Anda di halaman 1dari 12

1

A. Anatomi fisiologi tiroid


Anatomi
Kelenjar thyroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulkus
pharyngeus pertama dan kedua pada garis tengah. Tempat pembentukan kelenjar
thyroid menjadi foramen sekum di pangkal lidah. Jaringan endodermal ini turun
ke leher sampai setinggi cincin trakea kedua dan ketiga yang kemudian
membentuk kedua lobi. Kelenjar thyroid janin secara fungsional mulai mandiri
pada minggu ke 12 masa kehidupan intrauterine.
Permukaan medial tiap lobus dibentuk di atas larynx dan trakea. Secara
superficial, kelenjar ini ditutupi oleh muskulus sternokleidomastoideus, muskulus
sternohyoideus, dan di bawah oleh batas anterior muskulus
sternokleidomastoideus. Di superior kelenjar ini dalam hubungan dengan
muskulus cricothyroideus.
Thyroidea (dari Yunani thyreos, pelindung) merupakan suatu kelanjar
endokrin sangat vascular, merah kecoklatan yang terdiri dari lobus dexter dan
sinister yang berhubungan melintasi garis tengah oleh istmus. Tiap lobus
mencapai superior sejauh linea oblique sejauh cartilago thyroidea; istmus terletak
di atas cincin iga kedua dan ketiga. Ujung terbawah lobus biasanya di atas cincin
trakea keempat atau kelima. Kelenjar ini tertanam dalam lapisan pretrachealis
fascia cervicalis profunda. Biasanya beratnya sekitar 25 gram pada dewasa,
sedikit lebih berat pada wanita dan membesar secara fisiologis pada pubertas serta
selama menstruasi dan kehamilan.
Kelenjar thyroid terletak di leher, antara fascia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama antara trakhea, esofagus, pembuluh
darah besar, dan saraf. Kelenjar thyroid melekat pada trakea dan fascia
pretrakhealis, dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat
lingkaran.
Kelenjar thyroid kaya vaskularisasi, yaitu yang berasal dari empat sumber,
yaitu a. karotis superior kanan dan kiri, cabang a. karotis eksterna kanan dan kiri,
dan kedua a. thyroidea inferior kanan dan kiri, cabang a. brakhialis. Sistem
venanya terdiri atas v. Thyroidea superior berjalan bersama arterinya; v. Thyroidea
2

media berada di lateral, berdekatan dengan a. thyroidea inferior, dan v. thyroidea


inferior.
Vena thyroidea mulai dibentuk pada permukaan kelenjar dan dapat mudah
dirusak pada eksplorasi. Vena thyroidea superior berjalan bersama arteria
thyroidea superior dan berdrainase langsung ke dalam vena jugularis interna. Vena
thyroidea media terpisah dan berdrainase langsung ke dalam vena jugularis
interna. Vena thyroidea inferior mendrainase darah dari kutub bawah tiap lobus
dan berjalan ke vena brachicephalica dextra.
Kanker tiroid seringkali membatasi kemampuan menyerap yodium dan
membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid; tetapi kadang kanker
menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.

Fisiologi Tiroid
Sintesis Hormon tiroid :
Disintesis dari iodine dan asam amino tirosin. Sebagian besar iodine masuk
melalui traktus digestivus sebagai iodid, tapi juga melalui paru dan kulit. Iodine
yg masuk tubuh 1/3 bagian masuk tiroid dan 2/3 bagian sisa-nya meninggalkan
tubuh melalui urine.
Metabolisme hormon tiroid :
Ensim mengoksidase iodid iodine orga-nik, diikat ke dalam monoiodotirosin dan
diio-dotirosin. Senyawa ini mengandung hormon tiroid aktive tiroksin (T4) yang
mempunyai 4 molekul iodine, dan triiodotironin (T3) yang punya 3 molekul
iodine. Dlm serum T4>T3, tapi T3 fisiologik lebih bermakna.

B. Definisi ca tiroid
Kanker tiroid merupakan kelainan malignansi pada kelenjar tiroid dapat berupa
adenokarsinoma papiler, adenokarsinoma folikuler, adenokarsinoma anaplastik,
adenokarsinoma medular, (brunner & suddart, 2002).

