Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sasaran : Lansia dengan Hipertensi
Tempat Kegiatan : Desa Buring RW 5 Kecamatan Kedungkandang, Malang
Hari/tanggal : Rabu dan Sabtu, 22 dan 25 Juni 2016
Alokasi Waktu : 60 menit
Edukator : Mahasiswa Profesi TA 2016-2017 Kelompok 8
A. Tujuan Instruksional Umum
Lansia dapat mengetahui, memahami, dan mengerti seputar penyakit hipertensi
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan lansia dapat mengerti dan
menjelaskan kembali :
a. Definisi Hipertensi
b. Faktor risiko dan tanda dan gejala Hipertens
c. Penatalaksanaan Hipertensi
d. Komplikasi Hipertensi
C. Sub Pokok Bahasan
a. Penatalaksanaan hipertensi melalui :
- diet serat,
- pembatasan konsumsi garam,
- patuh minum obat,
D. Strategi Pelaksanaan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan, berupa:
1) Home visit
2) Penjelasan poster dan leaflet
3) Tanya jawab dan terminasi

E. Draft Rencana Proses Pelaksanaan


NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 Menit Pembukaan : Menjawab Salam
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Memberi Salam
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menyebutkan materi yang akan disampaikan
2 25 Menit Pelaksanaan : Mendengar, menyimak
Menjelaskan materi penyuluhan, meliputi : dan memperhatikan
Definisi hipertensi Menggunakan media
Faktor risiko dan tanda gejala hipertensi
poster dan leaflet
Penatalaksanaan hipertensi
Komlikasi hipertensi dengan baik dan
memahami isinya.
3 25 Menit Evaluasi : Aktif bertanya
Mempersilahkan lansia jika ingin bertanya Aktif dalam merespon
Menjawab pertanyaan pertanyaan/pendapat
Meminta lansia mengulangi kembali sedikit Aktif menjawab
Dapat mengulangi
tentang pembahasan yang telah disampaikan
Mengklarifikasi jika ada kesalahan dan sedikit materi yang
menyimpulkan. sudah dibahas

4 5 Menit Penutup : Menjawab salam


Mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan salam
Memberikan vandel

F.Media Penyuluhan
Media Penyuluhan yang digunakan : Poster dan leaflet hipertensi

G. Evaluasi
i. Evaluasi Terstruktur : Saat pembukaan, lansia menjawab salam dan memperhatikan
tujuan diadakannya edukasi melalui home visit.
ii. Evaluasi Proses : Lansia dapat memahami materi.
iii. Evaluasi Hasil : Lansia memberikan feedback yang baik dengan dapat mengulangi
materi yang telah disampaikan, dan juga aktif bertanya atau menjawab pertanyaan.
Lansia menyampaikan perasaan selama edukasi.

H. Metode Evaluasi
a. Metode Evaluasi : Tanya Jawab
b. Jenis Evaluasi : Lisan

I. Kriteria Evaluasi
Lansia mampu memahami apa itu hipertensi, mengetahui penyebab dan tanda
gejala , mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi hipertensi.
Lampiran Materi
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang sifatnya menetap (kronis) dimana
terdapat tekanan pada dinding arteri sehingga menyebabkan beban kerja jantung
meningkat dan kerusakan pada arteri. Pada hipertensi tekanan sistolik diatas 140mmHg
dan tekanan diastolic diatas 90mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi diartikan
tekanan darah tinggi dengan sitolik 160mmHg dan diastolic 90 mmHg. Seiring
berjalannya waktu, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan penyakit
jantung, stroke, dan penyakit ginjal.
(Sugihartono, 2007)

B. Faktor Risiko Hipertensi


a. Rokok
mengandung zat nikotin, zat ini akan diserap oleh pembuluh darah, terjadi plak pada
pembuluh darah, menyebabkan beban kerja jantung untuk memompa darah ke
seluruh tubuh lebih tinggi akibat penyembitan pembuluh darah.
b. Asupan garam
pada makanan dapat memicu terjadinya hipertensi karena garam mengandung
natrium yang bersifat menahan air, sehingga darah menjadi kental menyebabkan
peningkatan tekanan dan pompa jantung.
c. Alkoholisme
Orang yang mengonsumsi alcohol secara berlebihan akan menyebabkan ruptur
pada pembuluh darah , sehingga tekanan pada dinding arteri jantung untuk
memompa darah menjadi berlebih. Menyebabkan hipertensi.
d. Obesitas
Kelebihan berat badan akibat penimbunan lemak pada tubuh memungkinkan juga
penimbunan lemak pada pembuluh darah (kolesterol), akibatnya terjadi
penyumbatan pada pembuluh darah dan memicu hipertensi.
e. Stres
Stress dapat mempengaruhi kerja saraf simpatis yang akibatnya dapat menimbulkan
vasokontriksi ( penyempitan pembuluh darah), sehingga menyebabkan beban
jantung meningkat dan memicu hipertensi.
f. Pola aktivitas
Kurang aktifitas cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi ,
akibatnya otot jantung harus bekerja ekstra pada tiap kontraksi. Makin besar kerja
jantung saat memopaa makin besar juga tekanan pada dinding arterinya. Hal ini lah
yang menimbulkan hipertensi
(Sugihartono, 2007)

