Anda di halaman 1dari 8

HANDLING, RESTRAIN, PREMEDIKASI, DAN ANASTESI

1.1 HANDLING DAN RESTRAIN


Handling dan Restrain merupakan suatu tindakan terhadap hewan yang bertujuan untuk
membatasi aktivitas hewan baik secara verbal maupun fisik untuk mencegah hewan tersebut
melukai diri sendiri maupun lingkungannya. Penggunaan agen farmakologis untuk membantu
dalam restrain dibolehkan ketika: a) prosedur yang menyakitkan, b) prosedur yang
memerlukan memegang seekor hewan dalam posisi yang membahayakan pernapasannya, dan
c) hewan sangat takut atau agresif.
Tujuan dari restrain antara lain: 1) Untuk memudahkan pemeriksaan fisik, termasuk tetes
mata dan pemeriksaan rektal, 2) Untuk mengelola lisan, bahan suntik, dan topikal, 3) Untuk
menerapkan perban, 4) Untuk melakukan prosedur tertentu (misalnya kateterisasi urin), dan
5) Untuk mencegah melukai diri sendiri (Elizabeth collar).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan restrain adalah : (Lane, 2004)
a. Menggunakan handuk untuk menutupi (menggulung) tubuh kucing

b. Menggunakan Cat Restrain Bag


c. Menggunakan penutup kepala kucing ( Muzzles)

d. Menggunakan Cat Lasso

Teknik pengendalian yang salah dapat menyebabkan :


- Hewan cidera
- Hewan yang baik menjadi galak
- Stress pada hewan
- Membahayakan keselamatan pekerja
Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk handling dan restrain anjing diantaranya
adalah:
1. Pemasangan brangus
2. Dengan melingkarkan lengan kanan dibagian bawah dagu anjing dan lengan kiri
dilingkarkan pada bagian bawah perut hingga punggung, moncong anjing harus
dijauhkan dari dokter yang melakukan tindakan medis
3. Dengan melingkarkan tangan tangan dibawah mulut anjing hingga ke bagian rostral dan
tangan kiri melingkar di bawah perut hingga punggung
4. Dengan memposisikan anjing rebah right lateral dan kedua tangan menghandling kaki
depan dan kaki belakang sebelah kanan anjing

1.2 PREMEDIKASI
Premedikasi merupakan tindakan awal yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan
anasthesi dengan memberikan obat-obatan pendahuluan yang tediri dari obat-obatan
antikolinergik, sedasi/transquilizer dan analgetik. Premedikasi dapat dilakukan dengan hanya
memberikan satu jenis obat maupun beberapa jenis obat yang memiliki efek kerja yang
sinergis. Tujuan umum dari diberikannya premedikasi adalah untuk mempermudah induksi
anasthesi dan untuk mengurangi jumlah obat-obatan yang digunakan dan yang terpenting
adalah untuk mengurangi tingkat morbiditas perioperatif sehingga akan memepercepat proses
pemulihan setalah dilakukan anasthesi serta tindakan operatif.
Tujuan pemberian premedikasi antara lain :
1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, yang meliputi bebas dari rasa takut, cemas,
bebas nyeri, dan mencegah mual-muntah
2. Memperlancar induksi anestesi; Pemberian obat sedasi dapat menurunkan aktifitas
mental sehingga imajinasi menjadi tumpul dan reaksi terhadap rangsangan berkurang.
Obat sedasi dan ansiolisis dapat membebaskan rasa takut dan kecemasan pasien
3. Mengurangi sekresi kelenjar saliva dan bronkus. Sekresi dapat terjadi selama tindakan
pembedahan dan anestesi, dapat dirangsang oleh suctioning atau pemasangan pipa
endotrakthea. Obat golongan antikholinergik seperti atropin dan scopolamin dapat
mengurangi sekresi saluran nafas
4. Mengurangi kebutuhan/dosis obat anestesi; tujuan premedikasi untuk mengurangi
metabolisme basal sehingga induksi dan pemeliharaan anestesi menjadi lebih mudah
dan diperlukan obat-obatan lebih sedikit sehingga pasien akan sadar lebih cepat
5. Mengurangi mual dan muntah paska operasi, tindakan pembedahan dan pemberian obat
opioid dapat merangsang terjadinya mual dan muntah, sehingga diperlukan pemberian
obat yang dapat menekan respon mual, muntah seperti golongan antiemetik,
kortikosteroid

1.3 ANASTESI
Anastesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit baik dalam keadaan
sadar (anastesi lokal) maupun dalam keadaan tidak sadar sementara (anastesi umum) dengan
cara pemberian obat untuk menghilangkan rasa nyeri selama tindakan pemebedahan.
1.3.1 Anastesi Lokal
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi
saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada bagian yang spesifik, kesadaran penderita
tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal) Anestesi lokal bersifat
ringan dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu singkat. Oleh
karena efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama kurun waktu
sekitar 30 menit seusai injeksi.
1.3.2 Anastesi Regional
Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu
dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila
pasien tak sadar. Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama
pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang belakang.
Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu
1.3.3 Anastesi Umum
Anestesi Umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama narkose
umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversibel . Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan
operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu:
Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen
anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan
frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi.
Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai
permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang
tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, muntah, midriasis, hipertensi,
dan takikardia.
Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu;
a. Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya
anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada,
bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi.
b. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro
medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut.
c. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali
ke tengah dan otot perut relaksasi.
Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis,
pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan
karena terhentinya sekresi lakrimal.

Anda mungkin juga menyukai