Diktat Ventilasi Tambang
Diktat Ventilasi Tambang
FF
A. PENDAHULUAN
Dalam teknologi penambangan bawah tanah ada dua masalah pokok yang
menjadi kendala pada saat pelaksanaan, yaitu :
Apakah jawaban dari kedua masalah diatas adalah ya?, Jika ya, maka
dapatlah dimulai membuat rancangan dari jaringan ventilasi dari tambang tersebut.
Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal yang saling
berhubungan, yaitu;
Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari ;
Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain seperti terlihat pada
tabel 1.
Tabel 1.
Komposisi Udara Segar
Demikian pula perlu diingat bahwa udara dalam ventilasi tambang selalu
mengandung uap air dan tidak pernah ada udara yang benar-benar kering. Oleh
karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.
Atas dasar jenis kegiatan kerja yang dilakukan ini akan diperlukan juga
udara segar yang berlainan jumlahnya. Dalam suatu pernafasan terjadi kegiatan
menghirup udara segar dan menghembuskan udara hasil pernafasan. Laju
pernafasan per menit didefinisikan sebagai banyaknya udara dihirup dan
dihembuskan per satuan waktu satu menit. Laju pernafasan ini akan berlainan
bagi setiap kegiatan manusia yang berbeda, makin keras kerja yang dilakukan
makin besar angka laju pernafasannya.
Perlu juga dalam hal ini didefinisikan arti angka bagi atau nisbah
pernafasan (respiratori quotient) yang didefiniskan sebagai nisbah antara jumlah
karbondioksida yang dihembuskan terhadap jumlah oksigen yang dihirup pada
suatu proses pernafasan. Pada manusia yang bekerja keras, angka bagi
pernafasan ini (respiratori quotient) sama dengan satu, yang berarti bahwa
jumlah CO2 yang dihembuskan sama dengan jumlah O2 yang dihirup pada
pernafasannya.Tabel 2 berikut memberikan gambaran mengenai keperluan
oksigen pada pernafasan pada tiga jenis kegiatan manusia secara umum.
Tabel 2.
Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)
Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan
perorang untuk pernafasan, yakni;
Dengan harga angka bagi pernafasan = 1,0 ; maka jumlah CO 2 pada pernafasan
akan bertambah sebanyak 1,0 x 0,1 = 0,1 cfm.
Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas kandungan oksigen minimum
19,5 % dalam udara pernafasan dan kandungan maksimum karbon dioksida
sebesar 0,5 % dalam udara untuk pernafasan, diperoleh angka kebutuhan udara
segar bagi pernafasan seseorang sebesar 6,7 cfm dan 21,3 cfm. Dalam hal ini
tentunya angka 21,3 cfm yang digunakan sebagai angka kebutuhan seseorang
untuk pernafasan.
Kandungan O2 Pengaruh
Di Udara
17 % Laju pernapasan meningkat (ekuivalen dengan
ketinggian 1600 m)
15 % Terasa pusing, suara mendesing dalam telinga
dan jantung berdetak cepat
13 % Kehilangan kesadaran
9% Pucat dan jatuh pingsan
7% Sangat membahayakan kehidupan
6% Kejang-kejang dan kematian
1. Karbondioksida (CO2)
2.
3. Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung nyala api
dan bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada udara,
karenanya selalu terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara.
Dalam udara normal kandungan CO2 adalah 0,03 %. Dalam tambang
bawah tanah sering terkumpul pada bagian bekas-bekas penambangan
terutama yang tidak terkena aliran ventilasi, juga pada dasar sumur-
sumur tua. Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil
peledakan atau dari lapisan batuan dan dari hasil pernafasan manusia.
4.
5. Pada kandungan CO2 = 0,5 % laju pernafasan manusia mulai meningkat,
pada kandungan CO2 = 3 % laju pernafasan menjadi dua kali lipat dari
keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju pernafasan
meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia hanya dapat
bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut
dengan blacdamp.
6.
7. Methan (CH4)
8.
9. Gas methan ini merupakan gas yang selalu berada dalam tambang
batubara dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan tambang.
Campuran gas methan dengan udara disebut Firedamp. Apabila
kandungan methan dalam udara tambang bawah tanah mencapai 1 %
maka seluruh hubungan mesin listrik harus dimatikan. Gas ini mempunyai
berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan karenanya selalu berada
pada bagian atas dari jalan udara.
10.
11. Methan merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa. Pada saat proses pembatubaraan terjadi
maka gas methan terbentuk bersama-sama dengan gas karbondioksida.
Gas methan ini akan tetap berada dalam lapisan batubara selama tidak
ada perubahan tekanan padanya. Terbebasnya gas methan dari suatu
lapisan batubara dapat dinyatakan dalam suatu volume per satuan luas
lapisan batubara, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan volume per
satuan waktu. Terhadap kandungan gas methan yang masih
terperangkap dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan penyedotan
dari gas methan tersebut dengan pompa untuk dimanfaatkan. Proyek ini
dikenal dengan nama seam methane drainage.
12.
13. Karbon Monoksida (CO)
14.
15. Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini
banyak dihasilkan pada saat terjadi kebakaran pada tambang bawah
tanah dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Gas ini
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin darah, sehingga
sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan segera bersenyawa
dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan meracuni tubuh lewat
darah. Afinitas CO terhadap haemoglobin menurut penelitian (Forbes and
Grove, 1954) mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen
dengan haemoglobin. Gas CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi
motor bakar, proses peledakan dan oksidasi lapisan batubara.
16.
17. Karbon monoksida merupakan gas beracun yang sangat mematikan
karena sifatnya yang kumulatif, seperti terlihat pada gambar 1. Misalnya
gas CO pada kandungan 0,04 % dalam udara apabila terhirup selama
satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak enak, namun dalam
waktu 2 jam dapat menyebabkan rasa pusing dan setelah 3 jam akan
menyebabkan pingsan/ tidak sadarkan diri dan pada waktu lewat 5 jam
dapat menyebabkan kematian. Kandungan CO sering juga dinyatakan
dalam ppm (part per milion). Sumber CO yang sering menyebabkan
kematian adalah gas buangan dari mobil dan kadang-kadang juga gas
pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis 0,9672 sehingga selalu
terapung dalam udara.
18.
19.
20.
21. Gambar 1.
22. Pengaruh Racun Gas CO Sebagai Fungsi Waktu
23. Hidrogen Sulfida (H2S)
24. Gas ini sering disebut juga stinkdamp (gas busuk) karena baunya
seperti bau telur busuk. Gas ini tidak berwarna, merupkan gas racun dan
dapat meledak, merupakan hasil dekomposisi dari senyawa belerang.
Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat dari udara.
Merupakan gas yang sangat beracun dengan ambang batas (TLV-TWA)
sebesar 10 ppm pada waktu selama 8 jam terdedah (exposed) dan untuk
waktu singkat (TLV-STEL) adalah 15 ppm. Walaupun gas H2S
mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini
akan dapat rusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf penciuman.
Pada kandungan H2S = 0,01 % untuk selama waktu 15 menit, maka
kepekaan manusia akan bau ini sudah akan hilang.
25.
26. Sulfur Dioksida (SO2)
27. Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa
terbakar. Merupakan gas racun yag terjadi apabila ada senyawa belerang
yang terbakar. Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat membantu
pada mata, hidung dan tenggorokan. Harga ambang batas ditetapkan
pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terdedah yang
singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
28.
29. Nitrogen Oksida NOX)
30. Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang inert, namun
pada keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat
menghasilkan gas yang sangat beracun. Terbentuknya dalam tambang
bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang dari motor bakar.
NO2 merupakan gas yang lebih sering terdapat dalam tambang dan
merupakan gas racun. Harga ambang batas ditetapkan 5 ppm, baik
untuk waktu terdedah singkat maupun untuk waktu 8 jam kerja. Oksida
notrogen yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan
kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak
paru-paru apabila terhirup oleh manusia.
31.
32.
33. Gas Pengotor Lain
Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah
gas Hidrogen yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan
gas-gas yang biasa terdapat pada tambang bahan galian radioaktif
seperti gas radon.
1. Pencegahan (Preventation)
a. Menerapkan prosedur peledakan yang benar
b. Perawatan dari motor-motor bakar yang baik
c. Pencegahan terhadap adanya api
2) Pemindahan (Removal)
a. Penyaliran (drainage) gas sebelum penambangan
b. Penggunaan ventilasi isap lokal dengan kipas
Tabel 4
Sifat Bermacam Gas
Nama Sim Berat Sifat fisik Pengaruh Sumber Amban Amb Kisar
Bol Jenis Utama g batas ang ledak
Udara TLU- bata
=1 TWA s
(%) TLU-
C
(%)
Oksigen O2 1,1056 Tdk berwarna Bukan Udara normal
tdk berbau,tdk racun tdk
ada rasa berbahaya
Nitrgen N2 0,9673 Tdk Bukan Udara normal
berwarna, Racun lapisan
tdk tapi
berbau,tdk Menyesak
ada rasa kan
Karbon CO2 1,5291 Tdk Sesak Pernafasan,la 0,5
Dioksida berwarna, nafas pisan,motor
tdk berkeringa bakar,peledak
berbau,rasa t an
agak asam
Methan CH4 0,5545 Tdk Menyesak Lapisan, 5
berwarna, kan nafas motor bakar, 15
tdk dapat peledakan
berbau,tdk meledak
ada rasa
Karbon CO 0,9672 Tdk Racun Nyala 0,005 12.5
Monoksid berwarna, dapat api,peledakan 74
a tdk meledak ,motor bakar,
berbau,tdk oksidasi
ada rasa
Hidrogen H2S 1,1912 Tdk Racun Lapisan air 0,001 4
sulfida berwarna, dapat tanah,pele 44
bau telur meledak dakan
busuk, rasa
asam
Sulfur SO2 2,2636 Tdk Racun Pembakaran 0,0005
Dioksida berwarna, sulfida,motor
bau bakar
mangganggu
, rasa asam
Nitrogen NO2 1,5895 Bau tajam, Racun Peledakan,m 0,0
Oksida N2O warna coklat, otor bakar 005
rasa pahit
Hidrogen H2 0,0695 Tdk Dapat Air pada 4
berwarna, meledak api,panas 74
tdk bateray
berbau,tdk
ada rasa
Radon RA 7,665 Radio aktif lapisan IWL ? -
3) Absorpsi (Absorption)
a. Penggunaan reaksi kimia terhadap gas yang keluar dari mesin
b. Pelarutan dengan percikan air terhadap gas hasil peledakan
4) Isolasi (Isolation)
a. Memberi batas sekat terhadap daerah kerja yang terbakar
b. Penggunaan waktu-waktu peledakan pada saat pergantian gilir atau
waktu-waktu tertentu
5) Pelarutan
a. Pelarutan lokal dengan menggunakan ventilasi lokal
b. Pelarutan dengan aliran udara utama
Q = (Qg/ (MAC) B) Qg
b) Debu Karsinogenik
1. Kelompok Radon
2. Asbestos
3. Arsenik
Pengaruh buruk dari debu fibrogenik dapat dipahami bila komponen dan
fungsi dari sistem pernafasan diketahui dengan baik.
Jalur dari lubang dan mulut terus berhubungan dengan trachea di dalam
tenggorokan yang selanjutnya ke bronchial. Jalur ini mengalirkan udara
ke paru-paru bagian kiri dan kanan. Kemudian masing-masing
bercabang lagi ke jalur-jalur kecil, yaitu bronchioli. Pada ujung bronchioli
terdapat kantung-kantung alveoli dimana terjadi oksiginasi darah.
Sistem pernafasan manusia dilengkapi dengan sistem perlindungan
terhadap debu. Rambut/bulu hidung akan menyaring partikel debu yang
besar (> 5 10 m). Mucous membrance yang melapisi hidung dan
tenggorokan juga akan menangkap debu. Selanjutnya di dalam trachea
dan bronchi, sejenis rambut/bulu akan menahan partikel debu berukuran
(5 10 m). dapat dikatakan tidak ada debu berukuran > 1 yang masuk
ke aveoli.
4) Penyakit Pernafasan
Debu dapat menyebabkan penyakit pernafasan fibrous dan non
fibrous atau disebut juga pnemoconiosis. Nama-nama jenis penyakit
sejenis ini dan jenis debu penyebabnya antara lain sebagai berikut;
Yang paling serius dari kesemua jenis penyakit itu adalah silicosis.
Sedangkan debu yang dianggap sangat berbahaya dan dapat
menimbulkan penyakit kanker adalah:
Crocidolite (asbestos)
Keluarnga radon (kanker paru-paru)
Chrysotile (asbestos)
Arsenic.
e) Kemampuan Individual
Faktor kemampuan individu terhadap bahaya debu sampai
saat ini merupakan faktor yang belum dapat dikuantifikasi.
Gambar 2.
Hubungan Antara Konsentrasi Rata-Rata Debu Dan Lamanya Waktu
Berhubungan Terhadap Gejala Pneumoconiosis (Hartman,1982)
Atau;
Dimana :
(P/w) = energi statik /head statik
(V2/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan
Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi spesifik
dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida, maka suku-suku
tersebut dapat dinyatakan sebagai presure head atau head saja.
Dimana ;
Hs = head statik
Hv = head kecepatan
Hz = head potensial
P = w1 H1 = w2 H2
Dimana :
P = tekanan, dalam Pa atau lbs/sq.ft.
W1 = bobor isi udara, dalam kg/m3 atau lbs/cuft.
H = head, dalam m atau ft.
Dengan bobot isi air = 62,4 lb/ft3, pengaruh berda tinggi untuk kolom 1 inci air
pada kondisi udara standar adalah :
Jadi untuk udara diatas permukaan air laut, suatu kenaikan elevasi sebesar
69,3 ft akan menaikkan head potensial Hz sebesar 1 in dan sebagai kompensasinya
head statik akan turun juga sebesar 1 in. Dalam praktek, konversi sebesar 70 ft
udara ekuivalen dengan 1 in air.
