Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia perunggasan hingga saat ini terus mengalami kemajuan yang
sangat cepat. Kemajuan juga terasa di dalam negeri, hal tersebut dibuktikan
dengan berdirinya perusahaan peternakan unggas modern, baik itu dalam
bidang breeding(pembibitan), pemeliharaan ternak unggas maupun produksi
pakan dan obat-obatan unggas. Meningkatnya kemajuan peternakan unggas di
Indonesia merupakan peluang yang cukup baik bagi perusahaan pembibitan
karena tanpa adanya produksiday old chick(DOC) dari suatu perusahaan
pembibitan, peternak akan sulit menjalankan usahanya. Produksi sebuah
perusahaan peternakan sangat berhubungan dengan kualitas dan kuantitas
bibit ayam yang digunakan. Bibit yang baik dapat diperoleh dari perusahaan
pembibitan (breeder farm) yang memiliki prinsip manajemen pembibitan
yang benar. Peternakan pembibitan selalu berusaha untuk menghasilkan telur
dengan fertilitas dan daya tetas yang tinggi.
Produktivitas yang tinggi dan bagus pada sebuah usaha pembibitan
dapat tercapai dengan optimal dengan adanya sistem biosecurity dan sanitasi.
Biosecurity dan sanitasi merupakan aspek yang sangat penting karena mampu
mencegah adanya penularan penyakit baik antar hewan, pekerja ke hewan dan
lingkungan luar dengan hewan. Penerapan biosecurity dan sanitasi dapat
berupa pemberian imunitas (vaksinasi), kebersihan pekerja, pembasmian
hama, dan kebersihan area farm. Produksi yang baik khususnya pada industri
pembibitan adalah dengan fertilitas dan daya tetas telur yang baik. Telur tetas
yang baik dapat diperoleh dari pemeliharaan yang baik pula, terutama diawal
pemeliharaan yaitu pada fase starter. Tatalaksana fase starter akan
mempengaruhi fase-fase berikutnya yaitu fase growing dan fase laying.
Apabila fase starter baik maka fase growing dan laying juga akan baik serta
akan berproduksi dengan baik pula.
Perusahaan pembibitan unggas yang sudah banyak berkontribusi pada
bangsa Indonsia antara lain PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division
Unit 2 Sukodermo Tbk. Perusahaan tersebut telah bergerak dalam industri
peternakan yang berkesinambungan, salah satunya usaha pembibitan unggas
potong (broiler). Salah satu lokasi pembibitan broiler oleh PT JCI adalah unit

1
breeding di Sukodermo, Purwosari Pasuruan atau MB 2 Sukodermo. Unti
usaha dari PT JCI tersebut bergerak dibidang breeding farm ayam broiler,
yang menghasilkan telur tetas sebagai produk utamanya dengan strain ayam
Lohman Indian River. Perusahaan ini memiliki farm yang tersebar di
Indonesia, sehingga menjadikan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. dapat
digunakan sebagai sarana dan prasarana sebagai tempat pelatihan dan
penelitian.
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya merupakan proses pendidikan untuk menghasilkan
dokter hewan yang unggul dalam intelektual dan terampil dalam lapangan.
Kegiatan PPDH ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, meningkatkan
keterampilan dan kemampuan para calon dokter hewan terutama dalam
bidang medik veteriner dan industri peternakan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana peran dan fungsi dokter hewan pada unit farm dan unit
hatchery di PT. Japfa Comfeed Unit II Sukodermo Pasuruan?
b. Bagaimana proses produksi unit farm di PT. Japfa Comfeed Unit II
Sukodermo Pasuruan?
c. Bagaimana capaian indeks keberhasilan di PT. Japfa Comfeed Unit II
Sukodermo Pasuruan?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui peran dan fungsi profesi dokter hewan dalam industri
perunggasan.
b. Mengetahui alur produksi unit farm dan unit breeding perusahaan
perunggasan.
c. Mengetahui capaian indeks keberhasilan perusahaan breeding
perunggasan.

1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) Industri Pilihan Unggas ini adalah mendapatkan pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan khususnya di bidang industri perunggasan sesuai
dengan profesi dokter hewan serta meningkatkan kemampuan dan pemahaman

2
mahasiswa PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya tentang
pembangunan peternakan unggas, manajemen peternakan unggas, pembibitan
(breeding farm) dan upaya-upaya pencegahan, penanganan serta pengendalian
penyakit unggas di lokasi koasistensi industri pilihan, serta meningkatkan kerja
sama antar perguruan tinggi denganstake holder atau perusahaan.

3
BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1 Profil Perusahaan


2.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang agribisnis peternakan dan pangan terbesar dan terintegritas
di Indonesia. Unit usaha utama perusahaan ini yakni pembuatan pakan ternak,
pembibitan ayam (layer dan broiler), penggemukan sapi (feedlot), pengolahan
produk unggas serta budidaya pertanian. Keunggulan dari perusahaan ini meliputi
integrasi vertikal dan skala ekonomi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa perusahaan
menjalin hubungan baik antara operasional yang dilakukan di hulu dengan hilir.
Penjagaan hubungan tersebut akan menjamin kualitas produk yang unggul dan
menawarkan produk-produk dengan biaya yang terjangkau bagi konsumen
Indonesia.
Japfa berhasil mengkokohkan diri sebagai salah satu produsen makanan
terkemukadengan biaya terendah di Indonesia. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
didirikan pada tanggal 8 Maret 1978 dengan Akte Notaris Kartini Mulyadi No. 85
dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Pada awalnya
perusahaan ini bergerak dalam industri kopra pelet sebagai produk utamanya.
Sejak berdirinya perusahaan terus melakukan ekspansi. Puncaknya yakni
perubahan status perusahaan menjadi perusahaan terbuka seiring dengan
pencatatan saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya sejak Oktober
1989. Dengan dilakukannya penawaran saham sejak tahun 1990, perusahaan
kemudian menjelma menjadi perusahaan yang memiliki kekuatan finansial dalam
sektor pakan ternak.
Japfa terus melakukan pengembangan perusahaan dengan melakukan
kerjasama kemitraan dengan beberapa perusahaan lainnya. Pada tahun 1990-an,
Japfa melakukan akuisisi strategis dengan empat perusahaan yang bergerak dalam
bidang pakan ternak. Perusahaan tersebut antara lain PT Comfeed Indonesia, PT
Ometraco Satwafeed, PT Indopell Raya serta PT Suri Tani Pemuka. Japfa juga
melakukan proses akuisisi tahap kedua pada tahun 1992 dengan mengambil alih

4
PT Multibreeder Adirama Indonesia dengan bisnis utama pembibitan ayam. Pada
tahun yang sama Japfa juga melakukan pengambilalihan terhadap PT Ciomas
Adisatwa yang bergerak dalam pengolahan unggas dan Suri Tani Pemuka dengan
budidaya udang. Berbagai rangkaian akuisisi ini mendukung perusahaan menjadi
salah satu perusahaan produsen unggas dan udang terbesar di Indonesia.
Japfa beroperasi dengan didukung oleh beberapa divisi antara lain Divisi
Perunggasan, Divisi Daging, Divisi Aquaculture dan beberapa divisi bisnis
lainnya. Pada divisi unggas, Japfa berperan sebagai salah satu produsen unggas
terintegrasi secara global. Divisi ini memproduksi pakan unggas, DOC
pembibitan dan pengolahan ayam. Tiap tahunnya divisi ini memberikan kontribusi
keuangan kepada perusahaan sebesar 83% dari total penjualan. Pada divisi daging,
perusahaan beroperasi dalam 3 tahap produksi utama yakni pembibitan,
perawatan, serta pengolahan sapi potong. Divisi ini terbagi dalam dua nama,
yakni PT Santosa Agrindo dan PT Austasia Stockfeed. Pada divisi aquaculture,
Japfa berkembang dengan budidaya udang lokal yang tumbuh untuk komoditas
ekspor. Hingga saat ini Japfa terus menyebar melalui anak-anak perusahaan serta
jaringan produksi yang tersebar di beberapa kota-kota besar di Indonesia.

2.1.2 Visi dan Misi


Menjadipenyedia terkemuka dan terpercaya di bidang produk pangan
berprotein terjangkau di Indonesia, yang berlandaskan kerjasama dan pengalaman
teruji, dalam upaya memberikan manfaat bagi seluruh pihak terkait.

2.2Lokasi dan Keadaan Umum Perusahaan


Letak geografis PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2
Sukodermo(MB 2) berada di Desa Sukodermo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi multibreeder unit 2 berada di wilayah
yang sudah memenuhi kriteria pembangunan area pembibitan ternak yaitu jauh
dari pemukiman dan peternakan lain. Lokasi perusahaan dekat dengan sumber air
untuk keperluan farm dan tersedianya akses transportasi yang memadai untuk
mempermudah kegiatan unit MB2Sukodermo. Area farm berada di tengah
persawahan lahan basah sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.

5
Gambar 2.1 Denah Lokasi Perusahaan

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi adalah hubungan timbal balik antara orang yang
mempunyai tugas, jabatan, wewenang, dan tanggung jawab dalam suatu
perusahaan. Struktur organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia dapat dilihat
pada gambar 2.2 PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit
2Sukodermo Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, dipimpin oleh
seorang Manager yang mengerahkan, mengendalikan, mengevaluasi serta
bertanggung jawab penuh farm dan orang-orang yang dipimpinnya. Manager
mempunyai staf dalam mengelola farm, yang meliputi:
Manajer farm : bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan
dalam satu unit farm
Supervisor kandang : bertugas memimpin operator kandang dalam
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ayam
Supervisor PGA : bertugas di bidang administrasi, ketenagakerjaan,
pengolahan sumber daya manusia, perijinan dan
sanitasi.
Asisten teknik : bertugas dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan
prasarana yang ada di farm dan melakukan perbaikan
pada sarana dan prasarana yang rusak
Administrasi logistic : bertugas dalam pengadaan suku cadang peralatan unit,
pengadaan barang umum, listrik, kebutuhan solar
peralatan support produksi, pengadaan obat
Recording : bertugas untuk melakukan input data keseharian dan

6
mengupdate data produksi seperti hasil telur, populasi
pakan, air minum dan berat badan ayam
Depo unit : bertugas untuk mengurusi penjualan ayam dan telur di
unit, pengiriman telur ke depo sentral, mengurus surat
pengiriman telur serta membantu sebagai koordinator
dan OVK pada saat ayam fase starter dan grower
Post mortem : bertugas untuk melakukan pemeriksan post mortem
pada bangkai ayam dan melaporkan kasus kematian
pada dokter hewan
Sigap/keamanan : bertugas menjaga keamanan di lingkungan farm
Animal Health : bertugas mengawasi dan memastikan bahwa tata
laksana pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan prosedur (dokter hewan)

Struktur organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 02


Purwosaridapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Manajer Farm
2.5 Sistem Operasional Perusahaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo di
Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan berdiri pada tanggal 3 Oktober
Supervisor Supervisor
tahun 1983 yang bergerak di bidang pemeliharaan ayam parent stock layer. PGA
PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo
Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, dipimpin oleh seorang Manager
Asisten Asisten Sup. Adm Recording Post Depo FA UnitGA Unit
Adm
Sigap
yang mengerahkan,
Supervisor mengendalikan,
Teknik Oracle mengevaluasi
Unit serta bertanggung
Mortem jawab
Unit PGA
penuh farm dan staf serta karyawan yang dipimpinnya. Manager mempunyai
staf dalam mengelola farm. Sistem kerja di MB 2 Purwosari terbagi atas 2
kategori sesuai dengan masa pemeliharaan ayam, yaitu masa brooding dan
Operator Operator Operator Vaksin Driver
masa lepas
Kandang brooding
Teknik jumlah kandang di MB 2 ini berjumlah 25 kandang
dan Grading
Jantan Sanitasi
Operator
tebagi dalam 3 flock setiap flock terdiri dari 6-7 kandang. Pada saat masa
dan
Loundry
produksiaktivitas kinerja semua karyawan dan stafyang bekerja didalam farm Nestpad
dimulai pukul 07.00-15.00 WIB. Operator
Pakan dan
Potong
Pleaner
Rambut
7

Gambar 2.2Struktur Organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 02


Purwosari
2.6 Proses Produksi Unit Farm
PT. Japfa Comfeed Indonesia, di Desa Sukodermo, Kecamatan
Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur merupakan perusahaan
peternakan ayam berbadan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas.
Bidang usaha yang dilaksanakan adalah pemeliharaan ayam parent stock
layer atau ayam ras petelur strain Lohmann Indian River yang dipelihara pada
fase starter, grower, dan layer. Unit Farm berdiri pada tahun 1983 Farm
diatur oleh Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/OT.140/7/1982
menyatakan bahwa dalam usaha peternakan pembimbing ayam petelur
hendaknya memiliki jenis bangunan yang sesuai dengan kapasitas dan
peruntukannya, misalnya kandang pemeliharaan; kandang isolasi; menara air;
ruang sanitasi area terlarang; ruang nekropsi (bedah bangkai); gudang pakan;
gudang peralatan; incinerator; unit pengolahan limbah; kantor; rumah
karyawan; rumah jaga; tempat parker; gardu listrik dan ruang sanitasi area
terbatas.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MB 2Purwosari yaitu berupa
pos satpam, kantor utama (ruang kerja GM; ruang kerja PGA; ruang
rapat;ruang tamu; dan dapur), kantor statistic (ruang kerja Managerdan ruang
kerja Supervisior, ruang kerja statistik), ruang sanitasi (shower 1 area kantor
&shower 2 area farm), bangunan kandang yang terdiri atas 25 kandang yang
terbagi menjadi 3flock; ruang nekropsi dan pemusnahan bangkai, kantin,
asrama karyawan (mess), 2 ruang cuci (washing room), mushola,ruang
mekanik dan genset, gudang pakan, gudang peralatan, gudang OVK, gudang
serutan kayu (litter) dan sumur.

8
BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan


Kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Industri
Pilihan Unggas dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2016 sampai dengan 11
Maret 2016 di PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo
Kec. Purwosari, Kab. Pasuruan, Jawa Timur.

3.2 Metode Kegiatan


3.2.1 Perkenalan
Kegiatan ini adalah bentuk perkenalan diri secara langsung dari
mahasiswa koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)
Universitas Brawijaya dengan pihak PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
3.2.2 Pembekalan Materi
Kegiatan ini meliputi penjelasan dari pihak PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk kepada mahasiswa koasistensi Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) Universitas Brawijaya mengenai segala bentuk kegiatan
yang akan dilakukan selama koasistensi industri perunggasan berlangsung
serta menjelaskan tugas dan perananan dokter hewan sebagai profesi
medik veteriner.
3.2.3 Praktik di Lapangan
Kegiatan ini merupakan praktek kerja secara langsung mahasiswa
koasistensi di lapangan yang diikuti dengan melakukan pengamatan secara
langsung, wawancara, dan pengumpulan data primer dan sekunder dari
berbagai partisipan di perusahaan.Kegiatan PPDH industri perunggasan ini
berupa kegiatan pembekalan materi tentang menejemen dan proses
produksi peternakan unggas, pembibitan (breeding), dan praktik langsung
mengenai nekropsi, vaksinasi, diagnosa klinis, laboratoris dan pengobatan
penyakit.

3.3 Jadwal Kegiatan


Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
No Waktu Keterangan Pembimbing
1 22-2-2016 Penerimaan mahasiswa PPDH di MB 2, Briefing Ir. Henry G.
di PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division
Unit 2 Sukodermo Desa Sukodermo, Kecamatan
Purwosari, Kabupaten Pasuruan,
2 23-2-2016 Observasi lapang, mengikuti kegiatan di Farm Prasetyo S
dan diskusi dengan pembimbing lapang.
3 25-2-2016 Grading telur, grading pejantan dan diskusi Dimas S. Pt
dengan pembimbing lapang.
4 26-2-2016 Grading telur dan diskusi dengan pembimbing Dimas S. Pt
lapang.
5 27-2-2016 Grading telurdan diskusi dengan pembimbing Dimas S. Pt
lapang.
6 29-2-2016 Grading telur, vaksinasi (AI dan ND) dan diskusi Kasmudi
dengan pembimbing lapang.
7 29-2-2016 Vaksinasi (AI dan ND) dan diskusi dengan Kasmudi
pembimbing lapang.
9 1-3-2016 Materi mengenai manajemen brooding, grower Ir. Henry
dan persiapan afkir
10 2-3-2016 Vaksinasi (AI dan ND) dan diskusi dengan Kasmudi
pembimbing lapang.
11 3-3-2016 Post Morter dan diskusi dengan pembimbing Duki R
lapang.
12 4-3-2016 Diskusi hasil pos mortem Duki R
13 5-3-2016 Diskusi hasil posmortem, manajemen culling Duki R
14 6-3-2016 Mengikuti kegiatan di Farm (vaksinasi AI dan Windu S.Pt
ND) dan diskusi dengan pembimbing lapang.
15 7-3-2016 Mengikuti kegiatan di Farm (vaksinasi AI dan Windu S.Pt
ND) dan diskusi dengan pembimbing lapang.
16 8-3-2016 Mengikuti kegiatan di Farm (vaksinasi AI dan Windu S.Pt
ND) dan diskusi dengan pembimbing lapang.
17 10-3-2016 Presentasi dan Evaluasi Kegiatan Ir.Henry
18 11-3-2016 Diskusi dengan pembimbing lapang pamitan
dengan pimpinan perusahaan, staf dan karyawan
MB 2 Sukodermo.

3.4 Peserta Kegiatan


Peserta kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)
Industri Pilihan Unggas di PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk adalah mahasiswa
Pendidikan Profesi Dokter Hewan Program Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya yaitu :
Nama Mahasiswa: Wahyu Eri Setyawan, S.KH
NIM : 150130100011023
Program Studi : Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Fakultas : Kedokteran Hewan
Universitas : Brawijaya
Alamat : Jl. M.T Haryono No. 501 Malang
Nomor HP : 082225829696
Email : 115130100111017@mail.ub.ac.id

3.5 Metode Pelaksanaan Kegiatan


Metode pelaksanaan kegiatan yang digunakan selama koasistensi di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo adalah:
1. Memperdalam ilmu dengan cara melakukan diskusi dengan kordinator
lapangan dan dokter hewan yang berwenang di lokasi tentang tugas-tugas
dan tanggung jawab dokter hewan di lapang.
2. Mengikuti semua program atau kegiatan yang sedang berlangsung di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Hasil dari pelaksanaan koasistensi industri ini akan dilaporkan secara
tertulis kepada pihak PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan Program
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tugas Pokok dan Peran Dokter Hewan dalam Industri Perunggasan
Sebuah perusahaan peternakan harus selalu menempatkan dokter hewan
sebagai ujung tombak dalam menjaga kualitas kesehatan produk yang dihasilkan.
Secara garis besar, dokter hewan dalam operasional berperan sebagai konsultan
kesehatan ternak, perencana jadwal vaksinasi dan penanganan biosecurity.Hal
tersebut sesuai dengan amanat UU No. 41 th 2014, dimana dokter hewan
mempunyai kewenangan dalam hal sistem kesehatan hewan nasional
(siskeswanas). Sehingga penyebaran penyakit dapat diberantas melalui
pencegahan serta pengobatan, penjaminan keamanan produk untuk diedarkan dan
menetapkan keputusan dalam hal manajemen kesehatan hewan dan.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeder Division Unit 2 Sukodermo
menugaskan seorang dokter hewan untuk mampu menegakkan diagnosa penyakit
dan pemilihan treatment obat yang diberikan pada suatu populasi ayam yang
diambil berdasarkan pemeriksaan nekropsi terhadap perubahan patologi anatomi
pada ayam yang mati. Serta berperan penting dalam melakukan studi untuk
membandingkan kondisi ayam terdapat pengaruh perubahan lingkungan yang
berpengaruh pada hasil evaluasi program kesehatan yang dijalankan pada farm.
Dokter hewan juga terlibat dalam pengujian sampel untuk memonitoring penyakit
pada unggas baik yang menular maupun tidak menular. Kemudian memutuskan
tindakan selanjutnya setelah adanya penemuan fakta penyakit di lapangan untuk
dilakukan pencegahan atau pengobatan. Guna pelaksanaan program kesehatan
dokter hewan berkoordinasi dengan manager farm dan supervisior bidang
kesehatan agar program kesehatan dapat terlaksana dengan baik.

4.2 Fungsi Dokter Hewan dalam Bidang Biosecurity dan Sanitasi Farm
Dalam peternakan biosekuriti merupakan konsep integral yang
mempengaruhi suksesnya system produksi ternak khususnya dalam rangka
mengurangi resiko karena masuknya penyakit menular maupun tidak menular.
Apabila biosekuriti dilaksanakan secara baik, benar dan disiplin maka target
produktivuitas ternak dan efisiensi ekonomi akan tercapai karena kesehatan ternak
yang terjaga. Oleh karena itu sebagai bagian dari sistem manajemen peternakan
biosekuriti adalah sangat penting.
Ruang lingkup bisosecurity peternakan: 1. Biosecurity konseptual. adalah
dasar seluruh program pengendalian penyakit sperti: Lokasi kandang suatu
peternakan, pengaturan jenis dan umur ternak. 2. Biosekuriti struktural, adalah
sesuatu yang berhubungan dengan konstruksi kandang, arah kandang /tata letak
peternakan, pemisahan /batas-batas unit peternakan, pengaturan saluran limbah
peternakan, alat sanitasi dan dekontaminasi, sarana dan prasarana kandang. 3.
biosekuriti operasional, merupakan implementasi sistem operasional dan prosedur
(SOP) manajemen untuk pengendalian penyakit
Sanitasi, biosafety dan biosecurity merupakan sesuatu upaya yang
seharusnya didesain secara bersama dalam suatu perencanaan dan harus
dilaksanakan secara disiplin di peternakan agar di dapatkan suatu peternakan
dengan performen (ekonomis dan produktif) yang baik. Walaupun ketiga hal
diatas adalah mempunyai pengertian berbeda namun dalam perencanaan dan
operasional ketiga hal diatas harus dilaksanakan terpadu dan dapat disingkat
dalam satu kata yaitu biosekurity. Beberapa sarana biosecurity tersebut
diantaranya: 1. Desinfeksi. 2. Desinsektisasi. 3.Fumigasi.
Biosecurity dan sanitasi merupakan suatu sistem dan penerapan manajemen
untuk mengurangi atau mencegah potensi transmisi perkembangan organisme
yang menimbulkan penyakit infeksius (Larson, 2013). Biosecurity dan sanitasi
yang tidak memenuhi kriteria dapat menjadi penyebab masuknya agen-agen
penyakit. Penerapan biosecurity dan sanitasi yang ketat dalam suatu farm dapat
meminimalisir kerugian dan risiko yang ditimbulkan dari adanya agen penyakit
yang bersifat zoonosis maupun non zoonosis seperti pengaturan lalulintas di area
farm, vaksinasi dan pemberantasan hama. Peran dokter hewan sangat penting
untuk memastikan semua program harus berjalan sesuai prosedur dan semua
pihak yang terlibat harus mematuhi peraturan program biosecurity yang ada
(Risnajati, 2011).

4.2.1 Pengaturan Lalu Lintas Area Farm


Prosedur operasional biosecurity yang telah ditetapkan di PT Japfa
Comfeeed Indonesia khususnya pada unit multibreeder Sukodermo adalah
membagi 4 (empat) area.
Area kotor, yaitu area yang meliputi kawasanmenuju farm mulai dari gerbang
utama masuk dari jalan raya Sukodermo. Area ini mulai dari pos satpam pertama
(jalan raya) hingga lokasi farm (sekitar 200 m) yang berupa jalanan paving untuk
akses keluar masuk farm. Kendaraan yang masuk zona kotorharus melewati
dipping ban menggunakan air yang dicampur chlorine.
Area bersih 1 (area luar), yaituarea yang meliputi pos satpam 2, mess karyawan,
kantin, lapangan olahraga dan pendopo. Karyawan yang masuk area bersih 1
harus melalui lorong spraying dan kendaraan harus melalui area car dipp seangkan
untuk material yang tidak dapat terkena air dilakukan fumigasi. Kendaraan yang
masuk zona 2 harus melewati pintu masuk yang terdapat semprotan otomatis
BKC 50% 2mL/liter air, diganti seminggu sekali.Kotak fumigasi barang di pintu
gerbang utama, menggunakan paraformaldehide 10gr/m3 dengan menggunakan
kompor listrik.
Area Bersih 2 (area intermediet),yaitu area yang meliputi ruang sanitasi I,
kantor, gudang, Mushola, genset, bengkel mesin dan loundry. Sanitasi yang harus
dijalankan di area ini yaitu mandi sebagai cara untuk membunuh bakteri yang
menempel pada tubuh. Shower dilengkapi air panas dan dingin serta dilakukan
spray lagi dengan BKC. Karyawan yang memasuki area bersih 2 diwajibkan
mengganti pakaian intermediet dan alas kaki khusus. Ciri khas baju intermediet
yaitu atasan berwarna putih dan bawahan berwarna biru.
Area Bersih 3 (area dalam kandang) yaitu area farm dan lingkungan sekitar
farm seperti jalan untuk menuju ke kandang. Karyawan yang masuk zona 3 harus
melewati ruang khusus untuk melakukan body diving (berendam). Kolam dengan
untuk body diving berkapasitas volume 1000 l air dan dicampur 1 tablet chlorine
sehingga mempunyai konsentrasi 700 mV Chlorine. Kolam body diving selalu
diganti 3 kali dalam seminggu, agar kebersihan kolam terjaga. Setelah melakukan
body diving, karyawan yang masuk ke zona 3 diwajibkan mandi dengan sabun
yang mengandung antiseptik dan memakai baju khusus. Seragam khusus area
bersih 3 yaitu setelan wear pack, masker dan sepatu boots(gambar 4.1).
Gambar 4.1Pakaian Khusus area Farm

Kendaraan yang masuk area 3 harus melewati pintu masuk yang


terdapat automatic sprayer (gambar 4.2) yang menyemprotkan air dan
BKC 50% dengan dosis 2mL/liter air, diganti setiap minggu sekali.

Gambar 4.2Car Dipp area dalam

Kotak fumigasi barang di pintu gerbang utama, menggunakan


paraformaldehide 10gr/m3 dengan menggunakan kompor listrik
(gambar 4.3).
Gambar 4.3Box Fumigasi Barang

Proses sanitasi pada lingkungan atau zona farm dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu mengontrol vektor (pemberantasan tikus dengan rodentisida,
pembasmian serangga dengan insektisida, dan mencegah burung liar masuk
kandang), perlakuan terhadap ayam yang telah mati di farm (setiap hari ayam
yang mati dimasukkan ke dalam karung lalu dibuang ke dalam disposal atau
dibakar), mengontrol kebersihan (menjaga kebersihan di service pen kandang dari
tumpahan pakan, cangkang telur, dan sampah sisa makanan serta botol bekas
vaksin tidak boleh tertinggal dan harus dibakar atau dimasukkan disposal yang
sebelumnya direndam larutan desinfektan), menjaga kebersihan di zona dalam dan
luar gudang pakan, ruang obat vaksin kimia (OVK), telur, dan peralatan (Shane,
2005). Proses sanitasi pada lingkungan harus dilakukan setiap hari oleh operator
dan wajib dilaporkan kepada dokter hewan untuk dapat mencegah agen-agen dari
luar yang dapat mengganggu proses produksi.
4.2.2 Vaksinasi
Vaksinasi merupakan tindakan memasukkan agen penyakit yang telah
dilemahkan dengan tujuan untuk memberi aspek kekebalan pada tubuh individu
sehingga agen penyakit tidak dapat masuk kedalam tubuh. Vaksinasi merupakan
metode yang aman digunakan untuk memutus rantai terjadinya penyakit-penyakit
infeksius seperti Avian influnza (AI), Gumboro (IBD) dan Newcastle disease
(ND). Kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi dapat mencegah adanya
kerugian yang dapat diderita oleh perusahaan dan keamanan pangan hasil
produksi hewan atau pangan asal hewan. Kekebalan tersebut diharapkan dapat
melindungi individu yang bersangkutan terhadap infeksi penyakit di alam.
Program vaksinasi di PT JCIFarm merupakan tanggung jawab dokter
hewan. Sebelum pelaksanaan vaksinasi, dokterhewan melakukan kontrol
kesehatan ayam oleh dokter hewan karena ayam yang akan divaksin tidak boleh
dalam keadaan sakit melalui perhitungan titer antibodi terhadap paparan penyakit.
Kontrol kesehatan dengan memeriksa ayam pada malam hari dan pagi hari saat
makan. Penanganan vaksin harus diperhatikan pengawasannya oleh dokter hewan
karena jika salah dalam penanganan, maka akan menyebabkan terjadinya wabah
penyakit. Penanganan vaksin yang harus diperhatikan antara lain penerimaan
vaksin, penyimpanan vaksin, distribusi vaksin ke kandang, dan cara-cara
pemberian vaksin dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan kondisi dari
lingkungan sekitar, karena program vaksinasi dibuat untuk mencegah kejadian
penyakit sesuai dengan kondisi lingkungan peternakan(Darmawi dan Hambal
2011).
Keuntungan pemberian vaksin adalah mencegah timbulnya gejala klinis
dan kematian, mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas serta meningkatkan
kekebalan ayam terhadap suatu penyakit. PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding
Division Unit 2 Sukodermo telah mengembangkan vaksin untuk dikomersialkan
dan dipakai kalangan perusahaan sendiri dengan merk dagang Vaksindo. Vaksin
tersebut diantaranya untuk pencegahan terjadinya penyakit AI, ND, IBD dan
Mareks pada ayam.
Proses distribusi vaksin dilakukan di security gate 1 oleh tim Health and
Disease Control (HDC). Vaksin yang diterima harus dalam keadaan tertutup rapat,
sesuai dengan proposal, kondisi utuh, segel tidak rusak, tidak mengalami
perubahan warna, dan untuk vaksin killed, adjuvannya masih homogen. Vaksin
disimpan di dalam kulkas khusus vaksin dengan suhu 2-8 oC. Penyimpanan vaksin
di dalam kulkas sebaiknya tidak terlalu padat supaya temperatur dapat terjaga dan
merata (Usman and Diarra, 2008). Untuk mengontrol temperatur kulkas,
ditempatkan termometer dan alarm di dalam kulkas sehingga ketika alarm
berbunyi maka temperatur kulkas di luar temperatur yang diatur.
Gambar 4.4 Program Vaksinasi
Sebelum dilakukan distribusi vaksin ke kandang sebaiknya dilakukan
perhitungan vaksin yang akan digunakan sesuai dengan populasi ayam yang akan
dilakukan vaksinasi. Distribusi vaksin ke kandang menggunakan termos dingin
atau styrofoam dengan ice pack. Sebaiknya juga dipisahkan tempat membawa
vaksin live dan vaksin killed. Untuk vaksin live dikeluarkan dari termos dingin
hanya saat akan dilarutkan dengan diluent dan digunakan sehingga dalam waktu 2
jam vaksin harus sudah habis. Untuk vaksin killed dikeluarkan dari termos dingin
2-3 jam sebelum digunakan supaya mengurangi efek cool shock. Program
vaksinasi yang dilakukan bertujuan untuk mencegah berbagai macam bibit
penyakit yang akan menyerang sistem kekebalan tubuh ayam, antara lain seperti
penyakit Afian influenza yang dicegah dengan vaksin AI Killed 1 dengan metode
injeksi intra musculer. Selain itu penyakit Newcastle disease yang dicegah dengan
vaksin ND Killed dengan metode injeksi intra musculer. Kegiatan vaksinasi
dilakukan secara rutin dibawah pengarahan dokter hewan dan harus sesuai dengan
dosis serta umur ayam.Peralatan penunjang, seperti spuit injeksi, jarum injeksi
berukuran 0,9 mm (22 G) untuk growing dan laying, injektor, tissue, alkohol, box
vaksin, dan selang bagi spuit injeksi.
Program vaksinasi yang dilakukan merupakan vaksinasi booster atau
ulangan karena ayam telah memasuki umur 47 minggu. Dosis pemberian untuk
masin-masing vaksin baik AI maupun ND adalah 0,5 mL IM (gambar 4.
4).Darmawi dan Hambal (2011) menyatakan bahwa hasil vaksinasi yang protektif
terhadap suatu virus harus diterapkan dengan metode vaksinasi yang tepat.
Indikasi vaksinasi yang baik dievaluasi berdasarkan kemampuan vaksin
merangsang pembentukan antibodi. Untuk mengetahui titer antibodi yang muncul,
dilakukan tes darah yang dilakukan 14 hari pasca vaksinasi.
4.2.3 Pemberantasan Hama
Usaha peternakan khususnya pembibitan erat kaitannya dengan keberadaan
hama pengganggu seperti tikus dan lalat. Hama tersebut dapat menimbulkan
kerugian pada usaha peternakan karena dapat menurunan produksi ayam.
a. Tikus

Tikus merupakan golongan rodensia atau binatang pengerat yang


banyak menimbukan kerugian bagi industri peternakan. Keberadaan tikus
didalam kandang sangat mengganggu ayam dan merugikan. Kerugian
yang ditimbulkan yaitu tikus selalu memakan pakan ayam pejantan,
menggigit ayam dan melubangi tirai atau bagian kandang. Usaha yang
dilakukan untuk memutus keberadaan tikus yaitu dengan meberikan
kawat kejut dengan aliran listrik atau (shocker). Shocker menggunakan
tegangan listrik daya rendah (20 Volt) yang diletakkan mengitari seluruh
kandang. Shocker selalu menyala selama 24 jam penuh.
Tikus juga diberantas dengan pemberian racun berupa Temix dan
Klerat. Temix merupakan racun yang berbentuk bubuk yang dapat
dilarutkan dengan air dan pakan. Sedangkan Klerat merupakan racun
yang dikemas mirip biskuit berisi biji-bijian. Pemberian racun sudah
terjadwal dua kali seminggu yaitu di hari Selasa dan Jumat.Racun
berupa Klerat mengandung senyawa aktif berupa brodifakum, dimana zat
tersebut bekerja didalam tubuh dengan memblokade sistem saraf
sehingga tikus akan mati secara perlahan dengan interval waktu 2-4 hari
setelah memakan racun. Sedangkan timex mengandung senyawa
Temixyang dapat membunuh tikus dengan sangat cepat melalui sistem
pemecahan darah didalam tubuh dengan mengganggu sistem koagulasi
darah.
b. Lalat

Lalat merupakan golongan insekta yang dapat berperan sebagai


perantara penyakit dan menimbulkan kesan tidak bersih. Lalat yang
berada di kandang dari spesies lalat rumah (Musca domestica) dan little
house fly (Fanny canicularis). Jenis lalat lainnya seperti lalat buah
(Lucilia sp.), lalat sampah berwana hitam (Ophyra aenescens) maupun
lalat pejuang (soldier flies) juga sering mengganggu lingkungan
peternakan.
Pemberantasan lalat di kandang yaitu menggunakan lem lalat dan
racun berupa agita. Lem lalat diletakkan dipintu-pintu kandang.
Sedangkan agita diletakkan di dalam area depo pakan sementara. Agita
merupakan racun lalat yang mempunyai bau khas untuk menarik lalat
untuk mendekat.

4.3 Manajemen Perkandangan


Perkandangan merupakan tolak ukur yang harus diperhatikan karena tidak
hanya sebagai pelindung ternak melainkan penunjang produksi. Teknologi
terusmengalami perkembangan salah satunyabidang peternakan ungags.
Pemeliharaan unggas secara intensive mutlak memanfaatkan teknologi
perkandangan. Sistem perkandangan yang dahulunya digunakan adalah sistem
kandang open house mulai beralih ke sistem kandang open house sistem kandang
close house(gambar 4.5) yang sering dikenal dengan sistem kandang tertutup
adalah sistem perkandangan ayam parent stock dengan ventilasi yang bisa
diatur.PT Japfa Comfeed telah mengacu pada Good Breeding Practice dan Good
Farming Practice sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
No.28/Permentan/OT.140/5/2008 tentang Pedoman Penataan Kompartemen dan
Penataan Zona Usaha Perunggasan, untuk penentuan perkandangan.Kandang yang
digunakan oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2
Sukodermo menggunakan sistem kandan tertutup (close house) (gambar 4.6).
Gambar 4.5 Tipe Kandang Close House

Sistem kandang tertutup (closed house) adalah sistem kandang yang


dikontrol secara otomatis oleh sistem elektronika mulai dari sistem pemberian
pakan, pengaturan suhu dan kelembaban kandang. Kandang sistem tertutup atau
closed house memiliki kelebihan sanggup mengeluarkan kelebihan panas,
kelebihan uap air, gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO 2 dan NH3 yang ada
dalam kandang, serta dapat menyediakan berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam.

Gambar 4.6 Tata letak kandang PT. Japfa Comfeed Indonesia Poultry Breeding Division
unit II Purwosari

Kandang fase starter pada brooder terdapat heater yang berfungsi sebagai
penghangat atau penjaga suhu ruangan agar tetap nyaman untuk anak ayam
(DOC) (Prihandanu et al., 2015). Kadar amonia yang tinggi yang disebabkan
karena penumpukan feses dalam kandang tidak baik bagi ayam pedaging. Lantai
kandang untuk ayam pembibit biasanya menggunakan sistem litter atau slat dan
litter(Sadarman et al., 2011).
Ukuran kandang di PT. Japfa unit 02 Purwosari yaitu 12 x 120 m yang
memiliki kapasitas populasi 6000 ekor ayam setiap kandang dengan persentase
ayam jantan 10-11% dari populasi ayam betina. Rasio ayam jantan dan
betina perlu diperhatikan dengan baik karena jumlah jantan yang
terlalu sedikit berdampak pada jumlah betina yang tidak dibuahi,
sedangkan jumlah jantan yang terlalu banyak dapat
menyebabkan jantan berkelahi (Kurniawan dkk., 2014).Jarak antar
kandang adalah 12 m atau setara dengan lebar satu kandang agar pengunaannya
lebih mudah dan resiko menularnya penyakit dari satu kandang ke kandang yang
lainnya bisa diminimalisir. Secara umum, unsur-unsur perkandangan di dalam
farm dijelaskan sebagai berikut;
4.3.1 Atap Kandang
Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari cuaca panas dan
dingin. Atap kandang terbuat dari seng bergelombang dan berwarna putih bagian
luarnya berfungsi untuk memantulkan sinar matahari. Atap bagian dalam dilapisi
oleh foam setebal 2 cm yang berfungsi sebagai penahan panas matahari supaya
suhu di dalam kandang tetap hangat di malam hari. Bentuk atap kandang PT. Japfa
Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo mempunyai dua sisi
menyamping dan menggunakan sisitem atap monitor dengan kemiringan 25
supaya suhu di dalam kandang tidak terlalu panas dan pertukaran udara di dalam
kandang bias terjaga. Menurut Priyatno (2005),atap kandang berfungsi untuk
melindungi ternak yang ada di dalam kandang dari panas matahari langsung dan
curah hujan.

4.3.2 Dinding Kandang


Dinding di bagian kanan dan kiri kandang merupakan kombinasi antara
tembok perpaduan batu bata dengan semenpada bagian bawah setingi 60 cm
dengan kawat monitor berlubang berukuran 3 x 3 cm pada bagian atas. Bagian
tengah dinding kandang merupakan kawat monitor yang dipasang setinggi 150 cm
dari tembok batu dan di bagian luarnya dilengkapi dengan tirai penutup yang
berfungsi menghalangi udara luar yang masuk ke dalam kandang. Bagian atas
dinding kawat monitor ditutup dengan seng plat setinggi 20 cm.
4.3.3 Tirai Kandang
Tirai kandang merupakan penutup kandang yang dipasang menutupi
dinding kawat monitor. Tirai kandang berfungsi sebagai pengatur banyaknya
cahaya matahari yang dibutuhkan ayam di dalam kandang dan sebagai pelindung
ayam dari hembusan angin yang dapat langsung menerpa tubuh ayam. Tirai
kadang selama pemeliharaan bibit ayam pedaging dibagi menjadi dua, yaitu tirai
berwarna hitam dan putih. Tirai kandang berwarna hitam berfungsi untuk
menahan udara luar yang masuk dalam kandang dan mencegah masuknya sinar
matahari sehingga ayam dewasa kelamin tepat waktu. Tirai kandang berwarna
putih berfungsi sebagai memudahkan sinar matahari masuk ke dalam kandang
sehingga dengan adanya tambahan cahaya dari sinar matahari diharapkan sistem
reproduksi ayam betina terangsang untuk menghasilkan follicle stimulating
hormone (FSH) dan luitenizing hormone (LH). FSH berfungsi untuk merangsang
pembesaran folikel telur dan pematangan kuning telur, sedangkan LH berperan
dalam proses ovulasi ketika terjadi proses pembentukan telur di dalam tubuh
ayam betina.
4.3.4 Lantai Kandang
Kandang yang ada di Japfa Unit 2 Purwosari terdiri dari berbagai macam
ukuran yaitu 120 m x 12 m dan 105 m x 12 m dengan lantai kandang pada
pemeliharaan bibit ayam fase laying menggunakan sistem kombinasi, yaitu
perpaduan antara lantai slat dengan litter. Slat menempati 70% bagian dari luasan
lantai sedangkan litter menempati 30% bagian dari luasan lantai. Slat terbuat dari
plastik berukuran 120 x 60 cm yang dipasang setinggi 60 cm dari lantai (Gambar
4.6). Kontrol terhadap slat yang rusak dan patah dilakukan setiap hari supaya
ayam tidak terjadi luka dan mati akibat terjepit diantara slat. Slat berasal dari
bahan plastik dengan lubang 2 x 2 cm sedangkan slat kayu mempunyai jarak antar
kayu 1-2 cm.
4.3.5 Pengelolaan Litter
Alas kandang atau yang disebut dengan litter merupakan sarana yang
digunakan dalam pemeliharaan ayam untuk memberikan rasa nyaman.
Pengelolaan litter sangat berpengaruh terhadap fertilitas dan kesehatan ayam.
Bahan litter untuk alas kandang dan alas sarang dipilih yang menyerap air, cepat
kering, tidak berdebu, mudah dalam pengelolaan dan mudah didapat. Litter
diperoleh dari hasil penyerutan kayu sengon putih menggunakan mesin khusus
sehingga diperoleh hasil yang maksimal berukuran 0,5-2 beketebalan kurang dari
0,2 cm. Litter pada alas kandang memiliki ketebalan 10-20 cm dan selalu harus
dalam kondisi kering (Gambar 4.7).
Tujuan dari pemberian litter adalah agar hewan dapat melakukan
thermoregulasi disiang hari, mandi, mengais dan kopulasi. Kondisi internal litter
akan mempunyai efek terhadap kelembapan dan temperatur di luar maupun di
dalam kandang, bobot ayam, jumlah udara dalam kandang, konsumsi air, stres
ayam, penyakit,dan perkembangan jamur di dalam kandang.

Gambar 4.7Litter Kandang


4.3.6 Ventilasi Kandang
Sistem ventilasi menjadi salah satu indikator keberhasilan dari peternakan.
Sistem ventilasi yang baik dapat mengurangi kasus penyakit pernapasan yang
muncul akibat kesalahan manajemen karena buruknya sistem ventilasi. Bangunan
kandang harus mempunyai ventilasi yang cukup dan suhu pada siang hari berkisar
26-30C dengan kelembaban relatif 70-90%. Ventilasi pada kandang terdiri atas
cooling pad dan blower. Cooling pad merupakan luasan dinding yang terdiri atas
kumpulan cell pad yang terletak di bagian depan, kanan, dan kiri kandang. Cell
pad memiliki ketebalan 10 15 cm yang mudah dialiri air dan terbuat dari kertas
selulosa berserat dan bercelah. Colling pad terdiri dari 60 cell pad yang
mempunyai ukuran tinggi 150 cm, lebar 30 cm dan tebal 15 cm.
Cooling pad di pasang di bagian samping kiri dan kanan depan dengan
panjang masing-masing 14 m yang berfungsi untuk memasukkan udara kedalam
kandang, udara kotor atau panas dapat disaring oleh celdek.Apabila udara dari
luar panas masuk kedalam kandang maka air pada motor cooling pad akan turun
melalui celdek dan dihisap dengan kipas blowersehingga udara yang masuk ke
dalam kandang akan terasa dingin dan ayam akan merasa tetap nyaman pada suhu
lingkungan dalam kandang. Setiap kandang memiliki 8 blower, yaitu blower 1 - 5
menyala selama 24 jam, blower 6, 7 dan 8 akan menyala jika keadaan suhu di
kandang diatas 27oC. Kontrol terhadap blower dilakukan setiap hari secara rutin
untuk mengantisipasi adanya kerusakan dari komponenblower.

Gambar 4.8Layout sistem ventilasi udara

Ventilasi merupakan hal terpenting dalam pembuatan kandang karena


merupakan pengantur siklus udara dalam kandang. ventilasi bantuan atau ventilasi
tambahan yaitu daat berupa penambahan kipas yang berfungsi menyedot udara
kotor dari sisi kandang sementara udara segar masuk dari sisi lain dan
penambahan kipas yang berfungsi menghembuskan angin segar ke dalam kandang
dan udara busuk di dalam kandang kemungkinan akan terdesak ke luar (David,
2013).
4.3.7 Pencahayaan Kandang
Program pemberian cahaya merupakan salah satu faktor keberhasilan
peternakan. Program pemberian cahaya yang baik dapat meningkatkan produksi
telur pada periode produksi atau fase layer. Program pemberian cahaya
dilaksanakan ketika tirai kandang tidak dibuka dan dilakukan dengan mengganti
lampu kandang berkekuatan 23 watt sehingga intensitas cahaya menjadi 60 lux.
Pemberian cahaya selama 14 jam dilakukan ketika fase layer produksi mencapai
5% sampai dengan fase afkir. Pemberian cahaya pada ayam dilakukan mulai
pukul 05.00 - 19.00, setelah itu lampu dimatikan. Pengaturan pencahayaan
kandang bertujuan untuk memberi rangsangan pada otakuntuk memproduksi FSH
dan mengatur waktu istirahat ayam.
4.3.8 Pengelolaan Sangkar (Nest)
Usaha peternakan ayam pembibitan (parents stock) memerlukan sarana
tambahan pada fese menjelang (laying). Sarana tambahan tersebut berupa sangkar
yang dapat setiap waktu dijakdikan tempat bertelur. Sifat fisiologis ayam ketika
mulai memasuki periode produksi adalah dengan mencari tempat yang nyaman
untuk bertelur. Fungsi dari sangkar adalah memberikan rasa nyaman ketika ayam
bertelur,memudahkan operator kandang untuk pengambilan telur dan mencegah
ayam bertelur di lantai kandang. Penyiapan sangkar mulai dilakukan pada umur
20, karena pada umur tersebut perkembangan reproduksi ayam betina mulai
berkembang atau ayam telah memasuki masa pubertas.
Jumlah sangkar yang disediakan harus cukup untuk digunkan ayam dalam
satu kandang. Dalam satu sangkar terdapat dua lantai dan berisi 24 kotak
sangkardengan kapasitas 110 ekor ayam atau 6 ekor ayam per kotaknest. Sebuah
nest harus dialasi serutan kayu yang bersih dan sudah tersedia sejak persiapan.
Serutan kayu di kotak sangkar harus dalam kondisi cukup dan segera ditambah
bila berkurang atau segera diganti bila kondisinya sudah kotor. Penempatan
sangkar dalam kandang harus diatur secara merata pada setiap bagian, sehingga
ayam mudah mencapainya. Atap sangkar setiap hari dibersihkan dari debu dan
kotoran ayam. Nest untuk ayam bertelur dapat dilihat pada gambar 4.9 di bawah
ini.

Gambar 4.9Nest box untuk ayam bertelur


4.3.9 Perlengkapan Pakan
Tempat makan ayam yang ada di PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding
Division Unit 2 Sukodermodibedakan berdasarkan jenis kelamin. Untuk ayam
betina menggunakan tiga macam alat pakan yaitu chain feeder (gambar 4.10
A),covint feeder (gambar 4.10 B) dan pan feeder (gambar 4.10 C). Chain feeder
dalam satu kandang memiliki 30 macam box penampungan pakan (hopper) yang
tersebar merata. Chain feeder memiliki beberapa bagian meliputi through loop
yaitu tempat atau wadah pendistribusian pakan, chain loop (rantai loop) yaitu
rantai di dalam through loop yang digunakan untuk menjalankan pakan dari box
pakan (hopper) ke seluruh through loop secara merata, dan grill yaitu penutup
through loop. Lebar lubang grill pada chain feeder telah didesain agar ayam jantan
tidak ikut makan pada chain feeder.

Gambar 4.10 Tempat pakan ayam


Keterangan: A. Chain Feeder B. Chovint Feeder C. Pan Feeder

Bagian-bagian dari covint feeder sama dengan chain feeder yaitu through
loop yang merupakan tempat atau wadah pendistribusian pakan, chain loop (rantai
loop) yaitu rantai di dalam through loop yang digunakan untuk menjalankan
pakan dari box pakan (hopper) ke seluruh through loop secara merata, dan grill
yaitu penutup through loop.Dibandingkan dengan chain feeder pada covint feeder
jumlah hopper lebih sedikit yaitu hanya menggunakan 3 hopper yang terletak di
bagian inlet kandang dan pada through loop ditutup dengan pipa. Pemberian pipa
penutup bertujuan agar ayam tidak makan sebelum waktunya.
Pan feedermemiliki beberapa bagian diantaranya feeder pan, lower cone,
upper cone, inside grill, outside grill, adjustment knob, adjuster ring, anti-swing
piece, dan top support. Inside griil dan outside griil digunakan untuk mengatur
kapasitas jumlah ayam per pan feeder dan menyesuaikan lubang feeder
pandengan kepala ayam betina. Adjuster ring digunakan untuk mengatur jumlah
pakan yang masuk kedalam feeder pan yang disesuaikan dengan kebutuhan pakan
per ekor ayam. Pan feeder menggunakan bantuan besi ulir yang terus berputar
didalam pipa berukuran 3 dim dan pakan ada didalam tempat makan. Pan feeder
mempunyai bagian yang disebut dengan bins sebagai tandon sementara pengisi
pakan yang siap untuk didistribusikan ke tempat ayam makan. Semua alat
menggunakan sensor elektrik sehingga dapat berfungsi sesuai jadwal pemberian.
Pemberian pakan pada ayam jantan masih menggunakan alat manual
berbentuk pipa persegi yang diletakkan ditengah-tengah kandang. Ketinggian alat
makan disesuaikan dengan tinggi ayam jantan sehingga ayam betina tidak dapat
meraih pakan untuk ayam jantan. Pemberian pakan pada ayam jantan
menggunakan cara manual yang dilakukan oleh operator kandang dan diisi
kembali setelah waktu makan ayam habis kemudian ditutup pipa paralon dan
dinaikkan sehingga ayam tidak dapat makan. Kapasitas pipa untuk makan ayam
yaitupanjang pipa permeter untuk 10 ekor ayam yang saling berhadapan.

4.3.10 Perlengkapan Minum


Penggunaan tempat minum otomatis harus selalu mengecek sistem
otomatisnya. Setelah pemberian obat-obatan, lubang air minum juga harus dicek
untuk mencegah penyumbatan. Tersumbatnya aliran air akan mengganggu lalu-
lintas air untuk minum ayam. Subatan dapat berasal dari lumut, larutan obat yang
menggumpal dan kotoran yang terbawa masuk sehingga perlu lakukan
pembersihan saluran air atau paralon dengan cara flushing. Flushing bisa diartikan
sebagai teknik pembersihan dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi.
Gambar 4.11 Tempat Minum Ayam
Keterangan: A. Bell drinker dan B Nipple drinker

Komponen peralatan minum didalam kandang terdiri dari bak tandon


kapasitas 4000 L air, pipa, dosatron, nipple drinker dan bell drinker. Dosatron
berfungsi sebagai pengatur chlorinasi air minum untuk mengetahui konsentrasi
chlorine dalam air.Nipple drinker digunakan pada kandang 17 sampai 25,
sedangkan bell drinker kandang 1-16.Secara umum, prinsip bell drinker yaitu
daya pegas yang ditimbulkan pada katup bell akan membuka sehingga air akan
mengisi area drinker dan tidak tumpah. Apabila air pada area drinker berkurang,
maka secara otomatis katup akan membuka dan air akan mengisi area drinker.
Bell drinker dapat digunakan secara bersamaan oleh 6-8 ekor ayam.
Nipple drinker mempunyai prinsip ujung pen yang tersentuh oleh paruh
ayam akan nmenyentuh bagian sensorik pipa sehingga air akan keluar dan
diminum oleh ayam. Besar kecilnya tekanan air minum yang keluar melalui
nipple dapat diatur oleh regulator yang terpasang pada bagian tengah dari pipa
nipple yang terdapat di dalam kandang.Satu putting nipple untuk 8-9 ekor ayam,
jarak antara nipple satu ke nipple yang lain adalah 33 cm, sehingga di dalam satu
kandang terdapat 1.240 nipple.
4.3.11 Kereta Dorong
Kereta dorong mempunyai panjang 2 m yang dirancang khusus dapat
berjalan ditengah-tengah kandang sehingga memudahkan dalm pengambilan telur
saa ayam fase produksi. Sebelum fase produksi kereta dorong dapat digunakan
untuk mengedarkan pakan ayam jantan. Kereta dorongpada saat ayam sudah
mulai produksi berfungsi sebagai tempat sementara menaruh egg tray dan lalu
lintas telur dalam kandang.

4.4 Manajemen Pemeliharaan Fase Produksi (Layer)


Standar pemeliharaan ayam fase laying di PT. Japfa Comfeed Indonesia
Breeding Division Unit 2 Sukodermo meliputi grading pejantan, grading telur,
pakan, vaksinasi, kontrol nest, litter, pencahayaan dan pemberian vitamin. Tujuan
utama dari periode layer adalah menghasilkan telur tetas (Hatching Egg) dengan
kuantitas dan kualitas yang maksimal. Telur tetas (HE) yang baik adalah telur
tetas yang bebentuk oval, bersih, tidak retak atau pecah, tidak mengalami
kelainandouble yolk dan memiliki berat rata-rata 47-65 g.
Periode layer produksi telur harus memiliki salable chick (anak ayam
yang terjual) minimal 153 ekor ayam per induk dalam sekali produksi. Ayam
mulai bertelur (produksi) ketika memasuki usia 25minggu dimana telah terjadi
kematangan seksual dan ayam telah mencapai berat minimal sebesar 2970 gram.
Kematangan seksual akan mempengaruhi laju perkembangan folikel telur yang
berpengaruh terhadap tingkat jumlah produksi dan kualitas telur tetas yang
dihasilkan. Ketia ayam telah berproduksi sebesar 5 % dari total ayam yang
dipelihara maka, suatu perusahaan tersebut telah dapat mengirimkan telur ke
pihak hatchery.
Tabel 4.1 Perkembangan Folikel Ayam
Perkembangan Folikel
Sedikit Banyak
% puncak produksi rendah atau normal % produksi tinggi (kenaikan EP cepat)
(kenaikan EP (egg production) lambat. Presistensi produksi rendah
Presistensi rendah Kualitas egg shell rendah
Banyak kejadian double yolk
Penyebab : Penyebab :
Asupan pakan kurang (FCR rendah)
Over body weight
Stimulasi cahaya kurang mencukupi
Asupan pakan diawal produksi terlalu
Banyak kejadian folikel athresia
berlebih (FCR tinggi
Stimulasi pencahayaan berlebihan

Sumber: PT Japfa Comfeed Indonesia

4.4.1 Manajemen Pengelolaan Pakan


Pakan merupakan kebutuhan pokok untuk produksi dan reproduksi
ternak. Ayam perent stock layer pada fase produksi sangat membutuhkan
pakan dengan kandungan nutrisi yang cukuo untuk mencukupi kebutuhan
sistem reproduksinya. Hal ini salah satu faktor yang menentukan tingkat
produktivitas ayam pada fase produksi. Menurut Mulya (2009), pakan atau
ransum merupakan kumpulan bahan pakan yang layak dimakan oleh ayam
dan telah disusun sesuai dengan nilai kebutuhan nutrisi tubuh ayam
berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Secara garis besar, nutrisi dalam
pakan ayam terdiri dari karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
Pakan yang diberikan untuk ayam yang dipelihara di unit 2
Sukodermo merupakan produk buatan PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbksendiri. Untuk pakan ayam betina diberikan pakan dengan kode
kemasan PAR L1 LB dan PAR Jantan LB untuk ayam pejantan. Bentuk
pakan yang diberikan adalah crumble yang mudah dicerna oleh ayam.
Secara garis besar, hasil analisa proksimat dari pakan yang diberikan
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kandungan nutrisi pakan ayam
Kandungan Jenis Pakan Ayam
PAR L1 LB PAR JANTAN LB
(%)
Air Maks 12 Maks 12
Lemak Kasar Maks 3-6 Min 3-7
Protein Kasar Min 15 Min 12
Serat Kasar Maks 6 Maks 6
Abu Maks 12 Maks 8
Kalsium 3,0-3,5 0,9-1,1
Phospor 0,6-0,8 0,6-0,8
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Komposisi pakan yang digunakan yaitu jagung kuning, soya bean


meal (SBM), wheat bran, palm oil, vitamin dan premiks. Kemudian untuk
pakan ayam betina ditambahkan senyawa asam amino esensial untuk
membantu proses reproduksi dan menjamin mutu telur tetas yang
diproduksi. Waktu pemberian pakan ditetapkan oleh perusahaan pada jam
06.00 WIB dan akan habis selama 3 jam semenjak pakan diedarkan baik
pada ayam jantan maupun ayam betina. Hal tersebut dilakukan karena untuk
menghindari waktu metabolisme tubuh ayam yang bersamaan dengan
puncak panas suhu lingkungan sehingga mengganggu penyerapan nutrisi.
Pada waktu pagi hari, suhu kandang masih 25o C sehingga suhu tersebut
optimum untuk pencernaan dan tidak mengalami heat stress.
Total kebutuhan kalori untuk ayam pada faselaying sebanyak 430
440 kcal/hari atau setara dengan 156 gr-160 gr/ hari. Kemudian untuk
kebutuhan energi ayam jantan adalah sebanyak 350kcal-430kcal atau setara
dengan 129-156 gr/hari. Jumlah kandungan energi yang terdapat pada pakan
jenis PAR L1 LB yaitu 2750 kcal/kg sedangkan pada PAR Jantan LB yaitu
2800kcal/kg. Dengan demikian jumlah pakan menurut perhitungan FCR
(feed consumtion rate) untu ayam sudah tepat. Kelebihan dan kekurangan
asupan pakan akan berakibat pada kelebihan dan kekurangan bobot badan
yang berdampak pada tidak tercapainya puncak produksi yang diharapkan
dan abnormalitas tubuh ayam. Menurut Mulya(2009) pemberian pakan
dengan level energi dan protein yang terlalu tinggi hanya akan terbuang
secara percuma karena kemampaun genetik ayam untuk menyerap
kandungan nutrisi yang dikonsumsi terbatas sesuai dengan kebutuhan.
Tabel 4.3 Akibat Kelebihan dan Kekurangan Nutrisi
Kurus (under body weight) Kegemukan (over body weight)
Bobot badan, keseragaman, dan Fertilitas rendah
kematangan seksual rendah Gagal mencapai puncak produksi
Fertilitas rendah Kebutuhan pakan tinggi
Gagal mencapai puncak produksi Kejadian double yolk meningkat
Kejadian penyakit meningkat Produksi terjadi lebih awal
Produksi terhambat Resiko deplesimeninngkat
Resiko deplesi meningkat Total HE rendah
(kematian ayam dalam satu
kandang)
Ukuran telur kecil

4.4.2 Manajemen Pengelolaan Air Minum


Air mempunyai peranan yang sangat banyak bagi individu makhluk hidup.
Pada hewan seperti unggas produksi, kebutuhan air erat kaitannya dengan
produksi. Air minum yang baik diberikan pada ayam adalah air yang bersih dan
dingin terutama saat udara panas karena ayam memerlukan persediaan air yang
bersih dan dingin secara optimal untuk pertumbuhan optimum, produksi, dan
efisiensi penggunaan ransum (Risnajati, 2011).Ketersediaan air harus adlibitum
atau dengan kata lain selalu ada terus menerus. Air minum harus tersedia
sepanjang waktu (adlibitum) karena kandungan air dalam tubuh ayam lebih dari
70%, dengan banyak mengkonsumsi air. Namun demikian penempatan wadah
minum harus diatur agar tidak tumbah dan menimbulkan reaksi sehingga
menyebabkan timbulnya bau amoniak yang sangat menyengat. Penggunaan alat
minum nipple drinker dan bell drinker sudah diatur dengan kapasitas sesuai
dengan jumlah dan ukuran ayam.
Penempatan air minum di kandang harus mudah di jangkau oleh ayam
sehingga dapat mengurangi stress pada ayam. Ketinggian tempat minum berbeda
pada setiap umur ayam. Tempat minum harus selalu dalam keadaan bersih untuk
mengurangi tingkat kontaminasi air minum oleh mikroorganisme penyebab
penyakit infeksius. Selain itu, pengontrolan kondisi nipple bertujuan untuk
mencegah adanya kebocoran sehingga menyebabkan kadar amoniak dalam
kandang menjadi tinggi dan mengakibatkan munculnya penyakit respirasi pada
ayam (Lesson and Summer, 2009).
Pemberian minum pada periode produksi, ayam memerlukan air secara
terus menerus dalam jumlah yang cukup, untuk memenuhi keperluan seluruh
aktivitas tubuh, efisiensi penggunaan pakan dan produksi.Jumah kebutuhan air
minum ayam betina pada periode produksi yaitu sebesar 2,5 x FC = 2,5 x 390-400
ml/ekor/hari sedangkan untuk ayam jantan yaitu sebesar 322-390
m/ekor/hariKekurangan atau keterlambatan akan menurunkan berat telur dan
menurunkan produksi telur. Standar yang ditetapkan oleh PT JCI yaitu harus
memiiki kualitas yang baik, tidak mengandung bakteri dan tidak memiliki
kandungan logam berat. PT JCI menambahkan chlorine sebanyak 3-5 ppm (650-
750 ORP) atau setara 50 gram untuk 2000 liter air untuk mengeliminasi adanya
bakteri Coliform dan Salmonella. Penggunaan air minum selalu dievaluasi dan
dicatat setiap hari untuk memastikan intake air minum pada ayam. Penambahan
chlorine dilakukan setiap tiga hari sekali atau setiap konsetrasi chlorine 500
ORP.
Hal ini sesuai dengan pendapat Risnajati (2011) fungsi kaporit adalah untuk
mengoksidasi zat besi atau mangan yang ada di dalam air, serta untuk membunuh
bakteri coliform. Menurut Tamalluddin (2012) secara fisiologis, air berfungsi
sebagai media proses kimiawi di dalam tubuh. Air berperan sebagai pengangkut
zat nutrisi dan sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan, pengaturan
suhu tubuh, melindungi sistem saraf dan melumasi persendian. Selain
penambahan chlorin, pada air minum juga ditambahkan vitamin dan obat-obatan
yang bertujuan untuk mencegah stress pada ayam akibat cekaman panas dan
mencegah feed shock saat vaksin.
4.4.3 Suhu dan Kelembaban
Kandang tipe close house dirancang untuk dapat mengatur suhu dan
kelembababan didalam kandang. Pemeliharaan ayam parents stock selalu
mempertimbangkan suhu dan kelembaban. Suhu yang terlalu tinggi dan
kelembaban yang rendah akan membuat ayam tidak mempunyai nafsu makan
yang baik sehingga penyerapan nutrisi tidak dapat terjadi secara optimum. Selain
hal tersebut, cekaman panas dapat mengakibatkan ayam mengalami heat stress
dan mudah terserang penyakit sehingga akan mempengaruhi produksi.
Sebaliknya, pada kelembaban yang terlalu tinggi dan suhu terlalu rendah
mengakibatkan kadar amoniak yang semakin tingggi yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit respirasi. Suhu dan kelembaban yang ideal (nyaman) pada
pada pemeliharaan ayam pada masa layer adalah 28-290C dan 80-90%. Untuk
mempermudah dalam pengendalian suhu dan kelembababn makan digunakan alat
berupa termostat, dimana alat tersebut dapat berfungsi 24 jam untuk mengatur
suhu didalam kandang dengan mengoptimalkan kerja kipas/blower dan cooling
pad.

4.4.4 Manajemen Pengaturan Populasi


Salah satu kunci keberhasil pada periode laying adalah kepadatan
populasi dalam kandang. Semakin tinggi populasi dalam kandang akan
mengakibatkan tingginya resiko kejadian heat stress dan deplesi. Hal ini tentunya
akan menurunkan kuantitas dan kualitas dari telur tetas (HE) yang diproduksi.
Kepadatan yang ideal untuk pemeliharaan ayam periode laying adalah 6-8
ekor/meter. Kepadatan yang sesuai akan membuat ayam beraktifitas dengan
nyaman sehingga dapat berproduksi dengan maksimal.Kepadatan yang terlalu
tinggi mengakibatkan jumlah amoniak di dalam kandang cepat sekali bertambah
dan kadar CO2 meningkat.
Upaya yang dilakukan oleh PT. Japfa ComfeedTbk. Poultry Breeding
Division unit II ketika memasuki masa produksi agar puncak produksi dapat
tercapai, maka dilakukan manajemen pejantan yang meliputi;
a. Monitoring BW (Body weight)
Monitor berat badan ayam pada usia produksi dilakukan dengan
penimbangan 10 % dari populasi ayam betina didalam kandang. Kemudian
untuk ayam jantan dilakukan penimbangan 5% dari populasi ayam di
kandang. Berat badan ideal ayam di dalam sebuah kandang dilampirkan
pada lampiran 1. Ayam jantan yang mempunyai berat badan kurang dari
standar yang ditetapkan, pial dan cengger berwarna pucat, mengalami
kelemahan dan pincang ringan dilakukan karantina untuk memperbaiki
status kesehatan dan fertilitasnya.
b. Fleshing(pengukuran ketebalan dada dengan jari)
Fleshing palpasi bagian dada bertujuan untuk mengetahui berat
badan dan status kelayakan kawin ayam jantan. Ayam dengan kondisi kecil,
dilakukan penggemukan dengan memberi pakan dengan tambahan gizi.

Ekstra kecil <20% dari AVG BW

Kecil <10% dari AVG BW

Kecil-normal BW 10 % dari AVG BW )

Gambar 4.13 Fleshing pada Ayam


Besar > 10% darri AVG
c. Toiletting
Ayam jantan yang mempunyai status fisik bagus dan selalu
melakukan kopulasi dilakukan perawatan tambahan berupa toiletting.
Toiletting merupakan tindakan pembersihan bulu disekitar kloakan agar
tidak mengganggu penis saat kopulasi. Toiletting dilakukan setiap 2 minggu
sekali pada ayam jantan.
4.5 Manajemen Produksi
4.5.1 Pengambilan telur
Puncak dari pemeliharaan ayam tipe parents stock adalah hasi dari telur
tetas yang akan dibawa ke unit penetasan. Ayam pembimbit akan bertelur mulai
minggu ke 25 hingga 65 minggu. Pengambilan telur yang dihasilkan oleh ayam
betina dilakukan 5 kali sehari mulai pada pukul 07.30, 08.30, 10.30, 13.00 dan
14.00 WIB. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa
pemngambilan telur yang baik dilakukan sesering mungkin yaitu 3 kali diwaktu
pagi dan 2 kali diwaktu siang hari. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
berkembangnya bakteri yang dapat merusak kualitas telur, pecahnya telur akibat
terinjak dan kotor terkena faeces.
Pada saat mengambil telur, operator kandang harus menyiapkan egg tray
khusus bagian dalam (berwarna putih, kapasitas 56 butir), alkohol 70%, kapas,
spidol. Menurut Hadi (2014) alkohol digunakan untuk membersihkan telur yang
sedikit kotor dan menjaga sterilitas telur. Telur yang sudah dikumpulkan oleh
operator kandang harus segera dibersihkan dan dilakukan pemisahan antara
hatching egg, telur afkir untuk konsumsi.
4.5.2 Egg Production(EP)
Telur-telur yang dihasilkan disebut telur Egg Production (EP) yang terdiri
atas telur HE dan telur komersial. Telur-telur yang sesuai dengan standar
digolongkan menjadi telur HE. Pada awal produksi sampai puncak produksi rata-
rata dalam satu hari setiap kandang dapat menghasilkan telur (EP) sebanyak 88-
90% dan berangsur-angsur turun ketika mendekati masa afkir yaitu hingga
mencapai 40% (lampiran 2.). Berikut merupakan tabel presentasi awal produksi
sampai dengan akhir :
Telur yang diproduksi harus diperhatikan kualitasnya agar telur tetas (HE)
dihasilkan dengan maksimal. Koleksi telur tetas dilakukan lima kali sehari untuk
kandang dengannest boxalas serutan dan 8 kali sehari untuk nest box yang
menggunakan alas nest pad hal ini dilakukan untuk mengurangi penumpukan dan
kerusakan telur pada nest box. Egg tray yang digunakan untuk koleksi telur harus
sudah disanitasi terlebih dahulu dan dalam keadaan kering. Setelah koleksi telur
selesai dilakukan grading telur berdasarkan ukuran dan bentuk telur. Grading telur
terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Telur tetas / hatching egg (HE)
Kategori telur tetas adalah telur yang telah dibuahi (fertil),
memiliki kondisi ekstrinsik dan instrinsik bagus dan memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh unit penetas. Hatching egg mulai
dikirim ke hatchery untuk ditetaskan menjadi DOC komersial,yang
diatur dalam UU No. 41 Th 2014 pasal 13 ayat 5-6 yang
berbunyisbagai berikut setiap Benih atau Bibit yang beredar wajib
memiliki sertifikat Benih atau Bibit yang memuatketerangan
mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulannya. Sertifikat Benih
atau Bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikeluarkan oleh
lembagasertifikasi Benih atau Bibit yang terakreditasi atau yang
ditunjuk oleh Menteri.
b. Telur komersial
Kategori telur komersial yaitu telur dari hasil ayam betina
pembibit yang tidak memenuhi kriteria hetching egg dan dijual ke
depo sentral sebagai bahan konsumsi. Yang termasuk telur
komersial yaitu berukuran jumbo, sangat kecil, terlalu kotor,
abnormal dan mengalami keretakan. Telur komersial dapat
dijadikan bahan konsumsi untuk umum atau perusahaan pengolah
makanan yang sudah terikat kontrak.
Selain itu, grading telur yang dihasilkan juga didasarkan pada umur induk.
Umur induk mempengaruhi kuantitas dan kualitas dari telur yang ditetaskan.
Gradding telur yaitu seleksi/penilaian terhadap telur sesuai berat/grade telur.
Gradding telur alat anak kandang menyiapkan timbangan untuk mengukur berat
telur. Dalam gradding telur, telur yang kotor harus dibersihkan dengan cara
menggosok telur tersebut dengan socket spons kasar. Grade hatching egg disini
penilaiannya adalah BI (sedikit kotor dan kulit tipis), B2 (45-49, 9 gram), B3
(50-54, 9 gram), AI (55-6I, 9 gram), A2 (55-68, 9 gram), A3 (69- UP).
Gradding telur dilakukan untuk memisahkan telur sesuai dengan grade atau berat
telur BI, B2, B3, AI, A2, A3 dan telur komersil. Setelah dilakukan gradding baru
telur distempel nama Farm dan tanggal produksi kemudian dimasukkan kedalam
keranjang yang berisi lima tray untuk memudahkan pengangkutan telur saat
diambil kemudian dihitung jumlah telur yang sudah di seleksi dan beserta telur
komersil
Tabel 4.4Grading Telur Tetas Berdasarkan Umur Induk
Umur (minggu) Grade Berat (gram)
25-29 Silver <47
30-34 Gold >47-56
>35 s/d afkir Silver >56
Sumber : PT Japfa Comfeed Tbk.
Telur yang dihasilkan dari induk dengan usia 25-29 minggu biasanya
memiliki berat yang lebih ringan dan bentuk yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan telur yang dihasilkan dari induk diatas umur 30 minggu.
4.5.3 Telur Tetas / Hatching egg (HE)
Hatching egg merupakan telur-telur yang akan ditetaskan di
Hatchery(depo telur). Dari jumlah EP yang dikirimkan PT Japfa Comfeed Tbk,
Poultry Breeding Unit II ke Hatchery (depo telur) 98-99% telur berhasil
ditetaskan. Telur dipisahkan secara manual berdasarkan bobot yang telah
ditentukan sesuai dengan standar telur Hatching Egg (HE) dengan tujuan
menyeragamkan bobot telur, sehingga Day Old Chick (DOC) yang dihasilkan
dapat seragam. Seleksi telur tetas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memilih telur tetas yang memenuhi persyaratan untuk ditetaskan.Adapun kriteria
daya telur tetas berdasarkan bentuknya menurut standar PT Japfa yaitu :
Tabel 4.5Kriteria Daya Tetas Telur
Type HE Fertilitas Hatchebility
Normal 98.3 91.6
Tipis dan berpasir 98.2 91.4
Mengkerut/kulit jeruk 98.4 61.1
Bulat 90 49.7
Putih 84.2 76.5
Panjang (lonjong) 88 64
4.5.4 Fumigasi Telur
Fumigasi telur yaitu melakukan sanitasi terhadap telur yang telah
dilakukan graddingdan siap dibawa menuju hatchery. Tujuan utama dari
fumigasi telur adalah untuk membunuh bakteri yang berada di kerabang telur
sehinggasiap dibawa ke hatchery, tetapi apabila telur masih belum cukup untuk
dikirim maka telur disimpan di ruang holding dengan suhu 25 oC. Fumigasi
dilakukan pada ruangan khusus yang didesain untuk kedap udara dari luar dengan
ukuran1 m x 1 m, yang berada tepat didepan kandang. Bahan yang digunakan
untuk fumigasi yaitu menggunakan formalin 180 mLdan forcent 90 gram dengan
waktu fumigasi 20 menit. Dosis fumigasi yang dianjurkan yaitu 2 bagian
formaldehid dan 1 bagian forcent setiap m3 area fumigasi.
4.5.5 Transportasi Telur
Transportasi produk berupa telur tetas (HE) dari farm ke hatchery perlu
diperhatikan pada bagian sanitasi, tipe alat transportasi dan kebesihan. Sanitasi
telur tetas harus selalu terpantau agar tidak mempengaruhi hasil akhir berupa
DOC. Sarana pengangkutan harus benar-benar diperhatikan mulai dari mobil
pengangkut, egg tray dan petugas kolektor telur antar kandang. Telur sejak mulai
berada du dalam nest sudah mulai dalam pengawasan kebersihan. Pengangkutan
untuk grading juga dilakukan dengan hati-hati agar telur tidak mengalami retak
dan terkontaminasi.Prosedur transportasi dan sanitasi telur tetas dan telur
konsumsi, sebagai berikut :
a. Pengiriman Egg-tray ke kandang
Egg tray yang digunakan didalam kandang untuk mengangkut
telur dari nest tidak diperbolehkan dibawa keluar. Egg tray yang
digunakan untuk mengantar telur menuju hatchery juga digunakan
kembali sehingga harus selalu dalam kondisi bersih dan steril dari
kontaminasi bakteri. Untuk mengeliminasi bakteri dilakukan desinfeksi
menggunakan desinfektan jenis long life dengan prosesdipping di area
luar (area kotor). Setelah didipping kemudian ditiriskan di area bersih
dan dikirim ke kandang setiap jam pengambilan telur.
b. Pengiriman telur
Telur setelah diambil dari nest di kandang dilakukan
pembersihan dan gradding kemudian ditempatkan ke egg tray khusus
hatchery. Telur diangkut menggunakan mobil area dalam untuk
kemudian di kirim ke hatchery dengan mobil yang lain (Gambar 4.13).
Pengiriman telur ke hatchery jarak tempuh jauh menggunakan egg tray
kapasitas 36 butir sedangkan jarak dekat (area Jawa Timur)
menggunakan egg tray 56 butir. Mobil HE pada waktu datang ke
hatchery dan kembali ke farm harus dilakukan pencucian menggunkan
desinfektan. Mobil pengangkut telur HE dilengkapi dengan air
conditioner (AC) untuk mencegah perkembangan embrio secara
mendadak akibat panas yang ditimbulkan didalam bak mobil.
Gambar 4.13 Pengiriman telur dari kandang ke Hatchery
Telur yang tidak lolos grade hatching egg, dijadikan telur
komersial dan dikirim ke depo sentral. Proses pengiriman ditempatkan
pada egg tray khusus dari bahan kertas yang hanya digunakan sekali
pakai. Proses pengiriman telur komersial sama dengan hatching egg
untuk penanganan biosecurity dan sanitasinya. Egg tray yang telah
dikirim ke depo sentral, tidak diperbolehkan dikembalikan ke farm atau
bersifat sekali pakai.
c. Penerimaan Egg-tray di Farm &Hatchery
Egg-tray dari hatchery sentral maupun dari depo sentral yang
akan dikirim ke farm sudah dicuci dan dicelup dengan larutan
desinfektan. Egg-tray untuk telur tetas disimpan di egg-room unit,
sedangkan egg-tray telur konsumsi disimpan di depo unit. Egg-tray dari
egg-room sebelum dikirim ke kandang harus didipping dahulu.
4.6 Kewenangan Dokter Hewan dalam Manajemen Kesehatan
Kesehatan unggas dan produknya merupakan kewenangan yang menjadi
tanggung jawab dokter hewan. Dokter hewan merupakan pemeran utama dalam
rangka menjaga status kesehatan hewan yang dipelihara di perusahaan peternakan.
Pemilihan jenis obat, vitamin serta dosis yang diberikan atas dasar saran dan
petunjuk dokter hewan setelah melakukan observasi pada kandang, sehingga
pengobatan dapat tepat sasaran. Penggunaan obat di sebuah perusahaan
peternakan yang dilakukan oleh dokter hewan diatur oleh undang-undang No 41
th 2014 pasal 68 D yaitu Dalam penyelenggaraan Kesehatan Hewan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 68 ayat (1), Pemerintah menetapkan Siskeswanas. Sistem
Kesehatan Hewan Nasional yang selanjutnya disebut Siskeswanas adalah tatanan
Kesehatan Hewan yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diselenggarakan oleh
Otoritas Veteriner dengan melibatkan seluruh penyelenggara Kesehatan Hewan,
pemangku kepentingan, dan masyarakat secara terpadu
4.6.1 Pemberian Vitamin dan Pengobatan
Pemberian multivitamin anjuran dokter hewan di PT JCI yaitu
menggunakan Nopstress.Nopstressmengandung multi-vitamin berupa
kombinasi vitamin B1, B3 dan B12untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan
elektrolit berupa ion Na + , K+, Ca+, Mg+ dan Cl-yang berguna untuk mencegah dan
mengatasi stress. Mekanisme kerja dari Noptress yaitu, elektrolit yang berada
didalam sel dapat mencegah terjadinya stress dan dehidrasi yang bekerja dengan
maksimal melalui bantuan multivitamin. Dosis pemberian Nopstress yang
digunakan sebanyak 300 g/600 L air. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Nurcholis et al. (2009) bahwa penambahan vitamin dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan vitamin dan mengatasi cekaman panas serta stress yang
diakibatkan oleh hujan lebat atau cuaca yang terlalu panas.
Pemberian obat-obatan biasanya dicampurkan melalaui pakan yang
dikonsumsi ayam maupun dicampur melalui air minum. Obat yangbiasnya
diberikan adalah antibiotik Cyprocin. Pemberian obat cyprosin apabila hewan
diindikasikan terserang penyakit akibat mikoplasma, colibasilosis, CRD dan
coryxa. Kandungan dari cyprosin yaitu tylosin tartrat dansiproflokssin.
Siprofloksasin oral diserap dengan baik melalui saluran cerna. Bioavailabilitas
absolut adalah sekitar 70%, tanpa kehilangan yang bermakna dari metabolisme
fase pertama (Rachmawati dan Soeripto, 2010).
Penggunaan obat dan multivitamin pada perusahaan unggas harus selalu
berada dibawah pengawasan dokter hewan agar mutu dan pengamanan bahan
pangan asal hewan serta bahan-bahan asal hewan dapat terjamin. Kemudian juga
berperan dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu, pemakaian dan
pengedaran obat hewan dan bahan-bahan biologis. Dengan demikian tujuan utama
perusahaan peternakan unggas dalam rangka meningkatan mutu gizi protein
hewani, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan dapat tercapai.
4.6.2Nekropsi dan Pemusnahan Bangkai
Nekropsi (pembedahan post mortem) unggas adalah sebuah prosedur yang
dilakukan oleh dokter hewan atau seseorang yang menjadi tanggung jawab dokter
hewan untuk mengetahui penyebab kematian dari unggas dalam sebuah
peternakanyang dikelola. Peralatan dan bahan untuk nekropsi berupa pisau atau
gunting serta larutan formalin 36% untuk menyimpan sampel organ yang akan
diuji. Apabila ditemukan kenaikan mortalitas (angka kematian) ataupun
morbiditas (angka kesakitan) pada unggas, nekropsi dapat berfungsi karena dapat
memberikan informasi yang lebih detail tentang keberadaan suatu penyakit dan
mungkin untuk kepentingan diagnosa dan tindakan pencegahan. Dokter hewan
dan laboratorium berperan dalam menentukan diagnosa penyakit. Dokter
hewan memiliki peran penting dalam melakukan proses evaluasi
dan analisis berdasarkan hasil pengamatan dan kelainan yang
ditemukan.
Kemampuan dokter hewan yang ditunjang dengan peralatan laboratorium
dapat menentukan diagnosa pada peyakit yang diderita ayam sehingga dapat
diambil langkah selanjutnya berupa pencegahan, pengobatan, culling atau
pemusnahan. Dokter hewan dapat mengambil keputusan untuk langkah
selanjutnya setelah mengetahui penyebab dari mortalitas dan morbiditas ayam
yang dikelola suatu perusahaan. Dokter hewan memiliki peran penting
dalam melakukan proses evaluasi dan analisis berdasarkan hasil
pengamatan dan kelainan yang ditemukan sesuai UU No 41 Pasal
41 B, yaitu mencegah penyebaran penyakit yang sedang
berkembang, menjaga agar penyakit tidak dapat masuk ke
dalam fam dan mencegah masuknya penyakit ke dalam farm.
Peran utama dokter hewan setelah dilakukan nekropsi yaitu
melakukan pendiagnosaan, pencegahan, pengendalian, pemberantasan dan
pengobatan penyakit menular dan tidak menular pada hewan. Hasil dari nekropsi
diharapkan dapat dijadikan obyek penclitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran hewan.
Pemeriksaan post mortem adalah pemeriksaan pada ayam yang telah mati
guna mendukung penegakan diagnosa. Ada beberapa alasan untuk melakukan
pemerikaan post mortem antara lain untuk menemukan penyebab kematian,
menyelidiki terapi yang tidak berhasil, dan penegakan diagnosa. Nekropsi ayam
dilakukan apabila jumlah ayam yang mati lebih dari 2
ekor/kandang/hari.Pemeriksaan postmortem meliputi pemeriksaan karkas, jeroan
(ronggadada dan rongga perut) serta limfoglandula (Hadorn dan Stark, 2008).
Ayam yang telah mati dimasukkan ke dalam karung, selanjutnya dibawa ke area
post mortem.
Unggas dapat di euthanasia sesuai prinsip kesejahteraan hewan dengan
beberapa metode seperti dislokasi servical (mematahkan leher), menggunakan
ruangan yang dipenuhi CO2 , atau injeksi larutan euthanasia seperti potassium
chloride atau barbiturate dosis tinggi ke dalam vena atau langsung ke jantung
(Shane, 2005). Prosedur yang dilakukan di PT JCI yaitu dengan melakukan injeksi
alkohol melalui foramen magnum pada unggas, kemudian skitar 3-5 detik ayam
akan mati. Prosedur pelaksanaan nekropi dapat dilihat di lampiran 3. Setiap hari
dilakukan pemantauan deplesi ayam untuk mengetahui ayam yang mati. Ayam
yang telah mati dan menjadi bangkai dikumpulkan dan dimusnahkan pada pagi
hari. Pemusnahan dilakukan di area post mortem dengan metode pembakaran
hingga menjadi abu. Pemusnahan dilakukan di ruangan khusus yang jauh dari area
kandang untuk menjaga sterilitas kandang dari bahan kontaminan.
4.6.3 Early Warning System(EWS)
Early warning system merupakan metode yang diterapkan oleh PT Japfa
Comfeed Indonesia Breedin Division Unit 2 Sukodermo untuk memantau
kesehatan ayam yang dipelihara. Sistem tersebut meliputi manajemen recording
dan penanganan kasus penyakit ayam serta kerusakan peralatan yang dapat
mengganggu sistem produksi di dalam perusahaan. Pada kondisi status kesehatan
rendah dan tingkat deplesi tinggi dengan sistem EWS dokter hewan akan
berkoordinasi dengan manajer farm untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Untuk penyakit dari agen virus dan bakterial apabila ditemukan titer yang tidak
wajar (terlalu rendah) maka Laboratorium akan menginformasikan secepatnya
kepada bagian poultry health (dokter hewan), Production & Farm manager
melalui email maupun pemberitahuan langsung. Titer yang rendah berarti ada
gangguan pembentukan kekebalan yang disebabkan oleh faktor immunosupresif,
kondisi ayam yang kurang bagus, potensi vaksin yang kurang atau adanya
netralisasi virus lapangan. Sehingga perlu dilakukan antisipasi dengan melakukan
revak secepatnya.Early warning system yang berhubungan dengan sistem
peralatan yang mengalami kerusaksn ditandai dengan adanya alarm yang
berbunyi. Sehingga mudah dalam proses perbaikan dan tidak menimbulkan
kerugian produksi.
4.6.4 Kasus Penyakit di Lapangan
Kejadian penyakit berdasarkan hasil post mortem dan temuan di lapangan,
mayoritas adalah adanya leg problem berupa bengkak pada kaki.Kejadian Leg
Problem pada unggas disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya terkait dengan
manajemen pemeliharaan dan agen infeksius yang disebabkan oleh bakteri. Kasus
leg problem dapat dikontrol melalui perbaikan manajemen litter, ventilasi dan slat
serta melalui cara medikasi atau pengobatan untuk meminimalkan kerugian yang
disebabkan oleh leg problem. Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri dari
spesies Mycoplasma synoviae.
Infeksi Mycoplasma synoviae (MS) pada ayam merupakan penyakit yang
merugikan industri peternakan ayam. Penyakit ini disebut Infectious synovitis.
Umumnya infeksi MS diawali dengan bentuk subklinik dimana isolat MS
menginfeksi saluran pernafasan. Pada stadium septisemia, infeksi MS dapat
bersifat akut sampai kronik yang menyebabkan pembengkakan atau peradangan
pada persendian lutut (hock joints) dan jari kaki (toe joints). Kebengkakan ini
berisi akumulasi eksudat pada membran synovial dan tendon sheath. Gejala klinik
yang sering terlihat yaitu kesulitan berjalan akibat terjadinya pembengkakan pada
persendian, nafsu makan turun, depresi dan kekurusan yang diikuti dengan
kematian. Sampai saat ini Infectious synovitis sudah tersebar di banyak negara di
dunia termasuk Indonesia, dan oleh OIE, penyakit ini sudah ditetapkan sebagai
Notifiable disease yaitu penyakit yang harus segera dilaporkan ke pemerintah jika
terjadi wabah pada suatu peternakan (Rachmawati dan Soeripto, 2010).
Penyebaran infeksi dapat terjadi secara horizontal dan vertikal. Diagnosis
infeksi MS dapat dilakukan berdasarkan atas gejala klinik, uji serologi, perubahan
patologi, serta isolasi dan identifikasi isolat MS. Pengobatan dapat dilakukan
dengan pemberian antibiotika makrolid, sekalipun hasilnya kurang efektif.
Kontrol dan pencegahan dapat dilakukan dengan program biosekuriti, sanitasi,
dan vaksinasi. Tindakan ini sangat diperlukan untuk mencegah masuknya kuman
MS ke dalam farm dan menyebarkan infeksi ke seluruh ayam. Vaksinasi
merupakan pilihan yang terbaik untuk pencegahan penyakit, dan diharapkan
bahwa vaksinasi yang teratur dapat digunakan sebagai alat untuk pemberantasan
infeksi MS pada masa yang akan datang. Pengobatan yang diberikan yaitu
pemberian antibiotik dari jenis ciprofloxacin. Aplikasi pemberian dilakukan
melalui air minum yang didistribusikan secara menyeluruh dalam satu kandang
(Usman and Diarra, 2008).
4.6.5 Penimbangan Lemak
Lemak didalam tubuh ayam petelur dapat digunakan sebagai indikator
masa produksi dan FCR yang digunakan. Penimbangan lemak abdomen dilakukan
sekali selama masa hidup ayam, dilakukan pada ayam umur 35-50 minggu.
Penimbangan lemak dilakukan menggunakan sampling 2 ekor ayam setiap
kandang dan lemak yang ditimbang hanya pada bagian abdomen. Penimbangan
lemak abdomen dilakukan dengan cara mengambil lemak di abdomen selanjutnya
ditimbang. Persentase lemak abdomen diperoleh dengan membandingkan berat
lemak abdomen dengan berat badan dikalikan 100. Idealnya berat lemak normal
antara 2 - 2,5 % dari berat badan ayam. Apabila lemak abdomen lebih dari 3 %
maka perlu diturunkan pakannya 1-2 gram.
4.6.6 Pemeriksaan Darah
Pengambilan darah pada ayam dilakukan melalui vena brachialis atau pada
sayap. Selama kegiatan koasistensi pengambilan darah dilakukan satu kali untuk
mengetahui titer antibodi dari hasil vaksin. Tujuan dari pengambilan darah adalah
monitoring dan evaluasi hasil dari vaksin. Pengambilan sampel dilakukan secara
random 20-24 sampel per kandang, sampel harus mewakili semua bagian dalam
kandang
Sampel yang dikirim menuju laboratorium penyidikan penyakit yaitu
berupa serum dari unggas. Pengujian darah dilakukan atas rekomendasi dokter
hewan yang berwenang dari perusahaan dan sampel diuji di laboratorium milik PT
JCI. Pengambilan darah menggunakan spuit steril berukuran 3 mL dan jarum 22
G. Hasil dari perhitungan titer antibodi akan menentukan kebijakan selanjutnya
untuk memperbaiki manajemen kesehatan. Apabila titer antibodi rendah,
diperlukan vaksinasi ulang atas rekomendasi dokter hewan yang bertanggung
jawab didalam unit breeder.
4.6.7 Pemeriksaan Feses
Pengambilan feses dilakukan sekali untuk monitoring adanya infestasi
cacing dan protozoa dari spesies Eimeria sp. yang merupakan pencernaan pada
ayam. Cacing yang biasanya menginfeksi unggas terutama ayam adalah Ascaridia
galli. Monitoring parasit mutlak dilakukan untuk menjaga agar FCR tercapai dan
puncak produksi tidak terganggu. Pengambilan feses dilakukan setiap kandang
dengan jumlah 4 sampel tiap kandang dengan komposisi 3 sampel ayam betina
dan 1 sampel ayam jantan. Hasil keputusan dari pengujian sampel yaitu apabila
ditemukan telur cacing dilakukan pengobatan antihelmiint menggunakan preparat
Levamisoledan antiprotozoa menggunakan coccidiostat yang dicampurkan pada
pakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan PPDH yaitu;
a) Peran profesi dokter hewan dalam usaha pembibitan ternak yaitu
manajemen kesehatan yang meliputi pengaturan jadwal pemberian obat
dan multivitamin dan biosecurity farm meliputi pengaturan jadwal
vaksinasi, bedah bangkai serta surveilense titer antibodi ayam.
b) Hasil produksi dari PT Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2
adalah hatching egg untuk DOC ayam broiler final stock. Sistem
perkandangan di PT JCImenggunakan tipe close houseserta pemeliharaan
secara intensif berdasarkan Good Breeding Practice dan Good Farming
Practicedan mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian
No.28/Permentan/OT.140/5/2008 tentang Pedoman Penataan
Kompartemen dan Penataan Zona Usaha Perunggasan.
c) Indeks keberhasilan yang diharapkan yaitu penurunan angka deplesi,
keberhasilan vaksinasi, uniformitas ayam serta puncak produksi.

5.1 Saran
a) Lalu lintas kendaraan yang keluar masuk hatchery dan farm sebaiknya
terpisah, guna mengurangi resiko terkadinya cross contamination dilihat
dalam segi keberadaan bangunan yang bersebelahan.

b) Lokasi laboratorium yang ada di dalam farm sebainya dilokasikan di sisi


belakang dari farm untuk mengurangi resiko penyebaran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawi., dan M. Hambal. 2011. Respon antibodi serum ayam breakel


silverterhadap vaksin avian influenza. J. Kedokteran Hewan. (2): 63-
66.

David, M.E. 2013. M.E. 2000. Poultry Science. Interstate Publishing. New York.

Hadorn and Stark, 2008.Handbook of Poultry Science and Technology. Wiley


Publishing. New Jersey.

Kesumawati, A. 2014. Kondisi Biosecurity Peternakan Unggas Sektor 4 di


Kabupaten Cianjur. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi).

Kurniawan, I.A., A.A Kartini dan M. Hartawan. 2014. Retensi Protein dan Nilai
Organoleptik Daging Broiler yang diberi Kedele Asam dalam Air
Minum Ternak Selama Pemeliharaan(1-5 Minggu). J. Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak. Vol 4 No. 1

Larson, 2013. Biosecurity for Poultry. Virginia Cooperative Extension. Journal


Poultry Sciene. USA

Leeson, S. and Summers J.D. 2005. Commercial Poultry Nutrition. Nottingham


University Press. Nottingham.

Mulya 2009. Produktivitas Unggas Pada Suhu Yang Meningkat Prakiraan dan
Manfaat Iklim Untuk Mendukung Pengembanagan Pertanian Tahun
2020. Prosiding Simposium II Metereologi Pertanaian Bogor.

