Anda di halaman 1dari 17

SIROSIS HEPATIS

A. DEFENISI
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

B. ETIOLOGI
1. Sirosis yang diakibatkan penyakit genetik
Misalnya galaktosemia, penyakit glycogen storage, defisiensi alfa-1 antitripsin,
penyakit hemokromatosis.
2. Sirosis karena bahan kimia
Kerusakan karena bahan kimia ada 2 macam :
a. kerusakan yang hampir pasti terjadi oleh suatu macam obat, dose dependent.
b. Kerusakan yang tidak dapat di duga sebelumnya, not-dose dependent.
3. Sirosis alkoholik
Secara morfologis, sirosis alkoholik ini bisa mikronodular, makronodular atau
campuran.
4. Sirosis karena infeksi
Disebabkan oleh hepatitis virus B atau NONB.
Morfologis bisa berupa mikronodular, makronodular atau incomplete septal.
5. Sirosis karena gangguan nutrisi
Secara morfologis tidak dapat dibedakan dengan sirosis karena alcohol
6. Sirosis bilier sekunder
Diakibatkan oleh ikterus obstruktif
7. Sirosis kongestif
Pada penyakit jantung yang disertai bendungan
8. Sirosis kriptogenik
Etiologi sirosis tidak dapat ditentukan. Sering disertai manifestasi autoimun, seperti
demam, artralgi, kemerahan pada kulit, gejala ginjal dan lain-lain. Gambaran
morfologis bisa mikronodular, makronodular atau campuran.

42
9. Sirosis bilier primer
Penyebab tidak diketahui
10. Sirosis Indian Childhood
Ditemukan pada anak-anak di India
11. Sirosis sarkoid (granulomatosis)
Penyebab tidak diketahui

C. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini mencakup gejala ikterus dan febris yang intermiten.
Pembesaran hati. Pada awal perjalanan sirosis hati cenderung membesar dan
sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam
yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan
pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih
lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan
jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba benjol-benjol
(noduler).
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh
kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.
Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan
dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang
bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti
pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan
dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini
cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-
angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan
menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness
atau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau
dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering
dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.

43
Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat
perubahan fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem
gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam
pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis
sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat
pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus
gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang
sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini
akan membentuk varises atau temoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang
tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan
menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk
mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal.
Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis ringan; sisanya akan
mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus.
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati
yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk
terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi
natrium serta air dan ekskresi kalium.
Defisiensi Vitamin dan Anemia. Karena pembentukan, penggunaan dan
penyimpanan vitamin tertentu yan tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka
tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena
hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan
fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan
fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala
anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan
kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-
hari.
Kemunduran Mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi
mental dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan
neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien,
kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.

44
D.PATOFISIOLOGI

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme

45
dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah
mempunyai prognosis yang kurang baik.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan merupakan
petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul
dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin,
transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan
menunjukan prognasis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam
dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan
kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
f. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi
hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan baik dari
varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
g. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila
terus meninggi prognosis jelek.
h. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb,
HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan
pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah
terjadi transpormasi kearah keganasan.
2. Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tak dapat menyimpulkan. Ultrasound, CT Scan atau MRI dilakukan untuk
mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran darah hepatic.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup

46
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya : cukup kalori, protein
1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan interferon.
Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian pasien dengan
hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan pengobatan IFN seperti :
a) kombinasi IFN dengan ribavirin,
b) terapi induksi IFN,
c) terapi dosis IFN tiap hari
A) Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan (1000mg
untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untuk jangka waktu
24-48 minggu.
B) Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang lebih
tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang dilanjutkan
dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu dengan atau tanpa
kombinasi dengan RIB.
C) Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai
HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi
seperti
1. Asites
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3. Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic

1. Asites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat

47
- Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah
garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus
dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah garam dan
pembatasan cairan namun penurunan berat badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari.
Mengingat salah satu komplikasi akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal
ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah
spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya
bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum tercapai maka
dapat kita kombinasikan dengan furosemid.
Terapi lain :
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan konservatif. Pada
keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai parasintesis cairan asites
dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan catatan harus dilakukan infuse albumin
sebanyak 6 8 gr/l cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata parasintesa dapat
menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Childs,
Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3, creatinin
> 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.

2. Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)


Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan parasintese. Tipe yang
spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati dengan asites, sekitar 20% kasus.
Keadaan ini lebih sering terjadi pada sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada
kebanyakan kasus penyakit ini timbul selama masa rawatan. Infeksi umumnya terjadi
secara Blood Borne dan 90% Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus
menurun dan mikroba ini beraasal dari usus. Adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai
keadaan sebagai berikut :
- Spontaneous bacterial peritonitis
- Sucpect grade B dan C cirrhosis with ascites
- Clinical feature my be absent and WBC normal
- Ascites protein usually <1 g/dl

48
- Usually monomicrobial and Gram-Negative
- Start antibiotic if ascites > 250 mm polymorphs
- 50% die
- 69 % recur in 1 year
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime), secara
parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi
maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin (400mg/hari)
selama 2-3 minggu.

3. Hepatorenal Sindrome
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik yang berlebihan,
pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elekterolit, perdarahan dan
infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa : Ritriksi cairan,garam,
potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang Nefrotoxic.
Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan Asifosis intra seluler.
Diuretik dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan
dan shock. TIPS hasil jelek pada Childs, dan dapat dipertimbangkan pada pasien yang
akan dilakukan transplantasi. Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti
dengan perbaikan dan fungsi ginjal.

4. Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus


Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan pasien
stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :
- Pasien diistirahatkan daan dpuasakan
- Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
- Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu :
untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat-obatan, evaluasi
darah
- Pemberian obat-obatan berupa antasida,ARH2,Antifibrinolitik,Vitamin K,
Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin
- Disamping itu diperlukan tindakan-tindakan lain dalam rangka menghentikan
perdarahan misalnya Pemasangan Ballon Tamponade dan Tindakan Skleroterapi.

49
5. Ensefalopati Hepatik
Prinsip penanganan ada 3 sasaran :
1. mengenali dan mengobati faktor pencetus
2. intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta toxin-toxin yang
berasal dari usus dengan jalan :
- Dier rendah protein
- Pemberian antibiotik (neomisin)
- Pemberian lactulose/ lactikol
3. Obat-obat yang memodifikasi Balance Neutronsmiter
- Secara langsung (Bromocriptin,Flumazemil)
- Tak langsung (Pemberian AARS)

G. PENGKAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN KASUS PENYAKIT


Klien memilki keluhan utama adanya nyeri pada bagian ulu hati sebelah kanan,
muntah darah beberapa kali dalam volume 4 gelas sehari, kencing berwarna teh pekat
dan feses berwarna merah kecoklatan (melena). Klien merasakan bahwa dan kurang
nafsu makan akibat muntah darah dan berat badannya juga turut menurun. Klien
mengeluhkan adanya penggembungan pada bagian perutnya namun tidak merasakan
adanya nyeri tekan. Klien juga mengatakan bahwa lambungnya mengalami
pembengkakan (didapatkan dari penjelasan dokter yang merawat klien). Klien mengaku
bahwa penyakit ini sudah dialami sejak 1 tahun yang lalu dan sudah pernah dirawat di
rumah sakit swasta di Medan.

H. PETA ANALISA DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN


No Data Etiologi Masalah
1 DS : klien mengatakan konsumsi alkohol, virus Gangguan
perutnya hepatis, baktei, obat-obatan, volume cairan
menggembung sudah stress
1 minggu.

50
DO: asites, lemas, RR: kerusakan hepatosit
28 x/menit
peradangan hati

perubahan (aliran darah


menurun)

nekrosis hati

penurunan metabolism KH,


protein, lemak

penurunan plasma

edema

gangguan volume cairan


2 DS : klien mengatakan konsumsi alkohol, virus Gangguan
masih terkadang hepatis, baktei, obat-obatan, nutrisi
muntah darah stress
sehingga tidak selera
makan kerusakan hepatosit
DO : tonus otot lemah,
BB berkurang peradangan hati

mual, muntah

anoreksia

intake menurun

gangguan nutrisi kurang dari


kebutuhan
3 DS : klien mengatakan konsumsi alkohol, virus Resiko
perutnya gembung hepatis, baktei, obat-obatan, gangguan
sudah 1 minggu stress integritas kulit
DO : asites
kerusakan hepatosit

peradangan hati

perubahan (aliran darah


menurun)

nekrosis hati

penurunan metabolisme
bilirubin

51
hiperbilirubin

ikterus

gangguan integritas kulit


4 DS : klien mengatakan sirosis hepatis Kurang
kurang mengetahui pengetahuan
tentang proses kurang informan
penyakitnya
DO : menunjukkan kurang pengetahuan
pertanyaan

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan volume cairan; lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma protein) ditandai
dengan asites, lemas, RR : 26 x/menit, total protein 5,19 g/dL.
2. Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat (anoreksia,nausea/vomitus) ditandai dengan mual, muntah,
tidak nafsu makan, Hb 4,2 gr/dL, albumin 2,8 g/dL.
3. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan ikterus ditandai
dengan warna kuning pada kulit dan sklera, bilirubin total 2,120 mg/dL,
bilirubin direct 0,946 mg/dL.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai proses penyakit, prognosis
dan penatalaksanaannya berhubungan dengan terbatasnya informasi ditandai
dengan adanya pertanyaan dan meminta informasi tentang penyakitnya.

J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteri Proses Keperawatan


o a Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan volume Tujuan : 1. Jelaskan 1. Peningkatan
cairan; lebih dari Pasien dalam pada pasien pemahaman

52
kebutuhan tubuh status hidrasi dan dapat
berhubungan dengan yang adekuat, keluarga meningkatkan
terganggunya mekanisme volume cairan tentang kerjasama
pengaturan (penurunan seimbang pembatasan pasien dan
plasma protein) ditandai cairan dan keluarga dalam
dengan asites, lemas, Kriteria Hasil : diet. program
RR : 26 x/menit, total Output urin perawatan.
protein 5,19 g/dL. sesuai berat 2. Monitor 2. Pasien sirosis
badan (1- asites. hati mengalami
1.5ml/kg retensi cairan
BB/jam), Bj dalam
urin ; 1.003 intravaskuler
1.030, mengakibatkan
edema (-), tekanan darah
asites (-), meningkat hal
Suara nafas ini
bersih tidak menyebabkan
ada ronchi, terjadinya
RR : 16 20 peningkatan
X/menit, 3. Auskultasi tekanan
TD ; 100/70 bunyi hidrostatik
140/90 jantung dan kapiler
mmHg, paru. mengakibatkan
nadi : 60 cairan
100 X/menit, intravaskuler
toleran shift ke dalam
terhadap ruang intertisial
aktivitas. sehingga edema
Albumin 4 dapat kita
5 mg/dl, jumpai pada
elektolit 4. Kaji tingkat pasien sirosis
dalam batas kesadaran, hati.
normal. selidiki 3. Karena retensi
perubahan cairan
mental, menyebabkan
adanya jumlah cairan
gelisah esktrasel
meningkat. Hal
ini akan
meningkatkan
Kolaborasi beban kerja
5. Monitor jantung dan
intake dan menimbulkan
output payah jantung
cairan. kongestif,
dengan
manifestasi
sesak nafas,

53
batas jantung
pada perkusi
melebar dan
distensi vena
jugularis
4. Penurunan
kesadaran dapat
menunjukkan
6. Berikan perpindahan
Diuretik cairan,
(furosemid akumulasi
1 X 40 mg toksin, asidosis,
intravena ketidak
(sesuai seimbangan
terapi) elektrolit, dan
terjadinya
hipoksia.

5. Perlu untuk
menentukan
fungsi ginjal,
dan
menentukan
kebutuhan
penggantian
cairan dan
penurunan
resiko
kelebihan
cairan
bertambah.
Dalam ukuran
normal
keseimbangan
cairan yaitu
masukan cairan
(cairan 550-
1500 ml,
makanan 700-
1000 ml, air
metabolik 200-
300 ml) dan
pengeluaran
cairan (ginjal
500-1400 ml,
kulit 450-900
ml, paru-paru
350 ml, feses

54
150 ml).
6. Untuk
melebarkan
lumen tubular
dari debris,
menurunkan
hiperkalemia,
dan
meningkatkan
volume urin
adekuat
2 Gangguan nutrisi; kurang Tujuan : 1. Kaji intake 1. Membantu
dari kebutuhan tubuh Pasien dalam diet dalam
berhubungan dengan status nutrisi mengidentifikas
intake yang tidak adekuat yang adekuat i defisiensi dan
(anoreksia,nausea/vomitu kebutuhan diet.
s) ditandai dengan mual, Kriteria Hasil : Kondisi fisik
muntah, tidak nafsu BB stabil, umum, gejala
makan, Hb 4,2 gr/dL, tonus otot uremik (mual,
albumin 2,8 g/dL. baik, hasil muntah,
lab: Hb 10 anoreksia,dan
14 gr/dl, ganggguan
GDS: 80-160 rasa) dan
gr/dl, pembatasan diet
albumin: 4 dapat
5.5 mg/dl, mempengaruhi
tidak ada 2. Anjurkan intake
tanda-tanda pasien makanan, setiap
malnutrisi. untuk kebutuhan
istirahat/be nutrisi
drest diperhitungan
dengan tepat
agar kebutuhan
sesuai dengan
kondisi pasien,
BB ditimbang
untuk
3. Berikan mengetahui
makanan penambahan
sedikit dan dan penuruanan
sering BB secara
sesuai periodik.
dengan diet 2. Dimungkinkan
4. Motivasi dapat
pasien mengurangi dan
untuk menstabilkan
menghabis kebutuhan
kan diet, nutrisi dan

