Anda di halaman 1dari 13

Nama : Jonathan Rambang

NIM: 102012072
Kelas: A
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Tugas Emergency Mata Blok 29

Glaucoma Akut
Riwayat klinis:
Penglihatan kabur mendadak, nyeri hebat disekitar mata atau belakang kepala, mual dan muntah,
melihat halo (pelangi disekitar objek yang dilihat), fotofobia, mata merah

Pemeriksaan mata:
o Visus sangat menurun
o TIO meninggi
o Mata merah
o Kornea suram/keruh
o Injeksi siliar
o Bilik mata depan dangkalo Rincian iris tidak tampak
o Pupil sedikit melebar, kurang/tidak bereaksi terhadap sinar
o Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
o Pada perabaan mata teras keras seperti kelereng
Pemeriksaan penunjang
1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata normal berkisar
antara 15-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor akueus. Dengan
gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit atau tertutup
ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur CDR. CDR yang
melebihi 0,5 menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan.

1
4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti
pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan TIO akan
merusakan papil saraf optikus.

Diagnosis
Glaucoma adalah suatu penyakit dimana gambaran klinik yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
intraokular yang disertai dengan pengecilan lapang pandang.
Glaucoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut tertutup primer dan biasanya terjadi mendadak.

Diagnosis Banding : Keratitis, Uveitis

Terapi:
1. obat-obatan (pengobatan darurat dan jangka pendek)
Miotik: untuk melepaskan iris dari jaringan trabekulum sehingga sudut mata bilik depan akan
terbuka
pilocarpin 2%, tetes mata setiap menit 1 tetes selama 5 menit,
lalu disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam

Carbonic Anhidrase Inhibitor: untuk menurunkan pembentukan aquous humor


asetazolamid, 250 mg per tablet, 2 tablet sekaligus, disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24
jam
obat hiperosmotik: untuk meningkatkan daya osmotik plasma
larutan gliserin 50 % secara oral, dosis 1-1,5 gram/ kgBB (0.7-1,5 cc/kgBB atau 1 cc /kgBB),
diminum sekaligus
mannitol 20 %,per infus 60 tetes per menit
morfin: untuk mengurangi sakit dan mengecilkan pupil disuntikan 10-15 mg

Ulkus Kornea
Riwayat klinis
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung dari penyebab dari ulkus
itu sendiri. Mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat,
riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau
autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :

Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp

2
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

Pemeriksaan fisis
- Visus
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena adanya defek
pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke dalam media refrakta.
- Slit lamp
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan pada kornea.
Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea.

Pemeriksaan penunjang

- Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk melihat adanya daerah
yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna
biru menunjukkan daerah yang intak).
- Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.
- Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa kasus.

Diagnosis : ulkus kornea


Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang
ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan
kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Diagnosis banding:

Terapi:
Irigasi RL Povidon iodine 0,5% 2x1
Vitamin C tablet 2x500 mg

3
Asam mefenamat 3x500mg
Sulfas atropin 1% 2x gtt I OS
Cen fresh ED gtt 1/jam OS
Gentamisin ED gtt 1/jam OS

Endoftalmitis
Riwayat klinis:
Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa:
- nyeri mata
- kemerahan pada sklera
- fotofobia (peka terhadap cahaya)
- gangguan penglihatan.
Tanda seringkali muncul: Kelopak merah, bengkak, dan sukar dibuka, kornea keruh, bilik mata keruh.

a. Subjekif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah 1,3,4:

Fotofobia
Nyeri pada bola mata
Penurunan tajam penglihatan
Nyeri kepala
Mata terasa bengkak
Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka

b. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena dan
derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan
funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa 3:

Udem Palpebra Superior


Injeksi Konjungtiva
Hipopion
Udem Kornea
Vitritis
Discharge Purulen
Kemosis

4
Pemeriksaan Penunjang
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat spesifik untuk
mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam 14 hari. Bahan-
bahan yang dikultur diambil dari:

Cairan dari COA dan corpus vitreous


Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab itu, bila
dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan
USG mata.

Pemeriksaan daerah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.


Foto rontgen thoraks
USG jantung
Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

Endoftalmitis merupakan suatu kondisi peradangan mata yang berat dapat berakibat hilangnya
penglihatan ataupun dapat berdampak hilangnya fungsi estetik mata. Hal ini dapat terjadi akibat respon
mediasi system imun terhadap antigen (sterile endophthalmitis) ataupun akibat dari suatu infeksi
bakteri atau jamur atau keduanya.

Diagnosis Banding
Toxic anterior segment syndrome (TASS)
Keratitis

Terapi
Antibiotik :
Intravitreal antibiotik : Vancomicin 1 mg dalam 0,1 ml + ceftazidine 2,25 mg dalam 0,1 ml
Antibiotik topikal : vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml)
Antibiotik sistemik : ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3 hari, diikuti 500 mg oral BD selama
6-7 hari
Anti fungal :
Ketokonazole, fluconazole, itraconazole
Terapi steroid: dexamethasone intravitreal 0,4 mg dalam 0,1 ml
Terapi suportif:
Siklopegik, disarankan tetes mata atropin 1% atau hematropine 2% 2-3 hari sekali

5
Trauma Tembus Bola Mata
Riwayat klinis:
Nyeri, tajam penglihatan berkurang,

Diagnosis:
Salah satu bentuk dari trauma mata adalah trauma tembus.

