PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diera global ini penyakit yang mebahayakan hidup manusia
semakin meninggkat salah satunya penyakit yang diakibat oleh infeksi
yaitu penyakit tetanus. Penyakit tetanus sangat berbahaya karena
mempengaruhi sistem urat syaraf dan otot. Hal ini didukung oleh
Muliawan (2008) yang menyatakan tetanus adalah penyakit yang ditandai
oleh spasme otot yang tidak terkendali akibat kerja neurotoksin kuat, yaitu
tetanospasmin yang dihasilakan bakteri ini. Gejala tetanus umumnya
diawali dengan kejang otot, rasa sakit dan kaku di otot. Hal ini didukung
dengan penyataan dari Batticaca (2008) yang menyatakan bahwa gejala
yang ditimbulkan oleh penyakit tetanus yaitu kelemahan yang bersifat
lokal, kekakuan atau keram otot kesulitan mengunyah atau menelan
makanan. Menurut Abidin (2008) menyatakan gejala penyakit tetanus
yaitu rasa nyeri punggung, perasaan tidak nyaman diseluruh tubuh, sulit
bergerak, daya rangsang sel-sel syaraf otot semakin meningkat dan terjadi
reflek kejang.
Tetanus merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin
kuman clostridium tetani. Penyakit ini yang sering ditemukandan masih
sering terjadi di masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke
bawah.Pada tahun 2000 dengan data dari WHO menghitung insidensi
secara global kejadian tetanus di dunia secara kasar berkisar antara 0,5 1
juta kasus dan tetanus neonatorum terhitung sekitar 50% dari kematian
akibat tetanus di negara negara berkembang. Perkiraan insidensi tetanus
secara global adalah 18 per 100.000 populasi per tahun. Di negara
berkembang, tetanus lebih sering mengenai laki laki dibanding
perempuan dengan perbandingan 3 : 1 atau 4 :1. Penanganan yang
sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka
mortalitas. Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat
tergantung pada saat pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga
perawatan yang ada.
1
Setelah dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 1 sampai 7
September 2014 di RSUD Kebumen bangsal Cempaka didapatkan dalam
satu minggu terdapat 2 pasien dengan tetanus. Berdasarkan studi
pendahuluan tersebutdiatas kelompok tertarik untuk mengabil pasien
dengan tetanus sebagai kasus untuk dikelolaan dan sekaligus
dijadikansebagaiacuan agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang
tepat karena perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan
dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat berhubungan
dengan aktivitas dan latihan pada pasien dengan tetanus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tetanus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari penyakit tetanus.
b. Mengetahui etiologi dari penyakit tetanus.
c. Mengetahui menifestasi klinis dari penyakit tetanus.
d. Mengetahui patofisiologi dari penyakit tetanus.
e. Mengetahui komplikasi dari penyakit tetanus.
f. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang berhubungan
dengan aktivitas dan latihan pada pasien dengan tetanus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFENISI
2
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
Clostridium Tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksismal
dan diikuti dengan kekakuan otot seleruh badan (Batticaca, 2008).
Tetanus adalah penyakit yang ditandai oleh spasme otot yang tidak
terkendali akibat kerja neurotoksin kuat, yaitu tetanospasmin yang dihasilakan
bakteri ini (Muliawan, 2009).
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin
kuman Klostridium Tetani dimanifestasikan dengan kejang otot secara
proksismal dan diikuti dengan kekakuan otot seleruh badan. Kekuatan tonus
otot ini selalu tanpak pada otot masester dan otot rangka (Musttaqim, 2008)
Jadi dapat disimpulkan penyakit tetanus adalah suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh kuman Clostridium Tetani yang ditandai oleh spasme
otot yang tidak terkendali.
B. ETIOLOGI
Clostridium Tetani merupakan basil berbentuk batang yang bersifat
anaerob, membentuk spora (tahan panas), gram positif, mengeluarkan
eksotoksin yang besifat neurotoksin (yang efekya mengurangi aktivitas
kendali SSP), pathogenesis bersimbiosis dengan mikroorganisme
piogenik(Batticaca, 2008).
Basil ini banyal ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanak yang
dipupuk kotoran kuda.Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka dalam, luka
tusuk, luka dengan jaringan mati (corpus alienum) karena merupakan kondisi
yang baik untuk ploriferasi kuman anaerob.Luka dengan infeksi piogenik
dimana bakteri piogenik mengkonsumsi eksogen pada luka sehingga suasana
menjadi anaerob yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus (Batticaca, 2008).
Clostridium Tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-
5 x 0,4 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan
hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik.
Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan
saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650C akan
hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat
hemolisis (memecah), yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit
(Maharani, 2012).
C. MENIFESTASI KLINIS
3
Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah infeksi,
tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah infeksi.Gejala
yang sering ditemukan adalah kekakuan rahang dan sulit dibuka (trismus)
karena yang pertama kali terserang adalah otot rahang. Selanjutnya muncul
gejala lain seperti gelisah, gangguan memelan, sakit kepala, demam, nyeri
tenggorokan, mengigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai.
Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan expresi wajah seperti menyeringai
(risus sardonikus), dengan dua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang otot-
otot perut, leher dan punggung bisa menyebabkan kepala dan tumit penderita
tertarik kebelakang sedangkan badannya melengkung ke depan yang disebut
epitotonus. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa menyebabkan
retensi urine dan konstipasi (Siska, 2012).
Menurut Siska (2012) faktor predisposisi pada penyakit tetanus yaitu:
1. Umur tua atau anak-anak
2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi
Tanda dan gejala yang timbul ketika terjadi tetanus Siska (2012):
1. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari.
2. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak).
3. Kesukaran membuka mulut (trismus).
4. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang.