Jika head potensial (Hz) diperhitungkan dalam persamaan (4) maka head
statik dinyatakan dalam tekanan gauge. Oleh karena itu head statik diukur dari
datum tertentu.
(4 + 408) + 1 + 0 = ( 1 + 408 ) + 1 + 0 + 3
413 = 413
4+1+0 = 1+1+0+3
5 = 5
Gambar 4
Susunan Saluran Udara Mendatar dan Tegak
HT1 = HT2 + HL
(4 + 408) + 1 + 0 = (1 + 407 ) + 1 + 1 + 3
413 = 413
4+1+0 1+1+1+3
5 6
Perhitungan dengan tekanan gage salah karena tidak mempertimbangkan
perubahan datum yang terjadi karena perubahan elevasi.
Ht1 = Ht2 + HL
Head los dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu :
friction loss (Hf) dan shock loss (Hx). Dengan demikian head loss adalah:
HL = Hf + Hx (6)
b. Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan untuk
mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran yang
diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi aliran.
Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin dan
satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut mine head, yaitu
perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk menyediakan sejumlah
tertentu udara ke dalam tambang.
Gambar 6
Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan
Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar disebut
sistem ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan sama dengan sistem
tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik mula (lihat gambar 7).
Gambar 8
Gradien Tekanan Pada Sistem Booster
Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran : laminer,
entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk menentukan keadaan
aliran adalah bilangan Reynold (NRe). Bilangan Reynold untuk aliran laminer
adalah 2000 dan untuk turbulent di atas 4000.
NRe = ( D V )/( ) = ( D V ) / () (7)
Dimana:
= rapat massa fluida (lb.det2/ft4 atau kg/m3)
= viskositas kinematik (ft2/detik atau m3/detik)
= viskositas absolut (= ; lb detik/ft2 atau a.detik)
D = diameter saluran fluida (ft atau m)
V = kecepatan aliran fluida (ft/detik)
Atau kira-kira Vc 40 / D
Aliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang bawah
tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang dipakai di
tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu menghasilkan aliran
turbulent.
Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan (Hv),
gesekan (Hf) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran (Hx).
Jadi dalam suatu sistem ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan
sebagai berikut :
Hs = HL
= (Hf + Hx)
Hv = Hv pada keluaran
Dan
Ht = Hs + Hv
a. Velocity head
1. Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat dianggap
suatu kehilangan. Velocity head merupakan fungsi dari kecepatan aliran
udara, yakni:
2. Hv = (V2)/(2g) (8)
3. Dimana:
4. Hv = velocity head
5. V = kecepatam aliran (fps)
6. G = percepatan gravitasi (ft/dt2)
7. Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :
8.
9.
Hv = ((w V2)/(5,2)(64,4)(60)2) = w ((V)/ (1.098))2
10.
11. Atau :
12.
13. Hv = ((V)/(4.000))2
14. Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar 400 fpm
ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi. Untuk mempermudah
perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan dapat
menggunakan nomogram yang ditunjukkan pada gambar 10
15.
b. Friction Loss
Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui lubang
bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari total
kehilangan (head loss). Friction loss merupakan fungsi dari kecepatan aliran
udara, kekasaran muka lubang bukaan, konfigurasi yang ada di dalam
lubang bukaan, karakteristik lubang bukaan dan dimensi lubang bukaan.
Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran berbentuk
lingkaran adalah:
HL = f (L/D)(V2/2g) (9)
Dimana:
L = panjang saluran
D = diameter saluran (ft)
V = kecepatan (fpm)
F = koefisien gesekan
Untuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam bentuk saluran,
diperoleh dengan menyatakan head loss dalam bentuk radius hidrolik
(hydroulic radius) RH, yaitu perbandingan antara luas penampang A terhadap
perimeter atau keliling P dari saluran. Untuk saluran berbentuk lingkaran, R H
adalah:
RH = A/P = (1/4. D2)/.D = D/4
HL = f (L/4 RH)(V2/2g)
Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai rumus Atkinson)
didapat sebagai berikut :
Hf = (f/5,2)(l/4RH)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/RH)(V2)
Dimana :
Hf = friction loss (inch water)
V = kecepatan aliran
K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)
A = luas penampang saluran (ft2)
S = rubbing surface (ft2) = PL
P = keliling saluran (ft)
L = panjang saluran (ft)
Q = debit udara (cfm)
Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang berhubungan dengan
koefisien gesek dalam aliran umum fluida. Untuk bobot isi udara standard:
K (800)(10)-10 f
Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah aliran dalam
saluran atau luas penampang saluran udara dan merupakan tambahan
terhadap friction losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10 % - 30 % dari
head loss total di dalam ventilasi tambang, tetapi tetap harus diperhatikan.
Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada dasarnya
berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan atau
berbanding lurus dengan velocity head.
Perhitungan shock loss dapat dilakukan secara langsung sebagai berikut :
Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari velocity head,
yakni
Hx = X Hv
Dimana;
Hx = shock loss
X = faktor shock loss
Formula untuk menentukan faktor shock loss ter lihat pada tabel 6.
Tabel 6
Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss (ft)
Sumber Le
Feet Meter
Bend, acute, round 3 1
Bend, acute, sharp 150 45
Bend, right, round 1 1
Bend, right, sharp 70 20
Bend, obtuse, round 1 1
Bend, obtuse, sharp 15 5
Doorway 70 20
Overcast 65 20
Inlet 20 6
Discharge 65 20
Contraction, gradual 1 1
Contraction, abrupt 10 3
Expansion, gradual 1 1
Expansion, abrupt 20 6
Splitting, straight branch 30 10
Splitting, straight branch (90o) 200 60
Junction, straight branch 60 20
Junction, deflected branch (90o) 30 10
Mine car or skip (20 % of airway area) 100 30
Mine car or skip (40 % of airway area) 500 150
d. Kombinasi Friction dan Shock Loss
Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka ;
HL = Hf + Hx
= (KP (L + Le)Q2)/ 5,2 A3
dimana ;
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk density udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft2)
L = panjang saluran (ft)
6. Air Horsepower
Daya yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan energi dalam aliran
udara disebut Air Horsepower (Pa):
Pa = pQ = 5,2 HQ lb ft/menit
Pa = 5,2 HQ / 33.000 = (HQ / 6.346) HP
Hubungan dasar antara head dengan kuantitas aliran udata dinyatakan pada
persamaan Atkinson yang dapat dituliskan sebagai berikut :
HL = R Q2
Dimana , R = konstanta proporsionalitas.
R = KP (L + Le) / 5,2 A3
Untuk sistem ventilasi tambang, R kemudian disebut tahanan ekuivalen.
Tahanan ekuivalen serupa dengan sistem aliran listrik yang mengikuti hukum
Ohm.
Hukum Kirchoff
Ada dua dasar aturan dalam mempelajari sistem aliran listrik, yang dapat
digunakan pada sistem jaringan ventilasi.
Hukum Kirchoff 1
Bila ada aliran-aliran udara yang masuk melalui sutau titik atau
disebut juga Junction dan keluar lagi ke percabangan, maka udara
keluar harus sama dengan udara masuk (lihat gambar 10)
Q1 + Q2 = Q3 + Q4 = 0
Bila aliran udara keluar persimpangan dinyatakan positif dan yang
masuk dinyatakan negatif, maka;
Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0
Atau ;
Q = 0
Q3
Q1
Q4
Q2
Gambar 10
Aplikasi Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchoff 2
Hla , HLb dan HLc adalah positif karena aliran udara Q1 bergerak
melalui a, b, dan c dengan arah yang sama, sedangkan H Ld adalah
negatif karena udara Q2 mengalir dengan arah berlawanan terhadap
aliran lainnya.
Gambar 11
Aplikasi Hukum Kirchoff 2
c. Jaringan Seri
Dalam sistem ventilasi ada dua kemungkinan jaringan Seri dan Paralel (lihat
gambar 12)
Gambar 12
Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri
Gambar 13
Saluran Aliran Udara : a) Hubungan Seri; b) Saluran Ekuivalen
Req. = HL / Q2.
1. d. Jaringan Paralel
2.
3. Bila jaringan ventilasi dihubungkan secara paralel, maka aliran udara dibagi
menurut jumlah cabang paralel, yang besarnya masing-masing tergantung
kepada tahanan salurannya. Di dalam ventilasi tambang, percabangan paralel ini
disebut sebagai splitting sedangkan cabangnya sendiri disebut split. Kalau
jumlah aliran udara dibagi ke percabangan paralel menurut karakteristik
alamiahnya tanpa peraturan, hal ini disebut natural splitting
4.
5. Sedangkan splitting terkendali berlaku bila pembagian jumlah aliran udara diatur
dengan memasang beberapa penyekat (regulator) di dalam saluran udara yang
dikehendaki.
6.
7. Menurut hukum Kirchoff 1;
8.
9. Q = Q1 + Q2 + Q3 +
10. Maka bila aliran udara didalurkan kepercabangannya paralel maka jumlah total
aliran udara merupakan penjumlahan jumlah aliran udara setiap saluran.
Demikian juga halnya dengan head loss.
11. Menurut hukum Kirchoff 2 ;
12.
13. HL = HL1 = HL2 = HL3 =
14.
15. Tahanan ekuivalen saluran hubungan paralel ditunjukkan pada gambar 16. Pada
gambar ini tampak bahwa aliran udara Q dibagi menjadi Q1, Q2, dan Q3 yang
masing-masing melalui tahanan saluran R1, R2, dan R3. Bila tahanan saluran
masing-masing dinyatakan dalam satu nilai atau didapat tahanan ekuivalen
yang perhitungannya sesuai dengan cara yang dilakukan pada masalah listrik,
maka persamaan Atkinson untuk Junction A adalah;
16.
17. Q = HL/R1 + HL/R2 + HL/R3
18.
19. Atau; Q = HL ( 1/R1 + 1/R2 + 1/R3) = HL (1/Req.)
20.
21. Sedangkan : 1/Req. = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 +
22.
23.
24. Gambar 14
25. Saluran Aliran Udara Paralel dan Saluran Ekuivalen
26.
27. e. Analisis Jaringan Kompleks
28.
29. Suatu jaringan disebut komleks jika sirkuit-sirkuit paralel saling tumpang tindih
dan terkait. Pemisahan sirkuit-sirkuit tersebut tidak dapat dilakukan atau dengan
kata lain jaringan tersebut tidak dapat disederhanakan menjadi saluran
ekuivalen.
30.
31.
32. Gambar 15
33. Penyelesaian Grafis Jaringan Ventilasi Sederhana
34. f. Pencabangan Terkendali
Jika saluran udara diatur secara paralel dan jumlah udara yang mengalir
ke setiap cabangnya ditentukan, maka diterapkan percabangan terkendali
(controlled splitting). Pengendalian tersebut umumya dilakukan dengan cara
membuat tahanan buatan pada salah satu cabang. Cabang yang tidak diberi
tahanan buatan disebut free split. Tahanan buatan merupakan shock loss yang
timbul oleh alat yang disebut regulator.
Dengan cara ini jumlah aliran udara ke permuka kerja atau tempat-tempat
lainnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Namun dengan cara ini head
total serta kebutuhan daya secara keseluruhanakan meningkat dan selanjutnya
akan meningkatkan biaya.
Penentuan ukuran regulator diturunkan dari rumus shock loss teoritis untuk
suatu saluran bulat dan simetris.
X = (((1/Cc) N)/N)2
Dimana X = faktor shock loss, N = nisbah luas regulator/ luas lubang bukaan
dan Cc = koefisien kontraksi.
Cc = 1 / ( X + (2x+Z))
X = Hx / Hv
Dimana Hx = shock loss yang harus ditimbulkan oleh regulator dan Hv =
head kecepatan.
Nilai Z dapat dilihat pada tabel. Dan untuk regulator, nilai Z = 2,5 adalah nilai
yang umum di tambang bawah tanah.
Tabel 6
Koefisien Kontraksi (berdasarkan saluran pojok siku, t = 2,50)
N 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Cc 0.63 0.64 0.65 0.67 0.69 0.71 0.75 0.81 0.88 1.0
X 217.97 46.38 17.03 7.61 3.67 1.78 0.81 0.30 0.07 0
Tabel 7
Faktor Konstraksi
Edge Z
Formed 1.05
Rounded 1.50
Smooth 2.00
Square 2.50
Sharp 3.80
Tabel 8
Koefisien Saluran Masuk
Edge Z Cc X
Formed 1.05 0.975 0.0006
Round 1.50 0.785 0.05
Square 2.50 0.630 0.34
Source : McElroy, 1935.
D. PSIKOMETRI UDARA TAMBANG
Udara segar yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan mengalami
beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan, pemanasan atau
pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban. Oleh karena itu maka volume,
tekanan, kandungan energi panas dan kandungan airnya juga akan mengalami
perubahan. Ilmu yang mempelajari proses perubahan sifat-sifat udara seperti
temperatur dan kelembaban disebut psikrometri.
Sumber-Sumber Panas
Dalam kondisi panas, tujuan ventilasi adalah mengeluarkan hawa panas dan
uap air dengan laju yang sesuai, sehingga temperatur dan kelembaban udara yang
dikondisikan memungkinkan pekerja juga melepaskan panas tubuhnya saat bekerja.
Kedua faktor tersebut (panas dan kelembaban) harus dikondisikan secara
bersamaan.
