Anda di halaman 1dari 11

PELUANG, TANTANGAN, DAN RISIKO BAGI INDONESIA DENGAN ADANYA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Ditulis oleh: Arya Baskoro (Associate Researcher)

Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015? Sudah seharusnya kita bersiap menghadapi
ketatnya persaingan di tahun 2015 mendatang. Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia
Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di
kawasan Asia Tenggara.

Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu
momentum yang baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan
dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan
basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar,
dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia
Tenggara.

Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang
memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual
Property Rights (IPR),taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan
yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen;
mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman,
dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan
media elektronik berbasis online.

Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang
merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan
dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini,
kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan,
serta teknologi.

Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan dengan
membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain
itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan
global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang
kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan
produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional
namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.

Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil
kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan
meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep
meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat
menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN.

Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan
akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul
tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan,
contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso,
2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan
mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing
dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct
Investment(FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi,
penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang
lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat
memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat
sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber
daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah
sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga
eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan
regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk
ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena
dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka
ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih
mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus
bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam
hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan
produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia,
Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia
berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika Online, 2013).

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala
ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih
memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan.
Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan
terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang
apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan
sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya
saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton
di negara sendiri di tahun 2015 mendatang.
PENGERTIAN GEOGRAFI
Geografi berasal dari bahasa Yunani geo berarti bumi dan graphein berarti
tulisan. Jadi secara harfiah berarti tulisan tentang bumi, sehingga sering disebut ilmu
Bumi. Istilah geografi diperkenalkan oleh Erastothenes tahun 100 SM, sehingga beliau
dikenal sebagai peletak dasar ilmu geografi karena memperkenalkan istilah geographika juga
telah mencoba menghitung keliling bumi secara matematis melalui perbandingan besar jarak
busur Alexandria Syene (Aswan) dengan keseluruhan bumi.
Dari hasil seminar dan lokakarya para pakar Geografi yang dilaksanakan di Semarang
tahun 1988 dirumuskan bahwa :
Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan
kehidupan di muka bumi (gejala geosfera) serta interaksi antara manusia dengan
lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
Dari pengertian tersebut diatas maka:
a. Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala-gejala alam dan kehidupan di
muka bumi (gejala geosfera)dimaksudkan bahwa geografi akan mengkaji atau
mempelajari berbagai faktor penyebab sekaligus mencari dan menemukan jawaban
mengapa terjadi persamaan dan perbedaan pada gejala geosfera antara satu tempat dengan
tempat yang lain.
b. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya dimaksudkan behwa manusia dalam
memenuhi kebutuhannya akan memanfaatkan lingkungan alamnya. Oleh karena itu
dituntut agar kelestarian daya dukung alam tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya.
c. Dalam kontek keruangan dan kewilayahan dimaksudkan bahwa didalam mempelajari
(mengkaji) persamaan dan perbedaan gejala geosfera maupun interaksi manusia dengan
lingkungannya yang diutamakan adalah persebaran gejala geosfera dalam dalam suatu
wilayah dan interaksi manusia dengan lingkungannya.
Jadi yang membedakan geografi dengan ilmu yang lain bukan pada bumi sebagai
wujud kajian geografi, malinkan pada cara pandang yang bersifat keruangan dan obyek
geografi yang berupa gejala geosfera.

OBYEK STUDI GEOGRAFI


Sasaran atau kajian studi geografi secara garis besar adalah :
a. Aspek fisik (alami) yang meliputi aspek kimiawi, biologis astronomi dan sebagainya.
b. Aspek sosial yang meliputi aspek politis, ekonomi, anthropologis dan sebagainya.

ANALISIS (PENDEKATAN) GEOGRAFI


Analisis (pendekatan) secara geografi ada 3 (tiga) macam yaitu :
a. Analisis Keruangan
Dalam analisis keruangan seorang ahli geogarfi mengkaji variable antara sesama aspek
fisik. Variable yang berbeda antara tempat yang satu tempat yang satu dengan yang lain,
dikaji faktor penyebab yang mempengaruhi pola distribusi keruangan atau persebarannya.
Contoh :
Keterkaitan antara lereng dengan erosi.
Keterkaitan antara jenis tanah dengan vegetasi.
Keterkaitan antara letak dengan harga tanah.
b. Analisis Kelingkungan (Ekologi)
Dalam analisis kelingkungan seorang ahli geografi mengkaji interaksi organisme
(manusia,hewan dan tumbuhan) dengan lingkungannya. Pendekatan ini digunakan untuk
mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur unsur yang berada dilingkungan
tertentu yaitu hubungan antar organisme dan hubungan organisme dengan lingkungannya.
Contoh: Didaerah lereng pegunungan petani melakukan kegiatan pertanian dengan sistim
terasering
c. Analisis Kewilayahan (Komplek Wilayah)
Dalam analisis kewilayahan seorang ahli geografi mengkaji antara variable manusia
dengan lingkungannya pada suatu wilayah yang mendasarkan pada kombinasi antara
analisis keruangan dan analisis ekologi
Contoh : Keterkaitan antara adanya hutan bakau, udang dan nelayan pada suatu daerah.

KONSEP DASAR ESSENSIAL GEOGRAFI


Dalam memahami ilmu geografi perlu memahami sepuluh pengertian dasar yang
sangat penting yaitu :
a. Konsep Lokasi (tempat)
Lokasi keterkaitannya dengan keadaan sekitarnya dapat menguntungkan dan juga dapat
merugikan.
Contoh :
Lokasi daerah dekat dengan jalan raya mengakibatkan harga tanah tersebut sangat mahal.
Lokasi pemukiman dekat pabrik maka udara kotor karena polusi.
b. Konsep Jarak
Jarak sebagai faktor pembatas karena memisahkan dua tempat, arti pentingnya bersifat
relatif dan berubah sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi.
c. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan tidak terlalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi
medan, sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi.
Pada umumnya keterjangkauan berubah akibat perkembangan perekonomian dan
kemajuan teknologi.
d. Konsep Pola
Pola berkaitan denga persebaran fenomena dalam ruang di muka bumi baik yang bersifat
alami (curah hujan, persebaran vegetasi, pola aliran sungai, jenis tanah dsb) atau bersifat
sosial budaya (mata pencaharian persebaran penduduk, pemukiman dsb).
Contoh :
Di daerah yang curah hujannya kurang, orang akan berladang dan beternak.
Di daerah yang datar dengan curah hujan yang cukup orang akan bersawah.
e. Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan permukaan bumi akibat tenaga geologi,
menyangkut bentuk lahan yang berkaitan denga erosi dan sedimentasi. Ketebalan tanah
jenis vegetasi dan juga penggunaan lahan.
f. Pengelompokan (Aglomerasi)
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat menggerombol pada
suatu wilayah yang relatif sempit yang paling menguntungkan baik mengingat
kejenisannya maupun adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.
Contoh :
Perumnas yang dihuni mayoritas pegawai negeri.
Pedukuhan yang dihuni petani penggarap sawah.
g. Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan sumber daya alam dan gejala alam di permukaan bumi bersifat relatif,
tidak sama bagi setiap orang sesuai dengan keberadaan dan cara pandangannya.
Contoh:
Daerah pantai bagi nelayan merupakan daerah mencari nafkah yang utama, tetapi bagi
penduduk kota merupakan daerah rekreasi.
h. Interaksi Interdependensi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi antara obyek yang satu dengan yang
lain, karena setiap tempat mempunyai potensi sumber daya yang berbeda.
Contoh :
Daerah pedesaan menghasilkan bahan pangan yang dibutuhkan daerah perkotaan,
perkotaan menghasilkan barang industri dan informasi yang dibutuhkan masyarakat
pedesaan.
i. Perbedaan Wilayah (diferensiasi areal)
Integrasi gejala alam menjadikan suatu wilayah mempunyai corak tersendiri (region).
Interaksi gejala dan unsur yang bersifat dinamis menghasilkan karakteristik yang selalu
berubah. Perbedaan wilayah juga mendorong terjadinya interaksi antar wilayah dalam
bentuk mobilitas penduduk, pertukaran barang dan jasa.
Contoh :
Pedesaan dengan corak khas pesawahan yang tradisional berbeda dengan pedesaan dengan
sistem pertanian industri (perkebunan).
j. Keterkaitan Ruang (asosiasi keruangan)
Keterkaitan ruang menunjukan tingkat keterkaitan persebaran suatu gejala dengan gejala
yang lain di suatu tempat, baik yang menyangkut gejala alam, tumbuh-tumbuhan atau
kehidupan sosial.
Contoh :
Kemiringan lereng dengan ketebalan tanah, makin terjal lereng akan disertai dengan
fenomena makin tipisnya tanah.
Tumbuhan alang-alang (ilalang) hidup pada lahan terbuka yang banyak sinar matahari.

PRINSIP PRINSIP GEOGRAFI


Secara teoritis prinsip-prinsip geografi terdiri atas: prinsip penyebaran, prinsip interrelasi,
prinsip deskripsi, dan prinsip kronologi.
1. Prinsip Penyebaran
Prinsip penyebaran, merupakan dasar atau kunci pertama dalam kajian ilmu geografi
yang dapat menggambarkan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip ini menekankan pada
pemahaman bahwa fenomena geosfer itu tersebar di seluruh permukaan bumi secara tidak
merata, tetapi memiliki hubungan satu sama lain.
2. Prinsip Interrelasi
Prinsip interrelasi merupakan prinsip yang mengungkapkan hubungan di dalam
fenomena geosfer, misalnya hubungan antara faktor fisik dengan faktok manusia. Prinsip ini
dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik gejala atau fakta geografi pada sebuah
region. Prinsip interrelasi dapat disajikan secara kuantitatif sehingga dapat diukur secara
matematis.
3. Prinsip Deskripsi
Prinsip deskripsi merupakan kerangka kerja geografis dan sebagai penjelas atas sebab
akibat terjadinya interrelasi yang dapat disajikan, tidak hanya dalambentuk kalimat, tetapi
juga ditampilkan dalam bentuk peta, diagram, grafik, atau tabel.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip yang komprehensif, karena memudahkan semua
prinsip geografi, sehingga prinsip ini merupakan prinsip yang terpenting dalam kajian
geografi. Berdasarkan prinsip ini semua gejala, fakta, dan masalah geografi tinjauan
penyebaran, interrelasi, dan interaksinya, yaitu dalam ruang.
HAKEKAT GEOGRAFI
Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada aspek keruangan berfungsi
antara lain :
a. Mengetahui bentuk muka bumi
b. Mengetahui luas muka bumi
c. Mengetahui iklim
d. Mengetahui aktifitas penduduk dsb.
e. Membentuk sikap siswa untuk mencintai alam,sehingga perubahan yang terjadi pada
suatu daerah dapat dicegah dampak negatifnya.

