik siswa SMP yang menggunakan pendekatan reciprocal

teaching lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

C. Implementasi Pendekatan Reciprocal Teaching


Pada awal pertemuan dilakukan pretes untuk mengetahui kemampuan

awal berpikir kreatif matematik siswa SMP untuk kedua kelas. Kemudian, kedua

kelas diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diberi pembelajaran

pendekatan reciprocal teaching, sedangkan kelas kontrol diberi pembelajaran

konvensional. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan

reciprocal teaching dengan bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS tersebut

berisikan soal-soal berpikir kreatif matematik siswa SMP.


Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching

langkah pertama yaitu siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang heterogen dengan

jumlah anggotanya 6 orang.


41

Gambar 4.1
Kegiatan Pembentukan Kelompok

Setelah kelompok terbentuk guru memberikan LKS kepada tiap-tiap

kelompok. Setiap anggota kelompok terlebih dahulu mengamati sari materi yang

terdapat pada LKS kemudian siswa berpikir bersama kelompoknya untuk

merangkum/membuat ringkasan materi berdasarkan apa yang telah guru jelaskan,

seperti pada Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2
Kegiatan Mengamati/Merangkum Materi
Langkah selanjutnya siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan dari informasi dan situasi yang terdapat pada LKS, kemudian siswa

dituntut kreatif dengan membuat pertanyaan-pertanyaan baru yang serupa dengan

pertanyaan yang sudah ada pada LKS namun lebih sulit lagi. Guru memberikan

contoh bagaimana cara siswa membuat pertanyaan atau mengajukan pertanyaan.

Setelah siswa selesai membuat pertanyaan baru selanjutnya guru mengambil

pertanyaan-pertanyaan tersebut dari setiap kelompok kemudian menukarkannya

pada kelompok lain untuk diselesaikannya. Seperti pada Gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3
Kegiatan Membuat/Mengajukan Pertanyaan

Langkah selanjutnya setiap kelompok memprediksi jawaban yang tepat dari

pertanyaan yang sudah dibuat oleh kelompok lain, setelah semua kelompok

selesai memprediksi jawaban, kemudian masing-masing kelompok

mempresentasikannya didepan kelas. Seperti pada Gambar 4.4 berikut:


Gambar 4.4
Kegiatan Mempresentasikan Prediksi Jawaban

Beberapa kelompok mempresentasikan prediksi jawaban didepan kelas

dan kelompok lain yang membuat pertanyaan menanggapinya. Jika ada

pertanyaan atau pengajuan soal yang belum bisa diselesaikan, guru mengevaluasi

secara bersama-sama dengan siswa dan mengklarifikasi tentang jawaban-jawaban

yang telah diprediksi oleh kelompok lain.

Gambar 4.5
Kegiatan Mengklarifikasi Prediksi Jawaban

Berdasarkan uraian diatas langkah-langkah pembelajaran tersebut sudah

sesuai dengan implementasi pendekatan reciprocal teaching menurut Tifani


(2009:1), yaitu: (a) Menentukan Kelompok, (b) Merangkum materi

(Summarizing), (c) Kelompok mempertanyakan (Quesioning), (d) Prediksi

(Predicting), (e) Pembahasan (Clarifying). Dan diakhir penelitian ini dilakuka

kegiatan postes atau tes akhir untuk melihat pencapaian pendekatan reciprocal

teaching terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP.

D. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Berpikir Kreatif

Kesulitan belajar merupakan keadaan atau kondisi tertentu yang

ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam suatu kegiatan

untuk mencapai suatu tujuan sehingga memerlukan suatu usaha yang lebih

giat, guna dapat mengatasi kesulitan belajar mengajar. Kesulitan belajar

ditandai dengan adanya kendala-kendala dalam mencapai suatu tujuan

belajar. Salah satu kendala yang dimaksud adalah kesulitan siswa dalam

memahami materi pelajaran yang ditunjukkan dengan kesalahan siswa

dalam menjawab soal yang berkaitan dengan materi ajar tersebut.