Peraturan Menteri Pertanian. No: 40/Permentan/OT.140/7/2011. Pedoman


Pembibitan Ayam Ras yang Baik. Kementan RI. Jakarta

Prihandanu, R., A. Trisanto, dan Y. Yuniati. 2015. Model sistem kandang ayam
closed house otomatis menggunakan omron sysmac CPM1A 20-CDR-
A-V1. J. Rekayasa dan Teknologi Elektro.Vol 9. (1) : 54-62.

Priyatno, D. P. 2009. Gambaran Respon Vaksinasi IBD Menggunakan Vaksin IBD


Inaktif Pada Ayam Pedaging Komersial. Institut Pertanian Bogor.
(Skripsi).

Rachmawati, A dan Soeripto. 2010. Infeksi Mycolasma pada ayam. Wartazoa Vol.
20 No. 4.

Risnajati, D. 2011. Pengaruh pengaturan waktu pemberian air minum yang


berbeda temperatur terhadap performan ayam petelur periode grower.
J. Sains. Perternakan. Vol (2): 77-81.
Sadarman., A.E.T.H. Wahyuni., C. R. Tabbu., dan S. Budhiarta. 2011. Hubungan
antara praktek manajemen pemeliharaan dengan kejadian avian
influenza pada peternakan ayam pedaging di sektor 3 milik mitra PT.
Duta Technovet di DIY selama satu siklus pemeliharaan. J.
Peternakan. Vol 8. (11): 1-10.

Shane, M. S. 2005. Handbook of Poultry Disease. American Soybean Assosiation.


USA.

Tamalludin, 2012. . Pengaruh Tingkat Protein Pakan terhadap Konsumsi,


Pertambahan Bobot Badan dan IOFC Ayam Buras Umur 0-8 Minggu.
Jurnal Agroland Vol. 9 No. 3

Undang-Undang No. 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.


Pemerintah Republik Indonesia

Usman, B.A. and S.S. Diarra. 2008. Prevalent diseases and mortality in egg type
layers: An overview. Int. J. Poult. Sci. 7(4): 304 310.
Lampiran 1. Perbandiang Jenis Kelamin dan Berat Badan Mingguan
Usia Jantan Betina
(minggu) (gram) (ggram)
24 2.830 3.700
25 2.970 3.830
26 3.105 3.920
27 3.230 3.990
28 3.320 4.055
29 3.395 4.080
30 3.435 4.110
31 3.470 4.140
32 3.495 4.170
33 3.520 4.200
34 3.540 4.230
35 3.560 4.260
36 3.580 4.290
37 3.600 4.320
38 3.620 4.350
39 3.640 4.380
40 3.660 4.410
41 3.680 4.440
42 3.700 4.470
43 3.720 4.500
44 3.740 4.530
45 3.760 4.560
46 3.780 4.590
47 3.800 4.620
48 3.820 4.650
49 3.840 4.680
50 3.860 4.710
51 3.880 4.740
52 3.900 4.770
53 3.920 4.800
54 3.940 4.830
55 3.960 4.860
56 3.980 4.890
57 4.000 4.920
58 4.020 4.950
59 4.040 4.980
60 4.060 5.010
61 4.080 5.040
62 4.100 5.070
63 4.120 5.100
64 4.140 5.130
65 4.160 5.160
Sumber : PT. Japfa Comfeed Tbk
Lampiran 2. Presentase produksi dari awal produksi-afkir
Usia (minggu) (%)
24 <5
25 5,6
26 22,1
27 52,7
28 74,4
29 83,6
30 87,4
31 88,3
32 87,7
33 86,5
34 85,4
35 84,3
36 83,3
37 82,2
38 81,0
39 80,0
40 79,0
41 77,9
42 76,8
43 75,7
44 74,7
45 73,6
46 72,6
47 71,4
48 70,4
49 69,2
50 68,2
51 67,0
52 66,0
53 64,9
54 63,9
55 62,7
56 61,6
57 60,6
58 59,5
59 58,4
60 57,3
61 56,2
62 55,2
63 54,0
64 53,0
65 52,0
Sumber : PT. Japfa Comfeed Tbk
Lampiran 3. Prosedur Melakukan Nekropsi
1. Basahi bulu dengan larutan desinfektan untuk membatasi penyebaran bulu saat
dilakukannya pembedahan.
2. Tempatkan burung dengan posisi terlentang dan kakinya menghadap ke arah anda.
3. Pegang kedua kaki dan tekan kemudian jauhkan dari pelvis untuk melonggarkan tulang
sendi
4. Berdirikan bulu-bulu di atas abdomen dan potong dengan gunting atau pisau.
5. Hilangkan kulit penutup abdomen dan dada (dari leher sampai kloaka).
6. Periksa otot dada terhadap penurunan mas atot atau kepucatan (anemia), atau memar.
7. Iris otot abdominal dan potong hingga mencapai begian rusuk tepat pada sisi tulang.
8. Pegang dan tarik tulang dekat dengan abdomen dan menarik ke atas untuk membuka
organ internal dan rongga dada.
9. Periksa hati dan terhadap perubahan pada ukuran atau perubahan warna, noda-noda putih
atau kuning, abses atau tumot.
10. Periksa kantung udara terhadap peningkatan ketebalan dan perubahan warna menjadi
gelap/suram. Permukaan kantung udara yang normal terlihat seperti gelembung sabun
atau lapisan kaca yang tipis yang bersih.
11. Potong traktus gastrointestinal (GI) diantara oesophagus dan proventrikulus.
12. Hilangkan proventrikulus, ventrikulus (gizzard), usus kecil, usus besar, caeca, dan potong
pada kloaka. Pankreas juga akan dihilangkan. Pankreas agak merah muda menggantung
disekitar duodenum (bagian dari usus kecil).
13. Potong segala jenis perlekatan yang terdapat pada usus kecil dan kesampingkan terlebih
dahulu organ gastrointestinal (GI). Pada akhir nekropsi, organ-organ ini dapat di buka dan
diperiksa terhadap parasit internal.
14. Selanjutnya, hilangkan hati dan limpa. Perubahan warna hijau dari hati dekat kantung
empedu normal ditemukan. Limpa kemerah-merahan mengelilingi organ yang berlokasi
pada pertemuan proventrikulus dan gizzard.
15. Sekarang anda dapat mengamati organ-organ yang berlokasi dekat tulang belakang karkas.
16. Periksa ginjal yang merupakan organ dengan bentuknya yang memanjang, berlobus, dan
melekat pada tulang belakang burung. Dan ovarium/oviduct bagian kiri (atau sepasang
testis jika burung berkelamin jantan) yang terletak tepat di atas ginjal.
17. Paru-paru yang letaknya melekat pada tulang rusuk, dapat dengan lembut dikeluarkan dari
rongga rusuk atau pemeriksaan lebih lanjut.
18. Keadaan permukaan organ jantung juga harus diperiksa untuk melihat kemungkinan
terjadinya perubahan warna menjadi lebih suram ataupun terjadinya penebalan organ
yang dapat mengacu pada terjadinya perikarditis. Juga perlu diperhatikan adanya cairan
berlebih yang mungkin terdapat di antara jantung dan pericardium (membrane yang
melapisi jantung).
19. Selanjutnya, balikkan posisi burung hingga menghadap anda lalu potong sudut paruh
burung.
20. Luaskan daerah pemotongan hingga menembus tenggorokan dan akhirnya turun hingga
mencapai jantung.
21. Periksa permukaan bagian dalam oesophagus dan lalu ambil. Lihat dengan teliti apabila
masih tedapat sisa makanan atau parasit (cacing). Apabila permukaan bagian dalam
oesophagus terlihat menyerupai handuk, hal itu kemungkinan merupakan indikasi adanya
infeksi jamur yang disebut crop mycosis.
22. Selanjutnya potong larynx, trachea, dan syirinx. Pastikan permukaan bagian dalamnya
bebas dari mucus yang berlebihan.
23. Balikkan kembali burung seperti posisi semula yaitu kaki burung menghadap ke arah
anda.
24. Nervus sciatic yang terletak bagian dalam paha atas (terletak tepat dibawah otot) haruslah
disingkap dengan kedua kaki. Kedua nervus ini haruslah memiliki ukuran yang sama
tanpa adanya pembengkakan. Apabila terjadi pembesaran pada nervus ini, dapat
merupakan indikasi terjadinya penyakit mareks.
25. Dengan pisau yang tajam, potong persendian lutut dan tumit untuk melihat adanya
nanah/pus berwarna kuning/putih, darah ataupun adanya cairan berlebih. Persendian
seharusnya terlihat megkilap dan putih dengan hanya sedikit cairan bening dan lengket di
dalamnya.
26. Untuk menemukan bursa fabricius, potong kloaka dan lihat adanya bentukan seperti
anggur yang mengarah pada bagian pantat unggas. Semakin tua usia burung, ukuran bursa
akan semakin kecil. Ukuran bursa akan semakin berkurang sejalan dengan tercapainya
dewasa kelamin burung tersebut.
27. Potong bursa menjadi 2 bagian, dan anda akan menemukan kerutan-kerutan tersusun
paralel satu sama lain pada perumukaan bursa dan akan terlihat warna cream. Catat
apabila terdapat perubahan warna ataupun terjadi kebengkakan.
28. Sekarang kembali pada traktus gastrointestinal, dan mulai dengan proventrikulus lalu
dipotong menurut panjangnya. Dinding dalam organ tidaklah rata dan merupakan hal
yang normal pada setiap glandula pencernaan.
29. Potong ventrikulus, intestinal, dan caeca. Perhatikan tampilan dinding mukosa bagian
dalam dan keberadaan parasit (cacing), darah, ataupun terjadinya penebalan atau
perubahan warna permukaan.
30. Tempatkan karkas dengan baik dan desinfeksi peralatan dan tempat dilakukannya
nekropsi.
Lampiran 4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan feses
Jadwal pengambilan sampel feses
Umur Uji Feses
Oocyte Worm Egg
14 hari V
21 hari V
28 hari V
8 minggu V V
12 minggu V V
16 minggu V
Berikutnya setiap V
4 minggu sekali

b. Pengambilan Sampel Darah

Uji ELISA Uji HI


Umur M M CAV Aden A I IB Re A N Coryza
G S o E B D o I D
1 hari GP GP GP GP GP V GP
18 hari V
5 GP GP V V
minggu
10 V V GP V V
minggu
16 V V V GP V V V V V
minggu
20 V V GP V V V
minggu
25 V V V V V V
minggu
30 V V GP V V V
minggu
35 GP GP V V V V
minggu
40 GP GP
minggu
43 V V V V V
minggu
48 GP GP
minggu
53 V GP V V
minggu
58 GP GP
minggu
63 V V
minggu

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Mhs 2011
    Daftar Mhs 2011
    Dokumen16 halaman
    Daftar Mhs 2011
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • PR Sistema Kulit
    PR Sistema Kulit
    Dokumen5 halaman
    PR Sistema Kulit
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Drh. Dodik
    Drh. Dodik
    Dokumen2 halaman
    Drh. Dodik
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Radiologi Uun
    Radiologi Uun
    Dokumen22 halaman
    Radiologi Uun
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Ehrlichiosis
    Ehrlichiosis
    Dokumen35 halaman
    Ehrlichiosis
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    0% (1)
  • Perbedaan Ehrlichiosis
    Perbedaan Ehrlichiosis
    Dokumen1 halaman
    Perbedaan Ehrlichiosis
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan PPDH
    Laporan Kegiatan PPDH
    Dokumen82 halaman
    Laporan Kegiatan PPDH
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Lamaran Dan CV Fix
    Lamaran Dan CV Fix
    Dokumen6 halaman
    Lamaran Dan CV Fix
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Bismillah Ihb Hypokalsemia
    Bismillah Ihb Hypokalsemia
    Dokumen12 halaman
    Bismillah Ihb Hypokalsemia
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Ibuk
    Ibuk
    Dokumen4 halaman
    Ibuk
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Lamaran Dan CV Fix
    Lamaran Dan CV Fix
    Dokumen6 halaman
    Lamaran Dan CV Fix
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Lamaran Dan CV Fix
    Lamaran Dan CV Fix
    Dokumen6 halaman
    Lamaran Dan CV Fix
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • PR Sistema Kulit
    PR Sistema Kulit
    Dokumen5 halaman
    PR Sistema Kulit
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen5 halaman
    COVER
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Cover DEPAN
    Cover DEPAN
    Dokumen4 halaman
    Cover DEPAN
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Parasit Uun
    Parasit Uun
    Dokumen20 halaman
    Parasit Uun
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    100% (1)
  • DAFTAR PERTANYAAN DRH
    DAFTAR PERTANYAAN DRH
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PERTANYAAN DRH
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Mikro Uun
    Mikro Uun
    Dokumen9 halaman
    Mikro Uun
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Parasit Uun
    Parasit Uun
    Dokumen20 halaman
    Parasit Uun
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    100% (1)
  • Tugas Mikrobiologi Dan Virologi
    Tugas Mikrobiologi Dan Virologi
    Dokumen2 halaman
    Tugas Mikrobiologi Dan Virologi
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Biosintesis S
    Biosintesis S
    Dokumen2 halaman
    Biosintesis S
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Cover Oh Kucing
    Cover Oh Kucing
    Dokumen4 halaman
    Cover Oh Kucing
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Cover Repro
    Cover Repro
    Dokumen8 halaman
    Cover Repro
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Cover Repro
    Cover Repro
    Dokumen6 halaman
    Cover Repro
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • A. Pola Tertutup
    A. Pola Tertutup
    Dokumen3 halaman
    A. Pola Tertutup
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Cover Pararsit
    Cover Pararsit
    Dokumen5 halaman
    Cover Pararsit
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat
  • Cover Oh Anjing
    Cover Oh Anjing
    Dokumen5 halaman
    Cover Oh Anjing
    Fitriyatun Nisa Zulisa
    Belum ada peringkat