OBYEK DAN RUANG LINGKUP STUDI GEOGRAFI


Karena sebagai obyek kajian geografi adalah geosfer,maka secara umum yang menjadi
obyek material geografi meliputi atmosfera (lapisan udara), hidhosfera (lapisan kulit bumi),
hidrosfera (lapisan perairan), biosfera(lingkungan hewan dan tumbuhan) dan anthroposfera
(manusia).
Sedangkan objek formal geografi adalah region dimana analisis suatu wilayah (region)
merupakan telaahan yang menyeluruh dan terpadu antara unsur-unsur wilayah (lokasi) unsur-
unsur fisis dan sosial dari wilayah tersebut serta jalinan interaksi dan interelasi antara unsur-
unsur wilayah tersebut.
Dengan demikian obyek studi geografi meliputi :
a. Obyek formal geografi
Merupakan cara memandang terhadap objek material geografi dari aspek keruangan dalam
konteks kelingkungan atau kewilayahan.
b. Obyek material geografi
Merupakan semua gejala yang terdapat dan terjadi di muka bumi seperti : pemukiman,
desa, DAS, industri, tanah, air bentuk lahan dsb.
Dalam penelaahan gejala geosfera study geografi selalu menganalisa dari segi lokasi
dan persebaran gejala tersebut di muka bumi serta interaksi antara satu gejala dengan gejala
yang lain pada wilayah tertentu.
Rhoad Murphey dalam bukunya The Scope of Geography mengemukakan 3 (tiga)
pokok ruang lingkup studi geografi yaitu :
a. Persebaran dan keterkaitan penduduk di muka bumi dengan sejumlah aspek keruangan
serta bagaimana manusia memanfaatkannya.
b. Interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang merupakan salah satu bagian dari
keanekaragaman wilayah.
c. Kajian terhadap region.
FILSAFAT GEOGRAFI
KONSEP GEOGRAFI

Geografi ,merupakan ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala-gejala


yang terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik dan manusia) dengan menggunakan
perspektif keruangan (spatial perspective).
Dalam filsafat ilmu suatu pengetahuan yang sistematis disebut ilmu pengetahuan apabila
memiliki tiga aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan aspek aksiologis atau
aspek fungsional.
Hakikat Geografi sebagai ilmu pengetahuan dapat ditelusuri melalui kaitan bagian permukaan
bumi dengan kehidupan manusia.

ASPEK DALAM FILSAFAT GEOGRAFI

1. Aspek Ontologis
Aspek ontologis lebih menekankan perbedaan ilmu geografi dengan bidang ilmu
lainnya. Berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup interrelasi, interaksi, dan
interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia.
Pengertian bagian permukaan bumi itu mencakup juga lingkungan fauna, flora, dan biosfer.
Unsur ruang atau wilayah atau tempat itulah yang menjadi perhatian geografi sejak dulu.
Tidak ada disiplin ilmu lain yang memperhatikan fakta tentang ruang, yang justru penting
sebagai tempat dari aneka ragam gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini. Hal tersebut
yang membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang area yang kompleks
merupakan bagian perhatian utama dari geografi. Dalam perkembangannya, dengan obyek
studi geografi tersebut melahirkan ilmu pengetahuan Geografi Fisis (Physical Geography),
Geografi Manusia (Human Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography);
dengan berbagai anak cabangnya masing-masing.

2. Aspek Epistemologis
Aspek epistimologis meliputi metodologis dan pendekatan geografi yang sejalan
dengan aspek epistimologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah
dengan pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di
dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak dari pengamatan
secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang dianggap sudah diakui secara umum.
Kemudian dari hasil pengamatan secara umum ini diambil kesimpulan secara khusus
(reasoning from the general to the particular).

3. Aspek Aksiologis
Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang studinya tersebut membuatnya
menjadi cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal, dan mengontrol yang
diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan wilayah. Aspek aksiologi ilmu
pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi Terapan.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein
berarti teman atau cinta, dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan
hikmah. Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala ilmu
pengetahuan. Kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (Arab),
philosophie (Prancis, Belanda dan Jerman), serta philosophy (Inggris). Dengan demikian
filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (menjadi kata sifat) bisa berarti
teman kebijaksanaan (menjadi kata benda) atau induk dari segala ilmu pengetahuan.
Immanuel Kant (1724-1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan. Menurut Kant ada empat hal yang dikaji
dalam filsafat yaitu: apa yang dapat manusia ketahui? (metafisika), apa yang seharusnya
diketahui manusia ?(etika), sampai dimana harapan manusia? (agama) dan apakah manusia
itu (antropologi). Kenyataannya semua definisi filsafat di atas tidak pernah dapat
menampilkan pengertian yang sempurna karena setiap orang selalu berbeda cara dan gaya
dalam mendefinisikan suatu masalah. Definisi dan pengertian tidak akan menyesatkan selama
kita memandangnya sebagai cara pengenalan awal atau sementara untuk mencapai
kesempurnaan lebih lanjut. Dengan demikian filsafat merupakan ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat,
manusia berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikiran, realitas dan
kejadian. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam
berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan.

Berfilsafat dapat diartikan sebagai berfikir. Ciri berfikir filsafat adalah:


1. Radikal: berfikir radikal artinya berfikir sampai ke akar permasalahannya.
2. Sistematik, berfikir yang logis, sesuai aturan, langkah demi langkah, berurutan, penuh
kesadaran, dan penuh tanggung jawab.
3. Universal, berfikir secara menyeluruh tidak terbatas pada bagian tertentu tetapi
mencakup seleuruh aspek.
4. Spekulatif, berfikir spekulatif terhadap kebenaran yang perlu pengujian untuk
memberikan bukti kebenaran yang difikirkannya.
Dalam halnya tentang geografi, paling tidak ada dua pendapat terhadap
perkembangan bidang ilmu geografi saat ini. Pendapat pertama menganut faham geografi
sebagai ilmu yang bersifat generalis yang tidak memerlukan bidang spesialisasi. Pendapat
kedua memiliki pemikiran bahwa geografi dapat dikembangkan dalam spesialisasi
spesialisasi (cabang atau bahkan ranting) tertentu. Ke dua pendapat tersebut mengetengahkan
kebenaran masing masing sebagai dasar pertimbangan.
Geografi adalah bukan bidang ilmu tentang semua hal yang ada dalam kehidupan
manusia, walaupun ada yang berpendapat bahwa geografi adalah mothers of science atau
ilmu yang bersifat generalis. Sebuah kalimat yang sering diungkapkan adalah bahwa semua
hal bisa di-geografi-kan sepanjang masih dapat dianalisis secara spasial. Kalimat ini sangat
sederhana namun mempunyai implikasi yang sangat luas terutama bagi para geograf yang
kritis. Pertanyaan kritis yang kemudian dapat dikemukakan adalah apakah dapat dibuktikan
bahwa semua hal dapat dianalisis dalam perspektif spasial.
Oleh karena begitu banyak hal dapat digeografikan maka muncul usaha usaha membuat
spesialisasi geografi. Upaya untuk memikirkan spesialisasi di bidang ilmu geografi layak
untuk diapresiasi. Namun, cabang atau ranting ilmu yang dirumuskan hendaknya memenuhi
kaidah kaidah yang benar sehingga tidak menyimpang dari pohon ilmunya. Salah satu contoh
adalah pohon ilmu geografi jelas berbeda dengan pohon ilmu informatika yang fokus dalam
rekayasa teknik system pengolahan data menjadi informasi. Demikian pula pohon ilmu
geografi jelas berbeda dengan pohon ilmu psikologi yang fokus dalam perilaku (behaviour)
manusia. Sampai saat ini belum ada yang mampu untuk mengspasialkan sebuah persepsi dan
menyajikan serta menjelaskannya dalam perspektif keruangan.
Para ahli geografi selalu menaruh perhatian geografi pada persebaran, perubahan, dan
keterkaitan antara gejala fisik dan sosial pada berbagai tempat di permukaan bumi. Kajian-
kajian yang yang dilakukan senantiasa dilandasi oleh pendekatan regional dan ekologis guna
memahami secara holistik hubungan antara manusia dan lingkungan dalam membentuk
karakter permukaan bumi. Pendekatan regional berupaya untuk memahami, mengkaji, dan
menilai lokasi/tempat keberadaan aktivitas manusia di permukaan bumi melalui pertanyaan
di mana dan mengapa di sana. Sementara itu, pendekatan ekologis berupaya untuk
memahami keterkaitan antara manusia dan lingkungan, serta bagaimana pengaruhnya pada
dinamika kehidupan. Melalui dua pendekatan tersebut, kajian-kajian geografi bukan saja
berkewajiban untuk mendeskripsikan dan memahami fenomena tertentu, tetapi juga wajib
memberikan penjelasan dan prakiraan.

Dalam merespon permasalahan lingkungan yang multidimensi dan berskala lokal


hingga global, Geografi dihadapkan pada dua permasalahan yang terkait disiplin ilmu
geografi itu sendiri dan permasalahan kompetensi geograf sebagai pemangku ilmu geografi.
1.Geografi yang bagaimanakah yang mampu memberikan kontribusi nyata untuk
pengambilan kebijakan dalam memecahkan permasalahan lingkungan yang berdimensi
lokal hingga global secara berkelanjutan.
2.Kompetensi apakah yang diperlukan bagi geograf di masa mendatang?
Setelah membahas beberapa permasalah diatas. maka ciri utama geografi sebagai
sebuah bidang ilmu adalah penekanannya pada perspektif keruangan. Dengan demikian,
sesuatu dapat menjadi geografi bukan ditentukan oleh subyeknya melainkan oleh sejauh
mana keterkaitannya dengan ruang (space). Atau dengan kata lain, geografi mempelajari
berbagai gejala berkaitan dengan ruang muka bumi sebagai tempat berkembangnya
kehidupan.
Pertanyaan pertama dimunculkan, karena ada tiga alasan penting yang terkait
dengan geografi:
1. geografi menghadapi tantangan untuk memberikan masukan dalam memecahkan masalah
yang multi dimensi dan kompleks yang memerlukapendekatan antar bidang, apabila
geografi tidak terpadu maka kontribusi geografisnya kurang lengkap, bahkan berisiko
sebagian disiplin geografi menjadi bagian disiplin ilmu lain.
2. pembelajaran geografi harus utuh tidak terkotak-kotak secara tegas antara geografi fisik
dan geografi manusia, karena masalah di sekeliling lingkungan kita semakin meningkat
dan geograf harus mampu memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat, oleh
karena itu geograf harus berbekal teori/konsep yang matang;
3. riset fundamental dalam elemen inti geografi belum banyak dilakukan untuk menghasilkan
teori dasar geografi yang dapat digunakan sebagai masukan dalam kebijakan pemerintah,
jika geografi tidak mengembangkan geografi terpadu akan kehilangan
kesempatan/kedudukan sebagai pemberi masukan sesuai bidang keilmuan geografi. Label
dari geografi adalah ruang, tempat, lingkungan dan peta, yang tidak dimiliki oleh disiplin
ilmu lain (Mathews et al, 2004).
Dalam mengupas permasalahan pertama tersebut perlu didasari pemahaman tentang ruang
lingkup Geografi, komponen inti kajian geografi. Geografi sebagai sebuah ilmu juga
mempunyai kaitan eratnya dengan ilmu lain sebagai ruang lingkupnya.
Interkoneksi berbagai bidang ilmu dengan bidang geografi menunjukkan fenomena di
mana perkembangan bidang ilmu geografi dapat dikatakan sangat ditentukan oleh
kemampuan geograf dalam memperoleh informasi perkembangan bidang ilmu lainnya. Hasil
riset bidang ilmu lain akan memperkaya (proliferate) cakupan penelitian geografi. Demikian
pula, hasil riset geografi tentang topik tertentu (secara terbatas) dapat memicu perkembangan
bidang ilmu lainnya. Dalam konteks ini maka terbuka ruang terbentuknya gejala divergensi
bidang ilmu (termasuk geografi) dalam berbagai cabang ilmu yang bersifat lebih spesifik
(spesialisasi).
Mengacu pengertian geografi, maka dapat dijelaskan bahwa apa yang ingin diketahui
ilmu geografi adalah berbagai gejala keruangan dari penduduk, tempat beraktifitas dan
lingkungannya baik dalam dimensi fisik maupun dimensi manusia. Perbedaan dan
persamaan pola keruangan (spatial pattern) dari struktur, proses dan perkembangannya
adalah penjelasan lebih lanjut dari apa yang ingin diketahui bidang ilmu geografi.
Sebagai salah satu penjelasan lebih rinci, pola keruangan dari gejala yang berlangsung di
muka bumi biasanya disajikan dalam model simbolik (dalam bentuk peta). Peta region
misalnya, menggambarkan informasi keruangan atau informasi geografis dalam tingkatan
kelas (klasifikasi) dari mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi dari suatu obyek.
Di samping informasi kuantitatif, peta tersebut juga dapat memberikan informasi arah dan
laju perubahannya. Fakta spasial suatu gejala tertentu dapat dianalisis lebih jauh untuk
menghasilkan informasi keterkaitannya dengan gejala lainnya.
Geografi sebagai ilmu holistik yang mempelajari fenomena di permukaan bumi
secara utuh menyeluruh, geografi adalah ilmu analitis dan sintesis, yang memadukan unsur
lingkungan fisikal dengan unsur manusia dan iii). geografi adalah ilmu wilayah yang
mempelajari sumberdaya wilayah secara komprehensif. Tiga sebutan geografi tersebut yang
menjadi landasan untuk membahas kajian geografi yang mampu merespon permalasalahan
lingkungan yang berdimensi lokal hingga global.
Pertanyaan pemandu untuk mengetahui ruang lingkup kajian Geografi pada umumnya
adalah:
1) apa (what),
2) dimana (where),
3) berapa (how long/how much),
4) mengapa (why),
5) bagaimana (how),
6) kapan (when),
7) siapa (who) (Widoyo Alfandi, 2001)
Selanjutnya, Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti Geografi : ruang
(space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta (maps).
Ruang menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai pendekatan
spasial-korologikal untuk Geografi. Ruang juga mendominasi Geografi setiap waktu, ketika
analisis spatial menjadi satu pendeskripsi untuk satu bentuk dari pekerjaan geografis. Pola
spasial umumnya menjadi titik awal untuk kajian geografis; yang selanjutnya dapat dilacak
proses perubahan secara spasial dan sistem spasial.
Tempat merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat terkait dengan
kosep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik, kemelimpahan dan batas.
Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat manusia bertem dan dapat dikenali,
dinterpretasi dan dikelola. Dalam ahli geografi manusia tempat merupakan refleksi dari
identitas idividu maupun kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat merupakan
refleksi dari perbedaan lingkungan biofisik.
Lingkungan merupakan komponen inti Geografi ketiga yang mencakup lingkungan
alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagai komponen inti yang memadukan dengan
komponen geografi lainnya. Lingkungan menjadi interface antara lingkungan alam dan
budaya, lahan dan kehidupan, penduduk dan lingkungan biofisikalnya.
Peta sebagai komponen inti Geografi keempat lebih merupakan bentuk representasi, tehnik
dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori. Peta dipandang sebagai
pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang dikaji dalam Geografi.
Adapun ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen
tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalam
kajian Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar
konsep untuk disiplin Geografi secara utuh. Komponen inti Geografi tersebut bersifat
dinamik, dalam arti dapat terjadi perubahan, yang tergantung karakteristik lingkungan,
proses yang berlangsung dan waktu.
Oleh sebab itu perlu ada dimensi kualifikasi dari komponen inti geografi tersebut. Dimensi
yang dimaksud adalah waktu, proses, keterbukaan dan skala. Sebagai contoh tempat yang
terletak di pegunungan yang semula subur menjadi lahan kritis dalam waktu 10 tahun,
karena proses erosi dan longsor karena daerahnya terbuka akibat pembalakan hutan di
atasnya, yang luasnya melebihi 70%.

Anda mungkin juga menyukai