Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASKEP BRONKOPNEUMONIA (BRPN)

Disusun Oleh :

1. El Faza Hanindita P1337420314047


2. Yuni Masnah P1337420314048
3. Mei Setiawati P1337420314049
4. Lailsya Ghaniyyu P1337420314050

2 Reguler B

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt karena telah melimpahkan rahmat dan ridhonya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ASKEP
BRONKOPNEUMONIA . Terimakasih juga terhadap dosen pembimbing karena
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasan kami dalam penyusunan. Sehingga
dengan keterbatasan tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan laporan ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
penyelesaian makalah ini.

` Akhir kata semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekalongan, 14 Agustus 2015

Tim Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 4
C. Tujuan................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi................................................................................................................ 5
B. Etiologi................................................................................................................ 5
C. Patofisiologi........................................................................................................ 6
D. Manifestasi Klinik............................................................................................... 7
E. Patways............................................................................................................... 9
F. Konsep Askep..................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 18

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengenai satu


atau beberapa lobus. Bronkopneumonia merupakan penyumbang kematian balita di
dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Masalah yang sering muncul
pada klien dengan Boncopnemonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas,
resiko tonggi terhadap infeksi, klurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak
efektifnya pola napas.

Jika broncopnemonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang


tidakmemadai pada broncopnemonia dapat menimbulka empisema, rusaknya jalan
napas, bronkitis, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.

Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan
menelaah lebih dalam mengenai penyakit broncopneumonia untuk dapat mengetahui
bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien bronkopnemonia dengan
pendekatan proses keperawatan yang benar.

B. Rumusan Masalah
- Bagaimana definisi Bronkopneumonia ?
- Bagaimana Etiologi Bronkopneumonia ?
- Bagiamana Patofisologi Bronkopneumonia ?
- Bagaimana Manifestasi klinik Bronkopneumonia ?
- Bagaimana konsep askep bronkopneumonia ?

C. Tujuan
- Untuk mengetahui definisi bronkopneumonia
- Untuk mengetahui etiologi bronkopneumonia
- Untuk mengetahui patofisiologi bronkopneumonia
- Untuk mengetahui manifestasi klinik bronkopneumonia
- Untuk mengetahui konsep askep bronkopneumonia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution) (Bennete, 2013). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada
paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan
oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).
Bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagaian bawah
yang mengenai parenkim paru. Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang
mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-
bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing.
Pneumonia pada anak dibedakan menjadi :
1. pneumonia lobaris
2. pnuemonia intertisial
3. bronko pneumonia

B. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b. Pada bayi :
1) Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
3) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetella pertusis.
c. Pada anak-anak :
1) Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
2) Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
3) Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d. Pada anak besar dewasa muda :
1) Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
2) Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
2. Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a. Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

5
b. Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk
jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.
Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak
binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang
berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

C. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran
napas). Awalnya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi
ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari
tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh
akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien
akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai
ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna
saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus
menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi
adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan

6
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.

D. Manifestasi Klinik
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
Berlanjut sampai:
- Demam
- Malaise (tidak nyaman)
- Nafas cepat dan dangkal.
- Ekspirasi berbunyi.
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lebar

2. Pneumonia Virus
Gejala awal
- Batuk
- Rhinitis
Berkembang sampai
- Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu.
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah.

3. Pneumonia mikroplasma
- Demam
- Sakit kepala
- Menggigil
- Anoreksia
Berkembang sampai
- Rhinitis alergi
- Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
- Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.

7
E. Pathways

8
www.docstok.com

F. Konsep Askep
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
1) Identitas.
2) Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan
diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

c. Riwayat penyakit dahulu.


Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan
dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan
yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3) Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan

9
dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi
redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua
yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan
dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami
alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).

e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak
atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit
kering, .
i. Sistem penginderaan.
tidak ada kelainan.

4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.


Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m dengan
pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi
paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat
menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar.Foto
roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
Luas daerah paru yang terkena.
Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau
beberapa lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpuka secret di
jalan napas.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

10
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuat
intake output cairan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.

3. INTERVENSI
No Rencana keperawatan Ttd
Dx Tujuan dan kriteria hasil intervensi rasional
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Memberi posisi 1. Meningkatka
keperawatan selama (...x...) semifohler/supi n ekspansi
diharapkan jalan napas pasien nasi dengan paru
efektif dengan kriteria hasil : elevasi kepala.
2. Memberi
- Jalan napas paten 2. Observasi TTV
informasi
(klien tidak merasa terutama
tentang pola
tercekik, irama respiratory
pernapasan
napas, frekuensi rate.
3. Auskultasi area pasien,
pernapasan dalam
dada/paru catat tekanan
rentang normal,
hasil darah, nadi,
tidak ada suara
pemeriksaan. suhu pasien.
abnormal).
4. Latih pasien
- Tidak ada
3. Creckles,ron
batuk efektif
penggunaan otot
khi dan
dan napas
bantu napas
mengi
- Tidak ada dalam.
5. Lakukan dapatterdeng
pernapasan cuping
suction sesuai ar saat
hidung
indikasi. inspirasi dan
6. Berikan obat
eksipirasi
sesuia indikasi,
pada tempat
seperti
konsodilasi
mukolitik,
sputum.
eksepktoran, 4. Memudahka
bronkodilator, n bersihan
analgetik. jalan napas
7. Berikan
dan ekspansi
lembab sesuai
maksimum
indikasi.

11
8. Kolaborasi paru.
5. Mengeluarka
bantu
n sputum
mengawasi
pada pasien
efek
tidak
pengobatan
sadar/tidak
nebulizer dan
mampu
fisoterapi
batuk efektif.
napas lainnya.
6. Proses
9. Anjurkan dan
medikament
bantu pasien
osa dan
minum air
membantu
hangat.
mengurangi
bronko
spasme.
7. Mengurangi
distress
respirasi.
8. Memudahka
n
pengenceran
dan
pembuangan
secret.
9. Air hangat
dapat
membantu
mengeluarka
n secret.
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan 1. Menurunkan
keperawatan selama (...x...) kompres suhu tubuh
diharapkan suhu tubuh pasien hangat basah secra
turun dengan kriteria hasil : pada ketiak, konduksi.
- Dalam rentang 2. Peningkatan
lipatan paha,
normal 36,5-37,5oC suhu tubuh
kening (untuk
- Pasien tidak gelisah
mengakibatk

12
- Pasien tidak sugesti). an
2. Anjurkan dan
menggigil penguapan
- Akral teraba hangat bantu pasien
cairan tubuh
- Warna kulit tidak
untuk banyak
meningkat,
ada warna
minum.
sehingga
kemerahan 3. Bantu
diimbangi
mengenakan
dengan
pakaian yang
intake cairan
tipis.
4. Kaji suhu yang banyak.
3. Pakaian tipis
tubuh pasien.
5. Berikan mengurangi
antipiretik penguapan
sesuai indikasi. cairan tubuh.
6. Berikan 4. Data untuk
antimikroba menentukan
jika intervensi.
5. Antipiretik
disarankan.
efektif
menurunkan
demam.
6. Mengobati
organisme
penyebab.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. observasi TTV 1. Peningkatan
keperawatan selama (...x...) @2-4 jam, kaji suhu
diharapkan volume cairan turgor. menunjukan
2. Bantu dan
tubuh pasien seimbang dengan peningkatan
anjurkan
kriteria hasil : metabolik.
- membrane mukosa pasien pasien minum 2. Menurunkan
lembab. yang banyak. resiko
- turgor kulit baik 3. Pantau intake
dehidrasi.
- input dan output seimbang
output cairan. 3. Mengidentifi
4. Kolaborasi :
kasi
berikan terapi
kekurangan
iv seperti infus
volume
sesuai indikasi.
cairan.

13
4. Melengkapi
kebutuhan
cairan
pasien.
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab 1. Untuk
keperawatan selama (...x...) mual pasien. menentuakn
2. Berikan
diharapkan kebutuhan nutrisi intervensi.
perawtan 2. Mulut yang
pasien adekuat dengan kriteria
mulut. bersih
hasil :
3. Bantu pasien
- Nafsu makan pasien meningkat. meningkatka
- Porsi makan yang disediakan membuang/me
n napsu
habis. ngeluarkan
makan.
- Mengurangi rasa mual
sputum 3. Sputum yang
sesering menyebabka
mungkin. n bau mulut
4. Anjurkan
yang
4. untuk
nantinya
menyajikan
dapat
makanan
menurunkan
dalam keadaan
napsu
hangat.
makan.
5. Kolaborasikan
4. Mengurangi
untuk memilih
mual.
makan untuk 5. Memenuhi
dpat memenuhi gizi dan
gizi selam nutrsi sesuai
sakit. kondisi
pasien.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya.

5. EVALUASI
Dx 1 :
- Jalan nafas pasien efektif
- Tidak ada bunyi nafas tambahan
- Jalan nafas pasien paten

14
- Pasien tidak sesak
- RR normal (30-40x/menit)
- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
Dx 2 :
- Suhu pasien normal (36,5-37,50C)
- Pasien tidak gelisah
- Pasien tidak menggigil
- Akral teraba hangat
Dx 3 :
- Volume cairan pasien adekuat/seimbang
- Membran mukosa pasien lembab
- Turgor kulit elastis
- TTV stabil : S = 36,5-37,50C
N = 100-120x/menit
RR = 30-40x/menit
- CRT < 3 detik
Dx 4 :
- Kebutuhan nutrisi pasien adekuat
- Nafsu makan pasien meningkat
- Pasien tidak mual muntah
- Turgor kulit elastic
- BB pasien ideal
- Pasien tidak lemas

15
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.


Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL
Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda
NIC NOC, Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan

NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing

16

Anda mungkin juga menyukai