PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia perunggasan hingga saat ini terus mengalami kemajuan yang
sangat cepat. Kemajuan juga terasa di dalam negeri, hal tersebut dibuktikan
dengan berdirinya perusahaan peternakan unggas modern, baik itu dalam
bidang breeding(pembibitan), pemeliharaan ternak unggas maupun produksi
pakan dan obat-obatan unggas. Meningkatnya kemajuan peternakan unggas di
Indonesia merupakan peluang yang cukup baik bagi perusahaan pembibitan
karena tanpa adanya produksiday old chick(DOC) dari suatu perusahaan
pembibitan, peternak akan sulit menjalankan usahanya. Produksi sebuah
perusahaan peternakan sangat berhubungan dengan kualitas dan kuantitas
bibit ayam yang digunakan. Bibit yang baik dapat diperoleh dari perusahaan
pembibitan (breeder farm) yang memiliki prinsip manajemen pembibitan
yang benar. Peternakan pembibitan selalu berusaha untuk menghasilkan telur
dengan fertilitas dan daya tetas yang tinggi.
Produktivitas yang tinggi dan bagus pada sebuah usaha pembibitan
dapat tercapai dengan optimal dengan adanya sistem biosecurity dan sanitasi.
Biosecurity dan sanitasi merupakan aspek yang sangat penting karena mampu
mencegah adanya penularan penyakit baik antar hewan, pekerja ke hewan dan
lingkungan luar dengan hewan. Penerapan biosecurity dan sanitasi dapat
berupa pemberian imunitas (vaksinasi), kebersihan pekerja, pembasmian
hama, dan kebersihan area farm. Produksi yang baik khususnya pada industri
pembibitan adalah dengan fertilitas dan daya tetas telur yang baik. Telur tetas
yang baik dapat diperoleh dari pemeliharaan yang baik pula, terutama diawal
pemeliharaan yaitu pada fase starter. Tatalaksana fase starter akan
mempengaruhi fase-fase berikutnya yaitu fase growing dan fase laying.
Apabila fase starter baik maka fase growing dan laying juga akan baik serta
akan berproduksi dengan baik pula.
Perusahaan pembibitan unggas yang sudah banyak berkontribusi pada
bangsa Indonsia antara lain PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division
Unit 2 Sukodermo Tbk. Perusahaan tersebut telah bergerak dalam industri
peternakan yang berkesinambungan, salah satunya usaha pembibitan unggas
potong (broiler). Salah satu lokasi pembibitan broiler oleh PT JCI adalah unit
1
breeding di Sukodermo, Purwosari Pasuruan atau MB 2 Sukodermo. Unti
usaha dari PT JCI tersebut bergerak dibidang breeding farm ayam broiler,
yang menghasilkan telur tetas sebagai produk utamanya dengan strain ayam
Lohman Indian River. Perusahaan ini memiliki farm yang tersebar di
Indonesia, sehingga menjadikan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. dapat
digunakan sebagai sarana dan prasarana sebagai tempat pelatihan dan
penelitian.
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya merupakan proses pendidikan untuk menghasilkan
dokter hewan yang unggul dalam intelektual dan terampil dalam lapangan.
Kegiatan PPDH ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, meningkatkan
keterampilan dan kemampuan para calon dokter hewan terutama dalam
bidang medik veteriner dan industri peternakan.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui peran dan fungsi profesi dokter hewan dalam industri
perunggasan.
b. Mengetahui alur produksi unit farm dan unit breeding perusahaan
perunggasan.
c. Mengetahui capaian indeks keberhasilan perusahaan breeding
perunggasan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Koasistensi Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) Industri Pilihan Unggas ini adalah mendapatkan pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan khususnya di bidang industri perunggasan sesuai
dengan profesi dokter hewan serta meningkatkan kemampuan dan pemahaman
2
mahasiswa PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya tentang
pembangunan peternakan unggas, manajemen peternakan unggas, pembibitan
(breeding farm) dan upaya-upaya pencegahan, penanganan serta pengendalian
penyakit unggas di lokasi koasistensi industri pilihan, serta meningkatkan kerja
sama antar perguruan tinggi denganstake holder atau perusahaan.
3
BAB II
ANALISIS SITUASI
4
PT Multibreeder Adirama Indonesia dengan bisnis utama pembibitan ayam. Pada
tahun yang sama Japfa juga melakukan pengambilalihan terhadap PT Ciomas
Adisatwa yang bergerak dalam pengolahan unggas dan Suri Tani Pemuka dengan
budidaya udang. Berbagai rangkaian akuisisi ini mendukung perusahaan menjadi
salah satu perusahaan produsen unggas dan udang terbesar di Indonesia.
Japfa beroperasi dengan didukung oleh beberapa divisi antara lain Divisi
Perunggasan, Divisi Daging, Divisi Aquaculture dan beberapa divisi bisnis
lainnya. Pada divisi unggas, Japfa berperan sebagai salah satu produsen unggas
terintegrasi secara global. Divisi ini memproduksi pakan unggas, DOC
pembibitan dan pengolahan ayam. Tiap tahunnya divisi ini memberikan kontribusi
keuangan kepada perusahaan sebesar 83% dari total penjualan. Pada divisi daging,
perusahaan beroperasi dalam 3 tahap produksi utama yakni pembibitan,
perawatan, serta pengolahan sapi potong. Divisi ini terbagi dalam dua nama,
yakni PT Santosa Agrindo dan PT Austasia Stockfeed. Pada divisi aquaculture,
Japfa berkembang dengan budidaya udang lokal yang tumbuh untuk komoditas
ekspor. Hingga saat ini Japfa terus menyebar melalui anak-anak perusahaan serta
jaringan produksi yang tersebar di beberapa kota-kota besar di Indonesia.
5
Gambar 2.1 Denah Lokasi Perusahaan
6
mengupdate data produksi seperti hasil telur, populasi
pakan, air minum dan berat badan ayam
Depo unit : bertugas untuk mengurusi penjualan ayam dan telur di
unit, pengiriman telur ke depo sentral, mengurus surat
pengiriman telur serta membantu sebagai koordinator
dan OVK pada saat ayam fase starter dan grower
Post mortem : bertugas untuk melakukan pemeriksan post mortem
pada bangkai ayam dan melaporkan kasus kematian
pada dokter hewan
Sigap/keamanan : bertugas menjaga keamanan di lingkungan farm
Animal Health : bertugas mengawasi dan memastikan bahwa tata
laksana pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan prosedur (dokter hewan)
Manajer Farm
2.5 Sistem Operasional Perusahaan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo di
Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan berdiri pada tanggal 3 Oktober
Supervisor Supervisor
tahun 1983 yang bergerak di bidang pemeliharaan ayam parent stock layer. PGA
PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo
Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, dipimpin oleh seorang Manager
Asisten Asisten Sup. Adm Recording Post Depo FA UnitGA Unit
Adm
Sigap
yang mengerahkan,
Supervisor mengendalikan,
Teknik Oracle mengevaluasi
Unit serta bertanggung
Mortem jawab
Unit PGA
penuh farm dan staf serta karyawan yang dipimpinnya. Manager mempunyai
staf dalam mengelola farm. Sistem kerja di MB 2 Purwosari terbagi atas 2
kategori sesuai dengan masa pemeliharaan ayam, yaitu masa brooding dan
Operator Operator Operator Vaksin Driver
masa lepas
Kandang brooding
Teknik jumlah kandang di MB 2 ini berjumlah 25 kandang
dan Grading
Jantan Sanitasi
Operator
tebagi dalam 3 flock setiap flock terdiri dari 6-7 kandang. Pada saat masa
dan
Loundry
produksiaktivitas kinerja semua karyawan dan stafyang bekerja didalam farm Nestpad
dimulai pukul 07.00-15.00 WIB. Operator
Pakan dan
Potong
Pleaner
Rambut
7
8
BAB III
METODE KEGIATAN
4.1 Tugas Pokok dan Peran Dokter Hewan dalam Industri Perunggasan
Sebuah perusahaan peternakan harus selalu menempatkan dokter hewan
sebagai ujung tombak dalam menjaga kualitas kesehatan produk yang dihasilkan.
Secara garis besar, dokter hewan dalam operasional berperan sebagai konsultan
kesehatan ternak, perencana jadwal vaksinasi dan penanganan biosecurity.Hal
tersebut sesuai dengan amanat UU No. 41 th 2014, dimana dokter hewan
mempunyai kewenangan dalam hal sistem kesehatan hewan nasional
(siskeswanas). Sehingga penyebaran penyakit dapat diberantas melalui
pencegahan serta pengobatan, penjaminan keamanan produk untuk diedarkan dan
menetapkan keputusan dalam hal manajemen kesehatan hewan dan.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeder Division Unit 2 Sukodermo
menugaskan seorang dokter hewan untuk mampu menegakkan diagnosa penyakit
dan pemilihan treatment obat yang diberikan pada suatu populasi ayam yang
diambil berdasarkan pemeriksaan nekropsi terhadap perubahan patologi anatomi
pada ayam yang mati. Serta berperan penting dalam melakukan studi untuk
membandingkan kondisi ayam terdapat pengaruh perubahan lingkungan yang
berpengaruh pada hasil evaluasi program kesehatan yang dijalankan pada farm.
Dokter hewan juga terlibat dalam pengujian sampel untuk memonitoring penyakit
pada unggas baik yang menular maupun tidak menular. Kemudian memutuskan
tindakan selanjutnya setelah adanya penemuan fakta penyakit di lapangan untuk
dilakukan pencegahan atau pengobatan. Guna pelaksanaan program kesehatan
dokter hewan berkoordinasi dengan manager farm dan supervisior bidang
kesehatan agar program kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
4.2 Fungsi Dokter Hewan dalam Bidang Biosecurity dan Sanitasi Farm
Dalam peternakan biosekuriti merupakan konsep integral yang
mempengaruhi suksesnya system produksi ternak khususnya dalam rangka
mengurangi resiko karena masuknya penyakit menular maupun tidak menular.
Apabila biosekuriti dilaksanakan secara baik, benar dan disiplin maka target
produktivuitas ternak dan efisiensi ekonomi akan tercapai karena kesehatan ternak
yang terjaga. Oleh karena itu sebagai bagian dari sistem manajemen peternakan
biosekuriti adalah sangat penting.
Ruang lingkup bisosecurity peternakan: 1. Biosecurity konseptual. adalah
dasar seluruh program pengendalian penyakit sperti: Lokasi kandang suatu
peternakan, pengaturan jenis dan umur ternak. 2. Biosekuriti struktural, adalah
sesuatu yang berhubungan dengan konstruksi kandang, arah kandang /tata letak
peternakan, pemisahan /batas-batas unit peternakan, pengaturan saluran limbah
peternakan, alat sanitasi dan dekontaminasi, sarana dan prasarana kandang. 3.
biosekuriti operasional, merupakan implementasi sistem operasional dan prosedur
(SOP) manajemen untuk pengendalian penyakit
Sanitasi, biosafety dan biosecurity merupakan sesuatu upaya yang
seharusnya didesain secara bersama dalam suatu perencanaan dan harus
dilaksanakan secara disiplin di peternakan agar di dapatkan suatu peternakan
dengan performen (ekonomis dan produktif) yang baik. Walaupun ketiga hal
diatas adalah mempunyai pengertian berbeda namun dalam perencanaan dan
operasional ketiga hal diatas harus dilaksanakan terpadu dan dapat disingkat
dalam satu kata yaitu biosekurity. Beberapa sarana biosecurity tersebut
diantaranya: 1. Desinfeksi. 2. Desinsektisasi. 3.Fumigasi.
Biosecurity dan sanitasi merupakan suatu sistem dan penerapan manajemen
untuk mengurangi atau mencegah potensi transmisi perkembangan organisme
yang menimbulkan penyakit infeksius (Larson, 2013). Biosecurity dan sanitasi
yang tidak memenuhi kriteria dapat menjadi penyebab masuknya agen-agen
penyakit. Penerapan biosecurity dan sanitasi yang ketat dalam suatu farm dapat
meminimalisir kerugian dan risiko yang ditimbulkan dari adanya agen penyakit
yang bersifat zoonosis maupun non zoonosis seperti pengaturan lalulintas di area
farm, vaksinasi dan pemberantasan hama. Peran dokter hewan sangat penting
untuk memastikan semua program harus berjalan sesuai prosedur dan semua
pihak yang terlibat harus mematuhi peraturan program biosecurity yang ada
(Risnajati, 2011).
Proses sanitasi pada lingkungan atau zona farm dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu mengontrol vektor (pemberantasan tikus dengan rodentisida,
pembasmian serangga dengan insektisida, dan mencegah burung liar masuk
kandang), perlakuan terhadap ayam yang telah mati di farm (setiap hari ayam
yang mati dimasukkan ke dalam karung lalu dibuang ke dalam disposal atau
dibakar), mengontrol kebersihan (menjaga kebersihan di service pen kandang dari
tumpahan pakan, cangkang telur, dan sampah sisa makanan serta botol bekas
vaksin tidak boleh tertinggal dan harus dibakar atau dimasukkan disposal yang
sebelumnya direndam larutan desinfektan), menjaga kebersihan di zona dalam dan
luar gudang pakan, ruang obat vaksin kimia (OVK), telur, dan peralatan (Shane,
2005). Proses sanitasi pada lingkungan harus dilakukan setiap hari oleh operator
dan wajib dilaporkan kepada dokter hewan untuk dapat mencegah agen-agen dari
luar yang dapat mengganggu proses produksi.
4.2.2 Vaksinasi
Vaksinasi merupakan tindakan memasukkan agen penyakit yang telah
dilemahkan dengan tujuan untuk memberi aspek kekebalan pada tubuh individu
sehingga agen penyakit tidak dapat masuk kedalam tubuh. Vaksinasi merupakan
metode yang aman digunakan untuk memutus rantai terjadinya penyakit-penyakit
infeksius seperti Avian influnza (AI), Gumboro (IBD) dan Newcastle disease
(ND). Kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi dapat mencegah adanya
kerugian yang dapat diderita oleh perusahaan dan keamanan pangan hasil
produksi hewan atau pangan asal hewan. Kekebalan tersebut diharapkan dapat
melindungi individu yang bersangkutan terhadap infeksi penyakit di alam.
Program vaksinasi di PT JCIFarm merupakan tanggung jawab dokter
hewan. Sebelum pelaksanaan vaksinasi, dokterhewan melakukan kontrol
kesehatan ayam oleh dokter hewan karena ayam yang akan divaksin tidak boleh
dalam keadaan sakit melalui perhitungan titer antibodi terhadap paparan penyakit.
Kontrol kesehatan dengan memeriksa ayam pada malam hari dan pagi hari saat
makan. Penanganan vaksin harus diperhatikan pengawasannya oleh dokter hewan
karena jika salah dalam penanganan, maka akan menyebabkan terjadinya wabah
penyakit. Penanganan vaksin yang harus diperhatikan antara lain penerimaan
vaksin, penyimpanan vaksin, distribusi vaksin ke kandang, dan cara-cara
pemberian vaksin dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan kondisi dari
lingkungan sekitar, karena program vaksinasi dibuat untuk mencegah kejadian
penyakit sesuai dengan kondisi lingkungan peternakan(Darmawi dan Hambal
2011).
Keuntungan pemberian vaksin adalah mencegah timbulnya gejala klinis
dan kematian, mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas serta meningkatkan
kekebalan ayam terhadap suatu penyakit. PT. Japfa Comfeed Indonesia Breeding
Division Unit 2 Sukodermo telah mengembangkan vaksin untuk dikomersialkan
dan dipakai kalangan perusahaan sendiri dengan merk dagang Vaksindo. Vaksin
tersebut diantaranya untuk pencegahan terjadinya penyakit AI, ND, IBD dan
Mareks pada ayam.
Proses distribusi vaksin dilakukan di security gate 1 oleh tim Health and
Disease Control (HDC). Vaksin yang diterima harus dalam keadaan tertutup rapat,
sesuai dengan proposal, kondisi utuh, segel tidak rusak, tidak mengalami
perubahan warna, dan untuk vaksin killed, adjuvannya masih homogen. Vaksin
disimpan di dalam kulkas khusus vaksin dengan suhu 2-8 oC. Penyimpanan vaksin
di dalam kulkas sebaiknya tidak terlalu padat supaya temperatur dapat terjaga dan
merata (Usman and Diarra, 2008). Untuk mengontrol temperatur kulkas,
ditempatkan termometer dan alarm di dalam kulkas sehingga ketika alarm
berbunyi maka temperatur kulkas di luar temperatur yang diatur.
Gambar 4.4 Program Vaksinasi
Sebelum dilakukan distribusi vaksin ke kandang sebaiknya dilakukan
perhitungan vaksin yang akan digunakan sesuai dengan populasi ayam yang akan
dilakukan vaksinasi. Distribusi vaksin ke kandang menggunakan termos dingin
atau styrofoam dengan ice pack. Sebaiknya juga dipisahkan tempat membawa
vaksin live dan vaksin killed. Untuk vaksin live dikeluarkan dari termos dingin
hanya saat akan dilarutkan dengan diluent dan digunakan sehingga dalam waktu 2
jam vaksin harus sudah habis. Untuk vaksin killed dikeluarkan dari termos dingin
2-3 jam sebelum digunakan supaya mengurangi efek cool shock. Program
vaksinasi yang dilakukan bertujuan untuk mencegah berbagai macam bibit
penyakit yang akan menyerang sistem kekebalan tubuh ayam, antara lain seperti
penyakit Afian influenza yang dicegah dengan vaksin AI Killed 1 dengan metode
injeksi intra musculer. Selain itu penyakit Newcastle disease yang dicegah dengan
vaksin ND Killed dengan metode injeksi intra musculer. Kegiatan vaksinasi
dilakukan secara rutin dibawah pengarahan dokter hewan dan harus sesuai dengan
dosis serta umur ayam.Peralatan penunjang, seperti spuit injeksi, jarum injeksi
berukuran 0,9 mm (22 G) untuk growing dan laying, injektor, tissue, alkohol, box
vaksin, dan selang bagi spuit injeksi.
Program vaksinasi yang dilakukan merupakan vaksinasi booster atau
ulangan karena ayam telah memasuki umur 47 minggu. Dosis pemberian untuk
masin-masing vaksin baik AI maupun ND adalah 0,5 mL IM (gambar 4.
4).Darmawi dan Hambal (2011) menyatakan bahwa hasil vaksinasi yang protektif
terhadap suatu virus harus diterapkan dengan metode vaksinasi yang tepat.
Indikasi vaksinasi yang baik dievaluasi berdasarkan kemampuan vaksin
merangsang pembentukan antibodi. Untuk mengetahui titer antibodi yang muncul,
dilakukan tes darah yang dilakukan 14 hari pasca vaksinasi.
4.2.3 Pemberantasan Hama
Usaha peternakan khususnya pembibitan erat kaitannya dengan keberadaan
hama pengganggu seperti tikus dan lalat. Hama tersebut dapat menimbulkan
kerugian pada usaha peternakan karena dapat menurunan produksi ayam.
a. Tikus
Gambar 4.6 Tata letak kandang PT. Japfa Comfeed Indonesia Poultry Breeding Division
unit II Purwosari
Kandang fase starter pada brooder terdapat heater yang berfungsi sebagai
penghangat atau penjaga suhu ruangan agar tetap nyaman untuk anak ayam
(DOC) (Prihandanu et al., 2015). Kadar amonia yang tinggi yang disebabkan
karena penumpukan feses dalam kandang tidak baik bagi ayam pedaging. Lantai
kandang untuk ayam pembibit biasanya menggunakan sistem litter atau slat dan
litter(Sadarman et al., 2011).
Ukuran kandang di PT. Japfa unit 02 Purwosari yaitu 12 x 120 m yang
memiliki kapasitas populasi 6000 ekor ayam setiap kandang dengan persentase
ayam jantan 10-11% dari populasi ayam betina. Rasio ayam jantan dan
betina perlu diperhatikan dengan baik karena jumlah jantan yang
terlalu sedikit berdampak pada jumlah betina yang tidak dibuahi,
sedangkan jumlah jantan yang terlalu banyak dapat
menyebabkan jantan berkelahi (Kurniawan dkk., 2014).Jarak antar
kandang adalah 12 m atau setara dengan lebar satu kandang agar pengunaannya
lebih mudah dan resiko menularnya penyakit dari satu kandang ke kandang yang
lainnya bisa diminimalisir. Secara umum, unsur-unsur perkandangan di dalam
farm dijelaskan sebagai berikut;
4.3.1 Atap Kandang
Atap kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari cuaca panas dan
dingin. Atap kandang terbuat dari seng bergelombang dan berwarna putih bagian
luarnya berfungsi untuk memantulkan sinar matahari. Atap bagian dalam dilapisi
oleh foam setebal 2 cm yang berfungsi sebagai penahan panas matahari supaya
suhu di dalam kandang tetap hangat di malam hari. Bentuk atap kandang PT. Japfa
Comfeed Indonesia Breeding Division Unit 2 Sukodermo mempunyai dua sisi
menyamping dan menggunakan sisitem atap monitor dengan kemiringan 25
supaya suhu di dalam kandang tidak terlalu panas dan pertukaran udara di dalam
kandang bias terjaga. Menurut Priyatno (2005),atap kandang berfungsi untuk
melindungi ternak yang ada di dalam kandang dari panas matahari langsung dan
curah hujan.
Bagian-bagian dari covint feeder sama dengan chain feeder yaitu through
loop yang merupakan tempat atau wadah pendistribusian pakan, chain loop (rantai
loop) yaitu rantai di dalam through loop yang digunakan untuk menjalankan
pakan dari box pakan (hopper) ke seluruh through loop secara merata, dan grill
yaitu penutup through loop.Dibandingkan dengan chain feeder pada covint feeder
jumlah hopper lebih sedikit yaitu hanya menggunakan 3 hopper yang terletak di
bagian inlet kandang dan pada through loop ditutup dengan pipa. Pemberian pipa
penutup bertujuan agar ayam tidak makan sebelum waktunya.
Pan feedermemiliki beberapa bagian diantaranya feeder pan, lower cone,
upper cone, inside grill, outside grill, adjustment knob, adjuster ring, anti-swing
piece, dan top support. Inside griil dan outside griil digunakan untuk mengatur
kapasitas jumlah ayam per pan feeder dan menyesuaikan lubang feeder
pandengan kepala ayam betina. Adjuster ring digunakan untuk mengatur jumlah
pakan yang masuk kedalam feeder pan yang disesuaikan dengan kebutuhan pakan
per ekor ayam. Pan feeder menggunakan bantuan besi ulir yang terus berputar
didalam pipa berukuran 3 dim dan pakan ada didalam tempat makan. Pan feeder
mempunyai bagian yang disebut dengan bins sebagai tandon sementara pengisi
pakan yang siap untuk didistribusikan ke tempat ayam makan. Semua alat
menggunakan sensor elektrik sehingga dapat berfungsi sesuai jadwal pemberian.
Pemberian pakan pada ayam jantan masih menggunakan alat manual
berbentuk pipa persegi yang diletakkan ditengah-tengah kandang. Ketinggian alat
makan disesuaikan dengan tinggi ayam jantan sehingga ayam betina tidak dapat
meraih pakan untuk ayam jantan. Pemberian pakan pada ayam jantan
menggunakan cara manual yang dilakukan oleh operator kandang dan diisi
kembali setelah waktu makan ayam habis kemudian ditutup pipa paralon dan
dinaikkan sehingga ayam tidak dapat makan. Kapasitas pipa untuk makan ayam
yaitupanjang pipa permeter untuk 10 ekor ayam yang saling berhadapan.
5.1 Saran
a) Lalu lintas kendaraan yang keluar masuk hatchery dan farm sebaiknya
terpisah, guna mengurangi resiko terkadinya cross contamination dilihat
dalam segi keberadaan bangunan yang bersebelahan.
David, M.E. 2013. M.E. 2000. Poultry Science. Interstate Publishing. New York.
Kurniawan, I.A., A.A Kartini dan M. Hartawan. 2014. Retensi Protein dan Nilai
Organoleptik Daging Broiler yang diberi Kedele Asam dalam Air
Minum Ternak Selama Pemeliharaan(1-5 Minggu). J. Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak. Vol 4 No. 1
Mulya 2009. Produktivitas Unggas Pada Suhu Yang Meningkat Prakiraan dan
Manfaat Iklim Untuk Mendukung Pengembanagan Pertanian Tahun
2020. Prosiding Simposium II Metereologi Pertanaian Bogor.
Prihandanu, R., A. Trisanto, dan Y. Yuniati. 2015. Model sistem kandang ayam
closed house otomatis menggunakan omron sysmac CPM1A 20-CDR-
A-V1. J. Rekayasa dan Teknologi Elektro.Vol 9. (1) : 54-62.
Rachmawati, A dan Soeripto. 2010. Infeksi Mycolasma pada ayam. Wartazoa Vol.
20 No. 4.
Usman, B.A. and S.S. Diarra. 2008. Prevalent diseases and mortality in egg type
layers: An overview. Int. J. Poult. Sci. 7(4): 304 310.
Lampiran 1. Perbandiang Jenis Kelamin dan Berat Badan Mingguan
Usia Jantan Betina
(minggu) (gram) (ggram)
24 2.830 3.700
25 2.970 3.830
26 3.105 3.920
27 3.230 3.990
28 3.320 4.055
29 3.395 4.080
30 3.435 4.110
31 3.470 4.140
32 3.495 4.170
33 3.520 4.200
34 3.540 4.230
35 3.560 4.260
36 3.580 4.290
37 3.600 4.320
38 3.620 4.350
39 3.640 4.380
40 3.660 4.410
41 3.680 4.440
42 3.700 4.470
43 3.720 4.500
44 3.740 4.530
45 3.760 4.560
46 3.780 4.590
47 3.800 4.620
48 3.820 4.650
49 3.840 4.680
50 3.860 4.710
51 3.880 4.740
52 3.900 4.770
53 3.920 4.800
54 3.940 4.830
55 3.960 4.860
56 3.980 4.890
57 4.000 4.920
58 4.020 4.950
59 4.040 4.980
60 4.060 5.010
61 4.080 5.040
62 4.100 5.070
63 4.120 5.100
64 4.140 5.130
65 4.160 5.160
Sumber : PT. Japfa Comfeed Tbk
Lampiran 2. Presentase produksi dari awal produksi-afkir
Usia (minggu) (%)
24 <5
25 5,6
26 22,1
27 52,7
28 74,4
29 83,6
30 87,4
31 88,3
32 87,7
33 86,5
34 85,4
35 84,3
36 83,3
37 82,2
38 81,0
39 80,0
40 79,0
41 77,9
42 76,8
43 75,7
44 74,7
45 73,6
46 72,6
47 71,4
48 70,4
49 69,2
50 68,2
51 67,0
52 66,0
53 64,9
54 63,9
55 62,7
56 61,6
57 60,6
58 59,5
59 58,4
60 57,3
61 56,2
62 55,2
63 54,0
64 53,0
65 52,0
Sumber : PT. Japfa Comfeed Tbk
Lampiran 3. Prosedur Melakukan Nekropsi
1. Basahi bulu dengan larutan desinfektan untuk membatasi penyebaran bulu saat
dilakukannya pembedahan.
2. Tempatkan burung dengan posisi terlentang dan kakinya menghadap ke arah anda.
3. Pegang kedua kaki dan tekan kemudian jauhkan dari pelvis untuk melonggarkan tulang
sendi
4. Berdirikan bulu-bulu di atas abdomen dan potong dengan gunting atau pisau.
5. Hilangkan kulit penutup abdomen dan dada (dari leher sampai kloaka).
6. Periksa otot dada terhadap penurunan mas atot atau kepucatan (anemia), atau memar.
7. Iris otot abdominal dan potong hingga mencapai begian rusuk tepat pada sisi tulang.
8. Pegang dan tarik tulang dekat dengan abdomen dan menarik ke atas untuk membuka
organ internal dan rongga dada.
9. Periksa hati dan terhadap perubahan pada ukuran atau perubahan warna, noda-noda putih
atau kuning, abses atau tumot.
10. Periksa kantung udara terhadap peningkatan ketebalan dan perubahan warna menjadi
gelap/suram. Permukaan kantung udara yang normal terlihat seperti gelembung sabun
atau lapisan kaca yang tipis yang bersih.
11. Potong traktus gastrointestinal (GI) diantara oesophagus dan proventrikulus.
12. Hilangkan proventrikulus, ventrikulus (gizzard), usus kecil, usus besar, caeca, dan potong
pada kloaka. Pankreas juga akan dihilangkan. Pankreas agak merah muda menggantung
disekitar duodenum (bagian dari usus kecil).
13. Potong segala jenis perlekatan yang terdapat pada usus kecil dan kesampingkan terlebih
dahulu organ gastrointestinal (GI). Pada akhir nekropsi, organ-organ ini dapat di buka dan
diperiksa terhadap parasit internal.
14. Selanjutnya, hilangkan hati dan limpa. Perubahan warna hijau dari hati dekat kantung
empedu normal ditemukan. Limpa kemerah-merahan mengelilingi organ yang berlokasi
pada pertemuan proventrikulus dan gizzard.
15. Sekarang anda dapat mengamati organ-organ yang berlokasi dekat tulang belakang karkas.
16. Periksa ginjal yang merupakan organ dengan bentuknya yang memanjang, berlobus, dan
melekat pada tulang belakang burung. Dan ovarium/oviduct bagian kiri (atau sepasang
testis jika burung berkelamin jantan) yang terletak tepat di atas ginjal.
17. Paru-paru yang letaknya melekat pada tulang rusuk, dapat dengan lembut dikeluarkan dari
rongga rusuk atau pemeriksaan lebih lanjut.
18. Keadaan permukaan organ jantung juga harus diperiksa untuk melihat kemungkinan
terjadinya perubahan warna menjadi lebih suram ataupun terjadinya penebalan organ
yang dapat mengacu pada terjadinya perikarditis. Juga perlu diperhatikan adanya cairan
berlebih yang mungkin terdapat di antara jantung dan pericardium (membrane yang
melapisi jantung).
19. Selanjutnya, balikkan posisi burung hingga menghadap anda lalu potong sudut paruh
burung.
20. Luaskan daerah pemotongan hingga menembus tenggorokan dan akhirnya turun hingga
mencapai jantung.
21. Periksa permukaan bagian dalam oesophagus dan lalu ambil. Lihat dengan teliti apabila
masih tedapat sisa makanan atau parasit (cacing). Apabila permukaan bagian dalam
oesophagus terlihat menyerupai handuk, hal itu kemungkinan merupakan indikasi adanya
infeksi jamur yang disebut crop mycosis.
22. Selanjutnya potong larynx, trachea, dan syirinx. Pastikan permukaan bagian dalamnya
bebas dari mucus yang berlebihan.
23. Balikkan kembali burung seperti posisi semula yaitu kaki burung menghadap ke arah
anda.
24. Nervus sciatic yang terletak bagian dalam paha atas (terletak tepat dibawah otot) haruslah
disingkap dengan kedua kaki. Kedua nervus ini haruslah memiliki ukuran yang sama
tanpa adanya pembengkakan. Apabila terjadi pembesaran pada nervus ini, dapat
merupakan indikasi terjadinya penyakit mareks.
25. Dengan pisau yang tajam, potong persendian lutut dan tumit untuk melihat adanya
nanah/pus berwarna kuning/putih, darah ataupun adanya cairan berlebih. Persendian
seharusnya terlihat megkilap dan putih dengan hanya sedikit cairan bening dan lengket di
dalamnya.
26. Untuk menemukan bursa fabricius, potong kloaka dan lihat adanya bentukan seperti
anggur yang mengarah pada bagian pantat unggas. Semakin tua usia burung, ukuran bursa
akan semakin kecil. Ukuran bursa akan semakin berkurang sejalan dengan tercapainya
dewasa kelamin burung tersebut.
27. Potong bursa menjadi 2 bagian, dan anda akan menemukan kerutan-kerutan tersusun
paralel satu sama lain pada perumukaan bursa dan akan terlihat warna cream. Catat
apabila terdapat perubahan warna ataupun terjadi kebengkakan.
28. Sekarang kembali pada traktus gastrointestinal, dan mulai dengan proventrikulus lalu
dipotong menurut panjangnya. Dinding dalam organ tidaklah rata dan merupakan hal
yang normal pada setiap glandula pencernaan.
29. Potong ventrikulus, intestinal, dan caeca. Perhatikan tampilan dinding mukosa bagian
dalam dan keberadaan parasit (cacing), darah, ataupun terjadinya penebalan atau
perubahan warna permukaan.
30. Tempatkan karkas dengan baik dan desinfeksi peralatan dan tempat dilakukannya
nekropsi.
Lampiran 4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan feses
Jadwal pengambilan sampel feses
Umur Uji Feses
Oocyte Worm Egg
14 hari V
21 hari V
28 hari V
8 minggu V V
12 minggu V V
16 minggu V
Berikutnya setiap V
4 minggu sekali