Gambar 16
Hubungan antara Efisiensi Kerja dan Temperatur Efektif
Akan tetapi, bila syaraf sentral tidak dapat bekerja karena satu sebab dan
lainnya, maka hal ini hal ini akan dapat menyebabkan sakit dan kematian (lihat
gambar 17 berikut);
Gambar 17
Reaksi Fisiologis Terhadap Panas
Bila seseorang istirahat di dalam ruangan dengan kondisi udara jenuh, maka
batas kemampuannya untuk beradaptasi hanya akan mencapai temperatur 90 oF (32
o
C). namun bila ruangan tersebut dialiri udara dengan kecepatam 200 fpm maka
batas temperaturnya dapat naik hingga 95 oF (35 oC). Sedangkan temperatur normal
untuk seseorang dapat bekerja dengan nyaman adalah 26 27 oC.
1. Kompresi Adiabatik
2.
3. Bila kolom udara menurun di dalam suatu vertikal shaft, tekanannya akan
menaik sesuai dengan beratnya. Hal ini akan menyebabkan temperatur udara
menaik dan prosesnya dianggap adibiatik bila kandungan uap air tetap, aliran
udara tidak akan mengalami gesekan, dan tidak ada perpindahan panas antara
udara dengan lingkungannya (batuan). Sudah barang tentu hal ini tidak pernah
terjadi di alam. Kenaikan panas akibat autocompression sangat besar, sebagai
contoh suatu tambang emas di Afrika Selatan yang bekerja pada kedalaman
8.000 ft (2438,8 m) menimbulkan autokompresi sebesar 1 juta Btu/menit (17.550
kw) atau memerlukan refrigerasi sebanyak 5.000 ton/hari. Secara teoritik, bila
udara standard sebanyak 100.000 cfm (47,19 m3/det) dimasukkan kedalam
tambang bawah tanah sedalam 1.000 feet (304,8 m), maka banyaknya
refrigerasi yang dibutuhkan adalah:
4.
5. ft3 lb 1.285 Btu
6. 100.000 ------ X 0,075 --- X ------------- X 1.000 ft
7. menit ft3 lb/1.000 ft
8.
9. 9.637 Btu/menit = 48,2 ton refrigerasi/hari (169,5 kw)
10.
11. Begitu udara mengalir ke bawah vertikal shaft, tanpa ada perpindahan panas
antara vertikalshaft dengan udara luar dan tidak ada penguapan, udara
sebetulnya ditekan seperti bila kompresor menekan udara. Temperatur udara
kering naik 5,4 oF (3,02 oC) setiap perubahan kolom udara 1.000 feet.
12.
13. Setiap penurunan elevasi sebesar 778 feet, ekuivalen dengan penambahan
panas sebesar 1 Btu (0,252 kcal). Dan untuk udara kering, perubahan
temperatur cembung kering adalah : 1/(0,24 x 778) = 0,00535oF/ft (0,00983
o
C/m) atau sama dengan 1 oF/187 ft (1 oC/102 m).
14.
15. Aliran udara kebawah shaft akan menaikan temperatur dan bobot isinya sesuai
dengan kedalaman. Maka kebutuhan ventilasi akan meningkat dengan semakin
dalamnya aktivitas penambangan. Faktor lainnya dari kompresi adiabatik adalah
kenaikan temperatur cembung kering udara begitu mengalir melalui fan.
Besarnya kurang lebih 0,45 oF (0,25 oC) per 1 inchi air head statik. Fan yang
biasa dipakai di tambang bawah tanah mampu menekan hingga 10 inchi air head
statik.
16.
17. Peralatan Listrik Mekanik
18.
19. Jumlah panas total yang dikeluarkan oleh peralatan listrik mekanik ke udara
tambang bawah tanah tergantung dari besarnya daya yang dipakai dan bentuk
kerja yang dilakukan. Peralatan yang banyak dipakai di tambang bawah tanah
adalah listrik, diesel, dan tekanan udara. Kesemua jenis peralatan tersebut
banyak menggunakan dayanya untuk mengatasi masalah beban gesek dan rugi-
rugi listrik yang akhirnya dikonversikan menjadi bentuk panas.
20.
21. Panas yang dihasilkan oleh peralatan diesel tambang bawah tanah ekuivalen
dengan sekitar 90 % dari nilai kalor bahan bakar yang dikonsumsi. Angka ini
relatif sama untuk berbagai kondisi kerja mesin, baik dalam keadaan tidak
berbeban maupun berbeban. Nilai kalor bahan bakar solar adalah 140.200
Btu/gallon (9.334 kcal/liter). Untuk kepentingan praktis nilai kalor solar sebesar
125.000 Btu/gallon (8.322 kcal/liter) sering dipakai.
22.
23. Peralatan listrik, seperti substation atau trafo merupakan sumber panas yang
cukup berarti. Sekitar 4 % energinya keluar sebagai panas. Pompa non-
submersibel bisa mengeluarkan panas sebanyak 15 % dari energi inputnya.
24.
25. Aliran Panas Dinding Batu
26.
27. Persamaan umum aliran panas melalui dinding dapat ditulis sebagai berikut:
28.
29. Q = kA.dt/dL
30.
31. Dimana : Q = panas yang dialirkan, Btu/jam
32.
A = luas daerah dinding yang mengeluarkan panas ft2
33. K = konduktivitas panas, biasanya relatif tetap untuk
34. satu jenis batuan. Angkanya berbeda menurut
35. kandungan air dan susunan perlapisan, Btu-in/ft2jamoF
36. dt = perbedaan temperatur, oF
37. dL = ketebalan batuan yang mengeluarkan panas, inchi
38.
39. Karena aliran panas dari dinding merupakan satu-satunya sumber panas yang
masuk ke tambang, maka penentuan laju pengeluaran panasnya secara vertikal
& horizontal tidak dapat ditentukan secara teliti. Dalam penentuan temperatur
batuan biasanya batas kedalaman minimum 50 feet dianggap sebagai awal
perhitungannya.Tabel 9 berikut memberikan gambaran temperatur maksimum
batuan induk pada berbagai tambang dalam.
40.
41. Tabel 9
42. Temperatur Maksimum Batuan Induk
43.
Kedalaman Temperatur
Tambang (ft) (m) (oF) (oC)
Kolar Gold Field India 11000 3353 152 66.7
South Africa 10000 3048 125-130 51.7-54.4
Morro velho, Brazil 8000 2438 130 54.4
Nort Broken Hill,Australia 3530 1076 112 44.4
Great Britain 4000 1219 114 45.6
Bralorne.B.C. Canada 4100 1250 112.5 50.3
Kirkland Lake, Ont. 4000-6000 1219-1829 66-81 18.9-27.2
Falconebridge Mine, Ont 4000-6000 1219-1829 70-84 21.1-28.9
Lockerby Mine, Ont. 3000-4000 914-1219 67-96 19.4-35.6
Levark Borehild (Inco),Ont 7000-10000 2134-3048 99-128 37.2-53.3
Garson Mine, Ont. 2000-5000 610-1524 54-78 12.1-25.6
Lake Shore Mine, Ont. 6000 1829 73 22.8
Holinger Mine, Ont. 4000 1219 58 14.4
Creighton Mine, Ont. 2000-10000 610-3048 60-138 15.6-58.9
Superior, Arizona 4000 1219 140 60.0
San Manuel, Arizona 4500 1372 118 47.8
Butte, Montana 5200 1585 145-150 60.8-65.6
Ambrosia Lake, NM 4000 1219 140 60.0
Brunswick Ni.12 New. 3700 1128 73 22.8
Brunswick, CA
Belle Isle Salt Mine,LA 1400 427 88 31.1
4. Panas Dari Peledakan
Tabel 10.
