PENDAHULUAN
Oleh sebab itu kami mengambil judul tahapan proses keperawatan yang
berfokuskan pada pengkajian, yang didalamnya dimana terdapat teori anamnesa atau
wawancara terhadap pasien.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu proses pengkajian keperawatan ?
b. Bagimana jenis dan sumber data pengkajian keperawatan ?
c. Apa saja area dalam pengkajian keperawatan ?
d. Bagaimana cara atau teknik pengumpulan data ?
e. Bagaimana pelaksanaan pengkajian keperawatan ?
f. Bagiamana menentukan anamnesa biodata, riwayat kesehatan, data
biopsikososial spritual ?
g. Bagaimana pengumpulan data Penunjang ?
BAB II
KAJIAN TEORI
2
2.1.1 Pengkajian
A. Pengertian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan.
3
Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat
penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh
adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan
untuk menentukan rencana tindakan medis.
c. Konsultasi
Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim
kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis
atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis.
Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan
diagnosa.
d. Hasil pemeriksaan diagnostik
Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat
digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan
dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik
dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari
tindakan keperawatan.
e. Perawat lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka
perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah
merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
f. Kepustakaan.
Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat
dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah
klien.Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat.
C. Area pengkajian
Area pengkajian pada pasien bisa meliputi sebagai berikut:
1. identifikasi informasi, hal yang perlu diidentifikasi seperti nama,
usia, pekerjaan dan sebagainya.
4
2. persepsi tentang penyakit dan situasi yang mencakup gejala klinis
dan alasan mencari bantuan dalam penangann penyakitnya.
3. Stressor yang mempengaruhi kesehatan pasien, bisa dikaji juga
tentang coping mechanisms yang dilakukan.
4. Gaya hidup. Bisa mencakup kegiatan dan bagaimana hal tersebut
dipengaruhi oleh penyakit.
5. Faktor-faktor sosio-kultural. Hal ini bisa saja menjadi pengaruh
kebutuhan kesehatan, mislanya keyakinan kepercayaan, praktek
kesukuan atau etnis.
6. Kebutuhan dasar. Meliputi keadaan psikologi dan juga kemampuan
pasien untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
5
direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan
keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan
teknik komunikasi terapeutik.
Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.Teknik verbal
meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien.Teknik non verbal meliputi mendengarkan
secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata.Mendengarkan secara
aktif merupakan suatu hal yang perlu dilatih.
Tahapan Wawancara/Komunikasi
a. Persiapan
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk terhadap klien,
karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling
percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak
boleh memaksa, atau memberi kesempatan kapan klien sanggup.
Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam
wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar
wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah
dengan memperkenalkan diri: nama, status, tujuan wawancara,
waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien
mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya
6
c. Isi/ tahap kerja
Fokus wawancara adalah klien
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaanya
Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan
terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan spiritual,
merasa diperhatikan
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara akan berakhir dan
tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan
pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai
keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika
diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk
pertemuan berikutnya.
2. Observasi (Pengamatan)
7
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang
sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk
pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997;
Kozier et al., 1995). Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan,
hasil data yang diperoleh misalnya: sclera mata berwarna kuning
(icterik), kulit kebiruan (ciyanosis), wajah pucat, dan lain-lain.
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
pendengaran dan dibantu dengan penggunaan statescope, misalnya:
mendengar bising usus, bunyi jantung, bunyi paru-paru, dan lain-lain.
Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara perabaan
terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan, misalnya:
perabaan pada bagian tubuh yang diduga adanya radang,
pembengkakan, pemeriksaan kehamilan, oedem, dan lain-lain.
4. Dokumentasi data
8
berfungsi sebagai nilai dasar untuk perubahan dalam status. Aturan umum
yang berlaku adalah, jika hal tersebut dikaji maka harus dicatat.
Kedua, pengamatan dan pencatatan status klien adalah tanggung
jawab legal dan profesional. Undang-undang praktik perawat disemua
negara bagian, dan mewajibkan pengumpulan data dan pencatatan sebagai
fungsi mandiri esensial untuk peran perawat profesional. Menjadi faktual
adalah mudah setelah hal tersebut menjadi kebiasaan.
9
Pengolahan data dilaksanakan mulai dengan mendengar hasil
wawancara berulang-ulang, membuat transkrip wawancara, membaca
dan meninjau transkrip serta menarik pernyataan yang signifikan,
mengelompokkan pernyataan yang signifikan, dan mengatur makna
yang dirumuskan ke dalam kelompok tema (Polite & Hungler, 2001).
Tingkat kepercayaan data dipertahankan dengan prolonged
engagement selama dua minggu, member checking dilakukan dengan
menunjukkan hasil penggelompokan pernyataan signifikan kepada
partisispan, dependability yaitu dengan membuat catatan selama
proses wawancara, confirmability dilaukukan dengan membicarakan
hasil wawancara sampai tema yang didapat dengan pembimbing
(Polite & Hungler, 2001; Sugiono, 2005).
Faktor pendorong perawat melakukan proses pengkajian
keperawatan antara lain: tahap proses keperawatan yang harus
dijalankan dan prosedur tetap rumah sakit dalam menerima pasien
baru. Melakukan pengkajian adalah proses pertama yang dilakukan
sebelum dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien (Alfaro-
LeFevre, 1994).
Metode pengumpulan data yang dilakukan perawat berdasarkan
hasil wawancara peneliti antara lain mengobservasi pasien secara
langsung, melihat catatan dari IGD, mewawancarai pasien dan
keluarganya, dan memeriksa fisik pasien dari kepala sampai ujung
kaki (Kozier et al., 2004). Dengan pelaksanaan proses pengkajian
keperawatan, perawat mendapatkan beberapa manfaat antara lain:
perawat merasa puas telah dapat melaksanakan tugasnya (Syaiin,
2008), bertambahnya pengetahuan dan pengalaman perawat (Kozier et
al., 2004), diketahuinya masalah yang terjadi pada pasien sehingga
dapat ditentukan diagnosanya, serta dapat dievaluasinya asuhan
10
keperawatan yang telah dilakukan (Kozier et al., 2004; Sand-Jecklin et
al., 2010).
Hasil wawancara dengan para informan didapatkan bahwa faktor
yang menghambat pelaksanaan proses pengkajian keperawatan antara
lain: kurangnya kemampuan perawat mengumpulkan data pengkajian
yang komperhensif, kurang motivasi diri, beban kerja yang tinggi
(Martini, 2007).
Pelaksanaan proses pengkajian keperawatan di ruang rawat inap
merupakan kegiatan komperhensif perawat yang membutuhkan ilmu
dan seni keperawatan yang baik.
Mengingat pentingnya pengkajian maka direkomendasikan agar
perawat mendapat pelatihan keterampilan melakukan pengkajian
keperawatan yang komperhensif dan berkesinambungan. Melalui
informasi yang didapat dari penelitian ini maka disarankan untuk
melakukan penelitian action research untuk menguji keefktifitasan
penerapan suatu model pengkajian keperawatan di ruang rawat inap.
2.2 Anamnesa
11
Anamnesa mencari masalah mengidentifikasi masalah
potensial klien, dan pengumpulan data selanjutnya difokuskan pada
masalah tersebut.Sebagai contoh, perawat menanyakan pada klien
tentang perubahan yang dialami dalam pecernaan, seperti kurang nafsu
makan, mual, muntah atau diare. Jika klien mengatakan bahwa
sebagian dari gejala ini dialaminya.
12
ditanyakan langsung.Tipe pertanyaan seperti ini sangat berguna dalam
mengumpulkan data biografi dan informasi spesifik mengenai masalah
kesehatan seperti, gejala, faktor pencetus dan tindakan pereda.
1. Fase Orientasi
2. Fase Kerja
3. Fase Terminasi
13
Terminasi membutuhkan keterampilan dari pihak wawancara.
Idealnya klien harus diberi isyarat bahwa wawancara akan segera
berakhir.
A. Anamnesa biodata
1. Nama
2. Usia
5. Agama
6. Status pernikahan
14
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi
pasien.
7. Pekerjaan
8. Jenis kelamin
15
mendapat kesempatan untuk mengungkapkan persepsi mereka. Kalau
mungkin , riwayat penyakit sekarang harus dapat menentukan suatu
diagnosis. Ia hampir selalu menunjuk ke bidang-bidang patologi dan
mengarah kepada sejumlah kecil pertimbangan atau mekanisme
patofisiologi. Secara aktif, dengarkanlah pasien anda. Berikanlah
perhatian pada sikap pasien , petunjuk-petunjuk non-verbal, emosi,
nada suara, dan faktor-faktor lain. Analisis riwayat penyakit sekarang
dimulai dari suatu dasar yang kuat, keluhan utama, dan kemudian
menuju pada tiap gejala.Wawancara hanya dipusatkan pada delapan
ciri tiap gejala.
16
Ialah penyakit-penyakit yang jelas diagnosisnya bagi pasien
maupun dokternya, yang pernah diderita pasien dahulu.
17
menimbulkan sekuele.Tuberkulosis, keganasan-keganasan tertentu
(limfoma atau leukemia limfositik akut),hepatitis B,alkoholisme dan
depresi berat misalnya termasuk dalam kategori ini.
18
14. Diet atau malnutrisi
15. Olahraga/ aktivitas bersenang-senang.
16. Bahaya ditempat kerja: posisi (berdiri, duduk), tegangan
(mata, otot), ventilasi, terpajan zat kimia beracun.
17. Bahayan lingkungan : udara, air, pembuangan limbah, jumlah
jendela kurang, tempat perapian yang tebuka, cat.
18. Penganiayaan fisik/seksual pada masa kanak-kanak.
19. Kekreasan rumah tangga/ pemukulan/ pemerkosaan/ isolasi
pada masa yang lalu, saat ini keamanan.
20. Uji skrining genetik, jika didapat lakukan (mis. Sel sabit,tay
sachs, fibrosis kritis)
19
Pada pola ini seorang perawat harus mengetahui kepada
siapa pasien berespon, apakah klien mau mendengarkan atau
dirawat oleh dia atau tiodak, jika tidak temukan dari cari tahu
kepada siapa klien berespon dan sebagi seorang perawat kita
harus berlapang dada atau tidak perlu kesal senyum
sehatlah jika klien tidak mau dirawat oleh anda.
c. Pola pertahanan
Bagaimana mekanisme copping klien dalam mengatasi
masalah yang mungkin sedang atau akan terjadi.
d. Dampak dirawat di Rumah Sakit
Keluhan tidak bisa tidur salah satu perubahan kebutuhan
dasar manusia akibat oreantasi yang tidak biasa terhadap
lingkungan baru.
20
G. Pengumpulan data penunjang
Data penunjang adalah data yang dikaji ulang atau data
yang sudah dikumpulkan sebelumnya kemudian
didokumentasikan untuk menunjukan pemantauan yang terus-
menerus terhadap status kesehatan klien dan pemecahan
masalahnya.
Tidak semua data penujang didokumentasikan pada
catatan perkembangan klien. Sering digunakan ketika lembar
observasi tidak ada atau tidak sesuai untuk didokumentasikan
data yang spesifik. Jika pemasukan catatan perkembangan klien
digunakan, maka catatan tersebut harus mempunyai daftar data
subjektif dan objektif yang tersusun dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
cacatan medis, konsultan, dan riwayat penyakit. Dalam pengkajian terdapat area
pengkajian yaitu terdapat enam area salah satunya identifikasi informasi yaitu
mengidentifikasi yang bersifat biodata seperti nama, usia, pekerjaan dan sebagianya.
Teknik pengumpulan data dalam pengkajian terdapat empat teknik, teknik yang
pertama adalah wawancara, observasi (pengamatan), pemeriksaan fisik dan
dokumentasi data.
Anamnesa adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan
difokuskan pada area dengan isi yang spesifik.Anamnesa juga diartikan sebagai
mekanisme dimana klien juga bisa mendapatkan informasi.Suatu anamnesa dapat
terfokus, seperti dalam kasus klien masuk ruang kedaruratan, atau wawancara dapat
bersifat komprehensif. Anamnesa terbagi menjadi beberapa yaitu anamnesa biodata,
ananmnesa riwayat kesehatan, anamnesa data biopsikososial dan spritual.
3.2 Saran
22