Kesulitan yang dialami siswa ditandai dengan adanya kesalahan-

kesalahan siswa dalam menjawab soal berpikir kreatif yang berkaitan

dengan SPLDV. Adapun kesalahan yang dimaksud adalah diantarnya

sebagai berikut:
(a) Kesalahan dalam merumuskan model matematika yang berkaitan dengan

SPLDV, seperti pada gambar 4.6 berikut:


Gambar 4.6
Kesalahan dalam Merumuskan Model Matematika SPLDV

(b) Kesalahan-kesalahan dalam menggunakan sifat-sifat penambahan dan

perkalian pada persamaan,

Gambar 4.7
Kesalahan dalam Menggunakan Sifat-sifat Penambahan dan Perkalian

(c) Kesalahan dalam membuat soal berpikir kreatif SPLDV dalam kehidupan

sehari-hari.

Gambar 4.8
Kesalahan dalam merumuskan model matematika SPLDV
Berikut ini adalah hasil pengolahan data kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal berpikir kreatif matematik kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti

yang disajikan pada Tabel 4.11 berikut:


Tabel 4.11
Persentase Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Berpikir Kreatif
Matematik

Kesalahan
Kelas
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
Eksperimen 0,00% 0,00% 2,78% 11,11% 69,44%
Kontrol 19,44% 5,56% 16,67% 22,22% 52,78%

Berdasarkan tabel 4.11, didapat soal no 5 adalah soal kemampuan berpikir

kreatif (keaslian) dimana tingkat kesukaranya tinggi. Pada soal no 5 untuk kelas

eksperimen sebanyak 25 siswa (69,44%) yang menjawab salah dan 11 siswa

(30,56%) yang menjawab benar. Sedangkan kelas kontrol sebanyak 19 siswa

(52,78%) yang menjawab salah dan 17 siswa (47,22%) yang menjawab benar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal no 5,

indikator keaslian.

E. Pembahasan

Berdasarkan analisis skor pretes antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol yang sudah dilakukan, sehingga terlihat tidak adanya perbedaan

kemampuan awal berpikir kreatif matematik siswa. Selain itu, hasil

tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematik siswa

belum memuaskan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang

terbiasanya siswa dalam mengalami proses pembelajaran. Seperti, siswa

belum terbiasa dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti, dan
juga proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk mampu aktif dan

kreatif dalam proses pembelajaran di kelas.

Gambar 4.9
Kegiatan Mengerjakan Soal Pretes Kelas Eksperimen

Gambar 4.10
Kegiatan Mengerjakan Soal Pretes Kelas Kontrol

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan sepuluh

hari atau dua belas kali pertemuan. Dua pertemuan dilakukan untuk

melakukan pretes dan postes, serta sepuluh pertemuan digunakan untuk

melakukan proses pembelajaran. Kedua kelas diberikan perlakuan

pembelajaran yang berbeda, untuk kelas eksperimen diberikan


pembelajaran menggunakan pendekatan reciprocal teaching sedangkan

kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.


Kegiatan awal pembelajaran terlebih dahulu dibentuk suatu

kelompok kecil yang terdiri dari enam orang yang heterogen. Setiap

kelompok mengerjakan LKS berupa masalah yang tidak langsung

ditemukan penyelesaiannya dan masalah yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari. Ketika diskusi, siswa mengamati masalah dan

menyelesaikannya yang terdapat pada LKS, siswa diberikan kebebasan

untuk mencari penyelesaian sesuai pengetahuan yang sudah mereka miliki,

karena guru sebagai fasilitator. Oleh karena itu, cara penyelesaian setiap

kelompok pasti berbeda.


Kegiatan selanjutnya setelah siswa mengamati, kemudian siswa

dituntut kreatif dengan membuat pertanyaan-pertanyaan baru yang serupa

dengan pertanyaan yang sudah ada pada LKS namun lebih sulit lagi.

