Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS

APENDISITIS

Zuhri Dirgantoro
092.0221.224
FK UPN Veteran Jakarta

Pembimbing
Dr. Ponco A. Prasojo, SpB KBD

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN BEDAH


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SUBROTO
2011
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Z
Umur : 6 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Kampung Pisangan RT.03 RW.04 Jakarta
No. CM : 37-05-41
Tanggal masuk : 04 Maret 2011

II. ANAMNESA
Autoanamnesa dan alloanamnesa pada tanggal 4 Maret 2011.

KELUHAN UTAMA : Nyeri perut kanan bawah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke UGD RSGS dengan keluhan nyeri dibagian perut kanan
bawah sejak 2 hari SMRS. Awalnya nyeri dirasakan pasien di daerah ulu hati lalu
berpindah ke kanan bawah. Nyeri muncul secara tiba-tiba, dirasakan terus menerus,
dan semakin nyeri dari pertama kali muncul hingga saat ini. Nyeri semakin bertambah
terutama saat berdiri dan duduk.
Keluhan pasien juga disertai muntah sebanyak 4 kali sejak 2 hari SMRS,
muntah berupa cairan dan makanan, tidak ada darah. Demam, gangguan BAK, dan
ganguan BAB disangkal.
Pasien juga memiliki kebiasaan makan-makanan pedas sebelumnya. Riwayat
imunisasi dasar lengkap.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
III. PEMERIKSAAN

STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Cukup, BB : 24 kg , TB : 112 cm
Tanda vital : Tensi : 90 / 50 mmHg
Nadi : 82 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 370 C
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil isokor, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik
Telinga : Serumen -/-, membran timpani tidak tampak
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-),
konka tidak udem dan tidak hiperemis
Mulut : mukosa bibir basah, sianosis tidak ada, faring tidak
hiperemis, tonsil T1 -T1 tenang
Leher : Bentuk simetris, trakea terletak ditengah,
KGB tidak teraba
Thorak : simetris saat statis dan dinamis, retraksi tidak ada

Jantung : BJ I II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop.

Paru : Suara dasar vesikuler, rhonki - / - , wheezing - / -

Abdomen : Lihat status lokalis.

Kulit : Tidak ikterik, tidak sinosis, turgor kulit cukup.

Ektermitas : Akral hangat, tidak sianosis, tidak udem.

STATUS LOKALIS
Regio Abdomen
I : Datar, warna kulit sama dengan sekitar.
Pa : Lemas, nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik Mc Burney (+).
Rovsing Sign (-), Psoas sign (-), Obturator Sign (-).
Per : Timpani pada seluruh abdomen, nyeri ketok (-).
Aus : Bising usus (+) normal

Rectal Touche
Tonus sfingter ani normal, ampula rectum tidak kolaps, massa (-),
mukosa licin, nyeri tekan (+) pada jam 12.

Sarung tangan:
Darah (-), lendir (-), feses (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 04 Maret 2011

Nilai
Hasil
Darah rutin rujukan
Hemoglobin 12.1* 13-18 g/dl
Hematokrit 37 37- 47 %
4.7 4.3 6.0 juta/uL
Eritosit 14200* 4800 - 10800 /uL
Leukosit 372000 150000 400000 /uL
77* 80 96 fl
Trombosit 26* 27 32 pg
MCV 33 32 36 g/dL
330 3 0 9 0
MCH
MCHC
4 0 5 0 15 0
Bleeding Time
Clotting Time
Nilai
Hasil
KimiaDarah rujukan
21 20 50 mg/dL
Ureum
1.0 0.5 1.5 mg/dL
Kreatinin 142 135 -145 mEq/L
Natrium 4.4 3.5 5.3 mEq/L
100 97 107 mEq/L
Kalium
Klorida 69 < 140 mg/dL
Glukosa sewaktu
V. RESUME
Pasien anak laki-laki berusia 6 tahun dengan nyeri perut kanan bawah sejak 2
hari SMRS. Nyeri diawali dari daerah ulu hati menjalar ke kanan bawah dirasakan
semakin nyeri terutama ketika duduk dan berdiri. Muntah 4 kali sejak 2 hari SMRS.
Ada riwayat sering makan makanan pedas sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada regio McBurney. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan anemia dan leukositosis.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Appendisitis Akut

