Anda di halaman 1dari 9

Implementasi Hak Menentukan Nasib Sendiri dengan Bentuk Otonomi

Daerah di Indonesia
By:
Muhammad Akbar Nursasmita
145010100111084
(Student of Law Faculty Brawijaya University)
Email : akbar.sasmita09@gmail.com

Abstrac:
Hak Asasi Manusia merupakan sebuah hak yang diberikan kepada manusia semata-mata karena
dia sebagai manusia. Di Indonesia, Pada zaman Orde Baru terjadi banyak sekali pelanggaran
Hak Asasi Manusia. Pemenuhan Hak Asasi Manusia baru diakomodir dan dijunjung tinggi oleh
Negara ketika Negara memasuki era Reformasi. Pada era ini Indonesia melakukan rekonstruksi
instrument hukum dan tata Negara yang pada puncaknya adalah amandemen konstitusi Negara
Indonesia. Salah satu bentuk perubahannya adalah dengan dimasukkannya instrument-instrument
hak asasi manusia di dalam Undang-Undang Dasar. Kemudian juga terdapat pula pengaturan
mengenai pemerintahan daerah yang membuat seluruh masyarakat ikut aktif dalam partisipasi
pembangunan Negara. Di dalam paper ini saya akan mencoba untuk menghubungkan mengenai
pengaturan Pemerintahan Daerah apakah memiliki hubungan dengan bentuk usaha Negara dalam
mewujudkan salah satu bentuk Hak Asasi Manusia yaitu hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
(Key words: Human Right, Local Government, Self-Determination)

Background
Indonesia is a country located on the Asian continent precisely in Southeast Asia and the
shape of the island nation. Jumlah pulau di Indonesia diperkirakan berjumlah 13.466 pulau
dengan garis pantai sepanjang 99.093 kilometer.1 Daratan Indonesia sebagian besar kelanjutan
dari jalur pegunungan Sirkum Pasifik dan jalur Sirkum Mediteran. Dataran rendah dan luas ada
di Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya dan Jawa. Terdapat gunung api aktif sekitar 200 dan yang 70

1 http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/terbaru-panjang-garis-pantai-
indonesia-capai-99000-kilometer diakses pada 30 Mei 2016
berada di Pulau Jawa. Selain hasil erupsi gunung api yang memberikan lahan subur pada
lerengnya, juga ada resiko bencana gunung api.2

This Geographical conditions that make Indonesia has so many natural resources potentian
and also heterogeneous population because Indonesia has many tribes and culture or commonly
called the multicultural. Dalam sensus penduduk di tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) terdapat sekitar 1.331 kategori suku. Pada tahun 2013 Badan Pusat Statistik
(BPS) bekerja sama dengan Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) dan menghasilkan data
bahwa jumlah suku besar di Indonesia berjumlah 633 kelompok.3

Melihat kondisi geografis dan demografis Indonesia yang seperti ini, tentu dengan konsep
Negara kesatuan perlu adanya sebuah pengaturan khusus agar nantinya Negara kesatuan ini
dapat mengakomodir seluruh hak asasi manusia dari seluruh masyarakat Indonesia tanpa
mengurangi sedikit pun esensi dari Negara kesatuan itu sendiri.

Setelah runtuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa lebih dari tiga dasawarsa reformasi
hukum pun dilakukan. Masyarakat Indonesia sekarang ini menuntut sistem demokrasi yang bisa
mengakomodir seluruh elemen masayarakat. Karena di pemerintahan orde baru kita mengenal
pemerintahan yang otoritarian, monopolistik, dan tertutup. Pembangun seakan menjadi senjata
paling ampuh yang harus disetujui oleh semua orang tanpa reserve.4

Partisipasi publik hanya akan dapat dilakukan jika ada sebuah


keterbukaan pemerintah. Nurcholis Madjid berpendapat dalam tulisannya
yang berjudul Demokrasi dan Kebebasan dalam Tabloid Tekad (1999)
bahwa kekuatan demokrasi adalah sebuah sistem yang mampu melalui
dinamika internnya sendiri untuk mengadakan kritik ke dalam perbaikan-
perbaikan, berdasarkan-prinsip keterbukaann serta kesempatan.5

2 Prof. Dr. Suratman Worosoprodjo, M.Sc., MENGELOLA POTENSI GEOGRAFIS INDONESIAUNTUK


PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN, Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.

