Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO 1

1. Buang air kecil terasa sakit (DISURIA) adalah rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil,
biasanya dirasakan dalam tabung yang membawa urin keluar dari kandung kemih ( uretra ) atau
daerah sekitar alat kelamin (perineum).
2. URINASI merupakan proses normal tubuh untuk mengeluarkan urine (air seni) yang telah
ditampung dalam kandung kemih.
3. Trimetropim+Sulfametoksazol (TMP-SMX)
Mims HLMN 168
TMP (80 mg) SMX (40 mg) sering disebut co-trimoksazole, indikasi isk
Dosis 2 kapsul 2 kali sehari diberikan segera sesudah makan
KI : hipersensitif trhdp sulfonamide, kerusakan fungsi hati atau ginjal. Hamil dan laktasi
ES : Gangguan gastroinstestinal, sindrom steven jansen sindrom dan lyell
Trimethoprim :
Mencegah sintesis THFA, dan pada tahap selanjutnya dengan menghambat
enzim dihydrofolate reductase yang mencegah pembentukan tetrahydro dalam bentuk aktif
dari folic acid. Diberikan per oral atau intravena, di diabsorpsi dengan baik dari usus dan
ekskresi dalam urine, aktif melawan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas spp.
Biasanya untuk pengobatan utama infeksi saluran kemih. Trimethoprim dapat diberikan
tunggal (100 mg setiap 12 jam) pada infeksi saluran kemih akut (7,11) Efek samping :
megaloblastik anemia, leukopenia, granulocytopenia. (9) Jika kedua obat ini dikombinasikan,
maka akan menghambat sintesis folat, mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis.
Sangat bagus untuk mengobati infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi
sinus yang disebabkan oleh Haemophilus influenza danMoraxella catarrhalis. (7,9,10) Karena
Trimethoprim lebih bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka
Trimethoprim memiliki volume distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan
Sulfamethoxazole. Dua tablet ukuran biasa (Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400
mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada infeksi berulang pada saluran kemih
bagian atas atau bawah. (7)Dua tablet per hari mungkin cukup untuk menekan dalam waktu
lama infeksi saluran kemih yang kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali seminggu
untuk berbulan-bulan sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang pada
beberapa wanita. (7) Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat
menyebabkan demam, kemerahan, leukopenia dan diare.(