Potensi Panas Dari Berbagai Jenis Bahan Peladak
Kandungan oksigen pada udara di dalam pit harus lebih besar dari 19%
dan kandungan gas karbon diosida harus lebih kecil dari 1%.
Kandungan gas dapat terbakar di dalam exhaust air aliran cabang utama
serta di lokasi kerja harus lebih kecil dari 1,5% dan di dalam aliran udara
ditempat lalu lintas di dalam pit harus lebih kecil dari 2%.
Temperatur udara di lokasi kerja di dalam pit harus lebih rendah dari
37oC.
Jumlah udara ventilasi di mulut pit intake mengambil standar jumlah
udara maksimum untuk pekerja tambang yang bekerja dalam waktu
bersamaan di dalam pit selama satu hari, dan untuk tambang batu bara
kelas A harus dibuat lebih besar dari 3 m3 per menit per orang.
Kecepatan udara ventilasi harus lebih rendah dari 450 m/menit. Kecuali
pada vertical shaft dan terowongan khusus untuk ventilasi boleh
ditingkatkan sampai 600 m/menit.
Jadi di Jepang, selama tidak ada alasan yang khusus, harus ditentukan
jumlah udara ventilasi yang membuat kondisi di dalam pit memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut.
Aliran cabang utama pada ventilasi pit bawah tanah, pecah menjadi
beberapa aliran cabang, kemudian setiap aliran cabang terbagi lagi untuk
menyapu permuka kerja dan menjadi exhaust air. Lama-lama aliran cabang
exhaust air lain juga berkumpul dan bergabung dengan exhaust air utama
dan dibuang ke luar pit. Berpecah dan mengalirnya aliran udara seperti ini
disebut pembagian aliran udara atau pencabangan aliran udara.
Semua hal diatas adalah nerupakan efek utama dari pembagian aliran
udara. Mengenai pembagian aliran udara, terutama untuk ventilasi di
permuka kerja penambangan, peraturan keselamatan tambang batu bara
mengatur hal sebagai berikut:
Pada tambang batu bara kelas A, exhaust air dari lokasi penambangan
batu bara sistem lorong panjang (long wall) atau gob tidak boleh
dilakukan ke lokasi penambangan lain. (Kecuali ada alasan khusus dan
mendapat izin dari kepala bagian pengawasan keselamatan tambang,
maka hal tersebut diperbolehkan).
Demikianlah, setiap permukaan kerja penambangan harus mempunyai
ventilasi yang berdiri sendiri. Bukan saja di permuka kerja penambangan,
tetapi di permuka kerja lubang majupun diharapkan menerapkan ventilasi
independen dengan mempertimbangkan gas yang muncul.
Metode pembagian aliran udara terdiri dari pembagian aliran alami dan
pembagian aliran proporsional. Pembagian aliran alami adalah metode
pembagian aliran secara alami tanpa menggunakan alat pembagi aliran
ataupun kipas angin pembantu. Sedangkan pembagian aliran proporsional
adalah metode pengaturan jumlah udara ventilasi dengan menggunakan
peralatan seperti fan atau kipas angin. Tergantung dari tahapan
pembagiannya, pembagian aliran udara dapat dibagi menjadi pembagian
aliran primer, pembagian aliran sekunder dan pembagian aliran permuka
kerja, seperti terlihat pada gambar 19 berikut :
Gambar 19
Pembagian Aliran Ventilasi
Hal penting yang berikutnya adalah bagaimana strukturnya harus dapat
mencegah kebocoran angin untuk meningkatkan jumlah angin efektif.
Masalah ini bukan saja untuk maksud menyingkirkan gas di lokasi kerja yang
merupakan tujuan utama, tetapi dilihat dari segi pencegahan swabakar dan
ekonomi daya ventilasi juga penting. Untuk mencapai tujuan tersebut,
jaringan ventilasi utamanya menggunakan sistem diagonal (mengenai sistem
ini akan dijelaskan kemudian) dengan menggali ventilation shaft di bagian
dalam, sementara sebagian cara efektif pada konstruksi panel digunakan
sistem struktur ruang.
3. Ventilasi Utama
b. Ventilasi Alami
Pada suatu pit yang mempunyai 2 buah mulut pit yang ketinggiannya
berbeda seperti gambar di bawah, dimana pada musim panas temperatur di
dalam pit lebih rendah dari pada temperatur luar, maka udara di dalam pit
menjadi lebih berat dari pada udara di luar pit yang sama-sama mempunyai
tinggi L, sehingga mulut pit bawah menjadi outtake/exhaust. Pada musim
dingin terjadi kebalikannya.
Gambar 20
Kondisi Ventilasi Alami
Jawaban : 4,17
x 200 x (25o 10o ) 12,5, yakni menjadi 12,5 mmaq
H= 1.000
Gambar 21
Ventilasi alami pada vertical shaft
H = 1.000
Seandainya kedua vertical shaft berada pada level yang sama, maka L1-
L2 menjadi 0, sehingga rumus
4,17 ini menjadi
h L (t t )
1.000 1 2 1
c. Ventilasi Mesin
Metode yang menggunakan kipas angin untuk melakukan ventilasi dengan
menciptakan tekanan ventilasi (positif atau negatif) di mulut pit intake/outtake.
Pada metode ini, dipilih kipas angin yang paling sesuai dilihat dari jumlah
udara ventilasi yang diperlukan dan perbedaan tekanan ventilasi untuk
mengalirkan jumlah udara tersebut.
Kebalikan dari sistem tiup, maka pada sistem sedot, kipas angin
ditenpatkan di mulut pit outtake, membangkitkan tekanan yang lebih rendah
(tekanan negatif) dari pada tekanan atmosfir, untuk menyedot keluar udara
dari dalam pit. Karena tidak ada kelemahan seperti ventilasi tiup yang ditulis
di depan maka saat ini ventilasi di tambang batu bara menggunakan metode
ini.
4. Teori Ventilasi
a. Tahanan Ventilasi
Pada waktu air lewat di dalam pipa besi, akan mengalami tahanan
karena jumlah aliran air, kecepatan, ukuran pipa besi dan sifat permukaan
dalam pipa besi. Sama seperti kasus air tersebut, aliran udara yang melewati
terowongan juga akan menerima tahanan yang berbeda menurut jumlah
aliran udara, kecepatan, ukuran terowongan, panjang terowongan, belokan
dan bentuk keliling terowongan. Namun, karena sifat cairan dan gas sangat
berbeda, sifat tahanan yang diterima juga akan berbeda.
Untuk melakukan ventilasi, harus diberikan daya ventilasi yang dapat
mengatasi tahanan ini. Tahanan ini disebut tahanan ventilasi, yang mana
akan mengalami perubahan karena kecepatan, jumlah aliran udara dan
keadaan pit, seperti berikut ini:
Seperti dapat dilihat pada rumus di depan, untuk terowongan yang sama,
tahanan ventilasi sebanding dengan kuadrat kecepatan aliran udara. Artinya,
kalau kecepatan menjadi 2 kali, tahanan menjadi 2 x 2 = 4 kali, dan saat
kecepatan menjadi 3 kali, tahanan menjadi 9 kali. Untuk terowongan yang
sama jumlah aliran udara sebanding dengan kecepatan udara, sehingga
untuk jumlah aliran udara juga dapat dikatakan hal yang sama. Misalnya,
pada suatu terowongan yang tiap menitnya dilewati 2.000 m3 udara, apabila
jumlah aliran udaranya langsung dijadikan 4.000 m3, maka tahanan yang
diterima menjadi 4 kali lipat.
1) Koefisien Gesek
Koefisien gesek berbeda menurut metode penyanggaan terowongan.
Tabel berikut adalah koefisien gesek untuk tiap jenis terowongan.
Tabel 11
Koefisien Gesek Tiap Jenis Terowongan
2) Tahanan Belokan
Tahanan ventilasi meningkat drastis dibelokan terowongan, ditempat
yang menyempit, serta pada tempat terjadinya tabrakan aliran udara.
Tahanan yang timbul dibelokan disebabkan oleh kerugian energi akibat
aliran udara yang berlebih. Mengenai hal ini, Petit dari Perancis telah
mengukur tahanan belokan dengan saluran kayu berbentu persegi panjang,
dimana tahanan tersebut dinyatakan dalam panjang saluran kayu yang lurus
dengan penampang yang sama. Hasilnya adalah seperti pada gambar
kanan. Artinya, belokan tegak lurus akan menimbulkan tahanan yang setara
dengan 82,3 m terowongan lurus. Sedangkan, apabila belokan dijadikan
bentuk lingkaran, tahanannya menjadi hanya 7 m.
Gambar 22.: Gesekan Pada Bagian Belokan Terowongan
5) Tahanan Jenis
M =
= R x 1.000 (murgue)
H=
1. Penggabungan seri
2. Andaikan Airway dengan tahanan jenis R1 dan airway dengan tahanan
jenis R2 saling dihubungkan secara seri seperti (a) pada gambar di
sebelah kanan, dimana ditengahnya sama sekali tidak ada cabang
airway, baik memisah maupun menggabung. Dalam hal ini, jumlah
angin, V, dimanapun sama.
3. Penurunan tekanan yang terjadi di masing-masing airway adalah R1V2
dan R2V2. Seandainya 2 buah airway tersebut dianggap sebagai 1 buah
airway dan tahanan jenisnya R, maka
4.
5.
h = RV2
6.
7. Seperti diuraikan di atas, karena
8.
9. h = R1V2 + R2V2
10.
11. Maka sudah pasti
12.
13. R = R1 + R2
14.
15. Dengan cara yang sama, apabila beberapa airway dihubungkan
secara seri, dimana tahanan jenis masing-masing adalah R1, R2, R3,
dst, dan tahanan jenis keseluruhan adalah R, maka
16.
17. R = R1 + R2 + R3 + .
18.
19.
20. Gambar 23
21. Saluran Udara Yang Berhubungan Secara Seri dan Paralel
22.
23. Penggabungan paralel
Andaikan 2 buah airway dengan tahanan jenis masing-masing
R1 dan R2 saling dihubungkan secara paralel seperti (b) pada gambar di
atas, dimana ditengahnya sama sekali tidak ada cabang airway
memisah maupun menggabung. Apabila jumlah aliran pada masing-
masing airway adalah V1 dan V2, maka penurunan tekanan masing-
masing adalah R1V12 dan R2V22. Namun, pnurunan tekanan tersebut
seharusnya sama. Apabila nilai penurunan tekanan adalah h, maka
H = R1V12 = R2V22
Jadi
V1 =
Apabila 2 buah airway yang berhubungan secara paralel
dianggap sebagai 1 buah airway, dimana jumlah aliran udaranya V.
Karena
V = V1 + V2
Dan, karena h = RV2 = R1V12 = R2V22 = R3V32, maka
V1 =
6) Equivalent Orifice
Contoh soal:
7) Daya Ventilasi
Contoh soal:
Berapa daya penggerak udara untuk melakukan ventilasi dengan
tekanan ventilasi 150 mm dan jumlah angin 150 m3/detik?
Jawaban N =
Dalam hal ini, walaupun digunakan kipas angin dengan efisiensi
terbaik, diperlukan daya 300 HP x 1,5 = 450 HP. Misalkan untuk
melewatkan jumlah udara tersebut, tekanan ventilasinya dapat dijadikan
100 mm dengan cara memperbesar terowongan, melakukan
penganggaan yang tepat atau memperpendek terowongan, maka daya
penggerak udara menjadi
N=
Sehingga daya kipas angin menjadi 200 HP x 1,5 = 300 HP
Apabila (1) dan (2) disubstitusi ke dalam rumus umum Atkinson, maka
9) Perhitungan Ventilasi
Kurva ini adalah setengah bagian sebelah kanan dari garis parabola
dengan sumbu tegak sebagai sumbu simetris. Seluruh jumlah angin
yang diventilasikan sama dengan jumlah angin yang dihasilkan oleh
kipas angin, dan takanan yang hilang karena vetilasi sama dengan
tekanan yang dibangkitkan oleh kipas angin. Sehingga, absis dari titik
potong kurva I dan II merupakan seluruh jumlah angin, V 1, dan ordinat
dari titik potong merupakan tekanan kipas angin, PRF1.
5. Ventilasi Lokal
Sama seperti ventilasi utama, ada sistem tiup dan sistem sedot, namun
untuk penggalian maju pada prinsipnya harus menggunakan sistem tiup.
Untuk menyingkirkan gas yang timbul di permuka kerja penggalian maju,
secepatnya harus mengencerkan gas tersebut sampai ke taraf yang tidak
bahaya. Gas dan udara secara alamiah dapat bercampur karena efek difusi
gas, sehingga kalau kedua gas diaduk dengan ventilasi tiup, segera
bercampur dan menjadi encer. Tetapi, pada ventilasi sedot tidak terjadi
pengadukan, sehingga gas diujung permuka kerja tidak mudah disingkirkan.
Namun pada sistem tiup, exhaust air yang terdifusi keluar ke bagian
depan melalui seluruh terowongan, sehingga pada penggalian maju batuan
terjadi banyak suspensi serbuk batuan yang membuat buruk keadaan
lingkungan. Oleh karena itu, pada penggalian maju batuan yang sama sekali
tidak timbul gas, penggunaan sistem sedot membuat udara terowongan lebih
bersih dan sehat (perhatikan gambar).
Gambar 26. Ventilasi Permuka Kerja Penggalian Maju
Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi lokal dapat dibagi menjadi
ventilasi brattice, air jet, saluran udara dan metode kipas angin lokal.
1) Ventilasi Brattice
Ini adalah metode ventilasi pada sebuah terowongan penggalian
maju dengan merentangkan papan kayu dan vinil, dimana satu sisi
dijadikan intake dan sisi lainnua sebagai exhaust. Di Jepang, pada
zaman penambangan batu bara sistem ruang dan pilar, ventilasi
permuka kerja terutama dilakukan dengan ventilasi brattice. Namun
karena banyak kebocoran angin dan boros bahan papan kayu, serta
memakan tenaga dan waktu, maka saat ini tidak digunakan lagi.
(Perhatikan Gambar).
Gambar 27.: Ventilasi Brattice
2) Air jet
Gambar 30.: Metode Ventilasi Kipas Angin Lokal
Pada sistem sedot, debu yang timbul di permuka kerja dapat disedot ke
dalam saluran udara tanpa menyapu dulu terowongan di tengahnya,
sehingga dari segi lingkungan kerja lebih unggul daripada sistem tiup.
Namun, sistem sedot mempunyai kelemahan sebagai berikut:
Lingkup gerak aliran udara diujung saluran udara kecil, sehingga gas
yang timbul di permuka kerja sulit disingkirkan.
Karena perlu memperpanjang saluran udara sampai ke dekat permuka
kerja, menjadi gangguan kerja di permuka kerja, serta saluran udara
mudah mengalami kerusakan akibat peledakan atau hal lain.
Saluran udara dari vinil sulit digunakan karena bisa mengempis.
Apabila konsentrasi gas dapat terbakar yang disingkirkan tinggi,
penggunaan kipas angin aksial menjadi berbahaya.
1) Apabila letak kipas angin lokal tidak baik (perhatikan gambar berikut)
Walaupun letak kipas angin sudah baik, kalau jumlah angin induk
(intake air) yang melewati posisi peletakan kipas angin lebih sedikit dari
pada jumlah angin yang dibangkitkan oleh kipas angin, akan terjadi
resirkulasi udara. Selain itu, adakalanya resirkulasi udara dapat terjadi
karena kekurangan angin induk yang disebabkan oleh ambruknya airway
atau pembukaan pintu angin.
Kipas angin lokal harus ditempatkan pada posisi dimana exhaust air
tidak tertarik masuk ke intake air, dan jumlah udara ventilasi yang
melalui posisi tersebut dibuat melebihi kapasitas kipas angin yang
dimaksud, agar tidak terjadi resirkulasi udara.
6. Pengukuran
a. Kecepatan angin
1) Anemometer
Untuk mengukur kecepatan angin di dalam pit bawah tanah
biasanya menggunakan anemometer. Ini adalah kincir angin yang sangat
ringan dan gesekannya kecil, dimana baling-balingnya terbuat dari pelat
aluminium dan membentuk sudut 42-44o terhadap arah poros. Untuk
mengukur kecepatan angin, alat ini diletakkan di dalam aliran udara
untuk memutar baling-baling, dimana kecepatan angin atau jarak tempuh
aliran udara per satuan waktu dapat diperoleh dari jumlah putaran dalam
waktu tertentu. Daerah kemampuan ukurnya adalah 0,5-10 m/s.
2) Tabung pitot
Pada tabung pitot terdapat lubang ukur tekanan total di depan dan
lubang ukur tekanan statis di samping. Perbedaan kedua tekanan
tersebut, yakni tekanan dinamis, diukur dengan manometer tabung U,
kemudian kecepatan angin diperoleh dari persamaan di bawah.
P = w2/2g
b. Jumlah angin
Jumlah angin adalah perkalian kecepatan angin rata-rata dan luas
penampang. Pada umumnya, kecepatan angin terbesar terjadi di sekitar
pusat penampang terowongan. Oleh karena itu, apabila mengukur
kecepatan angin dengan anemometer, maka anemometer digerakkan
sepanjang penampang dengan kecepatan konstan untuk mengukur
kecepatan angin rata-rata. Kemudian nilai tersebut dikalikan dengan luas
penampang terowongan yang diukur untuk menghitung jumlah angin.
c. Perbedaan tekanan
Apabila tabung gelas ditekuk membentuk huruf U dan ke dalamnya
dimasukkan air atau cairan lain hanya setengah bagiannya, kemudian dua
buah tekanan yang hendak diukur masing-masing dihubungkan ke kedua
ujung tabung gelas dengan pipa, maka perbedaan tekanan dapat diukur
sebagai perbedaan ketinggian cairan. Apabila mau mengukur perbedaan
tekanan yang kecil, cukup dengan memiringkan tabung U. Dengan
memiringkannya sebesar 0o, sensitivitas akan meningkat 1/sin 0 kali.
d. Tekanan udara
1. Barometer air raksa
2. Mengetahui tekanan udara melalui pengukuran tinggi kolom air raksa
yang terangkat oleh tekanan udara. 1 atmosfir adalah 760 mm Hg. Alat ini
cocok untuk pengukuran di tempat tetap (diam), tetapi tidak cocok
digunakan dengan membawanya di dalam pit bawah tanah.
3. Barometer aneloide
4. Wadah yang bagian dalamnya kedap dibuat dengan menempelkan 2
lembar logam tipis berbentuk lingkaran bergelombang. Dengan adanya
perubahan tekanan, wadah tersebut mengembang dan mengempis,
dimana deformasi yang kecil tersebut diperbesar secara mekanis untuk
ditunjukkan dengan jarum. Kurang memuaskan dari segi ketelitian, tetapi
cocok untuk dibawa.
5. Altimeter untuk pesawat terbang
Telah dilaporkan penggunaan alat ini untuk pit bawah tanah.
Cukup dapat mencapai tujuan.
e. Penurunan Tekanan
1. Melakukan pengukuran penurunan tekanan yang terjadi karena
mengalirnya udara di dalam lorong angin adalah hal yang sangat penting.
Apabila pada 2 titik pengukuran di dalam lorong angin diletakkan tabung
tekanan statis Pitot dan di tengah-tengahnya diletakkan tabung U,
kemudian dihubungkan dengan pipa (misalnya pipa karet), maka
perbedaan tekanan yang tampak pada tabung U adalah penurunan
tekanan. Apabila 2 titik yang hendak diukur penurunan tekanannya
berjarak jauh, selang jarak tersebut dibagi menjadi beberapa bagian,
kemudian penurunan tekanannya diukur dan nilai penjumlahan untuk
selang 2 titik tersebut boleh dianggap sebagai penurunan tekanan. Pada
waktu melakukan pengukuran mulai dari mulut pit udara masuk kemudian
mengelilingi pit dan sampai ke mulut pit udara buang, maka nilai
penjumlahan penurunan tekanan selama itu setara dengan jumlah
tekanan kipas angin dan tekanan ventilasi alami (perhatikan gambar di
bawah).
2. Melakukan pengukuran nilai mutlak tekanan udara dengan menggunakan
barometer aneloide, kemudian dari perbedaan tekanan tersebut
menghitung penurunan tekanannya.