3 https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127 diakses pada 30 Mei 2016

4 H.S. Trisnanta , Hak Asasi Manusia, Refika Aditama, Bandung, 2009, page 76.

5 Ibid. page 79.


Maka dari itu perlunya unsur daerah untuk ikut ambil bagian di dalam perkembangan bangsa
dan Negara. Hal ini ditunjukkan dengan adanya otonomi daerah yang telah diamanatkan di
dalam UUD NRI 1945 yang mengatur mengenai pemerintahan daerah. Selain itu di zaman orde
baru masyarakat sering kali dikorbankan dan banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
dilakukan oleh pemerintah.

Adanya amandemen UUD NRI 1945 seakan menjadi angin segar untuk bangsa Indonesia
dikarenakan amandemen UUD NRI 1945 membuka sebuxah pintu gerbang yang besar bagi
masyarakat untuk dapat bisa berpartisipasi untuk pembangunan dan menentukan nasibnya
sendiri. Perubahan pada Pasal 18 mengenai pemerintahan daerah dan penambahan Bab mengenai
Hak Asasi Manusia di dalam konstitusi menandakan bahwa pemerintah mengakui dan
menghormati unsur-unsur kedaerahan termasuk bagian dari Negara dan memiliki hak untuk
dapat menentukan arah kebijakan dan pembangunannya sendiri.

Sehingga di dalam paper ini saya akan mencoba untuk menganalisa apakah prinsip otonomi
daerah di Indonesia merupakan bentuk usaha Negara dalam mewujudkan Hak Asasi Manusia
dalam bentuk hak menentukan nasib sendiri.

Analysis

a. Hak Untuk Menentukan Nasib Sendiri

Hak Aasasi Manusia merupakan sebuah hak yang dimiliki manusia karena semata-mata dia
manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena pemberian dari masyarakat, penguasa atau
bahkan hukum positif, namun berdasarkan martabatnya sebagai manusia. 6 Dalam perkembangan
Hak Asasi Manusia Internasional modern, manusia atau individu ditempatkan sebagai right
holder, semata-mata karena dia adalah individu bukan karena kebangsaannya namun justru posisi
Negara adalah sebagai duty-holders.7 Sehingga Negara disini berkewajiban to respect, to protect,
and to fulfill Hak Asasi Manusia dari warganya.

6 Rhona K.M. Smith, at.al.--- , Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta, 2010, page 3.

7 Ibid. page 34-35.


Salah satu bentuk Hak Asasi Manusia adalah Hak untuk menentukan Nasibnya sendri.
Deklarasi sidang umum PBB tentang pemberian kemerdekaan kepada rakyat-rakyat terjajah
adalah sumbangsih klasik kepada lingkup penentuan nasib sendiri selama 50 tahun pertama
keberadaan PBB. Hak untuk menentukan nasib sendiri merupakan hak yang istimewa karena
muncul di kedua Kovenan Kembar. Mekanisme mengenai penentuan nasib sendiri lahir dari
keinginan Negara yang terkolonisasi untuk bisa merdeka.8

Namun konsep self-determination ini banyak mengundang pro dan kontra, banyak yang
menolak mengenaik konsep ini karena dianggap dapat menggaggung stabilitas pemerintahan dan
teritorial dari sebuah Negara. Contohnya seperti Timor-Timor yang lepas dari Indoesia setalah
adanya jajak pendapat yang dilakukan.

Instrumen hukum Internasional yang mengatur mengenai Hak Self-determination diatur pada
Pasal 1 Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik. Di dalam pasal tersebut menyebutkan,
Semua bangsa berhak untuk menentukan nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut mereka bebas
untuk menentukan status politik mereka dan bebas untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial
dan budaya mereka.9

Perkembangan konsep self-determination sekarang ini sudah semakin luas dalam


pengartiannya. Konsep self-determination tidak hanya mengenai dekolonisa si saja, namun
model-model penentuan nasib sendiri yang baru seperti otonomi politik saat ini semakin populer.
Hal ini dapat menguntungkan rakyat pribumi dan berbagai kelompok minoritas di berbagai
Negara. Model self-determination seperti ini tidak akan mempengaruhi terhadap ancaman
integritas territorial.10

Konsep yang seperti inilah yang sekarang ini banyak berkembang. Masyarakat-masyarakat
lokal dapat membuat keputusan-keputusan tertentu pada tingkat lokal dan memiliki kekuasaan
yang lebih besar atas isu-isu budaya, agama, dan budaya.11

8 Ibid. page 94.

9 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

10 Ibid. page 96.

11 Ibid.
b. Otonomi Daerah Sebagai Bentuk Perwujudan Self-Determination

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 12 Otonomi
individu menjadi modal dasar bagi terbentuknya otonomi pada level yang lebih tinggi. Otonomi
daerah adalah manifestasi dari keinginan untuk mengatur dan mengaktualisasikan seluruh
potensidaerah secara maksimal yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah tersebut.13

Sesuai dengan amanat konstitusi Indonesia bahwa Negara Indonesia menyelenggarakan


pemerintahan daerah, tanpa harus meninggalkan esensi dari bentuk Negara kesatuan Indonesia.
Konsepsi Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan prinsip dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Konsepsi tersebut disatu sisi dapat mengukuhkan keberadaan daerah dan
memberikan stimulant kepada masyarakat daerah untuk ikut andil dalam menentukan arah
kebijakan nasional dan otonomi daerah.14

Penerapan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia diyakini akan mampu


mendekatkan pelayanan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memupuk
demokrasi lokal. Otonomi Daerah diharapkan mampu untuk mempercepat kemajuan rakyat di
daerah dan untuk memungkinkan hak-hak asal-usul yang sebelum adanya Negrara Indonesia
dapat terakomodir dan diakui secara hukum.15

Berdasarkan Pasal 18 UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa The Unitary State of the
Republic of Indonesia shall be divided into provinces and those provinces shall be divided into

12 Pheni Chalid , Otonomi Daerah (Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik), Kemitraan, Jakarta, 2005,
page 15.

13 Ibid.

14 Hari Sabarno , Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa, Sinar Grafika, Jakarta,
2008, page 1-2.

15 Syamsuddin Haris,Desentralisasi dan Otonomi Daerah, LIPI Press, Jakarta, 2005,


page 245.
regencies (kabupaten) and municipalities (kota), each of which shall have regional authorities
which shall be regulated by law. 16

Masih pada pasal yang sama, di dalam ayat 2 menyebutkan, The regional authorities of the
provinces, regencies and municipalities shall administer and manage their own affairs according
to the principles of regional autonomy and the duty of assistance (tugas pembantuan). 17
Sehingga pasal ini mengamanatkan bahwa daerah diberikan kewenangan untuk mengurusi
daerahnya sendiri sesuai dengan potensi masing-masing.

Pengaturan lebih lanjut mengenai pemerintahan daerah diatur di dalam Undang-Undang


Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pada Pasal 11 Undang-Undang tersebut,
mengatur bahwa urusan pemerintahan konkuren18 sebagaimana menjadi kewenangan Daerah
yang terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

Kewenangan-kewenangan inilah yang merupakan bentuk usaha dari Negara sebagai duty-
holder19 untuk mewujudan hak asasi manusia yaitu Hak untuk menentukan nasibnya sendiri,
yang diatur secara Internasional di dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.

Selain itu, sesuai dengan perkembangan mengenai makna konsep self-determination yang
mengartikan bahwa self-determination tidak hanya berarti dapat mengganggu integritas
territorial namun lebih pada kewenangan atau hak masyarakat lokal untuk membuat keputusan-
keputusan tertentu pada tingkat lokal dan memiliki kekuasaan yang lebih besar atas isu-isu
budaya, agama, dan budaya.

Di Indonesia sendiri hal ini diakomodir oleh Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Pada Pasal 14 Undang-Undang tersebut,

16 Undang-Undang Dasar NRI tahun 1945

17 Ibid.

18 Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara


pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.

19 Dalam perkembangan Hak Asasi Manusia Internasional modern, manusia atau


individu ditempatkan sebagai right holder, semata-mata karena dia adalah individu
bukan karena kebangsaannya namun justru posisi Negara adalah sebagai duty-
holders.
meyebutkan bahwa Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.20

Kemudian, masih di dalam Undang-Undang yang sama tepatnya pada pasal 35, penyusunan
daftar rancangan peraturan daerah provinsi didasarkan atas: perintah Peraturan Perundang-
undangan lebih tinggi; rencana pembangunan daerah; penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan; dan aspirasi masyarakat daerah. 21 Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat daerah
diberikan hak untuk menentukan nasib mereka sendiri dengan cara diberikan kewenangan oleh
Negara untuk mengurusi urusan daerahnya dan dapat mengeluarkan regulasi-regulasi sebagai
bentuk keputusan masayrakat daerah yang berlaku secara lokal.

C. Kesimpulan

Di Indonesia, pada era pasca orde baru benar-benar mengalami rekonstruksi hukum yang
bersifat fundamental hingga pada puncaknya amandemen Undang-Undang Dasar NRI 1945.
Terdapat banyak hal yang telah dirubah pada saat amandemen, diantaranya mengenai
Pemerintahan Daerah dan penambahan bab mengenai Hak Asasi Manusia. Hal ini menunjukkan
bahwa Negara Indonesia di era reformasi, bercita-cita untuk menjadikan sebuah Negara yang
menjunjung tinggi demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Salah satu bentuk perwujudan dari
pemenuhan Hak Asasi Manusia tersebut adalah dengan adanya otonomi daerah yang
memberikan kewenangan yang seluas-luasnya terhadap masyarakat daerah untuk
mengembangkan dan menentukan nasibnya sendiri sesuai dengan potensi daerahnya masing-
masing.

Konsep otonomi daerah yang seperti ini lah yang sesuai dengan konsep Hak Asasi Manusia
yaitu Hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Diatur di dalam Instrumen Hukum Internasional
yaitu Konvensi Internasional tentang Hak Sipil dan Politik.

20 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan.

21 Ibid.
REFERENSI
Book:

H.S. Trisnanta , Hak Asasi Manusia, Refika Aditama, Bandung, 2009

Hari Sabarno , Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa, Sinar Grafika,
Jakarta

Pheni Chalid , Otonomi Daerah (Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik, Kemitraan, Jakarta,
2005

Rhona K.M. Smith, at.al.--- , Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Studi Hak Asasi Manusia
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2010

Syamsuddin Haris,Desentralisasi dan Otonomi Daerah, LIPI Press, Jakarta, 2005

Journal:
Prof. Dr. Suratman Worosoprodjo, M.Sc., Mengelola Potensi Geografis Indonesia Untuk
Pembangunan Wilayah Berkelanjutar, Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.

Act:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Internet:

National Geographic Indonesia, Panjang Garis Pantai Indonesia Capai 99000 Kilometer,
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/terbaru-panjang-garis-pantai-indonesia-
capai-99000-kilometer

Badan Pusat Statistik, Mengulik Data Suku di Indonesia,


https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127

Anda mungkin juga menyukai