4. ISK (Infeksi Saluran Kemih)


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian dari saluran kemih.
Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi kandung kemih) sederhana, dan
ketika mengenai saluran kemih atas dinamai pielonefritis (infeksi ginjal).
5. RR (Respiratory Rate) adalah jumlah pernapasan setiap menit
Normalnya 16-20x/menit
6. WBC (White Blood Cell) sel darah putih
Normal WBC di urin 2-4 sel/mm3, leukosit yg berlebihan pada urin biasanya menandakan
adanya isk
7. RBC (Red Blood Cell) sel darah merah
Normal RBC di urin 0-3 sel/mm3, eritrosit yg berlebihan dapat ditemukan pada urin wanita
menstruasi dan saluran kemih, baik oleh batu, infeksi, factor trauma, maupun karena kebocoran
glomerulus (gumpalan saluran darah di dalam kapsul bowman (bagian ginjal) yang berfungsi
untuk penyaringan dan pembentukan urin)
8. Protein lebih 10 mg/dl menyebab proteinnuria (banyak protein dalam urin)
9. Acute uncomplicated cystitis (cystitis tanpa komplikasi akut) atau ISK non spesifik adalah
inflamasi atau peradangan pada kandung kemih. Bakteri merupakan penyebab utama pada
sebagian besar pengidap cystitis.Gejala cyctitis pada pengidap dewasa lebih mudah dikenali dan
biasanya meliputi:
Frekuensi ingin buang air kecil yang melebihi normal.
Rasa sakit atau sensasi terbakar (perih) saat buang air kecil.
Sering buang air kecil dengan jumlah sedikit.
Urine berwana keruh atau berbau tajam.
Rasa sakit atau sensasi tertekan pada perut bagian bawah.
Darah pada urine.
Tubuh terasa kurang sehat atau demam.
- Penyebab dan Faktor Risiko Cystitis
Infeksi saluran kemih umumnya disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam saluran kemih
melalui uretra yang kemudian berkembang biak. Proses ini bisa terjadi melalui berbagai cara,
misalnya berhubungan seksual, menyeka anus ke arah vagina, menggunakan kateter untuk
waktu lama, atau alat kontrasepsi berbentuk spiral. Inflamasi ini juga mungkin dipicu oleh
faktor-faktor lain. Beberapa di antaranya adalah:
Obat-obatan, misalnya dalam kemoterapi.
Efek samping radioterapi.
Komplikasi penyakit atau kondisi lain, seperti diabetes, menopause, batu ginjal, atau
pembengkakan prostat.
Sedang hamil.
Iritasi akibat bahan kimia, misalnya sabun yang mengandung parfum.
- Diagnosis dan Pengobatan Cystitis
Dokter umumnya bisa mendiagnosis cystitis melalui gejala-gejala yang dialami pasien.
Beberapa jenis pemeriksaan juga akan dianjurkan guna memastikan inflamasi ini. Jenis
pemeriksaan yang bisa dijalani pasien meliputi tes atau analisis urine, pemeriksaan kondisi
fisik saluran kemih melalui X-ray, sistokopi, atau USG. Setelah diagnosis positif, dokter akan
menentukan langkah pengobatan yang dibutuhkan pasien. Antibiotik merupakan pengobatan
utama yang akan diberikan pada pengidap. Jenis, dosis, serta durasi penggunaan antibiotik
akan ditentukan berdasarkan jenis bakteri yang ditemukan, tingkat keparahan inflamasi, serta
kondisi kesehatan Anda. Obat tersebut harus dihabiskan sesuai durasi penggunaan yang
dianjurkan dokter. Ini dilakukan untuk memastikan bakteri penyebab infeksi benar-benar
musnah. Sebagian besar kasus cystitis bisa sembuh sendiri dalam waktu beberapa hari dengan
bantuan antibiotik, terutama inflamasi yang termasuk ringan. Pengaruh antibiotik umumnya
baru akan terasa dalam waktu satu hingga dua hari setelah penggunaan. Jika nyeri terasa
sangat mengganggu, Anda bisa mengonsumsi parasetamol untuk menguranginya. Untuk
cystitis kambuhan, dokter cenderung memberikan antibiotik berdosis rendah dengan durasi
penggunaan yang lebih lama. Dokter juga terkadang mengizinkan pasien untuk membeli obat-
obatan yang pernah digunakan di apotek tanpa harus kembali ke dokter. Tetapi pemantauan
tetap diperlukan jika gejala cystitis berkelanjutan. Di samping obat-obatan, ada beberapa cara
yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi gejala sekaligus mempercepat penyembuhan.
Langkah-langkah tersebut meliputi mengompres perut yang nyeri dengan air hangat, banyak
minum, serta hindari berhubungan intim untuk sementara.
- Langkah Pencegahan Cystitis
Cystitis yang sering kambuh tentu sangat mengganggu kenyamanan sekaligus aktivitas sehari-
hari Anda. Terdapat beberapa langkah sederhana yang bisa kita terapkan guna menghindari
inflamasi ini sekaligus mencegah kekambuhannya, yaitu:
Jangan menahan keinginan untuk buang air kecil.
Hindari penggunaan sabun mandi atau sabun pembersih organ intim yang mengandung
parfum.
Banyak minum guna mencegah perkembangbiakkan bakteri dalam kandung kemih.
Kenakan celana dalam berbahan katun yang lembut.
Menyeka organ intim dari depan ke belakang (dari vagina menuju anus) sehabis membasuh.
Menjaga kebersihan daerah kelamin
Menjaga kebersihan lingkungan spt menggunakan air yg bersih
STEP 2
1. Berapa dosis obat untuk terapi dgn TMP-SMX ?
Dosis 2 kapsul 2 kali sehari
2. Aturan pakai obat untuk terapi dgn TMP-SMX apakah sudah sesuai atau belum ?
3. Apakah terapi dengan TMP-SMX sudah sesuai untuk pasien dengan ISK 3 kali selama 8 bulan
terakhir ?
SKENARIO 2

1. ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL CARE) adalah tanggung jawab langsung


apoteker pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan mencapai
hasil yang ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien
2. TIA (Transient Iscemic attack) atau stroke ringan serangan yg terjadi pada saat pasukan darah
ke otak mengalami gangguan sesaat
3. Ramipril gol ACE inhibitor
Indikasi : hipertensi
Dosis : awal 2,5 mg 1x1 sehari dpt ditingkatkan dengan menggadakan dosis 2-3 minggu, Dosis
pemeriharaan 2,5-5 mg per hari dosis maksimal 10 mg/hari, dpt diberikan sesudah
makan, telan utuh utuh bersama cairan jgn dikunyah
KI : hipersensifitas sama ibu hamil
Efek samping : penurunan berlebihan pada TD, batuk kering, kadang juga sakit kepala,
mengantuk,
Sediaan di pasaran : 2,5 mg, 5 mg, 10 mg
4. Atorvastatin = terapi tambahan untuk menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida
yg meningkat pada pasien dengan hiperkolesteromia, hiperlipidemia
Dosis : Awal 10 mg 1x1 perhari, dosis maksimal 80 mg 1x1 perhari diberikan sesudah makan.
KI : penyakit hati aktif
Perhatian : lakukan tes fungsi hati
Sediaan tablet salut selaput 10 mg, 20 mg, 40 mg
5. Atenolol gol, penyikat beta
Obat ini tersedia dengan kadar berikut :atenolol 50 mg dan 100 mg
INDIKASI : Hipertensi, Angina pectoris, Infark miokardial akut
KONTRA INDIKASI : reaksi hipersensitivitas terhadap atenolol atau obat golongan beta
blocker lainnya, penderita hipotensi dan gagal jantung yang tidak
terkendali (overt cardiac failure). Obat-obat golongan beta blocker sebaiknya tidak
diberikan kepada pasien dengan riwayat asma atau bronkospasme.
EFEK SAMPING : Pada umumnya efek samping atenolol seperti bradikardi, hipotensi (tekanan
darah rendah), gagal jantung, gangguan konduksi, bronkospasme,
vasokonstriksi perifer, gangguan pada saluran pencernaan, fatigue, dan
gangguan tidur. Efek samping yang lebih jarang misalnya gejala alergi
seperti ruam kulit dan mata kering. gejala ini biasanya segera hilang setelah penggunaan
obat dihentikan.
Seperti beta blocker lainnya, obat ini diketahui meningkatkan resiko memperparah
penderita diabetes mellitus.
DOSIS ATENOLOL, Berikut adalah dosis atenolol yang lazim digunakan :

Dosis lazim dewasa untuk mengobati hipertensi


awal : 1 x sehari 50 mg secara oral.
pemeliharaan : 1 x sehari 50-100 mg secara oral.

dosis maksimal : 100 mg/hari. Dosis di atas 100 mg tidak memberi manfaat yang signifikan.

Dosis lazim dewasa untuk profilaksis angina pektoris


awal : 1 x sehari 50 mg.

pemeliharaan : 1 x sehari 50-200 mg secara oral.

dosis maksimal : 200 mg/hari.

Dosis lazim dewasa untuk angina pektoris


awal : 1 x sehari 50 mg.

pemeliharaan : 1 x sehari 50-200 mg secara oral.

dosis maksimal : 200 mg/hari.

Dosis lazim dewasa untuk infar miokardial


2 x sehari 50 mg atau 1 x sehari 100 mg. Obat digunakan secara oral

Penyesuaian dosis :
pasien geriatrik (lanjut usia) : awal, 1 x sehari 25 mg.

penderita gangguan ginjal (kreatinin : 15-35 ml/menit) : dosis maksimal 50 mg/hari.

penderita gangguan ginjal (kreatinin : 15 ml/menit) : dosis maksimal 25 mg/hari.


