Anda di halaman 1dari 11

TUGAS HUKUM PERUSAHAAN

TANGUNG JAWAB KOMISARIS PERSEROAN


TERBATAS (PT) MENURUT UNDANG- UNDANG
NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN
TERBATAS

DISUSUN OLEH:

GIAN PAMUNGKAS

A1011131126

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FAKULTAS HUKUM

TAHUN 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada hadirat Tuhan yang Maha Esa karena masih bisa
memberikan saya kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini. Atas dukungan
moral dari semua dan materi yang disampaikan dalam penyusunan Tugas ini,
saya banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Sri Widyastuti,SH,M.Si,LL.M, selaku dosen yang memberikan tugas


ini dan juga dalam pemasukan materi di mata kuliah

2. Bapak H.Khairul Sony,SH.MH, Selaku dosen pembimbing yang telah


mengarahkan saya dan memberikan nasihatnya dalam perkuliahan

Saya menyadari bahwa tugas ini masih belum terbilang sempurna, sehingga
saran dan kritik dari rekan-rekan merupakan bantuan dalam penyempurnaan
tugas ini.

PONTIANAK, 5 JANUARI 2017

GIAN PAMUNGKAS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................2

DAFTAR ISI.................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................4

A.LATAR BELAKANG...................................................................4

B.RUMUSAN MASALAH................................................................5

BAB 2 ISI......................................................................7

A.PEMBAHASAN.............................................................................7

BAB 3 PENUTUP........................................................10

A.KESIMPULAN............................................................................10

B.SARAN...........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................11

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan nasional Indonesia untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan


makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah mencapai
berbagai kemajuan termasuk di bidang ekonomi dan keuangan, sebagaimana
tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tingkat inflasi
yang terkendali. Sementara itu, dalam pembangunan tersebut terdapat
kelemahan struktur dan sistem perekonomian Indonesia yang menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan antara lain ketidakhati-hatian dan kecurangan
dunia usaha dalam pengelolaan suatu perusahaan.

Maka dari itu,sudah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memberikan


landasan yang kokoh bagi dunia usaha guna untuk menjamin iklim usaha yang
kondusif dan terhindar dari penyimpangan dan kecurangan di dalam dunia
usaha. Undang-undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
(UUPT)merupakan undang-undang yang lahir akibat dari pesatnya
perkembangan tekhnologi dan ilmu pengetahuan di era globalisasi ini.

Dahulu Indonesia hanya memakai Kitab Undang-undang Hukum Dagang


(KUHD) dalam mengatur perseroan di Indonesia, karena tidak terakomodirnya
KUHD tersebut dalam menjaga kodusifitas iklim usaha di Indonesia, maka
pada tahun 1995 aturan tentang perseroan diatur secara khusus di Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas dan di perbaharui
kembali pada tahun 2007, yakni Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.

4
UUPT terbaru dinilai telah mengakomodir seluruh kebutuhan dalam
menjalankan suatu PT, walaupun tidak sedikit kalangan memberikan kritik
terhadap undang-undang ini.Peraturan yang termuat didalam UUPT tersebut
dengan tegas memberikan batasan-batasan dari mulai pendirian PT sampai
dengan pembubaran PT dan tidak hanya sampai disitu, kompeksitas dari UUPT
ini tidak melupakan aturan-aturan buat pelaku usaha yang disebut dengan organ
perseroan, yang diantaranya adalah Rapat Umum pemegang saham (RUPS),
Komisaris, dan Direks.

Di dalam pasal 1 angka 4 UUPT, yang dimaksud dengan RUPS adalah, adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang ini dan/atau anggaran dasar, pasal 1 angka 5 menjelaskan Direksi adalah
Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dan Dewan Komisaris
adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada
Direksi.

B.RUMUSAN MASALAH

Terkait dengan pengertian dari ketiga organ perseroan di atas, keberadaan


Komisaris sebagai organ dari perseroan merupakan suatu hal yang menarik
untuk dapat diperbincangkan, karena menurut pengertian diatas komisaris
bertugas sebagai perpanjangan tangan atau orang ketiga sebagai penghubung
RUPS dan dewan Direksi, yang artinya komisaris memiliki kewajiban dan
kewenangan, sehingga akan menimbah suatu tanggung jawab.