C. Etiologi ca tiroid
Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khusus untuk well
differentiated carcinoma(papilar dan folikular) adalah radiasi dan goiter endemis
dan untuk jenis medular adalah faktor genetik.Belum diketahui suatu karsinogen
3

yang berperan untuk kanker anaplastik dan medular. Diperkirakan kanker


anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan
folikuler). Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-
perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.

Terdapat faktor resiko,yaitu:

Masa kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya.
Anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok(endemis)
Tetangga atau penduduk sekampungnya ada yang menderita kelainan
kelenjar
50 % pada anak-anak dibawah umur 14 tahun dan kurang dari 10 % pada
orang dewasa
Pria mempunyai insiden nodula tiroid yang bersifat karsinoma yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita
Karsinoma medularis tiroid, dapat timbul dengan insiden familial. Kalau
seorang penderita goiter mempunyai riwayat positif karsinoma jenis ini,
merupakan penting untuk diagnosis keganasan tiroid

D. Klasifikasi
a. Adenocarsinoma papiler

Paling sering ditemukan ( 50-60 % )


Dimulai pada masa kanak-kanak atau pada awal usia dewasa.
Tampak sebagai nodul asimtomatik pada kelenjar yang normal.
Merupakan kanker tiroid yang paling kronik dan mempunyai prognosis
yang paling baik.
Tumor ini jarang bermetastasisi secara hematogen, tetapi pada 10 %
kasus terdapat metastasis jauh.

b. Adenocarsinoma folikular

Muncul pada usia lebih tua


25 % dari keganasan tiroid
Terbungkus dalam kapsul dan terasa sebagai masa yang elastis atau mirip
karet pada palpasi
Tumor ini lewat jalur hematogen ke tulang, hati dan paru.
Limpadenopati servikal

c. Adenocarsima medular
5-10 % keganasan tiroid
Terdapat sebagai tumor yang padat dan keras
4

Didapat pada usia diatas 40 tahun tetapi juga ditemukan pada usia yang
lebih muda bahkan pada anak
d. Adenocarsinoma anaplastik
5 % dari keganasan tiroid
Berupa masa yang keras, irreguler, tumbuh dengan cepat, dan dapat
menimbulkan nyeri dan nyeri tekan.
Prognosis sangat buruk
50 % pada pasien yang berusia diatas 60 tahun

E. Patofsisiologi ca tiroid
Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan
dengan kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu,
bila dilakukan scintiscan, nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan
pengambilan yang kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang
dapat digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid.
Teknik ini memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa padat
dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik
biasanya merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada
satu nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan
berhubungan dengan limfadenopati satelit.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat
dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik
dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan
tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal.
Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya :
papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik. (Price, 1995, hal:1078)
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal,
dingin pada scan isotop, dan padat pada ultrasonografi tiroid, yang sangat
berbeda dengan bagian-bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular,
kanker berupa nodul dominan lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian
sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak,
disertai pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti
biasanya akan mengungkapkan nodul dingin pada tiroid. Jarang, akan
5

perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada
ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas yang
berguna untuk lesi ganas semi kistik dari kista murni yang tidak ganas.
Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu
fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang diangkat untuk
alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur
pada vascular stalk, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis
seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering mengandung badan inklusi intra
nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma papiler
membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari tonjolan
papil disebut psammoma body, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma
papiler. Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan
dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua,
mereka bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan
trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian
biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam pada leher, lebih
jarang kematian bisa disebabka metastasis paru yang luas. Pada beberapa
penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai
tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan
anaplastik lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari karsinoma papiler,
banyak karsinoma papiler yang mensekresi tiroglobulin, yang dapat
digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil
walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak
dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali dengan invasi kapsul atau
invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar
dan menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan
invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara
mikroskopis, sel-sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur
sekeliling folikel yang sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini
sering tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium
6

radioaktif untuk membentuk tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3