Setelah siswa selesai membuat pertanyaan baru selanjutnya guru

mengambil pertanyaan-pertanyaan tersebut dari setiap kelompok

kemudian menukarkannya pada kelompok lain untuk diselesaikannya,

kegiatan ini disebut kegiatan memprediksi jawaban dari soal yang dibuat

oleh kelompok lain.


Dalam penelitian ini, peneliti memotivasi siswa untuk aktif dan

kreatif dalam pembelajaran tersebut, baik dengan cara memberikan

masukan maupun sanggahan, namun tidak semua siswa sesuai dengan

harapan. Setelah proses pembelajaran secara berkelompok selesai,

selanjutnya peneliti merepleksi siswa dengan cara memanggil salah satu

kelompok untuk mempresentasikan didepan kelas. Ketika salah satu


kelompok mempresentasikan prediksi jawaban didepan kelas dan

kelompok lain yang membuat pertanyaan menanggapinya. Jika ada

pertanyaan atau pengajuan soal yang belum bisa diselesaikan, guru

mengevaluasi secara bersama-sama dengan siswa dan mengklarifikasi

tentang jawaban-jawaban yang telah diprediksi oleh kelompok lain.

Gambar 4.11
Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen

Kendala-kendala yang dialami peneliti dalam proses pembelajaran

yang dilakukan pada kelas eksperimen, yaitu siswa tidak terbiasa dengan

pendekatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu pendekatan reciprocal

teaching. Karena mereka sudah terbiasa dengan proses pembelajaran yang

konvensional. Lemahnya kemampuan dasar siswa sehingga menghambat

proses belajar mengajar. Hal ini terlihat dari adanya beberapa siswa yang

tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, waktu

pembelajaran yang singkat untuk pembelajaran melalui pendekatan

reciprocal teaching menjadi kendala yang dihadapi dalam proses

pembelajaran. Namun, peneliti berusaha untuk mengoptimalkan waktu


yang tersedia dengan mempersingkat kegiatan awal pembelajaran dan

ketika presentasi.

Selanjutnya kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran konvensional. Dalam kelas kontrol tidak diberikan masalah-masalah

dan diskusi kelompok seperti pada kelas eksperimen. Pada pembelajaran

konvensional, proses pembelajarannya berpusat pada guru, sehingga interaktif

guru dan siswa kurang terjalin karena tidak ada timbal balik antara guru dan

siswa. Ruseffendi (2006:286) mengatakan, Pada metode ini yang banyak bicara

adalah pembicara. Interaksi yang terjadi hanya antara penceramah dan

pendengar. Komunikasi pada umumnya hanya satu arah, yaitu dari pembicara ke

pendengar. Kendala yang dihadapi di kelas kontrol, tidak jauh berbeda dengan

yang terdapat pada kelas eksperimen. Dalam kelas kontrol siswa cenderung lebih

pasif karena mereka hanya memperhatikan penjelasan dari peneliti.

Gambar 4.12
Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol

Setelah dilakukannya kegiatan pembelajaran dimana kelas eksperimen

mendapat pembelajaran menggunakan pendekatan reciprocal teaching dan kelas

kontrol menggunakan pembelajaran konvensional selama sepuluh kali pertemuan.


Peneliti mengadakan postes dipertemuan selanjutnya, tujuannya untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas

kontrol.

Gambar 4.13
Kegiatan Mengerjakan Soal Postes Kelas Eksperimen

Gambar 4.14
Kegiatan Mengerjakan Soal Postes Kelas Kontrol
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terdapatnya perbedaan yang

signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, salah satunya karena

terdapat perbedaan pada langkah-langkah pembelajaran antara pendekatan

reciprocal teaching dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukan

bahwa pembelajaran yang menggunakan pendekatan reciprocal teaching lebih

baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Anda mungkin juga menyukai