Fisiologi Tiroid
Sintesis Hormon tiroid :
Disintesis dari iodine dan asam amino tirosin. Sebagian besar iodine masuk
melalui traktus digestivus sebagai iodid, tapi juga melalui paru dan kulit. Iodine
yg masuk tubuh 1/3 bagian masuk tiroid dan 2/3 bagian sisa-nya meninggalkan
tubuh melalui urine.
Metabolisme hormon tiroid :
Ensim mengoksidase iodid iodine orga-nik, diikat ke dalam monoiodotirosin dan
diio-dotirosin. Senyawa ini mengandung hormon tiroid aktive tiroksin (T4) yang
mempunyai 4 molekul iodine, dan triiodotironin (T3) yang punya 3 molekul
iodine. Dlm serum T4>T3, tapi T3 fisiologik lebih bermakna.
B. Definisi ca tiroid
Kanker tiroid merupakan kelainan malignansi pada kelenjar tiroid dapat berupa
adenokarsinoma papiler, adenokarsinoma folikuler, adenokarsinoma anaplastik,
adenokarsinoma medular, (brunner & suddart, 2002).
C. Etiologi ca tiroid
Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khusus untuk well
differentiated carcinoma(papilar dan folikular) adalah radiasi dan goiter endemis
dan untuk jenis medular adalah faktor genetik.Belum diketahui suatu karsinogen
3
Masa kanak pernah mendapat terapi sinar di daerah leher atau sekitarnya.
Anggota keluarga lainnya menderita kelainan kelenjar gondok(endemis)
Tetangga atau penduduk sekampungnya ada yang menderita kelainan
kelenjar
50 % pada anak-anak dibawah umur 14 tahun dan kurang dari 10 % pada
orang dewasa
Pria mempunyai insiden nodula tiroid yang bersifat karsinoma yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita
Karsinoma medularis tiroid, dapat timbul dengan insiden familial. Kalau
seorang penderita goiter mempunyai riwayat positif karsinoma jenis ini,
merupakan penting untuk diagnosis keganasan tiroid
D. Klasifikasi
a. Adenocarsinoma papiler
b. Adenocarsinoma folikular
c. Adenocarsima medular
5-10 % keganasan tiroid
Terdapat sebagai tumor yang padat dan keras
4
Didapat pada usia diatas 40 tahun tetapi juga ditemukan pada usia yang
lebih muda bahkan pada anak
d. Adenocarsinoma anaplastik
5 % dari keganasan tiroid
Berupa masa yang keras, irreguler, tumbuh dengan cepat, dan dapat
menimbulkan nyeri dan nyeri tekan.
Prognosis sangat buruk
50 % pada pasien yang berusia diatas 60 tahun
E. Patofsisiologi ca tiroid
Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan
dengan kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu,
bila dilakukan scintiscan, nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan
pengambilan yang kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang
dapat digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid.
Teknik ini memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa padat
dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik
biasanya merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada
satu nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan
berhubungan dengan limfadenopati satelit.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat
dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik
dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan
tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal.
Terdapat empat jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya :
papilaris, folikularis, medularis, dan anaplastik. (Price, 1995, hal:1078)
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal,
dingin pada scan isotop, dan padat pada ultrasonografi tiroid, yang sangat
berbeda dengan bagian-bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular,
kanker berupa nodul dominan lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian
sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak,
disertai pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti
biasanya akan mengungkapkan nodul dingin pada tiroid. Jarang, akan
5
perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada
ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas yang
berguna untuk lesi ganas semi kistik dari kista murni yang tidak ganas.
Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu
fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang diangkat untuk
alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur
pada vascular stalk, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis
seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering mengandung badan inklusi intra
nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma papiler
membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari tonjolan
papil disebut psammoma body, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma
papiler. Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan
dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua,
mereka bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan
trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian
biasanya disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam pada leher, lebih
jarang kematian bisa disebabka metastasis paru yang luas. Pada beberapa
penderita tua, suatu karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai
tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan
anaplastik lanjut ini adalah penyebab kematian lain dari karsinoma papiler,
banyak karsinoma papiler yang mensekresi tiroglobulin, yang dapat
digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil
walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak
dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali dengan invasi kapsul atau
invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar
dan menyebar baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan
invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara
mikroskopis, sel-sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur
sekeliling folikel yang sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini
sering tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium
6
G. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
1) pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
2) untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa
kadar kalsitonin dan vma.
B. Radiology
1) foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk
melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2) dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
3) esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda
adanya infiltrasi ke esophagus.
4) pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri
untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa
untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.
C. Ultrasonografi
D. Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple
dan pembesaran kgb. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan
yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam
tindakan fnab.
E. Scanning tiroid
F. Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan
scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan
besar kelenjar tiroid. Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
- Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
- Memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan
seperti nodul soliter.
- Memperlihatkan retrosternal struma
- Mencari occul neoplasma pada tiroid.
- Mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
- Mengindentifikasi ektopik tiroid.
- Mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
- Needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy
atau fnab (biopsy jarum halus).
9
H. Komplikasi
Komplikasi yang seringkali muncul adalah pada tiroidektomi yang
meliputi:
1. Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam
mengamankan hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan
menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir,
ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik bedah yang
cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis
sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah
yang kuat dan ke hati- hatian pada saat operasi harus diutamakan.
4. Sepsis yang meluas ke mdiastinum. Seharusnya ini tidak doleh
terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak
diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
5. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah
reseksi bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dievaluasi dengan
pemeriksaan klinik dan biokomia yang tepat pasca bedah.
6. Hipokalsemi. Karena terangkatnya kelenjar paratiroid pada saat
pembedahan.
Mencegah komplikasi
Menghilangkan nyeri
Memberikan informasi tentang prosedur
c. Tujuan pemulangan
Komplikasi dapat di cegah atau dikurangi
Nyeri hilang
Prosedur pembedahan/prognosis dan pengobatannya dapat dipahami
Mungkin membutuhkan bantuan pada teknik pengobatan sebagian atau
seluruhnya, aktivitas sehari-hari, menjalankan tugas-tugas rumah
1. Dx. Kep: Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi akibat adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan,
kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten, aspirasi dicegah.
Tindakan:
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman dan kerja Berkembangnya distress pada pernapasan
otot-otot pernapasan. merupakan indikasi kompresi trakhea
Auskultasi suara napas, catat adanya suara karena adanya edema atau perdarahan.
ronkhi. Ronkhi merupakan indikasi adanya
Monitor tanda-tanda respiratori distres, sia- obstruksi/spasme laringeal yang
nosis, takipnea & nafas yang berbunyi. membutuhkan evaluasi dan dan intervensi
Periksa balutan leher setiap jam pada segera.
periode awal post op, kemudian tiap 4 jam. Memonitor & mengkaji terus menerus
Pertahankan klien dalam posisi semi dapat membantu untuk mende-teksi &
fowler dengan diberi kantung es (ice bag) mencegah masalah pernafasan.
untuk mengurangi bengkak. Pembedahan didaerah leher dapat
Identifikasi adanya mati rasa. menyebabkan obstruksi jalan nafas karena
Monitor tingkat serum kalsium. adanya udem post op.
Siapkan peralatan emergency untuk Dengan mempertahankan posisi &
tracheostomy, suction, oksigen, pemberian es dapat mengurangi
perlengkapan be-nang jahit bedah dan pembengkakan.
kalsium iv, dalam keadaan siap pakai. Kerusakan pada saraf laringeal selama
pembedahan tiroid dapat menyebabkan
penutupan glotis.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau
pemotongan kelenjar paratiroid dapat
menyebabkan tetani & laringo-spasm.
Persiapan untuk gawat darurat memastikan
pemberian perawatan yang cepat & tepat.
11
3. Dx. Kep: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/
ke-rusakan saraf laring; edema jaringan, ketidaknyamanan.
Tujuan: Penyampaian dan penerimaan pesan dapat dipahami oleh pasien.
Kriteria evaluasi: Mampu menciptakan metode komunikasi di mana kebutuhan
dapat dipahami.
Tindakan:
Intervensi Rasional
Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan Suara serak dan sakit tenggorok akibat
untuk tidak berbicara secara terus menerus. edema jaringan atau kerusakan karena
Pertahankan komunikasi yang sederhana, pembedahan pada saraf laryngeal dan
beri pertanyaan yang hanya memerlukan berakhir dalam beberapa hari.
jawaban ya atau tidak. Menurunkan kebutuhan berespon,
Memberikan metode komunikasi alernatif mengurangi bicara.
yang sesuai, seperti papan tulis, kertas Memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan.
tulis/papan gambar. Meningkatkan kemampuan mendengarkan
Pertahankan lingkungan yang tenang. komunikasi perlahan dan menurunkan
12
DAFTAR PUSTAKA