VII. DIAGNOSIS BANDING


Tidak ada

IX. PENATALAKSANAAN
Appendektomi cito

XI. LAPORAN PEMBEDAHAN


Dilakukan pembedahan pada tanggal 4 Maret 2011 jam 19.00 WIB.
Pasien terlentang dengan anastesi umum.
Asepsis dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya.
Insisi transversal intraumbilikan melalui titik McBurney menembus kutis,
subkutis, fascia, dan otot.
Ketika peritonium dibuka tidak ada apa-apa.
Identifikasi sekum tampak apendiks letak antesekal dengan ukuran panjang 5
cm dan diameter 1,5 cm, gangrenosa, tidak perforasi.
Dilakukan appendiktomi, punctum apendiks dibenamkan ke dalam jahitan
kantung tembakau.
Sekum dimasukkan ke intraperitonial, rongga abdomen dilap dengan kassa
lembab steril hingga bersih.
Luka operasi ditutup lapis demi lapis.
Operasi selesai.
Intruksi Post Operasi :
~ Awasi tanda tanda vital
~ IVFD RL : D5 = 1 : 1 per 24 jam
~ Jika sudah sadar penuh, coba minum bertahap
~ Diet bertahap jika bising usus sudah adekuat
~ Obat obatan :
Ceftriaxone 2 x 1 gr
Metronidazole 3 x 250 mg
Ranitidin 2 x 1

XII. DIAGNOSIS PASTI POST OPERATIF


Appendisitis Gangrenosa

XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
Quo ad sanantionam : Bonam

XIV. FOLLOW UP
Tgl 5 Maret 2011 6 Maret 2011
S Nyeri luka operasi -
O KU : TSS, CM KU : TSS, CM
TD: 110/80 mmHg, N : 82 x/menit, TD: 110/70 mmHg, N : 80 x/menit,
0
RR : 22 x/menit, S : 36,5 C RR : 18 x/menit, S : 360 C
Status generalis : dbn Status generalis : dbn
Status lokalis: Status lokalis:
Abdomen: datar, lembut, NT (-), DM (-), Abdomen: datar, lembut, NT (-), DM (-),
BU (+) N, luka op perembesan (-) BU (+) N, luka op perembesan (-)
A Post appendektomi hari ke- 1 Post appendektomi hari ke- 2
P ~ mobilisasi miring kanan kiri ~ Mobilisasi dan diet bebas
duduk ~IVFD RL:D5 = 1:1 / 24 jam
~ Diet Makan Lunak ~Th/ Ceftriaxone 2x1 gr
~IVFD RL:D5 = 1:1 / 24 jam Metronidazole 3x250mg
~Th/ Ceftriaxone 2x1 gr Ranitidin 2x1
Metronidazole 3x250mg
Ranitidin 2x1
Tgl 7 Maret 2011 8 Maret 2011
S - -
O KU : TSS, CM KU : TSS, CM
TD: 110/80 mmHg, N : 82 x/menit , TD: 110/70 mmHg, N : 80 x/menit,
RR : 22 x/menit, S : 36,50 C RR : 18 x/menit, S : 360 C
Status generalis : dbn Status generalis : dbn
Status lokalis: Status lokalis:
Abdomen: datar, lembut, NT (-), DM (-), Abdomen: datar, lembut, NT (-), DM (-),
BU (+) N, luka op perembesan (-) BU (+) N, luka op perembesan (-)
A Post appendektomi hari ke- 1 Post appendektomi hari ke- 2
P ~ Mobilisasi dan diet bebas ~ Mobilisasi dan diet bebas
~IVFD RL:D5 = 1:1 / 24 jam ~IVFD RL:D5 = 1:1 / 24 jam
~Th/ Ceftriaxone 2x1 gr ~Th/ Ceftriaxone 2x1 gr
Metronidazole 3x250mg Metronidazole 3x250mg
Ranitidin 2x1 Ranitidin 2x1
~ boleh pulang

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis oleh karena
obstruksi lumen apendiks,yang merupakan penyebab akut abdomen yang paling
sering. 1,2,3,4