55
anjurkan mengurangi
makan- tingkat energi
makanan yang tidak
lunak diperlukan
karena pasien
dalam kondisi
Kolaborasi meningkat
5. Berikan energinya
diet 1700 dalam
kkal (sesuai mengalami
terapi) proses
dengan penyakit.
tinggi serat 3. Meminimalkan
dan tinggi anoreksia dan
karbohidrat mual
. sehubungan
dnegan status
uremik.
6. Kolaborasi 4. Membantu
pemberian proses
antiemetik pencernaan dan
mudah dalam
penyerapan
makanan,
karena pasien
mengalami
gangguan
sistem
pencernaan.

5. Pengendalian
asupan kalori
total untuk
mencapai dan
mempertahanka
n berat badan
sesuai dan
pengendalian
kadar glukosa
darah
6. Untuk
menghilangkan
mual/muntah
dan dapat
meningkatkan
pemasukan oral

56
3 Resiko gangguan Tujuan : 1. Observasi 1. Memberikan
integritas kulit yang memperbaiki dan catat dasar untuk
berhubungan dengan integritas kulit derajat deteksi
ikterus ditandai dengan dan ikterus perubahan dan
warna kuning pada kulit meminimalkan pada kulit evaluasi
dan sklera, bilirubin iritasi kulit dan sklera. intervensi.
total 2,120 mg/dL, 2. Lakukan
bilirubin direct 0,946 Kriteria Hasil : perawatan 2. Mencegah
mg/dL. yang sering kekeringan
kulit utuh tanpa pada kulit, kulit dan
luka atau mandi meminimalkan
infeksi, dan tanpa pruritus.
pruritus, menggunak
pengurangan an sabun
ikterus pada dan
kulit dan sklera, melakukan 3. Mencegah
bilirubin total masase ekskoriasi kulit
0,15-1,00 dengan akibat garukan.
mg/dL, losion
bilirubin direct pelembut.
0,05-0,60 3. Jaga agar
mg/dL. kuku
pasien
selalu
pendek.

4 Kurang pengetahuan Tujuan : 1. Kaji ulang 1. Mengidentifika


(kebutuhan belajar) Setelah diberi pengetahua si tingkat
mengenai proses asuhan n pasien pengetahuan
penyakit, prognosis dan keperawatan, tentang pasien terhadap
penatalaksanaannya pengetahuan proses proses
berhubungan dengan pasien tentang penyakit penyakitnya
terbatasnya informasi proses penyakit, dan dan agar pend-
ditandai dengan adanya prognosis dan prognosisn kes yang
pertanyaan dan meminta penatalaksanaa ya. diberikan dapat
informasi tentang n meningkat sesuai dengan
penyakitnya. kebutuhan
Kriteria Hasil : 2. Tekankan pasien
Pasien dpat pada 2. Menghindarkan
menguraika pentingnya factor-faktor
n ulang menjauhi penyebab yang
tentang alcohol dapat
proses memperparah
penyakitnya, 3. Tekankan penyakitnya
pasien dapat tentang 3. meminum obat
menghubun pentingnya warung dan
gkan gejala tidak jamu-jamuan
penyakit minum yang tidak

57
dan obat-obatan terkontrol dan
penyebabny warung/jam terkendali, hal
a, pasien u-jamuan ini dapat
berinisiatif menyebabkan
merubah dan
gaya memperparah
hidupnya kondisi pasien
yang tidak terutama hati,
sehat, 4. karena hati
pasien Informasik merupakan
berpartisipa an tentang salah satu organ
si dalam pentingnya dalam
penatalaksa menggunak mendetoksifika
naan an obat si obat-obatan.
penyakitnya. hanya 4. Dapat
dengan mengendalikan
resep konsumsi obat
dokter yang tidak pada
5. Ajarkan tempatnya
pasien agar
menjauhi
orang yang 5. Menghindarkan
sedang infeksi
terinfeksi sekunder pada
pasien, karen
pasien
mengalami
penurunan daya
tahan tubuh dan
nutrisi yang
bermasalah

58

Anda mungkin juga menyukai