Terapi:
pemberian antibiotik topikal (ciprofloxacin 2x500 mg)dan mata tutup dan segera dikirim pada dokter
mata untuk dilakukan pembedahan.
Pasien juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetik, dan kalau perlu penenang.

Pemeriksaan mata:
1. Nyeri dapat tersama oleh trauma lain dan dapat tidak berat pada awalnya pada trauma tajam baik
dengan tanpa dengan benda asing
2. Tajam penglihatan biasaanya berkurang jauh
3. Diplopia akibat terjepitnya otot ektraokulasi, akibat trauma sarap kranial
a. Tajam penglihatan yang menurun
b. Tekanan bola mata rendah
c. Bilik mata dangkal
d. Bentuk dan letak pupil berubah
e. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
f. Terdapat jaringan yang proplaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina.
g. Konjungtiva kemotis.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan koagulasi dan darah perifer lengkap di lakukan pada pasien yang memiliki
kelainan perdarahan
b. Pemeriksaan laboratorium di indikasikan untuk kasus dengan trauma yang koeksis dan
gangguan medikal lain

6
2. CT-Scan
a. CT-Scan adalah pemeriksaan penunjang yang paling sensitif untuk mendeteksi ruptur bola
mata, kerusakan sarap optik , mendeteksi benda asing dan memberi gambaran bola mata dan orbit.
b. Kurang dapat mendeteksi adanya benda asing non logam.
3. Foto rontgen
a. Foto polos tiga posisi water, caldwell dan lateral lebih bermanfaat untuk mengetahui kondisi
tulang dan sinus dari pada keadaan bola mata
4. MRI
a. MRI berguna untuk mendeteksi kerusakan jaringan lunak
b. MRI juga berguna untuk mendeteksi benda asing non logam
c. MRI dikontraindikasikan bagi kecurigaan benda asing logam.
5. Ultrasonograsi
a. Ultrasonograsi memiliki resiko untuk memberikan tekanan pada bola mata apabila terjadi
trauma tembus bola mata
b. Dapat berguna untuk menentukan lokasi rupture dan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya benda asing.
6. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata (normal
12-25 mmHg).
7. Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami
penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk retina.
8. Luas lapang pandang: mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral
yang patologis atau karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma.

Trauma Kimia
Riwayat klinis:
1. Trauma Asam
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan
bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian superfisisal saja, tetapi bahan
asam kuat dapat bereaksi yang mengakibatkan trauma menjadi lebih dalam.Gambaran klinis
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata
biasanya menurun.
Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secara perlahan-lahan dan selama
mungkin dengan air bersih atau garam fisiologik minimal selama 15 menit.

7
Antibiotika topikal untuk mencegah infeksi
Sikloplegik bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam. EDTA bisa diberikan satu minggu post
trauma.

2. Trauma Basa
Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang gawat pada mata. Alkali dengan mudah dan
cepat dapat menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian retina. Hal ini terjadi akibat
terjadinya penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi
proses persabunan disertai dangan dehidrasi.
Gambaran klinis
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata
biasanya menurun. Pengujian dengan kertas lakmus saat pertama kali datang adalah menunjukan
suasana alkalis.
Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan irigasi dengan garam fisiologik sekitar 60 menit segera setelah
trauma.
Penderita diberikan sikloplegia, antibiotika, EDTA diberikan segera setelah trauma 1 tetes tiap 5 menit
selama 2 jam dengan maksud untuk mengikat sisa basa dan untuk menetralisir
kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh post trauma.
Diberikan antibiotik lokal untuk mencegah infeksi
Analgetik dan anestesik topikal dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.

Hifema
Riwayat klinis:
Penderita akan memberikan gejala mata kabur dan terasa nyeri. Bisa disertai dengan epifora dan
blefarospasme. Pada pemeriksaan mata dapat ditemukan adanya darah yang mengisi bilik mata depan
dan injeksi konjungtiva.
Terapi:
Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan
sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan

8
dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Zat besi di dalam bola ata dapat menimbulkan
siderosis bulbi yang bila didiamkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Penatalaksanaan
Penanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang
ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah
dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapat diberikan Asetazolamida.
Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila
terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau setelah
5 hari tidak terliaht tanda-tanda hifema berkurang.
Korpus Allienum Kornea
Riwayat klinis:
Ada riwayat riwayat trauma pada mata
Keluhan :
o Nyeri saat membuka dan menutup mata
o Iritasi saat membuka dan menutup mata
o Mata merah

Pemeriksaan mata:
Pemeriksaan fisik:
Tajam penglihatan normal atau menurun
Injeksi konjungtiva
Injeksi silier
Tampak benda asing pada mata
Rust ring
Udem kornea

Pemeriksaan penunjang:
Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus dengan infeksi atau ulkus
Ct Scan, B Scan ultrasound , ultrasound biomicroscopy (UBM) dapat digunakan jika ada kecurigaan
benda asing intraokular.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan jika anda infeksi atau ulkus kornea
Diagnosis:

9
Korpus alienum kornea adalah benda asing yang terdapat pada kornea seperti serpihan logam,
sepihan kaca, ataupun serpihan benda-benda organik.
Diagnosis banding:
Corpus alienum palpebra superior

Terapi:
Ekstrasi corpus alienum dengan spuit 1 cc
Midriatyl eye drop 1 tetes
Eye patch ~ 6 jam
Cendo polygran eye drop 6x1 tetes OS
Na diklofenak 2x50 mg
Becom C 1x1 tab
Ekstraksi dengan jarum + anestesi lokal (panthocain)
Salep antibiotik
Eye patch
Hindari steroid, gunakan analgetik/anti-inflamasi NSAID
Laserasi kelopak mata, jahit kelopak mata

Benda asing yang terdapat di permukaan kornea dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti
menggunakan usapan cotton bud secara halus, menggunakan jarum spuit 1cc, atau menggunakan
magnet
Berikan anastesi topikal pada mata yang terkena
Keluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9 % steril
Gunakan cotton bud dengan halus
Gunakan jarum halus
Pengangkatan benda asing harus dengan bantuan slit lamp
Jika tidak berhasil rujuk ke dokter mata
Jika berhasil diberikan terapi antibiotik spektrum luas dan obat cycloplegic

Korpus Allienum Konjungtiva


10
Riwayat klinis:
Keluhan adanya benda asing pada mata
Gejala iritasi
Mata merah
Nyeri
Gatal

Pemeriksaan mata:
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan Subyektif : pemeriksaan ketajaman penglihatah
Pemeriksaan Obyektif : saat penderita di inspeksi dpr diketahui adanya kelainan disekitar mata spt
adanya perdarahan sekitar mata.pembengkakan di dahi. Periksa keadaan kelopak mata kornea, bilik
mata depan, pupil, lensa, gerakan bola mata. Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dgn slit lamp
dan oftalmoskop.
b. Pemeriksaan khusus
Dengan cara pembiakan kuman dr benda yg mrpkan penyebab trauma sbg petunjuk pemberian
antibiotik, pemeriksaan radiologi foto orbita.

Diagnosis:
Corpus alienum adalah benda asing. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering
mengenai sklera, kornea dan konjungtiva.
Diagnosis banding:
Konjungtivitis
Laserasi kornea
Perdarahan subkonjungtiva
Perforasi bola mata

Terapi:
Benda asing yg tdk menembus dibawah kelopak mata atas dpt diambil dgn mengangkat kelopak mata
atas ke atas kelopak mata bawah shingga memungkinkan bulu mata klpk mata bawah menyapu benda
asing tersebut keluar dr kelopak mata atas.
Alternatif lain, benda asing dpt dikeluarkan dgn irigasi. Bila benda asing tdk dpt diambil dgn cara ini
maka mata harus di tutup dan dibalut kemudian di rujuk.

11
Trauma Radiasi Sinar Laser
Riwayat klinis:
Mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau seperti kemasukan pasir, foto fobia, blefarospasme dan
konjungtiva kemotik
Pemeriksaan mata:
Kornea keruh, uji floresensi posotif. Adanya infiltrat pada permukaan kornea.
Keratitis pada fisura palpebra. Pupil miosis. Tajam penglihatan terganggu.
Diagnosis:
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat. Sinar ultra violet banyak
terdapat pada saat bekerja las, menatap sinar matahari,
Diagnosis banding:

Terapi:
Siklopegia, antibiotik lokal, analgetik, mata ditutup selama 2-3 hari

Ablatio Retina
Riwayat klinis:
Melihat seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh pandangan.
Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah :

Floaters (terlihatnya benda melayang-layang). yang terjadi karena adanya kekeruhan di vitreus oleh
adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu sendiri.
Photopsia/Light flashes (kilatan cahaya atau mungkin tepatnya kedipan cahaya, karena bisa saja
kedipan itu sangat lembut, bahkan lebih lembut dari pada kedipan bintang) yang mudah terlihat dalam
keadaan remang/gelap dan umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan ke arah tertentu saja.
Penurunan tajam penglihatan. Penderita mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang
semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah lanjut, dapat terjadi penurunan tajam
penglihatan yang berat.
Ada semacam tirai tipis berbentuk parabola yang naik perlahan-lahan dari mulai bagian bawah bola
mata dan akhirnya menutup

Pemeriksaan mata:

12
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan retina:

Oftalmoskopi direk dan indirek

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Respon refleks pupil

Gangguan pengenalan warna

Pemeriksaan slit lamp

Tekanan intraokuler

USG mata

Angiografi fluoresensi

Elektroretinogram.

Operasi mata

Diagnosis:
Ablasio retina terjadi apabila retina terlepas dari tempat perlekatannya.
Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti masuknya cairan pada robekan tersebut. Cairan
tersebut akan menyusup ke antara retina dan dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina.
Retina yang terlepas ini dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.

Diagnosis banding:

Terapi:
Operasi

13

Anda mungkin juga menyukai