ANATOMI
Appendiks terletak di puncak caecum, pada pertemuan ketiga tinea coli (tinea
libera, tinea mesocolica, dan tinea omentalis). Pangkalnya terletak pada posteromedial
caecum. Pada Ileocaecal junction terdapat Valvula Ileocecalis (Bauhini) dan pada
pangkal appendiks terdapat valvula appendicularis (Gerlachi). Berbentuk seperti
tabung, panjangnya antara 7-10 cm,dan diameter 0,7 cm.Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal, sedangkan pada bayi, appendiks berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.hal ini menyebabkan
rendahnya insiden appendisitis pada usia tersebut.
Appendiks mendapat vaskularisasi dari a. Appendicularis a .Iliocolica a.
Mesenterica superior. Arteri Appendicularis merupakan suatu arteri yang tidak
memiliki kolateral, sehingga jika tersumbat mengakibatkan ganggren. Darah dari
appendiks di drainage ke v. appendicularis v. Ileocolica.2
Innervasi appendiks berasal dari n. Torakalis X (parasimpatis), sehingga nyeri
viseral pada appendisitis bermula disekitar umbilikus.3

Gambar 1. Letak Apendiks4


Posisi appendik : 4
1. Ileocecal
2. Antecaecal
3. Retrocaecal
4. Anteileal
5. RetroIleal
6. Pelvical

ETIOLOGI 1,2,4
Obstruksi lumen oleh karena :
1. Fekolit ( timbunan tinja yang mengeras )
2. Hipertrofi jaringan limfoid / KGB
3. Barium mengering
4. Biji-bijian sayuran dan buah
5. Cacing usus ( biasanya cacing askaris )

PATOFISIOLOGI 1,3
Appendisitis disebabkan mula mula oleh sumbatan lumen
Sumbatan lumen appendiks menyebabkan keluhan sakit di sekitar umbilikus dan
epigastrium serta dapat menyebabkan mual dan muntah.
Proses selanjutnya adalah invasi kuman E. Coli dan spesies Bacteroides dari
lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularis dan akhirnya ke
peritoneum parietalis sehingga dapat menyebabkan terjadinya peritonitis local
kanan bawah dan suhu tubuh mulai meningkat.
Oklusi pembuluh darah dinding apendiks yang diakibatkan oleh distensi lumen
apendiks menyebabkan terjadinya gangrene dinding apendiks
Bila tekanan intra lumen terus meningkat maka akan terjadi perforasi yang
ditandai dengan kenaikan suhu tubuh dan menetap tinggi.

GAMBARAN KLINIS 1,2,3,4


Nyeri samar (nyeri tumpul) di ulu hati, disertai mual, kadang muntah,
Dalam 2 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah dengan tanda-tanda
yang khas pada appendisitis yaitu nyeri pada titik Mc Burney.
Demam ringan (37,5-38,5 C) dan malaise.
Nafsu makan berkurang
Obstipasi atau diare.
PEMERIKSAAN FISIK 1,2,4
Inspeksi
Pada appendisitis akut -abdominal swelling, sehingga ditemukan distensi
perut.

Palpasi
Nyeri tekan (+) Mc.Burney
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc
Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis
Nyeri lepas (+) rangsangan peritoneum
Rebound tenderness (nyeri lepas tekan ) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat
dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-
tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam
di titik Mc Burney.
Defens musculer (+) rangsangan m. rektus abdominis
Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.
Rovsing sign (+)
Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah, apabila kita
melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh
adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang
berlawanan
Psoas sign (+)
Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan
yang terjadi pada apendiks.
Obturator Sign (+)
Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut
menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium

Perkusi
Timpani menyebar pada seluruh abdomen, nyeri ketok (+)

Auskultasi
Peristaltik normal, Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan
diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi
peristaltik usus

Pemeriksaan colok dubur ( Rectal Touche )


Nyeri tekan pada jam 9-12. Colok dubur juga tidak banyak membantu dalam
menegakkan diagnosis apendisitis pada anak kecil karena biasanya menangis terus
menerus

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1,2,3,4


Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Leukositosis ( 10.000 18.000/mm3 )
Urin :
Sedimen dapat normal atau terdapat leukosit atau eritrosit lebih dari normal bila
apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika urinaria.

Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen, dikerjakan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat sakit dan
pemeriksaan fisik meragukan. Mungkin terlihat adanya fekalit pada abdomen
sebelah kanan bawah yang sesuai dengan lokasi apendiks, gambaran ini
ditemukan pada 20% kasus
Appendicogram, hanya digunakan pada kasus-kasus menahun (appedisitis
kronik)
Ultrasonografi, ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada appendiks. Pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) pada apendisitis akut,
ditemukan adanya fekalit, udara intralumen, diameter apendiks lebih dari 6 mm,
penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm dan pengumpulan cairan perisekal.
Apabila apendiks mengalami ruptur atau perforasi maka akan sulit untuk dinilai,
hanya apabila cukup udara maka abses apendiks dapat diidentifikasi. Tidak
terlihatnya apendiks selama ultrasound tidak menyingkirkan adanya appendisitis.
Ultrasound juga berguna pada wanita sebab dapat menyingkirkan adanya kondisi
yang melibatkan ovarium, tuba falopii dan uterus yang gejalanya menyerupai
appendisitis.
CT-Scan, ditemukan bagian yang menyilang dengan appendicalith serta perluasan
dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.
Pada keadaan normal apendiks, jarang tervisualisasi dengan pemeriksaan scanning
ini. Gambaran penebalan diding apendiks dengan jaringan lunak sekitar yang
melekat, mendukung keadaan apendiks yang meradang. CT-Scan mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90 100%, serta akurasi 94 100%.

DIAGNOSIS BANDING
Pada keadaan tertentu beberapa penyakit dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, diantaranya berasal dari saluran pencernaan seperti gastroenteritis,
divertikulitis meckel tanpa perdarahan, intususepsi dan konstipasi. Gangguan
ginekologi seperti KET, infeksi rongga panggul, torsio kista ovarium, adneksitis dan
salpingitis. Gangguan saluran kencing seperti infeksi saluran kencing, batu ureter
kanan. 1,2,3,4

DIAGNOSIS
Menentukan diagnosis appendisitis di dapatkan dari hasil anamnesa yang
lengkap dan teliti, pemeriksaan fisik (gejala dan tanda ) dan pemeriksaan penunjang
(laboratorium, roentgen, USG, CT-Scan). 1,2,4

PENATALAKSANAAN1,2,3,4
Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi dengan tindakan operatif dan konservatif. Ada
2 teknik operasi :
Operasi terbuka (appendektomi)
Satu sayatan akan dibuat (sekitar 5 cm) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan
lebih besar jika appendisitis sudah mengalami perforasi.
Appendektomi cito untuk appendisitis akut, abses dan perforasi.
Appendektomi elektif untuk appendisitis kronik.
Konservatif kemudian operasi elektif untuk appendisitis infitrat.
Laparoskopi
Sayatan dibuat sekitar 2-4 sayatan. Satu didekat pusar, yang lainnya di seputar perut.
Laparoskopi berbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan
melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian
ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya
operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan
di tempat lain. Pada pengangkatan appendiks, pembuluh darah dan bagian dari
appendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.

Terapi Konservatif
Bed rest total posisi Fowler (anti Trandelenburg)
Diet rendah serat
Antibiotika spektrum luas
Metronidazol
Monitor : Infiltrat, tanda2 peritonitis(perforasi),LED, Leukosit
Nutrisi yang baik

PROGNOSIS
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi
apabila apendiks tidak diangkat. 1,2,3,4

PERBEDAAN APENDISITIS AKUT DAN APENDISITIS KRONIK


1.
Apendisitis akut5.
a. Memiliki gejala khas yang didasari oleh nyeri mendadak pada regio
kanan bawah abdomen dan dapat disertai maupun tidak disertai
rangsang peritonieum lokal.
b. Didahului nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral
didaerah epigastrium disekitar umbilikus dan dalam beberapa jam
nyeri akan berpindah ketitik mcBurney dan dirasakan lebih tajam serta
lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
c. Disertai mual dan kadang muntah.
2.
Apendisitis Kronik5
a. Riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu tetapi tidak
terlalu parah, dan bersifat continue atau intermittent, nyeri ini terjadi
karena lumen appendix mengalami partial obstruksi.
b. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa , dan adanya sel inflamasi
kronik.
c. Pada pemeriksaan appendicogram akan tampak pelebaran atau
penebalan dinding mukosa appendiks, disertai penyempitan lumen
hingga sumbatan usus oleh fekalit. Kontras dapat mengisi lumen
(filling), mengisi sebagian (partial filling), dan tidak dapat mengisi
(non filling).
DAFTAR PUSTAKA

1. Schwatz, et al. Principles of Surgery Seventh Edition Volume 2. Jakarta: EGC.


hal: 1383 93
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2004. Jakarta: EGC. hal:
865-75.
3. Staf Pengajar FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. 1995. hal: 109 12
4. www.wikipidea.com diakses tanggal 29 Maret 2011.
5. Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2.
2001. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai