Anda di halaman 1dari 21

Nama : Jheta Pratiwi Ekasari.

S
NIM : 1132111031
Kelas : D1 Reguler 2013

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis


2.1.1. Motivasi Belajar
2.1.1.1. Hakikat Motivasi Belajar
Pengertian belajar menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata,
1993:3).
Sedangkan menurut Moh. Surya (1981 : 32) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Pada prinsipnya, belajar
adalah perubahan dari diri seseorang.
Pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
baik dari dalam diri maupun luar siswa (dengan menciptakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Ada tiga komponen dalam motivasi, yaitu : (1) Kebutuhan, (2)
dorongan, (3) tujuan (Koesworo 1989 ; Siagian 1989 ; Shein 1991 ; Biggs
dan Tlefe, 1987)
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif
tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam
tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Dengan demikian motivasi
merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memnuhi
kebutuhannya. Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan
sesuatu, membuat meraka tetap melakukannya dan membantu meraka
dalam menyelasaikan tugas tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi
digunaka untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan),
intensitas perilaku (usaha berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi
yang sesungguhnya
Mc. Donald (dalam sudirman 2011:73) mendefinisikan motivasi
adalah perubahan energi dalam diri sesorang yang ditandai dengan
munculnya feeling an dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Hamdani (2011:290) motivasi adalah daya atau perbuatan
yang mendorong seseorang; tindakan atau perbuatan merupakan
gejala sebagai akibat dari adanya motivasi tersebut.
Kemudian Dimyati (2009:79) menyatakan motivasi adalah
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar, dalam motivasi terkandung
adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dai dala diri
maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan shingga tujua yang dikehendaki oleh
subjek itu dapat tercapai.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktikatau penguatan yang dilandasi
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Uno (2010:23) motivasi belajar adalah dorongan internal
dan eksternal pada siswa siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku pada umumnya.
Sardiman (2011:75) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar
siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu
kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna
dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari
aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan
memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga
bisa memahaminya, dan menggunakan strategi strategi belajar tertentu
yang mendukung. Selain itu siswa juga memiliki keterlibatan yang intens
dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari
bahan bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi
belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang
menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar
melibatkan tujuan tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam
mencapai tujuan belajar tersebut.

2.1.1.2. Jenis-jenis Motivasi


Makmun (2005 : 37) membagi motivasi kedalam beberapa
kelompok sebagai berikut :
a. Motif Primer atau dasar Motif Primer merupakan motif yang tidak
dipelajari yang untuk ini digunakan istilah Dorongan (Drive) Motif ini
dibedakan dalam :
Dorongan fisiologis yang bersumber pada kebutuhan organis
antara lain rasa lapar, haus, istirahat.
Dorongan psikologis/ dorongan kejiwaan dalam diri seseorang,
seperti rasa takut, kasih sayang dan lainnya.
b. Motif sekunder, merupakan motif yang berkembang akibat adanya
pengalaman, atu dipelajari. Termasuk dalam motif sekunder ini
adalah motif berprestasi, motif- motif social sepeti ingin diterima,
status, dan sebagainya.

2.1.1.3. Pentingnya Motivasi Dalam Proses Pembelajaran


Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu
dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan
atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan.
Dua anak memiliki kemampuan yang sama dan diberikan peluang
serta kondisi yang sama untuk mencapai tujuan kinerja dan hasil-hasil
yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik dibandingkan
dengan anak yang tidak termotivasi. Hal ini dapat diketahui dari
pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa
dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin
motivasi belajar yang memadai akan medorong siswa berperilaku aktif
untuk prestasi didalam kelas.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan tanpa motivasi
tidak akan timbul suatu perbuatan, misalnya belajar.
Motivasi berfungsi sebagai pengarah mengarahkan perbuatan
mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi berfungsi sebagai penggerak yang artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

2.1.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi


Pembelajaran
Hukum dari motivasi mengatakan bahwa partisipan/ peserta harus
punya keinginan untuk belajar, dia harus siap untuk belajar dan harus
punya alasan untuk belajar.Pelatih menemukan bahwa jika peserta
mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar atau rasa keinginan untuk
berhasil. Jika kita gagal menggunakan hukum kesesuaian
(appropriateneness) tersebut dan mengabaikan untuk membuat material
relevan, kita akan secara pasti akan kehilangan motivasi peserta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mengenai motivasi adalah
sebagai berikut :
a. Kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena
hal ini dapat mempengaruhi motivasi, seandainya dalam pemberian
motivasi itu tidak memperhatikan kematangan, maka akan
mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak
optimal.
b. Usaha yang bertujuan, setiap usaha yang dilakukan mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai,
akan semakin kuat dorongan untuk belajar.
c. Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi, dengan mengetahui
hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar. Apabila hasil
belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk
mempertahankan atau meningkat intensitas belajarnya untuk
mendapatkan prestasi yang lebih baik dikemudian hari. Prestasi
yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya.
d. Partisipasi, dalam kegiatan mengajar perlu diberikan kesempatan
pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar.
Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan
kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan
dalam kegiatan belajar itu.
e. Penghargaan dengan hukuman, pemberian penghargaan itu dapat
membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan
sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan berperan untuk membuat
pendahuluan saja. Penghargaan adalah alat bukan tujuan.
Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi tujuan.
Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah
seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan
kegiatan belajar yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya
sendiri di luar kelas.
Dalimunthe (2009) menyebutkan: faktor faktor yang mempengaruhi
motivasi antara lain faktor yang berasal dari dalam diri individu (instrinsik)
dan faktor dari luar diri individu (ekstrinsik). Yang termasuk dari dalam diri
siswa antara lain : minat, sikap dan keinginan dan lain sebagainya.
Sedangkan yang termasuk faktor dari luar diri siswa seperti keluarga,
masyarakat, sekolah, lingkungan dan lain sebagainya.
Kemudian Dimyati (2009:97) mengemukakan bahwa unsur unsur
yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu :
(1) cita cita atau aspirasi siswa. (2) kemampuan siswa. (3) kondisi
siswa. (4) kondisi lingkungan siswa. (5) Unsur unsur dinamis dalam
belajar dan pembelajaran (6) Upaya guru dalam membelajarkan
siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Dimana kedua faktor tersebut saling terkait satu dengan
yang lainnya. Oleh karena itu penting bagi guru untuk mengetahui faktor
penyebab yang menimbulkan siswa termotivasi atau tidak termotivasi
dalam belajar.

2.1.1.5. Aspek-aspek Motivasi Belajar


Mc. Clleland dalam Dwi Rinti Astutik (2009 : 9) mengemukakan 6
aspek motivasi belajar pada individu :
Tanggung jawab pribadi terhadap tugas, yaitu individu yang
mempunyai motivasi belajar yang tinggi kan selalu bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya dan selalu menerima tugas dengan
senang hati.
Umpan balik atau perbuatan (tugas) yang dilakukannya, yaitu
individu akan selalu mengharapkan hasil atau feedback dari setiap
pekerjaan yang dilakukannya.
Tugas yang bersifat moderat yang tingkat kesulitannya tidak terlalu
sulit tetapi juga tidak terlalu mudah yang penting adanya
tantangan dalam tugas, serta dimungkinkan diraih dengan hasil
yang memuaskan, yaitu individu akan tertarik dengan tugas yang
menantang serta memberikan hasil yang maksimal.
Tekun dan ulet dalam bekerja, yaitu individu yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi akan selalu berusaha melakukan tugas
pekerjaannya sebaik mungkin dan pantang menyerah.
Dalam melakukan tugas penuh pertimbangan dan perhitungan
(spekulasi dan untung-untungan), yaitu individu yang mempunyai
motivasi belajar tinggi akan menghindari pekerjaan yang asal-
asalan atau berspekulasi karena setiap tugas yang dikerjakan penuh
dengan pertimbangan.
Keberhasilan tugas merupakan faktor yang penting bagi dirinya
yang akan meningkatkan aspirasi dan tetap bersifat relistres, yaitu
individu yang mempunyai motivasi belajar tinggi kan selalu bersikap
realistis dan mengutamakan keberhasilan dalam tugas.

Clegg dalam Hapsari (2004) menyatakan bahwa timbulnya motivasi


belajar karena ada keinginan kebutuhan, dorongan dan desakan hati
untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hal tersebut, Clegg
mengemukakan aspek- aspek motivasi sebagai berikut : 1) Harapan
untuk sukses yaitu adanya usaha untuk berusaha lebih baik dan
mengulang memperbaiki kegagalan. 2) Kecenderungan untuk
menghidari kegagalan atau kesalahan yaitu berupa dorongan dari
dalam diri untuk berusaha tidak mengulangi kesalahan yang telah
dilakukan. 3) Gigih tidak mudah menyerah yaitu memandang suatu
kegagalan sebagai cambuk pemicu untuk terus berusaha bukan
pembuat putus asa. 4) Dorongan untuk belajar yaitu adanya
keinginan dari dalam diri untuk belajar.
Mc Cray dalam Wirabayu (2005) menyebutkan bahwa individu-
individu yang mempunyai motifasi belajar tinggi cenderung untuk
memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri, tahan terhadap tekanan
masyarakat, mengharapkan pengetahuan konkret atas hasil
kerjanya, ambisius, keras kepala, untuk teman bekerja individu lebih
suka mengambil resiko yang sedang dalam situasi yang
mengandalkan kemampuan individu sendiri, akan tetapi tidak bagi
situasi yang tergantung kebutuhan.

2.1.1.6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


Motivasi merupakan dorongan yang bersifat internal dan eksternal
pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
perilaku.
Motivasi merupakan salah satu prasyarat yang amat penting dalam
belajar. Guru dibuat, guru disediakan, fasilitas belajar yang lengkap
dengan harapan supaya siswa dapat masuk sekolah dan belajar dengan
penuh semangat. Tetapi semua akan sia sia, jika siswa tidak ada motivasi
untuk belajar.
Dalam rangka memberikan motivasi kepada siswa, guru perlu teliti
dan hati hati dalam menyampaikannya, sebab terkadang guru
bermaksud memberikan motivasi agar siswanya lebih semangat dan tekun
dalam belajar, tapi yang terjadi siswa tidak termotivasi, karena motivasi
yang diberikan kurang tepat.
Menurut Sardiman, ada beberapa bentuk dan cara yang perlu
diperhatikan guru dalam menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu : (a) memberi angka, (b) hadiah, (c) kompetisi atau
persaingan, (d) ego involvement, (e) memberi ulangan, (f) mengetahui
hasil, (g) pujian, (h) hukuman, (i) hasrat untuk belajar, (j) minat, (k) tujuan
yang diakui.
Dibawah ini merupakan penjabaran dari cara meningkatkan motivasi
belajar menurut Sardiman sebagai berikut :
a. Memberi angka
Angka merupakan simbol dari nilai yang dicapai siswa dalam
kegiatan belajarnya. Meskipun angka atau nilai bukan satu satunya
tujuan, tapi dalam kenyataanya banyak siswa yang mengejar nilai ulangan
yang baik, nilai rapot yang baik, bahkan nilai ujian akhir yang baik.
Dengan kata lain yang menjadi motivasi yang sangat kuat bagi siswa.
b. Reward (Hadiah)
Reward dapat juga dikatakan sebagai motivasi berprestasi. Sebagian
siswa merasa senang dan bangga apabila dia diberikan hadiah atau nilai
yang baik disekolah oleh guru mereka maupun orang tua.
c. Kompetisi atau persaingan
Kompetisi dapat dijadikan sebagai sarana motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Kompetisi baik secara individual maupun kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga mau bekerja keras
dengan mempertahankan harga diri menjadi salah satu bentuk motivasi
yang cukup penting. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol
kebanggan dan harga diri. Demikian juga siswa, harga diri merupakan
salah satu pertimbangan hingga mereka mau belajar dengan giat.
e. Memberi ulangan
Siswa akan menjadi giat kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh
karena itu memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang
harus diingat disini adalah jangan terlalu sering memberikan ulangan,
karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Selain itu guru juga
harus terbuka dan memberitahukan kepada siswa kalau akan ulangan.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan akan mendorong siswa untuk
lebih giat belajar, apalagi kalau terjadi kemajuan, semakin mengetahui
bahwa prestasi belajarnya meningkat maka ada motivasi pada diri siswa
untuk terus belajar dengan harapan hasilnya yang meningkat.
g. Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan motivasi yang
baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta akan membangkit
harga diri.
h. Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi sarana yang dapat
menumbuhkan motivasi oleh karena itu dalam memberikan hukuman guru
harus memahami prinsip prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesenjangan yaitu ada
maksud dan keinginan untuk belajar. Hasrat untuk belajar pada diri siswa
menjadi penilaian terhadap adanya motivasi belajar sehingga sudah
semestinya hasilnya akan lebih baik.
j. Minat
Minat bisa muncul karena adanya kebutuhan, maka dikatakan minat
merupakan sarana motivasi yang pokok atau utama. Proses belajar
mengajar dapat berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Adapun
beberapa cara utuk memunculkan minat yaitu dengn membangkitkan
adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman
yang telah lalu, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik,
dan menggunakan berbagai macam bentuk atau metode mengajar.
k. Tujuan yang diakui
Tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, juga menjadi
sarana motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan
yang ingin dicapai maka akan timbul semangat untuk terus belajar demi
menggapai tujuan yang dimaksud.
Kemudian Dimyati (2009:101) mengemukakan berbagai upaya yang
dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu
antara lain : (1) Menerapkan penerapan prinsip prinsip belajar. (2)
Mengoptimalkan dinamis belajar dan pembelajaran. (3) Mengoptimalkan
pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, (4) Mengembangkan
cita cita dan aspirasi belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak cara yang dapat
dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa agar dapat
belajar dengan tekun. Oleh karenanya penting bagi guru mengetahui cara
cara yang efektif dalam memotivasi siswa misalnya : penggunaan
media, memberikan penilaian, hadiah, perhatian, iklim belajar yang
kompetitif, menumbuhkan kesadaran, memberikan hukuman dan pujian.
Selajutnya yang tidak kalah pentig adalah guru mampu mengembangkan
dan mengarahkan bentuk bentuk motivasi tersebut, supaya hasil belajar
yang diperoleh dapat bermakna.