5. Saat kejang tonik tampak risus sardonic.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Siska (2012) patofisioogi terjadinya tetanus yaitu:
1. Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti; luka
tertusuk paku, pecahan kaca atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka
yang kotor dan pada bayi dapat melalui pemotongan tali pusat.
2. Organisme multipel membentuk dua toksin yaitu tetanopasmin yang
merupakan toksin kuat dan atau neutropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot dan mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak signifikan.
3. Exotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem syaraf pusat
dengan melewati akson neuron atau sistem vaskular. Kuman ini
menjadi terikatpada sel syaraf atau jaringan syaraf dan tidak dapat lagi
dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toxin yang bebas dalam
peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh arititosin.
4
4. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toxin; adalah pertama toxin
diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dan melalui aksis silindrik
dibawa kekornu anterior susunan syaraf pusat. Kedua toxin diabsorbsi
oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian
masuk kesusunan syaraf pusat.
5. Toxin bereaksi pada myoneural junktion yang menghasilkan otot
menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.
6. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus yang
sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus biasanya 5
sampai 14 hari.
E. PATHWAY
Faktor Pencetus
Umur tua/ anak-anak, luka dalam dan
kotor, belum imunisi
Dx: Resiko infeksi Terpapar kuman Clostridium tetani Tubuh bereaksi dan
terjadi demam
Kuman berkembang biak dan memperbanyak diri
Dx: Hipertermi
Dx: Ketidak efektifan Masuk ke sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh
bersihan jalan nafas Toksin melekat pada sambungan neuromuskular
5
Sumber: Siska (2012), NANDA (2013), Nurarif dan Hardhi Kusuma (2013)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemerikasaan penujang yang bisa dilakukan untuk penyakit tetanus
menurut Maharani (2012) yaitu:
1. Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama
pada rahang.
2. Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L
3. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis
kekakuan otot rahang.
4. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi
kuman sulit.
5. Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler.
G. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (2000) komplikasi yang terjadi pada penyakit tetanus
yaitu:
1. Laringospasme ( spasme pita suara ) atau spasme otot pernapasan.
2. Patah tulang belakang / tulang panjang akibat kontraksi dan kejang
yang lama.
3. Infeksi Nosokomial karena perawatan yang lama.
4. Pneumonia aspirasi.
5. Dekubitus.
6. Emboli paru
Menurut Abidin (2008) komplikasi yang terjadi pada penyakit tetanus
yaitu:
1. Laserasi otot
2. Fraktur
3. Eksitasi syaraf simpatis
4. Infeksi sekunder oleh kuman lain
5. Dehidrasi
6. Aspirasi
6
8. Pemberian terapi intravena bila indikasi.
2. Fisiologi
Fisiologi merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem
muskuloskeletal dan sistem persyarafan (Tarwoto. 2006).
Sistem skeletal berfungsi:
a. Mendukung dan memberi jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tertentu seperti paru, hati, ginjal dan otak
c. Tempat melekatnya otot dan tendon
d. Tempat produksi sel darah
7
memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang dan sendi membentuk
rangka, sedangkan sistem otot berfungsi sebagai:
1). Pergerakan
2). Membentuk postur tubuh
3). Produksi panas karena adanya kontrksi dan reaksi
4. Nilai-Nilai Normal
Menurut Asmadi (2008) nilai normalnya yaitu sebagai berikut:
1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
8
Tingkat 4 Sangat tergantung melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
5. Jenis Gangguan
Menurut Hidayat (2004) jenis gangguannya sebagai berikut:
a. Gangguan muskuloskeletal
1) Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat
khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang akhirnya dapat
menimbulkan kerapuhan. Osteoporosis sendiri dilkalsifikasikan
9
menjadi 3 yaitu osteoporosis primer yang sering terjadi menyerang
wanita, osteoporosis skunder yang disebabkan oleh penyakit lain
misal kelainan hepar, kebiasaan minum alkohol, merokok dan
kelebihan kafeiin, dan osteoporosis pada anak yang juga disebut
juvenilidiopatik osteoporosis.
2) Atrofi
Attrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai
ukuran normal. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel-
sel perendam yang menjalankan fugsi tubuh tubuh tersebut
mengecil.
3) Kontraktur
Kontur adalah suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu
kontrksi, umumnya kontrksi terjadi apabila pembentukan sikatrik
berlebihan dari proses penyembuhan luka.
4) Kekakuan dan otot sendi
Kekakuan sendia adalah salah satu gejala yang paling umum dari
berbagai gangguan yang mempengaruhi sendi-sendi kaku selalu
dan penderita rasa sakit kronis.
b. Gangguang kardivaskuler
1) Postural hipotensi
2) Vasodilatasi vena
3) Peningkatan penggunaan valsava manuver.
c. Gangguang respirasi
1) Penurunan gerak nafas
2) Beryambahnya sekresi paru
3) Atelektarsis
4) Hipostatis
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut Stolte (2004) pegakajian keperawatan dengan pola kesehatan
fungsional Gordon yaitu :
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Subyektif :
a. Bagaimana pendapat klien tetntang kesehatan dirinya saat ini.
b. Apakah klien merasa dpat mengatasi hal-hal yang mempengarui
kesehataya.
c. Apa yang dilakukan klien secara rutin.
d. Apakah klien secara rutin melakukan pemeriksaan ke pelayanan
kesehatan.