5
Tulisan ini sesungguhnya akan menitikberatkan permasalahan yang terdapat
pada pada tanggung jawab komisaris terhadap perseroan menurut UUPT. Maka
dari itu paragraf-paragraf selanjutnya dalam tulisan ini akan membahas tugas-
tugas dan tanggung jawab komisaris perseroan.

6
BAB 2
ISI

A. PEMBAHASAN

1. Komisaris Sebagai Pengawas dan Penasehat Direksi

Di dalam system common law tidak dikenal lembaga Komisaris hanya


mengenal Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Direksi sebagai
pengelola jalannya Perseroan tanpa adanya pengawasan sehingga di sana
Direksi memiliki kewajiban fidusia. Berdasarkan Pasal 108 UUPT, Dewan
Komisaris memiliki tugas melakukan pengawasan untuk kepentingan Perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.

Dewan Komisaris dapat terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih. Dalam hal
Dewan Komisaris terdiri atas lebih dari 1 (satu) anggota merupakan majelis dan
setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri,
melainkan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris. Perseroan yang kegiatan
usahanya berkaitan dengan dengan menhimpun dan/atau mengelola dana
masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua)
anggota Dewan Komisaris.

2. Tanggung Jawab Komisaris menurut UUPT

Berdasarkan Pasal 114 UUPT, tanggung jawab Dewan Komisaris adalah


bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan dan setiap anggota Dewan
Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk

7
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Setiap
anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau
lebih, tanggung jawabsebagaimana dimaksud berlaku secara tanggung renteng
bagi setiap anggota Dewan Komisaris. Namun, anggota Dewan Komisaris tidak
dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian apabila dapat membuktikan:

a) Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk


kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

b) Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak


langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian; dan

c) Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau


berlanjutnya kerugian tersebut.

Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota
Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada Perseroan ke Pengadilan Negeri.

Berdasarkan Pasal 115 UUPT, dalam hal terjadi kepailitan atau kelalaian
Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang
dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk
membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut maka setiap
anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab
dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab
tersebut berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat
lima tahun sebelum putusan penyataan pailit diucapkan. Namun, anggota
Dewan Komisaris tidak dapat diminta pertanggung jawaban atas kepailitan
Perseroan apabila dapat membuktikan:

8
a) Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya

b) Telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian


untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c) Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak


langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan;
dan

d) Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya


kepailitan.

Tidak hanya bertanggung jawab terhadap perusahaan, komisaris juga dapat


dimintai pertanggungjawabannya terhadap perbuatan hukum perseroan,
sebagaimana termaktub dalam Pasal 14 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, antara
lain menyatakan anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung
renteng dengan semua anggota Direksi, apabila perseroan melakukan perbuatan
hukum pada masa perseroan belum memperoleh status badan hukum.

Selanjutnya Pasal 69 ayat (3) menyatakan bahwa amggota Dewan Komisaris


yang menandatangani laporan keuangan yang ternyata tidak benar dan/atau
menyesatkan, bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan anggota
Dewan Direksi yang menandatangani juga laporan keuangan tersebut.

Juga ditegaskan dalam Pasal 119 UUPT, menyebutkan bahwa ketentuan


mengenai pemberhentian anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalamPasal
105 UUPT, mutatis mutandis yang artinya berlaku juga bagi pemberhentian
anggota Dewan Komisaris.

9
BAB 3

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian di atas, maka kesimpulan dari tulisan ini adalah sebagai
berikut

a. Komisaris memiliki tugas melakukan pengawasan untuk kepentingan


Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan
maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.

b. Komisaris bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan


apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

c. Komisaris bertaggung jawab secara tanggung renteng dengan semua


anggota Direksi, apabila perseroan melakukan perbuatan hukum pada masa
perseroan belum memperoleh status badan hukum.

B. SARAN

Dalam kesempatan ini, penulis juga berkeinginan memnyampaikan saran, yakni


terkait dengan tanggung jawab komisaris yang berkaitan dengan
pertanggugjawaban hukum hendaknya lebih dipertegas.

10
DAFTAR PUSTAKA
WIKIPEDIA.ORG

UUPT

GOOGLE.CO.ID

11

Anda mungkin juga menyukai