6. Aspirin
Indikasi : sebagai obat analgesik, antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik, oleh karena itu
kegunaan aspirin adalah untuk mengatasi rasa sakit, untuk mengatasi demam, untuk mengatasi
peradangan tulang dan sendi, untuk mengatasi serangan jantung dan stroke. Antikoagulan ,
antiplatelet
Kontraindikasi Aspirin tidak boleh diberikan pada penderita yang diketahui : mempunyai
riwayat alergi terhadap aspirin atau komponen salisilat mempunyai riwayat asma mempunyai
riwayat sakit maag dan tukak lambung mempunyai kelainan perdarahan mempunyai gangguan
fungsi hati mempunyai gangguan fungsi ginjal mempunyai gagal jantung ibu hamil dan menyusui

Dosis Aspirin Aspirin tersedia dalam bentuk tablet, dengan dosis aspirin yang tersedia adalah
aspirin 80 mg, aspirin 320 mg, dan aspirin 500 mg. Adapun dosis aspirin yang sering digunakan
untuk pasien dewasa antara lain : Bagi penderita nyeri dan demam dosis yang dianjurkan adalah
320 mg sampai 500 mg yang diberikan sebanyak 3 sampai 4 kali sehari Bagi penderita radang
tulang dan sendi dosis yang dianjurkan adalah 1000 mg yang diberikan sebanyak 3 kali sehari
Bagi penderita serangan jantung dosis yang dianjurkan adalah 160 mg sampai 320 mg yang
diberikan sebanyak 1 kali sehari (pada saat serangan) dan 80 mg yang diberikan sebanyak 1 kali
sehari (sebagai rumatan) Bagi penderita penyakit stroke dosis yang dianjurkan adalah 160 mg
sampai 320 mg yang diberikan sebanyak 1 kali sehari (dalam waktu 48 jam setelah serangan) dan
80 mg yang diberikan sebanyak 1 kali sehari (sebagai rumatan) Dosis aspirin yang dapat
digunakan pada pasien anak anak yaitu : Bagi penderita penyakit Kawasaki dosis yang
dianjurkan adalah 20 -25 mg/Kg berat badan yang diberikan sebanyak 4 kali sehari selama 14
hari (pada saat demam) dan 3 -6 mg/Kg berat badan yang diberikan sebanyak 1 kali sehari
(sebagai rumatan) Dosis obat yang merupakan ambang batas terjadinya keracunan adalah 200
mg/Kg berat badan
Efek samping aspirin yang dapat terjadi antara lain : Alergi berupa biduran hingga sindrom
StevenJohnsons Serangan asma dan sesak napas Rasa tidak nyaman pada lambung Perdarahan
spontan dan perdarahan saluran cerna Gangguang fungsi hati Gangguang fungsi ginjal,

7. Na =normal 135-148 meq/l


K = normal 3,5-5,5 meq/l
Cl = normal 95-105 meq/l
CO2 = noemal 22-32 meq/l
BUN (BLOOd UREa Nitrrogen) norma l5-25 mg/dl
Scr normal
WBC normal 4000-10000 /mm3
HGB 12-16 g/dl
Hct tdk normal , 40-50 % laki-laki
35-45 % wanita
LDL normal karena dibawah 150 mg/dl
HDL = tidak normal, normal diatas 25 mg/dl
Glu 70 -110
Plt (platelet) 150 rb-400 rb sel /mm3
Apt t 20-35 detik
Total kolesterol 200-239
Trigliserida normal > 150
KIE :
1. Jika berat badan pasien melebihi normal atau obesitas menurukan berat badan 2-5 kg
2. Mengkonsumsi lemak sehat, ganti lemak jenuh pada daging dengan lemak jenuh pada
tanaman seperti minyak zaitun selain itu ganti daging merah dengan mengkonsumsi ikan laut spt
ikan salmon
3. Batasi mengkonsumsi gula dan makanan olahan, minuman keras krn kandungan kalori yg
tinggi pada minuman keras dpt meningkatkan trigliserida
4. Tekanan daran pasien harus selalu dimonitoring
5. Perbanyak olaraga ringan
6. Hentikan kebiasaan merokok
7. Hindari konsumsi garam berlebih., minum kopi, stress

Berbagai kelainan dan penyakit diantaranya dikenal sebagai faktor risiko stroke menyertai
penderita pada saat serangan, salah satunya ialah hipertensi. Sekitar 50 persen penderita stroke
iskemik dan 60 persen stroke perdarahan mempunyai latar belakang hipertensi (Wibowo, 2001).
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat
atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata,
ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko
yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung
Penanganan tekanan darah adalah salah satu strategi untuk mencegah stroke dan mengurangi risiko
kekambuhan pada stroke iskemik dan perdarahan. Penanganan hipertensi dapat mengurangi
kerusakan disekitar daerah iskemik hingga kondisi klinis pasien stabil (Fagan dan Hess, 2005).
Penelitian meta analisis mengenai pengobatan antihipertensi melaporkan bahwa pengurangan
tekanan darah 5-6mmHg menghasilkan pengurangan serangan stroke sebanyak 42% dan penelitian
dari SHEP menunjukkan pengurangan serangan stroke sebanyak 37% pada pasien yang mengalami
stroke iskemik dan diterapi dengan antihipertensi
Seseorang dikatakan hipertensi (stadium 2) bila secara konsisten menunjukkan tekanan sistolik 140
mmHg atau lebih tinggi, dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi. Angka tekanan darah
orang dewasa dinyatakan normal adalah <120/80 mmHg
Sasaran terapi
Tekanan darah pada fase akut diturunkan perlahan-lahan sebab hipertensi tersebut timbulnya secara
reaktif dan sebagian besar akan turun sendiri pada hari ke 3 hingga 7 (Iskandar, 2003). Penurunan
tekanan darah pada stroke iskemik dapat dipertimbangkan bila tekanan darah sistolik >220 mmHg
atau diastolik >120 mmHg, penurunan tekanan darah sebaiknya sekitar 10-15% dengan monitoring
tekanan darah tersebut (Adams et al, 2003), sedangkan pada stroke perdarahan boleh diturunkan
apabila tekanan darah sistolik pasien 180mmHg dan atau tekanan darah diastolik >130mmHg
(Broderick et al, 2007).
Penatalaksanaan hipertensi pada stroke iskemik
Penatalaksanaan hipertensi pada stroke iskemik adalah dengan obat-obat antihipertensi golongan
penyekat alfa beta (labetalol), penghambat ACE (kaptopril atau sejenisnya) atau antagonis kalsium
yang bekerja perifer (nifedipin atau sejenisnya) penurunan tekanan darah pada stroke iskemik akut
hanya boleh maksimal 20% dari tekanan darah sebelumnya. Nifedipin sublingual harus diberikan
dengan hati-hati dan dengan pemantauan tekanan darah ketat setiap 15 menit atau dengan alat
monitor kontinyu sebab dapat terjadi penurunan darah yang drastis, oleh sebab itu sebaiknya
dimulai dengan dosis 5mg sublingual dan dapat dinaikkan menjadi 10mg tergantung respon
sebelumnya. Tekanan darah yang sulit diturunkan dengan obat diatas atau bila diastolik
>140mmHg secara persisten maka harus diberikan natriumnitroprusid intravena 50mg/250ml
dekstrosa 5% dalam air (200mg/ml) dengan kecepatan 3ml/jam (10mg/menit) dan dititrasi sampai
tekanan darah yang diinginkan. Alternatif lain dapat diberikan nitrogliserin drips 10-20g/menit.
Tekanan darah yang rendah pada stroke akut adalah tidak lazim. Bila dijumpai maka tekanan darah
harus dinaikkan dengan dopamin atau dobutamin drips serta mengobati penyebab yang
mendasarinya (Mansjoer et al, 2007).
Penatalaksanaan hipertensi pada stroke perdarahan
Penatalaksanaan hipertensi pada stroke hemoragik berlawanan dengan infark serebri akut,
pendekatan pengendalian tekanan darah yang lebih agresif pada pasien dengan perdarahan
intraserebral akut, karena tekanan yang tinggi dapat menyebabkan perburukan edema perihematom
serta meningkatkan kemungkinan perdarahan ulang. Tekanan darah >180mmHg harus diturunkan
sampai 150-180mmHg dengan labetalol (20mg intravena dalam menit), di ulangi pemberian
labetalol 40-80mg intravena dalam interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan, kemudian
infus 2 mg/menit (120 ml/menit) dan dititrasi atau penghambat ACE (misalnya kaptopril 12,5-
25mg, 2-3 kali sehari) atau antagonis kalsium (misalnya nifedipin oral 3 kali 10mg) (Mansjoer et
al, 2007).
Terapi pencegahan pada stroke
Pemeliharaan target tekanan darah pada pasien yang mengalami stroke adalah modal utama untuk
mengurangi risiko terjadi stroke yang kedua (Saseen dan Carter, 2005). Sekitar 5% pasien yang
dirawat dengan stroke iskemik mengalami serangan stroke kedua dalam 30 hari pertama (Mansjoer
et al, 2007). Berbagai penelitian menemukan bahwa penurunan tekanan darah dapat mengurangi
serangan stroke yang kedua (Kirshner, 2003). JNC VII merekomendasikan obat antihipertensi
untuk pencegahan berulangnya stroke sebagai berikut:

Penatalaksanaan pasien stroke iskemik:


Umum
- Nutrisi
- Hidrasi intravena: koreksi dengan NaCl 0.9%, jika hipovolemik
- Hiperglikemi: koreksi dengan insulin skala luncur, bila sudah stabil
dengan insulin subkutan
- Neurorehabilitas dini: stimulasi dini secepatnya dan fisioterapi gerak
anggota badan aktif maupun pasif
- Perawatan kandung kemih: kateter pada penurunan kesadaran, demensia,
afasia global
Khusus
- Terapi stroke iskemik akut
o Trombolisis rt-PA intravena/intraarterial 0.9mg/Kg pada <3 jam
setelah onset stroke (maksimal 90 mg). 10% dosis awal diberi
sebagai bolus, sisanya melalui infus dalam 1 jam.
o Antiplatelet berupa asam salisilat 106-325 mg/hari 48 jam setelah
onset sroke atau clopidogrel 75 mg/hari
o Obat neuroprotektif
- Hipertensi
o Tekanan darah diturunkan bila tekanan sistolik >220 mmHg
dan/atau tekanan diastolic >120 mmHg dengan penurunan
maksimal 20% Mean Arterial Pressure (MAP) awal per hari.
o Tekanan Darah Sistolik (TDS) >230 mmHg atau Tekanan Darah
Diastolik (TDD) >140 mmHg, obat antihipertensi dengan
nikardipin (5-15 mg/ jam infus kontinu), diltiazem (5-40
mg/Kg/menit infus kontinu) atau nimodipin (60 mg/4 jam PO)
o TDS 180-230 mmHg, TDD 105-140 mmHg, MAP 130 mmHg
pada 2X pengukuran selang 20 menit atau pada keadaan hipetensi
emergensi dapat diberikan:
Labetalol 10-20 mg IVselama 1-2 menit. Ulangi atau
gandakan setiap 10 menit (maksimum 300 mg). Atau
berikan dosis awal bolus yang diikuti labetalol drip 2-8
mg/menit
Nikardipin
Diltiazem
Nimodipin
9
o TDS <180 mmHg dan TDD <105 mmHg tidak diberikan obat
antihipertensi
- Trombosis vena dalam
o Heparin 5000 unit/12 jam selama 5-10 hari
o Low Molecular Weight Heparin (enoksaparin/nadroparin) 2 X 0.3-
0.4 IU SC abdomen
o Pneumatic boots, stoking elastic, fisioterapi, mobilisasi

Dislipidemia atau hiperlipidemia ditandai dengan peningkatan trigliserida, kolesterol,


LDL, dan kolesterol total (total plasma cholesterol) dalam darah. Kondisi
hiperlipidemia bila berkelanjutan memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya
elastisitas disertai penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri).
Aterosklerosis menjadi penyebab utama terjadinya PJK. Sasaran terapi pada terapi
kombinasi ini adalah kolesterol , trigliserida dan LDL (Low Density Lipoprotein).
Untuk menurunkan kolesterol dan LDL (Low Density Lipoprotein),meningkatkan
HDL (High Density Lipoprotein) terutama pada pasien dengan hiperlipidemia
berat yang tidak dapat dikontrol dengan obat tunggal sehingga dapat
mencapai kadar lipid yang ditargetkan, serta menurunkan resiko hiperlipidemia
seperti infark miokard dan stroke,
Farmakologi
Terapi menggunakan obat dianjurkan untuk beberapa kelainan lipoprotein
utama. Terapi hiperlipidemia harus dihindarkan bagi wanita yang hamil dan
menyusui. Anak-anak dengan dengan hiperkolesterolemia familial heterozigot
dapat diobati dengan resin pengikat asam empedu, biasanya stelah usia 7
atau 8 tahun.
Obat penurun lipid dibagi terdiri atas: resin penukar ion, kelompok klofibrat,
asam nikotinat, inhibitor HMG KoA Reduktase (statin), dan inhibitor pada
absorpsi kolesterol usus. Obat-obat penurun lipid diindikasikan untuk pasien
dengan penyakit jantung koroner atau dengan hiperlipidemia berat, yang tidak
cukup terkendali dengan diet rendah lemak. Pengobatan juga harus
mempertimbangkan berbagai faktor resiko (termasuk merokok, hipertensi,
diabetes mellitus, dan riwayat keluarga penyakit jantung koroner prematur).
Terapi dengan obat apa pun harus dikombinasi dengan diet yang ketat,
menjaga bobot badan mendekati ideal, serta penurunan tekanan darah dan
bila merokok dihentikan.
Statin merupakan obat pilihan untuk mengobati hiperkolesterolemia, fibrat
untuk hipertrigliseridemia, serta dapat digunakan bersama untuk mengobati
hiperlipidemia campuran.
OBAT PILIHAN
Hiperlipidemia berat tidak selalu dapat dikontrol dengan obat tunggal dan
terapi kombinasi banyak digunakan untuk mencapai kadar lipid. Kombinasi
harus mencakup obat-obat dengan mekanisme kerja yang berbeda.
GEMFIBROZIL
Gemfibrozil termasuk dalam obat golongan fibrat. Obat-obat yang tergolong
kelompok ini dapat dianggap sebagai hipolipidemik berspektrum luas. Selain
menurunkan kadar trigliserida Serum, kelompok fibrat juga cenderung
menurunkan kadar kolesterol-LDL dan menaikkan kolesterol-HDL. Fibrat
bekerja sebagai ligan untuk reseptor transisi nukleus, reseptor alfa peroksisom
yang diaktivasi proliferator, dan menstimulasi aktivitas lipoprotein lipase.
Nama generik : Gemfibrozil
Nama dagang : Dubrozil (Dumex Alpharma Indonesia), Fenitor (Otto),
Fibralip (Tunggal Idaman), Grospid (Gratia Husada), Hypofyl (Sanbe),
Inobes (Prafa), Lanaterom (Pertiwi Agung), Lapibroz (Lapi), Lifibron
(Metiska), Lipira (Combiphar), Lopid (Warner Lambert P.D. Indonesia),
Nufalemzil (Nufarindo), Scantipid (Tempo), Zenibroz (Zenith).
Indikasi : hiperlipidemia tipe IIa, IIb, III, IV dan V, serta
pencegahan penyakit jantung pada pria usia 40-55 tahun yang tidak
merespon dengan cukup terhadap diet dan tindakan-tindakan lain yang
sesuai. Dislipidemia yang berhubungan dengan diabetes mellitus
(DM). Xanthoma yang berhubungan dengan dislipidemia.
Kontraindikasi : alkoholisme, kerusakan ginjal atau hati berat, penyakit
saluran empedu (batu empedu), kehamilan (faktor resiko: C) dan
menyusui.
Efek samping : gangguan saluran cerna, juga ruam kulit, dermatitis,
pruritus, urtikaria, impotensi, sakit kepala, pusing, pandangan kebur,
sakit kuning kolestatik, angiodema, edema larings, fibrilasi atrium,
pankreatitis, miastenia, miophaty, rabdomiolisis, mialgia.
Dosis : 1200mg/hari dalam 2 dosis terbagi, rentang 900-
1500 mg sehari. Diminum 30 menit sebelum makan pagi dan makan
malam.
Bentuk sediaan : Kapsul 300 mg, Kaplet 600 mg, Tablet salut selaput
600 mg.
Peringatan : profil lipid, angka-angka darah, dan uji fungsi hati
sebelum mengawali pengobatan jangka panjang, gangguan ginjal.
ATORVASTATIN
Atorvastatin termasuk dalam golongan statin. Obat ini bekerja denan
cara menghambat secara kompetitif enzim HMG CoA reduktase, yakni
enzim pada sintesis kolesterol, terutama dalam hati. Obat golongan
statin ini lebih efektif dibanding resin penukar anion dalam menurunkan
kolesterol-LDL tetapi kurang efektif dibanding kelompok fibrat dalam
menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kolesterol-HDL.
Statin telah terbukti dapat mengurangi kejadian jantung koroner, semua
kejadian kardiovaskuler pada pasien dengan umur sampai dengan 70
tahun dengan penyakit jantung koroner (riwayat angina atau infark
miokard akut) dan dengan kolesterol plasma 5,5 mmol/l atau lebih.
Nama generik : Atorvastatin
Nama dagang : Lipitor (Pfizer)
Indikasi : terapi pada dislipidemia atau pencegahan primer pada
penyakit kardiovaskuler (aterosklerosis), yaitu:
Pencegahan primer pada penyakit kardiovaskuler (high risk CVD):
untuk mengurangi resiko MI atau stroke pada pasien tanpa penyakit hati
yang mempunyai faktor resiko multipel atau diabetes tipe 2.
Terapi pada dislipidemia: untuk mengurangi peningkatan kolesterol
total, kolesterol-LDL, apoliporotein B, trigliserida, dan untuk
meningkatkan kolesterol-HDL pada dislipidemia Frederickson tipe IIa, IIb,
III, dan IV, serta pada hiperkolesterolemia turunan homozigot.
Terapi pada hiperkolesterolemia turunan heterozigot pada pasien
remaja (10-17 tahun) yang mempunyai kolesterol-LDL 190 mg/dl atau
160 mg/dl dengan riwayat keluarga positif beresiko CVD.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap atorvastatin atau komponen lain
yang terdapat dalam formula. Penyakit hati aktif, atau kenaikan serum
transaminase > 3x batas normal tertinggi. Pada kehamilan (faktor
resiko: X) dan menyusui (atorvastatin diekskresi lewat air susu).
Efek samping : gangguan GI, sakit kepala, mialgia, astenia, isomnia,
edema angionerutik, kram otot, miositis, miophati, ikterus kolestatik,
neuropati perifer, pruritus.
Dosis :
Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia campuran : 10 mg
sekali sehari.
Hiperkolesterolemia turunan : dosis awal 10 mg sehari, tingkatkan
dengan interval 4 minggu sampai 40 mg sekali, bila perlu tingkatkan
lebih lanjut sampai maksimal 80 mg sekali sehari.
Bentuk sediaan : Tablet salut selaput 10 mg dan 20 mg.
Peringatan : Statin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan riwayat penyakit hati atau yang minum banyak alkohol (hindari
penggunaan pada penyakit hati yang aktif). Fungsi hati harus diukur
sebelum dan sesudah pengobatan. Obat harus dihentikan bila kadar
transaminase serum meningkat hingga dan bertahan pada 3 kali batas
atas nilai normalnya.

Anda mungkin juga menyukai