10
e. Bagaimana cara klien mengatasi penyakitnya.
f. Perihal apakah di dalam agama/kepercayaan klien terkait dengan
pemeliharaan kesehatan.
g. Apakah klien beresiko mengkonsumsi makanan-makanan yang
beresiko terhadap kesehatannya.
h. Apakah klien memilki sumber yang cukup untuk memlihara
kesehatannya.
i. Apakah klien mempuyai pengetahuan yang cukup utuk mengambil
keputusan tentang pemeliharaan kesehatannya.
j. Apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau injury pada masa
lalu.
k. Apakah klien pernah menjalani atau memilki riawayat operasi.
l. Apakah ada reaksi alergi terhadap oba/makanan/barang-barang
tertentu, dan lainya.
m. Apakah klien mempuyai keinginan untuk mejaga atau memelihara
kesehatanya.
Obyektif :
a. Bagaimana kebersiha diri klien (rambut, kulit, mulut dan gigi, gigi
palsu, genetalia, anus)
11
g. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostic yang terkait dengan
kecukupan nutrisi.
h. Berat badan, tinggi badan dan IMT.
i. Apakah klien bisa melakukan ambulasi.
3. Pola Eliminasi
Subyektif :
a. Bagaimana pola BAB (frekuensi, kontintn/inkontinen, konsistensi,
warna, nyeri).
b. Apakah ada kesulitan BAB.
c. Apakah menggunakan obat-obatan yang terkait BAB (laksantia,
suposutoria, dan alain-lain).
d. Bagaimana poala BAK (frekuensi,kontintn/inkontinen, konsistensi,
warna, oliguria, anuria, jumlah, dan nyeri).
Obyektif :
a. Bagaimana kondisi abdomen, anus, mulut uretra, dan adannya nyeri
ketuk ginjal.
b. Apakah klien memagang perutnya.
c. Bising usus.
d. Hasi pemeriksaan/medik/laboratorium yang dilakukan terkait dengan
eleminasi.
12
e. Apakah klien mampu memenuhi kebutuhan hariannya.
f. Adakah tanda-tanda sianosis, takikardi, diaphoresis.
g. Apakah lingkungan aman bagi klien.
h. Bagaimana dengan hasil pemeriksaan thorax dan jantung, serta lengan
dan tungkai.
i. Hasil observasi: Pernafasan, nadi, tekanan darah, JVP, kapilary refill,
edema perifer. Laboratorium, EKG, dan pemeriksaan diagnostic
lainya.
j. Mengukur IADL (Instrumental Activities of Daily Living)
13
Obyektif:
a. Adakah perubahan dosis/jenis obat akhir-akhir ini
b. Hasil MMSE, pemeriksaan medic, laboratorium.
c. Apakah klien tampak bingung dan sulit konsentrasi.
d. Bagaimana dengan fungsi penglihatan, pendengaran, pengecapan.
7. Pola Persepsi Diri Konsep Diri
Subyektif:
a. Apakah klien mengatakan ketakutan atau kekhawatiran.
b. Apakah sumber ketakutan/kekhawatiran tersebut diketahui.
c. Apakah klien mengatakan tidak dapat menguasai hidupnya.
Kegagalan/keputusasaan.
d. Apakah klien kehilangan sesuatu yang berarti/pindah tempat/berpisah
dengan orang yang dicintai.
e. Bagaimana penampilan umum, postur tubuh, mau/menolak kontak
mata.
f. Apakah berkomentar negatif tentang dirinya.
g. Apakah klien tidak mau melihat pada bagian tubuh yang rusak.
h. Apakah menunjukan sikap agresif, marah, menutur.
Obyektif:
a. Adakah gejala stimulasi system saraf otonom (peningkatan nadi,
jumlah pernapasan, tekanan darah, diaphoresis).
b. Bagaimana hasil pengkajian uji saraf cranial.
14
Subyektif:
a. Bagamana satus emosi klien.
b. Adakah masalah/stress psikologis akhir-akhir ini sperti: depresi,
kehilangan pasangan hidup, minder, dan lain-lain.
c. Bagaimana upaya pengelolaan stress. Apakah upaya tersebut
membantu klien mengatasi masalahnya.
Obyektif:
a. Catat perilaku atau manifestasi psikologis dari mood, afek, kecemasan,
dan stress.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
inadekuat, faktor psikologis
3. Intoleransi aktivitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.
4. Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi.
15
16
L. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 1. Ketidak Setelah dilakukan asuhan Airway Suction
efektifan keperawatan jam klien a. Auskultasi suara nafas,
bersihan menunjukan jalan nafas catat adanya suara nafas
jalan menjadi efektif dengan tambahan.
nafas b.d kriteria hasil: b. Informasikan pada klien
penumpu a. Mendemonstrasikan dan keluarga tentang
kan batuk efektif suctioning.
secret. b. Menunjukan jalan nafas c. Minta klien untuk nafas
yang paten dalam sebelum dilakukan
c. Mampu suction.
mengidentifikasi dan d. Monitor status O2 klien.
mencegah faktor yang e. Posisikan klien untuk
dapat menghambat memaksimalkan ventilasi.
jalan nafas. Airway Management
f. Keluarkan secret dengan
menggunakan batuk
efektif.
g. Berikan O2 dengan
menggunakan kanul nasal.
h. Monitor respirasi dan
status O2
2 Ketidakse Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
imbangan keperawatan jam klien a. Kaji adanya alergi makanan.
nutrisi menunjukan status nutrisi b. Kaji makanan yang disukai
kurang adekuat dengan kriteria oleh klien.
dari hasil: c. Kolaborasi team gizi untuk
kebutuha a. BB stabil, tingkat energi penyediaan nutrisi TKTP
n tubuh adekuat d. Anjurkan klien untuk
b.d intake b. Pemasukan nutrisi meningkatkan asupan
nutrisi adekuat nutrisi TKTP dan banyak
inadekuat mengandung vitamin C
, faktor e. Yakinkan diet yang
psikologis dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
f. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori.
g. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
Monitor Nutrisi
h. Monitor BB jika
memungkinkan.
i. Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
17
j. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan
dengan waktu klien makan.
k. Monitor adanya mual
muntah.
l. Kolaborasi untuk pemberian
terapi sesuai order.
m. Monitor adanya gangguan
dalam input makanan
misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
n. Monitor intake nutrisi dan
kalori.
Monitor kadar energi,
kelemahan dan kelelahan
3 Intolerans Setelah dilakukan Terapi aktivitas :
i aktivitas askep .... jam Klien dapat a. Kaji kemampuan pasien
b.d menunjukkan toleransi melakukan aktivitas.
ketidaksei terhadap aktivitas dgn b. Jelaskan pada pasien
mbangan kriteria hasil: manfaat aktivitas bertahap.
suplai & a. Klien mampu aktivitas c. Evaluasi dan motivasi
kebutuha minimal keinginan pasien untuk
n O2 b. Kemampuan aktivitas meningktkan aktivitas.
meningkat secara d. Tetap sertakan oksigen saat
bertahap aktivitas.
c. Tidak ada keluhan sesak Monitoring V/S
nafas dan lelah selama e. Pantau V/S pasien sebelum,
dan setelah aktivits selama, dan setelah aktivitas
minimal selama 3-5 menit.
d. v/s dibantu selama dan Energi manajemen
setelah aktivitas. f. Rencanakan aktivitas saat
pasien mempunyai energi
cukup untuk melakukannya.
g. Bantu pasien untuk istirahat
setelah aktivitas.
Manajemen nutrisi
h. Monitor intake nutrisi untuk
memastikan kecukupan
sumber-sumber energi .
Emosional support
i. Berikan reinfortcemen
positip bila pasien
mengalami kemajuan
18
n, dengan kritria : b. Monitor kebutuhan akan
penyakitn a. Kebutuhan klien sehari- personal hygiene,
ya hari terpenuhi (makan, berpakaian, toileting dan
berpakaian, toileting, makan, berhias.
berhias, hygiene, oral c. Beri bantuan sampai klien
higiene). mempunyai kemapuan untuk
b. Klien bersih dan tidak merawat diri.
bau. d. Bantu klien dalam
memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
e. Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai kemampuannya.
f. Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara rutin.
g. Dorong untuk melakukan
secara mandiri tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
Berikan reinforcement positif
atas usaha yang dilakukan.
5 Deficite Setelah diberikan Teaching : Dissease Process
Knolage penjelasan selama .jam a. Kaji tingkat pengetahuan
tentang pengetahuan klien dan klien dan keluarga tentang
penyakit keluarga meningkat dg proses penyakit.
dan kriteria hasil: b. Jelaskan tentang
perawatan a. Pasien mengerti proses patofisiologi penyakit, tanda
nya b.d penyakitnya. dan gejala serta
Kurang b. Pasien mampu: penyebabnya.
paparan Menjelaskan kembali c. Sediakan informasi tentang
terhadap tentang apa yang kondisi klien.
sumber dijelaskan. d. Berikan informasi tentang
informasi, c. Pasien / keluarga perkembangan klien.
terbatasny kooperatif e. Diskusikan perubahan gaya
a kognitif hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau kontrol
proses penyakit.
f. Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau
pengobatan.
g. Jelaskan alasan
dilaksanakannya tindakan
atau terapi.
h. Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi.
i. Anjurkan klien untuk
19
mencegah efek samping dari
penyakit.
j. Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada.
k. Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas
kesehatan.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Perawat : Kelompok 6
Tanggal Pengkajian : 13 Maret 2017
Jam Pengkajian : 14.00 WIB
1. Biodata
Pasien :
Nama : Tn. S
Usia : 66 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Banyumas
Diagnosa Medis : Tetanus
Waktu/Tanggal Masuk RS : 12 Februari 2017
Penanggung Jawab :
Nama : Tn. B
Usia : 43 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Perawat
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Banyumas
Hubungan dengan kalien : Anak
2. Keluhan Utama :
Keluarga mengatakan mulut klien kaku
3. Riwayat Kesehatan :
1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga mengatakan pasien datang ke RSUD Banyumas pada
tanggal 12 Februari 2017 Jam 16.20 dengan keluhan seminggu yang
lalu tertusuk paku kemudian demam dan badan terasa kaku. Keluarga
mengatakan luka terdapat pada kaki sebelah kiri. Keluarga mengatakan
21
Tn. S menganggap luka yang dialaminya biasa saja dan tetap di bawah
untuk bekerja dan seminggu kemudian mengalami demam dan kaku. Di
UGD telah dilakukan pemasangan infuse kemudian masuk ruangan
wijaya kusuma dan kemudian masuk ICU, TTV: TD:127/75, N:96, RR:
25x/menit, dan suhu 37 0C.
Genogram:
22
4. Pengkajian Primer
a. B1 (Breathing),
Inspeksi pada klien tidak batuk, tidak mengalami sesak nafas, tidak
menggunakan otot bantu nafas dan frekuensi pernafasan setabil 20
x/menit. Untuk palpasi taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
bunyi nafas vesikuler
b. B2 (Blood),
klien tidak didapati syok hipofolemik. TD klien 160/120 mmHg dan nadi
82 x/menit.
c. B3 (Brain),
pada pengkajian tingkat kesadaran klien adalah Compos mentis (CM).
Fungsi serebri klien mengalami pelo pada gaya bicara, ekspresi wajah
tampak kaku dan aktivitas motorik lemah. Pada pemeriksaan saraf cranial
didapat data subyektif dan obyektif sebagai berikut; saraf I (olfaktorius)
tidak ada kelainan, fungsi penciuman normal. Saraf II (optikus) ketajaman
penglihatan normal, klien mengatakan pandangan tidak kabur. Saraf III
(okulomotorius), IV (troklearis), dan VI (abdusens) klien sudah tidak
mengalami fotofobia atau sensitif berlebih pada cahaya. Saraf V
(trigeminus) tidak ditemukan mulut ikan (gejala khas tetanus) pada klien,
namun kekakuan rahang masih di rasakan. Saraf VII (fasialis) ekspresi
23
wajah simetris dan pengecapan normal, klien mengatakan dapat merasakan
diet dari rumah sakit. Saraf VIII (cabang vestibularis vestibulokoklearis)
tidak ditemukan pengurangan dalam pendengaran. Saraf IX
(glosofaringeus) dan X (vagus) kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut (trismus) pada klien masih ada. Saraf XI
(asesorius) didapatkan kaku kuduk klien masih dirasakan, ketegangan otot
rahang juga leher. Saraf XII (hipoglosus) terlihat lidah simetris.
d. B4 (Bladder),
selama sakit klien buang air kecil (BAK) 5-6 x/sehari dengan volume
2000 cc.
e. B5 (Bowel),
klien belum BAB sejak dirawat di rumah sakit. Peristaltik usus 7 x/menit.
Pemeriksaan palpasi juga didapati kaku pada dinding perut.
f. B6 (Bone),
klien masih membutuhkan bantuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti makan, BAK atau merubah posisi tidur.
24
mengatakan Tn. S tidak mengalami insomnia atau susah tidur, tidak
mengalami sering terbangun di malam hari saat tidurnya nyenyak, dan
saat bangun Tn. S merasa segar.
2) Selama di RS
Tn. B mengatakan selama di rumah sakit lama tidur 4-5 jam, Tn. B
mengatakanTn. S sulit tidur di rumah sakit karena saat istirahat Tn. S
mengeluh kaku kesakitan saat medengar suara.
d. Nutrisi
1) Sebelum masuk RS
Tn. B mengatakan selama di rumah frekuensi makan 3x/hari, nafsu
makan baik, jenis makanan padat, makanan yang disukai tahu/tempe
tidak ada makanan pantangan.
Berat badan/tinggi badan : 55kg/160 cm
IMT : 21,4 (normal)
Berat badan dalam 1 bulan terakhir 50 kg
Masalah pencernaan seperti mual, muntah, sariawan, sulit menelan
tidak ada. Kebutuhan pemenuhan makanan secara mandiri.
2) Selama di RS
Tn. B mengatakan selama di rumah sakit frekuensi makanTn. S
3x/hari jenis makanan cair (susu) 750-900 cc. Masalah pencernaan
seperti mual, muntah, sariawan tidak ada. Akan tetapi Tn. S sulit
menelan, mulut kaku dan terpasang selang NGT. kebutuhan
pemenuhan makanan dengan bantuan.
Berat Badan/Tinggi Badan : 50kg/160cm
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 50/1,62 = 19,5 (Kurus)
25
Frekuensi minum 5-6x/hari, banyaknya 750-1000 ml, jenis minuman
susu hangat dan air putih, turgor kulit baik.
f. Oksigenasi
1) Sebelum masuk RS
Tn. B mengatakan Tn. S tidak mengalami sesak nafas, tidak
mengalami batuk, tidak ada sputum.Tn. B mengatakan bahwa Tn. S
merokok.
2) Selama di RS
Tn. B mengatakan kalau Tn. S mengalami sesak nafas, tidak
mengalami batuk, sputum tidak ada, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan dan terpasang ETT.
g. Eliminasi Fekal/Bowel
1) Sebelum masuk RS
Tn. B mengatakan dirumah Tn. S frekuensi BAB 1x/hari biasanya pagi
hari, warna kuning, bau khas feses, konsistensi lembek, penggunaan
pencahar tidak ada, gangguan eliminasi bowel tidak ada, pemenuhan
kebutuhan eliminasi fekal secara mandiri.
2) Selama di RS
Tn. B mengatakan selama di RS Tn. S BAB 1x/hari sore hari warna
kuning tua, bau khas feses, konsistensi lembek, menggunakan
pampers, tidak ada gangguan eliminasi bowel seperti konstipas,
kebutuhan pemenuhan eliminasi fekal dibantu.
h. Eliminasi Urin
1) Sebelum masuk RS
Tn. B mengatakan kalau frekuensi berkemih Tn. S 7x/hari, jumlah urin
700-800ml/24 jam. Bau khas urin, warna kuning, tidak menggunakan
diuretik, tidak ada gangguan eliminasi bladder. Kebutuhan pemenuhan
eliminasi urin secara mandiri.
2) Selama di RS
Tn. B mengatakan Tn. S berkemih jumlah urin 1000-1200 cc/jam, bau
khas urin, warna kuning, ada penggunakan diuretik, ada gangguan
eliminasi bladder. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urin dibantu
dengan penggunaan kateter.
26
Tn. B mengatakan Tn. S Tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada
gangguan pendengaran, tidak ada gangguan penciuman, tidak ada gangguan
sensasi taktil dan tidak ada gangguan pengecapan.
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : CM
GCS : E=4 V=5 M=6
Vital Sign: TD :127/79 mmHg
Nadi : Frekuensi : 96 x/mnt, reguler dan teraba lemah
Respirasi : Frekuensi :25 x/mnt, regular
Suhu : 37.oC
b. Kepala
Bentuk : Mesosephal
Kulit : Elastis, kotor, tidak ada hematom
Rambut : Beruban, tidak rontok, terasa kasar, kotor,kering/kusam.
Muka : Tampak pucat, tidak ada bells palsy, tidak ada hematom,
tidak ada lesi.
Mata : bentuk :Simetris terhadap wajah
konjungtiva : anemis
Sclera : Ikterik
Pupil : Isokor
Palpebra : Normal, tidak hordeolum, tidak ada
oedema
Lensa : keruh
Visus : Tidak terkaji
Hidung : Simetris kanan kiri, tidak ada septum, tidak ada
deviasi, tidak ada polip, tidak ada epistaksis, tidak ada
gangguan penciuman,.
Mulut : Gigi tidak normal, kotor, ada caries dentis, tidak ada
gigi palsu, mulut kaku.
27
Bibir : Kering, tidak ada stomatitis, sianosis, trimus.
Telinga : Simetris, bersih, gangguan pendengaran tidak ada.
c. Leher : Tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada
pelebaran JVP, ada kaku, tidak ada Hematom, terpasang ETT.
28
Perkusi lambung: timpani
f. Genetalia : Pria : Normal, tidak ada
hypospadia, tidak ada epispadia, tidak hernia, tidak ada tumor dan
terpasang DC.
g. Rectum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak
prolaps, tidak ada tumor.
h. Ektremitas :
Atas : kekuatan otot kaanan dan kiri bisa diangkat, tidak mampu
melawan : 3/3, ROM kanan dan kiri: terbatas, capilary refile : < 2
dtk
Bawah : kekuatan otot kaan dan kiri bisa diangkat, tidak mampu
melawan: 3/3, ROM kanan dan kiri: terbatas, Capillary refile :< 2
dtk
b. Sosial
Tn. B mengatakan Tn. S adalah seorang kepala rumah tangga,.
hubungan klien terhadap masyarakt sangat baik.Tn. B mengatakan Tn. S
adalah orang yang senang mengikuti kegiatan diperkampungannya seperti
pengajian, arisan, kerja bakti.Klien tidak memiliki kebiasaan lingkungan
yang tidak disukai.Aktivitas sosial dilingkungannya menurut klien sangat
baik karena membangun kebersamaan dan silaturrahmi.
c. Budaya
Budaya yang diikuti klien adalah budaya Jawa, karena klien
berasal dari Banyumas. Budaya yang dianut Tn. S tidak ada yang
merugikan.
d. Spiritual
29
Tn. B mengatakan saat di rumah, Tn. S selalu mengerjakan
ibadahnya (shlat 5 waktu) serta ibadah-ibadah yang lain sebagai umat
muslim. Namun saat di rumah sakit Tn. S tidak bisa mengerjakan shalat 5
waktu karena kodisinaya yang lemah.Tn. B mengatakan dan keluarganya
merasa bahwa masalah yang dialamin Tn. S sekarang adalah sebagian dari
ujian Allah SWT yang harus dilaluinya.
8. Pemeriksaan penunjang
30
a. Cairan IV : Nacl 20 tpm
b. Obat peroral : Parasetamol 1x500 mg diberikan apabila diperlukan
c. Obat Parenteral : mycamin diberikan Jam 12.00
Amikasin 500 mg diberikan jam 08.00, 16.00
Dexamethason 10 mg diberikan jam 08.00, 16.00
Bisolvon 1 Amp diberikan jam 08.00, 16.00
Ranitidin 1 Amp diberikan Jam 08.00, 16.00
Lasix 2.5 mg/jam
Levemir 0-26-0
Novomix 20-20-20
Nebulizer Ventolin
Status Cairan
M. ANALISA DATA
No Tanggal Data Problem etiologi
31
- Sputum dalam jumlah
banyak
- TTV :
RR: 25x/menit
TD: 127/75 mmHg
N:96x/menit
S :377C
2. Ds: - Ketidakseimbanga Ketidakmampua
Do :
n nutrisi kurang n menelan
- Klien terpasang NGT
dari kebutuhan makanan
sonde susu 200 cc
- Klien terlihat sulit untuk tubuh
menelan
- Mulut trimus
- GDS :
- Hb : 8,24 g/dL
- IMT : 19,06
3. Ds : - Resiko infeksi
Do :
- Terpasang alat invasif
- Meningkatnya leukosit
Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Mucus
dalam jumlah berlebih
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan menelan makanan
3. Resiko infeksi
32
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidak efektifan bersihan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Airway Suction
jalan nafas b.d mucus jam, klien menunjukan jalan nafas menjadi 1. Auskultasi suara nafas, catat adanya
dalam jumlah berlebih efektif dengan kriteria hasil: suara nafas tambahan.
(Airways status) 2. Informasikan pada klien dan keluarga
kelompok
Indicator IR ER tentang suctioning.
3. Minta klien untuk nafas dalam
- Jalan nafas paten 2 5
- Hambatan jalan nafas sebelum dilakukan suction.
2 5
- Demonstrasi batuk 4. Monitor status O2 klien.
2 5 5. Posisikan klien untuk
efektif
memaksimalkan ventilasi.
Airway Management
1. Keluarkan secret dengan
Keterangan :
menggunakan batuk efektif.
1. Keluhan ekstrem 2. Berikan O2 dengan menggunakan
2. Keluhan berat kanul nasal.
3. Keluhan sedang 3. Monitor respirasi dan status O2
4. Keluhan ringan
33
5. Tidak ada keluhan
34
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Kontrol infeksi
1. jam, diharapkan pasien membaik dengan 1. Lakukan enam langkah cuci tangan
kriteria hasil: saat kegiatan 5 moment dengan
Keparahan infeksi
benar Kelompok
Indicator IR ER
2. Batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan 2 5
3. Anjurkan pengunjung untuk
- Demam
2 5
- Nyeri mencuci tangan pada saat memasuki
2 5
dan meninggalkan ruangan pasien
4. Pastikan penanganan aseptic dari
semua saluran IV
5. Motivasi intake cairan dan nutrisi
yang tepat
6. Kolaborasi pemberian terapi
antibiotic yang sesuai
Perlindungan infeksi
7. Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
8. Observasi hasil pemeriksaan
35
laboratorium pasien
9. Monitor TTV pasien
10. Pertahankan teknik-teknik isolasi
yang sesuai
36
CATATAN PERKEMBANGAN I
37
12.00 - Melakukan penghisapan lender/suction S: -
O:
- Secret berkurang
- Klien tampak tidak sesak
- RR: 22x/menit
38
3 14-03-2017 08.00 - Batasi jumlah pengunjung S:-
O:
- Pengunjung bergantian
membesuk Kelompok
09.00 - Monitor TTV pasien S: -
O:
- TD: 120/80 mmHg
- N: 80x/menit
- RR: 21x/menit
- S: 37 7C
10.00 - Ajarkan cuci tangan kepada keluarga pasien S: -
O:
- Keluarga mencuci tangan
dengan Hand scrub
39
CATATAN PERKEMBANGAN II
40
O:
- SaO2: 99%
- Sesak tidak ada
2 15-03-2017 20.00 - Memberikan informasi tentang kebutuhan S:-
nutrisi klien O:
- Klien hanya diberikan susu sonde
200cc
21.00 - Monitor intake nutrisi klien S: -
O:
- Tidak ada tanda gejala malnutrisi
22.00 - Memberikan susu 200cc via NGT S: - Kelompok
O:
- Susu 200cc masuk via NGT
3 15-03-2017 20.00 - Pertahankan teknik-teknik isolasi yang S: -
21.00 sesuai O:
- Jaga lingkungan ruangan klien
22.00 Kelompok
agar tetap kondusif
- Batasi jumlah pengunjung S: -
O:
- Pengunjung bergantian membesuk
41
CATATAN PERKEMBANGAN III
42
O:
- TD: 120/80 mmHg
- N: 88x/menit
- RR: 22x/menit
- S: 37 7C
3 16-03-2017 16.00 - Cuci tangan sebelum dan setelah tindakan S: -
keperawatan O:
17.00 - Pertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai - Cuci tangan dengan hand
wash
EVALUASI
43
1. 17-03-2017 Bersihan jalan nafas tidak S: -
efektif b.d mucus berlebih O: klien terpasang ventilator dengan mode
spontan, secret tidak ada, RR: 21x/menit, N:
88x/menit, S:37 C,
7 TD: 120/80 mmHg
kelompok
A: masalah belum teratasi
Indicator IR ER
- Jalan nafas paten 4 5
- Hambatan jalan nafas
5 5
- Demonstrasi batuk
5 5
efektif
P: kaji ulang
2. 17-03-2017 Ketidakseimbangan nutrisi : S: -
kurang dari kebutuhan b.d O: klien terlihat masih lemah, klien
kesulitan menelan diberikan diit susu 250cc
A: masalah belum teratasi
kelompok
44
Indicator IR ER
- Kebutuhan nutrisi 4 5
adequate
- Tidak ada mal nutrisi
5 5
- TTV dalam batas
5 5
normal
P: kaji ulang
3. 17-03-2017 Resiko infeksi S: -
O: adanya prosedur invasif, trauma
A: masalah belum teratasi
Indicator IR ER kelompok
- Kemerahan 4 5
- Demam
4 5
- Nyeri
4 5
P: kaji ulang
45
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Proses pengkajiannya dilakukan pada klien Tn. S dengan tetanus dilakukan
dengan wawancara, observasi, mengkaji, dan melakukan pemeriksaan fisik.
Melalui wawancara kami mendapatkan data subyektif baik dari perkataan
klien maupun dari keluarga klien, selain itu pengkajian juga dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium sebagai pendukung untuk menegakkan diagnosa.
Pada saat dilakukan tindakan saling percaya antara klien klien dengan penulis
cukup baik, sehingga mempermudah dalam melaksanakan tata asuhan
keperawatan.Hal ini dibuktikan dengan klien mampu dan mau menjawab
pertanyaan dan menerima saran yang diberikan walaupun mengalami
kesulitan dalam berbicara. Data yang didapat saat pengkajian adalah: klien
tampak kaku dan meringis kesakitan, suara dan setuhan. Hal ini di dukung
oleh Siska (2012) yang mengatakan gejala lain pada penderita seperti gelisah,
gangguan memelan, sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, mengigil, kejang
otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai.
Tn. S 66 tahun datang ke rumah sakit RSUD Banyumas dengan keluhan
utama badan terasa kaku. Klien terstusuk paku seminggu yag lalu kemudian
demam dan badan terasa kaku. Sekarang klien terpasang NGT dengan ukuran
16 untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, dan diit yang diberikan susu sonde
300 cc.Klien terpasang ETT. Klien juga defisit dalam perawatan diri karena
klien tampak berjamur, kotor dan bau, dan akhirnya keluarga membantu untuk
memandikan klien walaupun dengan dihusap air hangat saja. Tempat klien
sudah terpasang side rail untuk mencegah klien terjatuh. Hasil pengkajian
diatas menunjukkan bahwa tanda dan gejala klien sama dengan teori yang ada.
Setelah dilakukan pengkajian dan menghasilkan data focus, selanjutnya
merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat untuk klien.
B. Diagnosa
46
Diagnosa keperawatan prioritas pertama yang muncul pada Tn. S adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus yang
berlebih ditandai dengan adanya secret di bronkus dan ETT yang menumpuk,
RR 25 x/menit dan klien kesulitan dalam berbicara.Hal ini menjadikan
prioritas masalah utama karena adanya sumbatan pada Airway / jalan nafas
klien sehingga apabila tidak ditangani segera akan mengakibat klien
mengalami kekurangan oksigen .
Diagnosa Keperawatan yang kedua yaitu Ketidak Ketidakseimbanagan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat ditandai dengan:
Tn. S terpasang NGT, berat badan menurut dari 55 menjadi 50 kg, klien
tampak kurus. Hal ini didukung oleh NANDA (2014) yang mengatakan
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Diagnosa Keperawatan yang ketiga yaitu Risiko Infeksi ditandai dengan
klien sudah terrpasang alat alat invasive dan meningkatnya leukosit. Klien
sudah dirawat 27 hari di rumah sakit. Hal ini didukung oleh NANDA (2014)
yang mengatakan bahwa peningkatan risiko terserang organisme patogenik
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah tahap pengumpulan
data, pengkajian, dan menentukan diagnose yang sesuai dengan tanda dan
gejala yang muncul. Perencanaan atau intervensi merupakan kumpulan
rencana-rencana keperawatan yang akan diberikan kepada klien. Perencanaan
disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan manifestasi
klinis. Setelah masalah ditetapkan, maka ditentukan tujuan
keperawatan.Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang maupun pendek,
harus jelas, dapat diukur, dan realitas. Setelah itu mendapat criteria hasil yang
menjadi acuan intervensi berhasil atau tidak. Waktu perencanaan yang dibuat
harus disesuaikan dengan pencapaian kriteria hasil misalnya 3x24 jam. Setelah
rencana dibuat, selanjutnya dilakukan implemtasi keperawatan, yang mengacu
pada rencana tindakan yang telah dibuat.
Perencanaan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu nutrition
management and nutrition monitoring. Kaji kemampuan pasien untuk dapat
47
nutrisi yang dibutuhkan agar mengetehaui pemasukan nutrisi klien. Monitor
adanya penurunan berat badan dengan menghitung IMT untuk megetahui
adanya perubahan nutrisi. Monitoring mual dan muntah untuk mengethui
faktor yang mempengaruhi nutrisi. Monitor turgor kulit untuk memantau
elastisitas kulit. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi klienuntuk
memeberikan informasi. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah nutrisi yang dibutuhkan klien untuk mengetahu intake klien (NANDA,
2013).
Perencanaan diagnosa Risiko Infeksi: yaitu self care assistance:
Bathing/Hygiene. Tentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan klien
untuk mengetahui kemampuan klien. Pantau kebersihan atau kemampuan
perawatan diri klien untuk kenyamanan klien. Pantau integritas kulit klien
untuk mengetahui keelastisan kulit klien. Dorong keluarga untuk berpartisipasi
dalam memandikan memandikan klien membantu dalam perawata diri klien
(NANDA, 2013).
48
36,20C, GDS : 100, Hb 15,0 dengan demikian Masalah keperawatan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Implemntasi hari pertama masih sama dengan hari ke tiga dan hasil evalusai
juga masih sama.
Implementasi diagnosa deficit perawatan diri: mandi yaitu mentukan
jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan klien, memantau kebersihan
atau kemampuan perawatan diri klien, memantau integritas kulit klien,
mendorong keluarga untuk berpartisipasi dalam memandikan memandikan
klien. Evaluasi hari pertama keluarga mengatakan klien belum pernah di
mandikan dan hanya dihusap, kulit klien terlihat cukup bersih setelah
keluarga membersihkan klien. Masalah keperawatan defisit perawatan diri:
mandi belum teratasi dan itervensi dilanjukan untuk hari kedua. Pada Hari
kedua hasil evaluasi yaitu keluarga mengatakan klien sudah mandikan,
kulit klien terlihat bersih dan tidak berjamur. Masalah keperawatan defisit
perawatan diri: mandi teratasi dan intervensi dihentikan tapi keluarga tetap
diberika pendidikan kesehatan tentang pentingnya mandi kepada klien dan
keluarga.
Implementasi diagnosa resiko jatuh yaitu mengidentifikasi defisit
kognitif atau fisik klien, mengidentifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi resiko jatuh, menganjurkan kepada keluarga untuk selalu
merubah gaya tidur klien dengan miring kanan dan miring kiri,
menggunakan side rail untuk mencegah jatuh. Hasil evaluasi hari pertama
Keluarga mengatakan badan klien sering kaku-kaku dan masih sering
meringis kesakitan ketika terkena rangsangan cahaya, suara ataupun
sentuhan, klien tampak sering merubah posisi tidur ketika badan kaku.
Masalah keperwatan resiko jatuh sudah teratasi dan intervensi dihetikan
dengan memerikan pedidikan kesehatan untuk keluarga agar selalu
memantau keadaan klien agar terhindar dari resiko jatuh.
49
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah diberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis
tetanus dan memberika rencana keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan
klien. Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin
kuman Clostridium Tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot secara
proksismal dan diikuti dengan kekakuan otot seleruh badan. Gejala-gejala
biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah infeksi, tetapi bisa juga timbul
dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah infeksi. Gejala yang sering ditemukan
adalah kekakuan rahang dan sulit dibuka (trismus) karena yang pertama kali
terserang adalah otot rahang. Selanjutnya muncul gejala lain seperti gelisah,
gangguan memelan, sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, mengigil, kejang
otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai. Komplikasi pada penyakit tetanus
yaitu dehidrasi, infeksi, fraktur,aspirasi dan lain-lain.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat memperluas ilmu dan pengetahuannya
tentang asuhan keperawaratan, belajar lebih giat lagi khususnya dalam
pembuatan asuhan keperawatan, karena hal tersebut tidak akan lepas dari
dunia keperawatan.
2. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komperhensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh yang meliputi bio-psiko-sosial-kultural-spiritual.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan
kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat
50
untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan
untuk mengatasi masalah.
51
DAFTAR PUSTAKA
52