dan T4. Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu
merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor ini
lebih ada kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap pengobatan iodin
radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati, kematian disebabkan karena
perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan
keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan visera.
Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma sel Hurthle yang
ditandai dengan sel-sel sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang
berwarna merah muda berisi mitokondria. Mereka bersikap lebih seperti
karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada ambilan radioiodin. Karsinoma
campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma papilar. Sekresi
tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma folikular dapat digunakan untuk
mengikuti perjalanan penyakit.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang
berasal dari badan brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin,
histaminase, prostaglandin, serotonir, dan peptida-peptida lain. Secara
mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh
substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin
yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk lain
amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau protein-
protein lain yang dideposit dengan suatu pola fibri.
Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular
tetapi tidak seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke
kelenjar getah bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi
limfatik dan pembuluh darah dan metastasisi ke paru-paru dan
visera.kalsitonin dan antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic
antigen) yang disekresi oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu
diagnosisdan follow-up. Kira-kira sepertiga karsinoma medular adalah
familial, melibatkan kelenjar multipel (Multiple Endocrin neoplasia tipe II =
MEN II, sindroma sipple). MEN II ditandai dengan dengan karsinoma
medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada lidah, bibir, dan usus.
7

Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma medular di


diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka
penting kiranya pasien diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai
pada MEN II dan anggota diperiksa untuk adanya karsinoma medular dan
juga MEN II. Pengukuran kalsitonin serum setelah stimulasi pentagastrin atau
infus kalsium dapat digunakan untuk skrining karsinoma medular.
Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus 0,5g/kg, dan
contoh darah vena diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal
kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan.
Gen untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang
memungkinkan menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan
polimorfisme panjang fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma
ini. Jadi anggota keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan
diperiksa sebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk
karsinoma sel kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada
pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba
dalam waktu beberapa minggu atau bulan mulai membesar dan menghasilkan
gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian
akibat perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor
ini sangat resisten terhadap pengobatan.

F. Tanda dan Gejala


1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau
keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling
umum kanker tiroid.
2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat
ditemukan selama pemeriksaan fisik.
5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau
leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan
Anda.
6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
8

G. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
1) pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
2) untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa
kadar kalsitonin dan vma.
B. Radiology
1) foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk
melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2) dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
3) esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda
adanya infiltrasi ke esophagus.
4) pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri
untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa
untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.
C. Ultrasonografi
D. Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple
dan pembesaran kgb. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan
yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam
tindakan fnab.
E. Scanning tiroid
F. Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan
scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan
besar kelenjar tiroid. Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
- Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
- Memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan
seperti nodul soliter.
- Memperlihatkan retrosternal struma
- Mencari occul neoplasma pada tiroid.
- Mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
- Mengindentifikasi ektopik tiroid.
- Mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
- Needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy
atau fnab (biopsy jarum halus).
9

G. Pemeriksaan potong beku; dengan cara ini diharapkan dapat membedakan


jinak atau ganas waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk
menentukan tindakan operasi definitive.
H. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe; pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.

H. Komplikasi
Komplikasi yang seringkali muncul adalah pada tiroidektomi yang
meliputi:
1. Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam
mengamankan hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan
menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir,
ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik bedah yang
cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis
sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah
yang kuat dan ke hati- hatian pada saat operasi harus diutamakan.
4. Sepsis yang meluas ke mdiastinum. Seharusnya ini tidak doleh
terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak
diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
5. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah
reseksi bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan
pemeriksaan klinik dan biokomia yang tepat pasca bedah.
6. Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat
pembedahan.

II. Konsep keperawatan Post Operasi

Pengkajian keperawatan post operasi


a. Dasar data pengkajian
Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari
Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi
Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam
b. Prioritas keperawatan
Mengembalikan status hipertiroid melalui praoperatif
10

Mencegah komplikasi
Menghilangkan nyeri
Memberikan informasi tentang prosedur
c. Tujuan pemulangan
Komplikasi dapat di cegah atau dikurangi
Nyeri hilang
Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami
Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian atau
seluruhnya, aktivitas sehari-hari, menjalankan tugas-tugas rumah