2.1.2. Reward (Hadiah)


2.1.2.1. Hakikat Reward (Hadiah)
Reward merupakan alat pendidikan yang refresif yang
menyenangkan. Hadiah diberikan pada anak yang telah menunjukkan
hasil baik dalam pendidikan menurut Indra Kusuma (2001 : 85)
Reward diartikan sebagai salah satu alat pendidikan yang diberikan
pada murid sebagai imbalan terhadap prestasi yang dicapainya
(Zaenuddin : 2001)
Menurut Ramayulis : hadiah diberikan atas perbuatan-perbuatan /
hal-hal yang baik yang telah dilakukan Ramayulis (2008 :211)
Menurut Atmail Arif (2002 : 127) Pengertian hadiah dapat dilihat
sebagai berikut
Hadiah adalah alat pendidikan prevetif dan represif
yang menyenangkan dan bisa menjadi motivator belajar siswa
Hadiah juga termasuk memberikan sesuatu terhadap perilaku baik
siswa dalam proses pendidikan.

Hasbullah (2006 : 27) mengemukakan bahwa pengertian hadiah


dalam pendidikan adalah merupakan alat pendidikan yang berupa
tindakan pendidik yang berpengaruh terhadap tingkah laku anak
didik. Sedangkan alat pendidikan sendiri adalah suatu tindakan atau
situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan
pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan
yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan yang
diinginkan.

Reward adalah suatu yang berfungsi insentif, yaitu suatu yang


penting bagi anak yang dapat membesarkan kemungkinan bertambah
giatnya usaha untuk mempertinggi / memperbaiki prestasi, maka
pemberian reward sangat penting untuk meningkatkan motivasi kegiatan
yang produktif. Kertamiharja dan Ardiwinata (1997:142)
Pemberian Reward (hadiah) bukanlah semata-mata karena hasil
seorang anak melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu.
Pendidikan bertujuan untuk membentuk kata hati kemauannya lebih baik
dan lebih keras pada anak. Oleh karena itu maka seorang pendidik
hendaklah menanamkan pada diri anak supaya mengerjakan berbuat
lebih dan tidak mengharapkan pujian atau penghargaan untuk siswa yang
berprestasi.
Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat
lagi, disamping itu siswa yang berprestasi akan termotivasi untuk
mengejar siswa yang lain.
Hadiah berupa benda seperti buku tulis, pensil, pena, balpoint,
penggaris, buku bacaan dan sebagainya untuk dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan belajar anak didik, hadiah berupa makanan seperti permen,
roti, susu juga dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari
anak didalam kegiatan belajar mengajar. Dan hadiah berupa kreasi yang
kita buat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan organik maupun
oigami juga dapat kita gunakan untuk menarik perhatian siswa sehingga
mereka termotivasi.

2.1.2.2. Tahap Pemberian Hadiah (Reward)


Langkah-langkah memberikan hadiah untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, perlu memperhatikan :
Menjanjikan dahulu kepada semua peserta didik artinya tidak
diberikan tiba-tiba
Pemberian hadiah harus disertai dengan bimbingan dan nasehat-
nasehat agar siswa belajar tidak semata-mata untuk mendapatkan
hadiah, melainkan untuk mencapai sukses yang lebih baik
Hadiah diberikan tidak terlalu sering. karena akan membiasakan
anak manja dan pamrih dalam bekerja
Hadiah diberikan dalam kaitannya untuk dorongan sosial dan
keberhasilan belajar, seperti kasih sayang, pujian, pemberian
makanan ataupun berupa benda untuk menunjang belajar.

Adapun langkah-langkah pemberian hadiah (reward) dalam


pembelajaran menurut Prayitno (2002) adalah sebagai berikut:
Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dibahas
pada setiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran
Siswa memperhatikan guru ketika guru menerangkan materi yang
akan diajarkan
Guru memotivasi siswa dengan pemberian hadiah (reward) yang
akan diberikan oleh guru ketika pembelajrana berlangsung
Setiap siswa yang menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar
akan mendapatkan hadiah (reward) dari guru atau seluruh siswa.
Demikian seterusnya ketika siswa-siswa maju dan berhasil
mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru
Kesimpulan dan penutup.

2.1.3. Hakikat Pelajaran Matematika


Matematika merupakan pelajaran yang diberikan pada semua
jenjang pendidikan dari pra sekolah sampai jenjang sekolah menengah
bahkan di sekolah tinggi. Mulai dari sekolah tingkat dasar hingga sekolah
menengah tingkat atas, matematika diberikan dengan jumlah jam
pelajaran setiap minggunya termasuk paling banyak. Banyaknya jam
pelajaran matematika tiap minggu dikarenakan matematika sebagai ilmu
dasar bagi berbagai disiplin ilmu yang lain. Moeliono dalam Widiyanti
(2007) mengartikan matematika sebagai ilmu tentang bilangan
bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.
Beberapa definisi formal tentang pelajaran matematika menurut
Sujono (1988) adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi dengan sistematik, bagian pengetahuan manusia
tentang bilangan dan kalkulasi, matematika membantu orang dalam
menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan,
ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah
masalah yang berhubungan dengan bilangan, matematika
berkenaan dengan fakta fakta kuantitatif dan masalah masalah
tentang ruang dan bentuk, ilmu pengetahuan tentang kuantitas dan
ruang.

Sumarmo (2002: 2) mengemukakan beberapa karakteristik


matematika yaitu materi matematika menekankan penalaran yang
bersifat deduktif, materi matematika bersifat hirarkis dan terstruktur.
Sedangkan menurut Hudoyo (1988: 3) pelajaran matematika berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya membutuhkan
daya nalar yang tinggi dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian dan
motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran
matematika.
Kitcher (dalam Jackson, 1992:753) lebih memfokuskan pengertian
pelajaran matematika kedalam komponen komponen dalam
kegiatan matematika. Komponen dalam matematika yang diklaim
oleh Kitcher berupa 1). Bahasa (language) yang dijalankan oleh
para matematikawan, 2) pernyataan (statements) yang digunakan
oleh matematikawan, 3) pertanyaan (questions) penting yang
hingga saat ini belum terpecahkan, 4) alasan (reasoning) yang
digunakan untuk menjelaskan pernyataan, dan 5)ide matematika itu
sendiri.

Dari sisi abstraksi matematika, Newman dalam Jackson (1992:755)


melihat tiga ciri utama matematika, yaitu; (1) matematika disajikan dalam
pola yang ketat, (2) matematika berkembang dan digunakan lebih luas
dari pada ilmu ilmu lain, dan (3) matematika lebih terkonsentrasi pada
konsep.
Soedjadi dan Masriyah (1994) mengemukakan bahwa meskipun
terdapat berbagai pendapat yang nampak berlainan, tetapi dapat ditarik
ciri ciri yang sama yaitu matematika memiliki objek kajian yang abstrak,
matematika mendasarkan daripada kesepakatan kesepakatan,
matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan
matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
Jadi pelajaran matematika dapat diartikan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang eksak sekaligus mendasari berbagai disiplin ilmu lain
yang terorganisasi secara sistematik. Dimana matematika merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keluasan, bilangan, ruang,
dan bagian bagiannya, besatan dan hubungannya yang bersifat abstrak,
deduktif, aksiomatif, dan terstuktur yang membutuhkan sarana berfikir
logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan, matematika juga
sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan
kesimpulan.

2.1.3.1. Materi Matematika di Sekolah Dasar


Adapun materi yang di teliti dalam penelitian ini adalah operasi
hitung campuran bilangan bulat, dengan SK dan KD seperti berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Melakukan operasi hitung 1.3. Melakukan operasi hitung
bilangan bulat dalam bilangan campuran
pemecahan masalah
Berikut adalah uraian mengenai materi pokok operasi hitung
campuran bilangan bulat.
1. Penjumlahan bilangan bulat
Menjumlahkan dua bilangan bulat dengan menggunakan garis
bilangan.
Contoh:
1) -2 + 3 =

Jadi, -2 + 3 = 1

2. Pengurangan bilangan bulat


Untuk pengurangan bilangan bulat, dengan mencari lawan
bilangan bulat
tersebut.
Contoh: 4 (10) = 4 + 10 = 6
3. Perkalian bilangan bulat
Perkalian dua bilangan yang bertanda sama menghasilkan bilangan
positif.
Jadi: + + = +
=+
Perkalian dua bilangan yang bertanda berbeda menghasilkan
bilangan negatif.
Jadi: + =
+=
Contoh: 6 (5) = 30
4. Pembagian bilangan bulat
Pembagian dua bilangan yang bertanda sama menghasilkan
bilangan positif.
Jadi: + : + = +
:=+
Pembagian dua bilangan yang bertanda berbeda menghasilkan
bilangan negatif.
Jadi: :+=
+:=
Contoh: 20 : 5 = 5 (4) Jadi 20 : 5 = 4

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan


Hasil penelitian yang relevan atau hampir sama dengan penelitian
ini adalah perbaikan suasana kelas untuk meningkatkan motivasi belajar
IPA siswa kelas IV SD 101765 Bandar Setia Tahun Ajaran 2013/2014.
Dalam perbaikan suasana kelas yang dilakukan terhadap kelas IV SD
101765 Bandar Setia Tahun Ajaran 2013/2014 dalam dua siklus, melalui
tindakan-tindakan berupa pembuatan tata tertib. Melaksanakan
pembelajaran dengan metode bervasriasi, melibatkan siswa belajar
berkelompok dan pemberian motivasi ekstrinsik berupa penghargaan
(reward) serta penguatan (reinforcement). Tindakan-tindakan tersebut
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dari pra siklus ke siklus I dan
dari siklus I ke siklus II masing-masing sebesar 3,49% dan 1,84% dengan
kriteria dari cukup ke baik.
Kemudian hasil penelitian yang dilakukan meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas V B SD Swasta Panti Budaya Kisaran tahun ajaran
2010/2011 dengan jumlah siswa 30 siswa. Penelitian ini menerapkan
metode inquiry, menggunakan media belajar, dengan memodifikasi
kegiatan belajar dengan cara mengorganisir siswa untuk melakukan
inquiry secara kelompok, memberi variasi berupa simulasi, stimulasi
berupa hadiah (reward).
Dari hasil lembar observasi penelitian tindakan kelas pada saat
dilakukan pre test, siklus I, siklus II dan siklus III. Menunjukkan
peningkatan motivasi belajar siswa yang memuaskan.
Pada siklus I menunjukkan bahwa jumlah nilai rata-rata peningkatan
motivasi belajar siswa yang semula dalam (pretest) sebesar 40% setelah
dilakukan siklus I meningkat menjadi 65,8% pada siklus II dari siklus I
sebesar 65,8% setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 76,3%.
Peningkatan motivasi dari siklus II sebesar 76,3% dan di siklus III
meningkat menjadi 84,8%.
Dorongan siswa berprestasi dalam kelompok (cukup baik) partisipasi
dalam kelompok mengalami peningkatan (baik) motivasi dalam
mendalami Matematika (cukup baik), sedangkan usaha menyelesaikan
tugas dengan lebih baik (baik) dan motivasi dalam berprestasi (cukup
baik) sehingga membuat suasana belajar siswa menjadi hidup. Karena,
antar tim terdorong untuk maju bersama dan meraih prestasi bersama.
Dan rasa individualisme siswa mulai berkurang, karena ingin maju
bersama dalam satu kelompok tersebut.

2.3. Kerangka Berfikir


Partisipasi anak kurang baik saat proses pembelajaran Matematika
kelas V SD Negeri No. 026602 Binjai berlangsung, motivasi yang kurang
sehingga berimbas pada hasil belajar. Pengajaran merupakan suatu
sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisir yang terdiri dari
komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka
pencapaian tujuan yang dimaksudkan (Atmadja, Suma, 1984). Sebagai
suatu sistem pengajaran mengandung komponen antara lain: mata
pelajaran, metode, media, alat evaluasi dan lain-lain, yang berinteraksi
satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan
salah satu cara yang dilakukan dalam PBM yaitu dengan pemberian
reward (hadiah) kepada siswa.
Adapun langkah-langkah pemberian reward (hadiah) dalam
pembelajaran matemtika sebagai berikut:
a. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dibahas
pada setiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran
b. Siswa memperhatikan guru ketika guru menerangkan materi yang
akan diajarkan
c. Guru memotivasi siswa dengan pemberian reward (hadiah) yang
akan diberikan oleh guru ketika pembelajrana berlangsung
d. Setiap siswa yang menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar
akan mendapatkan reward (hadiah) dari guru atau seluruh siswa.
e. Demikian seterusnya ketika siswa-siswa maju dan berhasil
mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru
Kesimpulan dan penutup.
Pemberian hadiah pada penelitian ini diterapkan karena diharapkan
dapat memotivasi siswa saat belajar dan memancing siswa untuk giat
belajar sehingga di dalam kelas terdapat persaingan yang mengarah ke
hal positif dan siswa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Hadiah yang diberikan dapat berupa buku tulis, pensil, balpoin,
penggaris, berupa makanan seperti permen, roti serta hasil kreasi kita
buat sendiri dari bahan organik maupun menggunakan origami sehingga
motivasi belajarnya meningkat. Adapun skema dapat dilihat pada gambar
2.1
KD. Melakukan operasi hitung bilangan
campuran.
Guru Ceramah, pembelajaran
berpusat pada gurukomunikasi 1
Pembelajar arah (guru-siswa), siswa hanya Penilaian:
an mendengarkan, siswa ribut dan Tes Formatif
Konvension bermain sendiri.

KD. Melakukan operasi hitung Hasil belajar KKM


bilangan campuran.

Pemberian Reward (hadiah) berupa karya guru yang


dibuat dari bahan organik ataupun origami.

Langkah-
langkah:

Siswa Siswa Siswa Siswa


Berkelompok Berkelompok Berkelompok Berkelompok

Mendengarkan penjelasan guru tentang


materi pelajaran

Guru memotivasi siswa dengan


memberi reward

Penugasan untuk setiap


kelompok

Penilaian
hasil

Pemberian
hadiah

Hasil belajar
KKM

Kesimpulan dan
Penutup

Gambar 2.1
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas, maka peneliti dapat mengajukan hipotesis tindakan
sebagai berikut: pemberian reward (hadiah) kepada siswa dalam proses
belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi belajar pada mata
pelajaran Matematika siswa Kelas V SD Negeri No. 026602 Binjai.

Anda mungkin juga menyukai