Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sirosis hepatis (SH) merupakan dampak tersering dari perjalanan klinis yang

panjang dari semua penyakit hati kronis yang ditandai dengan kerusakan parenkim

hati.
Sirosis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita yang

berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskular dan kanker). Diseluruh dunia

SH menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Penderita SH lebih banyak laki-

laki, jika dibandingkan dengan dengan wanita rasionya sekitar 1,6 : 1. Umur rata-rata

penderita terbanyak golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya sekitar 40-49

tahun.1
Insidens SH di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebab

utama sirosis di Amerika adalah hepatitis C (26%), penyakit hati alkoholik (21%),

hepatitis C plus penyakit hati alkoholik (15%), kriptogenik (18%), hepatitis B yang

bersamaan dengan hepatitis D (15%) dan penyebab lain (5%). Data WHO tahun 2008

menyebutkan bahwa diperkirakan 3-4 juta orang terinfeksi dengan virus hepatitis C

(VHC) setiap tahun. Sekitar 130-170 juta orang terinfeksi kronis VHC dan berisiko

menjadi sirosis hepatis dan/atau kanker hati. Infeksi kronis VHC terjadi pada 70-80%

pasien dan sekitar 20% pasien infeksi kronis VHC akan berkembang menjadi sirosis

dalam 20 tahun. Ko-infeksi virus hepatitis B diduga dapat meningkatkan progresivitas

infeksi kronis terkait VHC sirosis.


Di daerah Asia Tenggara, penyebab utama SH adalah hepatitis B dan C). Di

Indonesia data prevalensi penderita SH secara keseluruhan belum ada. Angka


1
kejadian di Indonesia menunjukkan bahwa pria lebih banyak dari wanita (2,4-5:1).

Angka kejadian SH di Indonesia akibat Hepatits B berkisar antara 21,2-46,9% dan

hepatitis C berkisar 38,7-73,9%, serta 10-20% penyebabnya tidak diketahui, alkohol

sebagai penyebab sirosis hepatis di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali

karena belum ada datanya. SH sendiri juga menjadi indikasi utama untuk 5.00 kasus

transplantasi hepar pe rtahun di negara maju.1,2,3,4


Sirosis merupakan penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi

arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul

regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Nodul-nodul

regenerasi ini dapat berukuran kecil (mikronodular) atau besar (makronodular).

Sirosis dapar mengganggu sirkulasi darah intrahepatik, dan pada kasus yang sangat

lanjut menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap.5


Beberapa sistem skoring dapat digunakan untuk menilai keparahn SH dan

menentukan prognosisnya. Perangkat prognostik yang dipakai yaitu : skor Mayor

End-Stage Liver Disease (MELD), dan skor Child-Pugh. Skor ChildPugh dianggap

sebagai prediktor yang valid dalam meprediksi tingkat keparahan dan ketahanan

hidup pada pasien sirosis hepatis.1,6

1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan

penyusun dan pembaca mengenai penyakit Sirosis Hepatis dan sebagai salah satu

syarat agar bisa mengikuti ujian akhir di SMF Ilmu Penyakit Dalam.

Anda mungkin juga menyukai