1. Dx. Kep: Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi akibat adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan,
kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten, aspirasi dicegah.
Tindakan:
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman dan kerja Berkembangnya distress pada pernapasan
otot-otot pernapasan. merupakan indikasi kompresi trakhea
Auskultasi suara napas, catat adanya suara karena adanya edema atau perdarahan.
ronkhi. Ronkhi merupakan indikasi adanya
Monitor tanda-tanda respiratori distres, sia- obstruksi/spasme laringeal yang
nosis, takipnea & nafas yang berbunyi. membutuhkan evaluasi dan dan intervensi
Periksa balutan leher setiap jam pada segera.
periode awal post op, kemudian tiap 4 jam. Memonitor & mengkaji terus menerus
Pertahankan klien dalam posisi semi dapat membantu untuk mende-teksi &
fowler dengan diberi kantung es (ice bag) mencegah masalah pernafasan.
untuk mengurangi bengkak. Pembedahan didaerah leher dapat
Identifikasi adanya mati rasa. menyebabkan obstruksi jalan nafas karena
Monitor tingkat serum kalsium. adanya udem post op.
Siapkan peralatan emergency untuk Dengan mempertahankan posisi &
tracheostomy, suction, oksigen, pemberian es dapat mengurangi
perlengkapan be-nang jahit bedah dan pembengkakan.
kalsium iv, dalam keadaan siap pakai. Kerusakan pada saraf laringeal selama
pembedahan tiroid dapat menyebabkan
penutupan glotis.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau
pemotongan kelenjar paratiroid dapat
menyebabkan tetani & laringo-spasm.
Persiapan untuk gawat darurat memastikan
pemberian perawatan yang cepat & tepat.
11

2. Dx. Kep: Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.


Tujuan: Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria evaluasi: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tidak ada rintihan,
ekspresi wajah rileks.
Tindakan:
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda nyeri baik verbal maupun Bermanfaat dalam meng-evaluasi nyeri,
non verbal, catat lokasi, intensitas dan menentukan pilihan intervensi, menentukan
lamanya. efektivitas terapi.
Letakkan pasien dalam posisi semi fowler Mencegah hiperekstensi leher dan
dan sokong kepala/leher dengan bantal melidungi integritas garis jahitan.
kecil. Membantu untuk memfokuskan kembali
Anjurkan pasien untuk menggunakan perhatian dan membantu pasien untuk
tekhnik relaksasi, seperti imajinasi, musik mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara
yang lembut, relaksasi progresif. lebih efektif.
Berikan analgesik narkotik yang diresep- Analgesik narkotik perlu pada nye-ri hebat
kan & evaluasi keefektifannya. untuk memblok rasa nyeri.
Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan- Peregangan pada garis jahitan ada-lah
tindakan untuk mencegah peregangan pada sumber ketidak nyamanan.
insisi seperti:
- menyokong leher bila bergerak di tempat
tidur & bila turun dari tempat tidur.
- menghindari hiper ekstensi & fleksi akut
leher.

3. Dx. Kep: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/
ke-rusakan saraf laring; edema jaringan, ketidaknyamanan.
Tujuan: Penyampaian dan penerimaan pesan dapat dipahami oleh pasien.
Kriteria evaluasi: Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan
dapat dipahami.
Tindakan:
Intervensi Rasional
Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan Suara serak dan sakit tenggorok akibat
untuk tidak berbicara secara terus menerus. edema jaringan atau kerusakan karena
Pertahankan komunikasi yang sederhana, pembedahan pada saraf laryngeal dan
beri pertanyaan yang hanya memerlukan berakhir dalam beberapa hari.
jawaban ya atau tidak. Menurunkan kebutuhan berespon,
Memberikan metode komunikasi alernatif mengurangi bicara.
yang sesuai, seperti papan tulis, kertas Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan.
tulis/papan gambar. Meningkatkan kemampuan mendengarkan
Pertahankan lingkungan yang tenang. komunikasi perlahan dan menurunkan
12

kerasnya suara yang harus diucapkan


pasien yang harus didengarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marlyn E, Moorhouse Mary Frances, Geissler Alice C, 1999, Pedoman


Asuhan Keperawatan, Edisi ke-3. Jakarta:Buku Kedokteran EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta
Sutjahjo, Ari. 2006. Endokrin Metabolik. Surabaya : Airlangga University Press
http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-
kedokteran/endokrinologi-metabolik-penyakit-dalam/2010/11/08/neoplasme-
tiroid/
http://belibis-a17.com/2008/04/25/karsinoma-tiroid/
http://www.klinikindonesia.com/bedah/bedah.php
Greenspan Francis S, Baxter Jhon D, 1995, Endokrinologi, Edisi ke-4. Jakarta :
EGC
Noer Sjaifoellah, 1996, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai