Anda di halaman 1dari 6

BAB VIII PRESENTASE KADAR RESIDU DAN ASPAL EMULSI

temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci
ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang digunakan
dalam penentuan penetrasi aspal.
Cara uji ini dimaksudkan sebagai acuan para penanggung jawab dan
teknisi laboratorium aspal untuk menentukan penetrasi aspal serta
menyeragamkan cara pengujian untuk pengendalian mutu aspal agar
diperoleh hasil pengujian yang akurat dan benar.
Cara uji penetrasi aspal ini mencakup penentuan nilai penetrasi dari
bahan-bahan bitumen semi-solid dan solid. Jarum-jarum penetrasi, cawan
dan kondisi pengujian dijelaskan pada cara uji ini untuk menentukan nilai
penetrasi sampai dengan 500. Cara uji ini tidak mencakup masalah
keselamatan yang berhubungan dengan penggunaannya. Pengaturan
keselamatan dan kesehatan kerja serta penerapannya menjadi tanggung jawab
pengguna.
Penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat penting.itu
dikarenakan penetrasi dapat menunjukan mutu suatu aspal. Penetrasi adalah
masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu 5 detik
dengan beban 100 gram pada suhu 25C (SNI 0624561991). Pengujian ini
ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan suatu aspal. Semakin
besar angka penetrasi makin lembek aspal tersebut dan sebaliknya semakin
kecil angka penetrasi maka aspal tersebut semakin keras.
Penentuan penetrasi adalah suatu cara untuk mengetahui konsistensi
aspal. Konsistensi aspal merupakan derajat kekentalan aspal yang sangat
dipengaruhi oleh suhu. Untuk aspal keras atau lembek penentuan konsistensi
dilakukan dengan penetrometer.
Konsistensi merupakan sifat terpenting AC, sehingga merupakan dasar
penggolongan AC. Konsistensi digunakan untuk menyatakan derajat
kemudahan mengalir (fluidity)aspal pada suhu 25C. Pengukuran pada suhu
25C ditetapkan di Amerika Serikat karena suhu tersebut merupakan
rerataperkerasan aspal di sana. Sebenarnya, konsistensi aspal terkait dengan
kekentalan/viskositas AC. Namun karena pengukuran kekentalan AC pada
suhu 25C tidak dapat dilakukan, maka kekentalan dinilai berdasarkan nilai

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN 2017


KELOMPOK 8
1
BAB VIII PRESENTASE KADAR RESIDU DAN ASPAL EMULSI

penetrasi yang diperolch dari uji penetrasi aspal. Jenis AC menurut nilai
penetrasi disajikan pada Tabel 12.1
Tabel 12.1. Jenis AC menurut Nilai Penetrasi

1) AC 40/50 AC dengan penetrasi 40 50

2) AC 60/70 AC dengan penetrasi 60 70

3) AC 85/100 AC dengan penetrasi 85 100

4) AC 120/150 AC dengan penetrasi 120 150

5) AC 200/300 AC dengan penetrasi 200 300


(Sumber: Pengembangan Pembelajaran Berbasis Riset dan Education for Sustainable
Development untuk Matakuliah Perkerasan Jalan Raya dengan Memanfaatkan Hasil Riset
Terapan Ecomaterial)
Semakin tinggi nilai peneterasi aspal keras, berarti pula semakin
meningkat pula ketahanan aspal terhadap peningkatan suhu (lapangan). Bila
di wilayah yang mengalami musim dingin dapat digunakan AC 200/300,
maka di Indonesia pada umumnya digunakan jenis AC 60/70 karena suhu
rerata perkerasan aspal di Indonesia relatif lebih tinggi.
Tabel 12.2 Ketentuan Perbedaan Nilai Penetrasi Yang Tertinggi Dengan Yang
Terendah
Penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 - 249 250 -500
Maksimum perbedaan nilai
penetrasi antara yang
2 4 12 20
tertinggi dengan yang
terendah
Penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat penting, itu
dikarenakan penetrasi dapat menunjukan mutu suatu aspal. Penetrasi adalah
masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu 5 detik
dengan beban 100 gram pada suhu 25C (SNI 06 2456 1991). Pengujian ini
ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan suatu aspal. Semakin
besar angka penetrasi makin lembek aspal tersebut dan sebaliknya semakin
kecil angka penetrasi maka aspal tersebut semakin keras. Menurut ASTM D-8-
31, aspal adalah bahan berwarna hitam/coklat tua, bersifat perekat, terutama
terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau dari proses pembuatan minyak

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN 2017


KELOMPOK 8
2
BAB VIII PRESENTASE KADAR RESIDU DAN ASPAL EMULSI

bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna hitam, dapat bersifat


padat/keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek (malthine).

A. Maksud dan Tujuan


Untuk menentukan penetrasi aspal yang terjadi.

B. Benda Uji
Beda uji yang dipakai dalam percobaan ini adalah aspal cair.

C. Peralatan
1. Alat penetrasi.
2. Jarum penetrasi.
3. Beban.
4. Tin box.
5. Glass perendam.
6. Stopwatch.
7. Thermometer.

D. Cara Pengujian
1. Memanaskan aspal keras kurang lebih cukup untuk mengisi 2 buah tin
box secara perlahan lahan sampai mencair dan bisa dituangkan dengan
waktu pemanasan lebih kecil dari 30 menit;
2. Selama pemanasan, mengaduk secara perlahan lahan agar udara tidak
masuk kedalam contoh;
3. Menutup tin box agar kedua benda uji tidak terkena debu, lalu
mendiamkan selama1-1,5 jam untuk tin box kecil dan 1,5 2 jam untuk

tin box besar pada ruang AC/ kulkas dengan temperatur (15C - 30C);

4. Memasang jarum pada pluyer head;

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN 2017


KELOMPOK 8
3
BAB VIII PRESENTASE KADAR RESIDU DAN ASPAL EMULSI

5. Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban


100 gram berikut berat pluyer head;
6. Memindahkan tempat air beserta benda uji ke bawah alat penetrasi;
7. Menurunkan secara perlahan lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji, kemudian mengatur angka 0 (nol) pada
penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit angka 0 (nol);
8. Melepaskan pemegang jarum dan serentak menjalankan stopwatch
selama jangka waktu 5 detik;
9. Arloji penetrometer berputar dan membaca angka penetrasi yag berimpit
angka 0 (nol). Kemudian membulatkan hingga 0,1 mm terdekat.

E. Data Pengamatan dan Perhitungan


1. Data Pengamatan
Data Pengamatan (Tabel 12.2 Terlampir)
2. Perhitungan
a. Perhitungan rata rata penurunan penetrasi pada beban 50 gram
selama 5 detik.
Hasil pengamatan 1 = 33 mm
Hasil pengamatan 2 = 20 mm
Hasil pengamatan 3 = 20 mm
Hasil pengamatan 4 = 13 mm
Hasil pengamatan 5 = 26 mm

Penurunan 33+20+20+13+26
Rata rata penurunan = 5 = 5

= 22,4 mm
b. Perhitungan rata-rata penurunan penetrasi pada beban 100 gram
selama 5 detik.
Hasil pengamatan 1 = 35 mm
Hasil pengamatan 2 = 24 mm

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN 2017


KELOMPOK 8
4
BAB VIII PRESENTASE KADAR RESIDU DAN ASPAL EMULSI

Hasil pengamatan 3 = 20 mm
Hasil pengamatan 4 = 17 mm
Hasil pengamatan 5 = 13 mm

Penurunan 35+24+20+17+13
Rata rata penurunan = 5 = 5

= 21,8 mm

c. Perhitungan rata-rata penurunan penetrasi pada keseluruhan beban


selama 5 detik.
Pada beban 50 gram = 22,4 mm
Pada beban 100 gram = 21,8 mm

Penurunan
Rata rata penurunan = 2 =

22,4+21,8
2

= 22,15 mm

F. Gambar Alat dan Gamba Kerja


1. Gambar Alat
Gambar Alat (Tabel 12.3 Terlampir)
2. Gambar Kerja
Gambar Kerja (Tabel 12.4 Terlampir)

G. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, didapat:
Tabel 12.5 Hasil percobaan penetrasi aspal

SNI (Standar Nasional


Penetrasi Kesimpulan
Indonesia)

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN 2017


KELOMPOK 8
5
BAB VIII PRESENTASE KADAR RESIDU DAN ASPAL EMULSI

Menurut SNI 2432:2011


hasil penetrasi 0 49
maksimum perbedaan Sesuai dengan
nilai penetrasi antara SNI
Beban 50 gram = 22,4
yang tertinggi dan yang
Beban 100 gram = 21,8
terendah adalah 2
Spesifikasi nilai
penetrasi untuk AC di Tidak sesuai
Indonesia 60/70
Dari hasil pengujian penetrasi aspal, hasil yang diperoleh sudah sesuai
dengan SNI 2432:2011, tetapi untuk spesifikasi AC nilai penetrasi tersebut
tida sesuai.

2. Saran

Saran yang dapat kami berikan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut :

a. Meningkatkan keseriusan praktikan dalam mengerjakannya, terutama


dalam menimbang benda uji dan selama pengujian.

b. Pengecekkan alat alat yang akan digunakan, serta ketelitian dalam


membaca hasil pengujian.

c. Saat penempatan jarum penetrasi harus diperhatikan agar jarum benar-


benar menempel pada permukaan aspal dan tidak menusuk aspal.

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN 2017


KELOMPOK 8
6

Anda mungkin juga menyukai