C. Tanda dan Gejala Hipertensi


Biasanya tanda & gejala hipertensi timbul saat sudah kronis, yang sering dialami
adalah :
a. Nyeri kepala hebat, sisertai mual dan muntah
b. Penglihatan kabur (akibat kerusakan retina)
c. Ayunan langkah tidak mantab (akibat kerusakan susunan syaraf)
d. Nokturia atau sering buang air kecil di malam hari
e. Sukar tidur
f. Rasa berat di tengkuk.
g. Edema atau bengkak pada tungkai atau kaki
(Sugihartono, 2007)

D. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Diet Serat
Asupan serat yang rendah mengakibatkan asam empedu lebih sedikit sehingga
proses BAB menjadi sulit, hal ini menimbulkan banyak kolesterol yang direabsorpsi
dari hasil sisa empedu. Kolesterol akan semakin banyak beredar dalam darah,
menumpuk di pembuluh darah dan menghambat aliran darah sehingga berdampak
pada peningkatan tekanan darah. Contoh makanan berserat adalah
- Serealia : gandum, nasi, jagung, ubi singkong. Tidak dianjurkan hasil fermentasi
seperti tape atau ketan hitam.
- Sayuran : semua sayuran segar hijau dan merah seperti bayam, sawi, kangkung,
brokoli, wortel, mentimun, daun seledri, tomat,dan kentang.
- Buah : Buah yang mengandung banyak air seperti semangka, melon, pisang,
pepaya. Tidak dianjurkan buah yang mengandung alkohol seperti durian.
- Kacang-kacangan : almond, kenari, kacang tanah. Tidak dianjurkan untuk
digoreng, lebih baik direbus.

b. Pembatasan Konsumsi Garam


Pengurangan konsumsi garam dapat meningkatkan efektifitas berbagai macam
obat antihipertensi. Hal ini dikarenakan penurunan konsentrasi darah dan
meningkatkan konsentrasi obat. Pengurangan konsumsi garam juga akan
menurunkan volume berlebihan dan hal ini akan sangat bermanfaat pada mereka
yang mengalami edema periferal.
Membatasi asupan garam tidak lebih dari seperempat sampai setengah
sendok teh (6 gram/hari). Makanan yang harus dihindari adalah yang diolah dengan
menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripik, makanan kering yang asin),
makanan cepat saji, dan makanan yang berpengawet. Bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, serta bumbu penyedap lain yang pada
umumnya mengandung garam natrium.
c. Patuh minum obat
Pasien hipertensi kembali mengonsumsi obat hipertensi jika timbul keluhan-keluhan
seperti sakit kepala, jantung berdebar, dan penglihatan kabur. Penyakit hipertensi
merupakan penyakit kronis yang semakin meningkat baik di negara maju maupun
negara berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi tidak dapat disembuhkan
namun hanya dapat dikendalikan melalui kontrol kesehatan secara rutin, melakukan
diet rendah garam dan mengonsumsi obat secara teratur untuk mengurangi risiko
komplikasi pada kardiovaskular dan organ lain yang ada pada diri pasien. Contoh
obat hipertensi adalah Kaptopril, Nifedipin, HCT, dan Amlodipin.
(Levanita, 2011)

E. Komplikasi Hipertensi
Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark
miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancy-included
hypertension (PIH) (Corwin, 2005):
a. Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24
jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh
gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan
oleh oklusi fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan
glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003). Stroke dapat timbul
akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin, 2005).
b. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,
hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2005). \
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian yang menuju ke
kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA). Menurut
Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal
ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang
intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang
dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian
mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi
berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita hipertensi (Corwin, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
Corwin E. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sugihartono, Aris. 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (TESIS).
UNDIP. Semarang.
Levanita, S. 2011. Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi. Sumatra Utara : FK USU

Anda mungkin juga menyukai