Anda di halaman 1dari 7

Mengenal Gelombang Sinusoida

Posted on April 8, 2015 by BambangMS

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu memanfaatkan listrik dari PLN untuk
menyalakan TV, lemari Es, AC dan peralatan elektronika lainnya. Pada dasarnya, listrik
yang disupplai PLN untuk pelanggannya adalah sebuah sumber tegangan yang memiliki
perubahan secara periodik. Pada satu waktu, tegangan bisa bernilai positif, diwaktu
yang lain tegangannya bernilai negatif. Karakteristik yang selalu berubah secara
periodik itu lebih kita kenal dengan istilah bolak-balik.

Untuk lebih memahami tentang arus dan tegangan bolak-balik, silakan anda simak
pemaparan dibawah ini.

Tegangan Sinusoida.

Tegangan yang disalurkan oleh PLN kepada pelanggan pada dasarnya berbentuk
gelombang sinusoida, yang akan berubah pada perioda yang tetap. Gelombang
sinusoida bisa berbentuk gelombang fungsi sinus atau gelombang fungsi kosinus. Kedua
gelombang tersebut pada dasarnya identik, hanya saja memiliki perbedaan sudut
sebesar 90 . 0

Model matematis gelombang sinusoida.

Sebuah tegangan sinusoida berbentuk fungsi sinus memiliki persamaan matematis sbb:

V(t) = V sin (wt + q)


max

Dimana:

V = amplitude maksimum dari tegangan.


max

w = kecepatan sudut dalam radian per detik (rad/s).

wt = argument dari gelombang sinusoida

q = Sudut fasa.
Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka gambar1 merupakan bentuk tegangan
sinusoida fungsi sinus dengan sudut fasa q = 0

Gambar1. Bentuk Gelombang Sinuisoda fungsi Sinus

Sumbu X merupakan variable derajat atau waktu, sedangkan sumbu Y mewakili


amplitude dari tegangan sinusoida. Dari grafik tersebut, terdapat beberapa parameter
yang harus anda pahami.

1. Tegangan Maksimum (V ).
max

Adalah amplituda tertinggi dari suatu gelombang sinusoida. Dalam satu siklus
gelombang, terdapat 2 buah tegangan maksimum, yaitu V dan V .
max max

V adalah tegangan puncak pada saat gelombang sinusoida pada posisi positif.
max

V adalah tegangan puncak pada saat gelombang sinusoida pada posisi negative.
max

Tegangan maksimum atau tegangan puncak sangat berpengaruh dalam menentukan


besarnya tegangan efektif dari sumber tegangan bolak-balik. Semakin besar amplitude
tegangan, maka tegangan efektifnya akan semakin tinggi.

Gambar2 merupakan contoh dari 3 buah gelombang sinusoida dengan frekuensi dan
fasa yang sama, tetapi berbeda amplitude, yaitu 1 volt, 3 volt dan 5volt.
Gambar2. 3 Buah Gelombang dengan perbedaan fasa 90

Tegangan Efektif (Vrms).

Istilah tegangan efektif atau tegangan RMS muncul karena tegangan dan arus rata-rata
tidak banyak membantu dalam perhitungan daya dan energy tegangan bolak-balik AC.

Seperti dibahas pada materi sebelumnya tentang menghitung nilai rata-rata, ternyata
nilai rata-rata fungsi sinusoida adalah nol. Hal ini tentu saja tidak banyak membantu
kita dalam menghitung besarnya daya yang digunakan pada kurun waktu tertentu.
Untuk membantu memecahkan masalah tersebut, maka diperkenalkan istilah tegangan
efektif atau tegangan RMS.

Tegangan efektif atau tegangan RMS adalah besarnya tegangan AC bolak-balik yang
memiliki dampak yang sama dengan tegangan DC ketika mensuplai suatu beban.
Sebagai contoh, sebuah tegangan baterai 5 volt mencatu lampu pijar. Untuk bisa
menghasilkan daya yang sama tersebut, maka besarnya tegangan AC yang harus
disalurkan adalah sebesar 5V rms.

Hubungan Antara tegangan puncak dan tegangan efektif.


Seperti yang telah dibahas pada materi menghitung tegangan efektif, maka hubungan
antara tegangan maksimum atau tegangan puncak dan tegangan efektif adalah:

V = 2 V
max rms

V = 1.414 V
max rms

Pada contoh diatas, jika V adalah 5Volt, maka tegangan maksimumnya adalah:
rms

V = 1.414 * 5 = 7.07V.
max

Dengan demikian, untuk bisa memberikan dampak yang sama dengan tegangan DC
5V , maka beban harus disuplai dengan tegangan AC yang memiliki tegangan
dc

maksimum V = 7.07Vmax ac

Gambar3 adalah contoh dari 3 buah gelombang dengan tegangan puncak dan tegangan
RMS yang berbeda-beda.

Gambar3. 3 Buah Gelombang dengan Tegangan puncak dan tegangan efektif yang
berbeda-beda
Frekuensi, Perioda dan Kecepatan Sudut.

Frekuensi (f).

Frekuensi adalah banyaknya gelombang penuh dalam 1 detik. Semakin banyak


gelombang penuh yang terbentuk dalam 1 detik, maka frekuensinya semakin tinggi.
Satuan dari frekuensi adalah Hertz.

Sebagai contoh, Jaringan PLN memiliki frekuensi 50 Hertz, artinya dalam satu detik
terbentuk 50 buah gelombang penuh.

Perioda (T).

Perioda adalah waktu yang dibutuhkan untuk membentuk satu buah gelombang penuh.
Semakin cepat waktu yang dibutuhkan dalam membuat sebuah gelombang, maka
semakin banyak gelombang yang terbentuk dalam satu detik. Satuan dari perioda
adalah detik.

Hubungan Frekuensi dan Perioda.

Semakin besar frekuensi suatu gelombang, maka waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk satu buah gelombang semakin kecil. Dengan demikian, hubungan frekuensi
dan perioda adalah:

F = 1/T

Kecepatan Sudut (w).

Kecepatan sudut adalah kecepatan suatu gelombang untuk melakukan suatu putaran
dalam 1 detik. Satuan dari kecepatan sudut adalah radian per detik.

Kecepatan sudut berkaitan secara langsung dengan frekuensi gelombang. Semakin


tinggi kecepatan suatu gelombang, maka semakin besar frekuensinya. Dengan kata lain,
semakin banyak gelombang penuh yang terbentuk dalam satu detik. Semakin banyak
gelombang penuh yang terbentuk dalam satu detik, semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk membuat satu gelombang penuh.
Hubungan Kecepatan sudut, frekuensi dan perioda.

w = 2f

w = 2/T

Sudut Fasa.

Sudut fasa digunakan untuk menggambarkan pergeseran sudut suatu gelombang. Sudut
fasa sangat berpengaruh terhadap tegangan nilai tegangan sesaat dan faktor daya.

Jika terjadi pergeseran sudut, sudut fasa bisa bernilai positif ataupun negatif.

Sudut fasa bernilai negative mengandung arti bahwa gelombang tertinggal (lagging).

Sudut fasa bernilai positif mengandung arti bahwa gelombang mendahului (leading).

Gambar dibawah ini menunjukan bentuk 3 buah gelombang yang memiliki sudut fasa
berbeda. Gelombang pertama memiliki sudut fasa 0 dengan persamaan X = sin (wt +
0 ), gelombang kedua memiliki sudut fasa positif 90 derajat dengan persamaan Y = sin
0

(wt + 90 ) dan gelombang ketiga memiliki sudut fasa negative 90 derajat dengan
0

persamaan Z = sin (wt 90 ).


0
Gambar4. 3 buah gelombang dengan sudut fasa yang berbeda-besa.

Demikian pemaparan kami tentang gelombang sinusoida. Semoga bermanfaat dan bisa
memberikan kebaikan bagi kita dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai