Anda di halaman 1dari 45

SEMINAR KELOMPOK 6

Contoh Area Keperawatan Komunitas: Kesehatan Kerja

Disusun Oleh :

Alfian zein M 13507020713100


Bekti megapuri S 13507020713100
Eka Lolita A 135070207131005
Ana zerlina F 135070207131007
Piping eka D 13507020713100
Ila nurul L 1350702071310
Anggun hidayatur R 13507021313100
Fitria marina S 1350702071310
Yulia rahmawati 1350
Lintang diah 135070218113029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu kesehatan/ kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja
memperoleh drajat kesehatan setinggi - tingginya, baik fisik, mental ataupun
social dengan usaha usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit
penyakit/ gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit penyakit umum
(Effendy, 1998).

Beberapa undang-undang pada tahun 1960 dan 1970-an untuk


melindungi keselamatan pekerja dan kesehatan menyebabkan peningkatan
kebutuhan perawat kesehatan kerja. Khususnya, melalui Occupational Safety
and Health Administration (OSHA) dan The National Institute for Occupational
Safety and Health (NIOSH), yang menghasilkan kebutuhan besar untuk
perawat di tempat kerja untuk memenuhi tuntutan dengan banyak standar
sedang dilaksanakan.

Di Indonesia UU NO. 13 TAHUN 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal


86 dimana Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan
kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama. Serta Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
Kesehatan para pekerja harus dilindungi dari bahan bahaya yang
dapat menyebabkan penyakit, kecacatan, dan bahkan yang dapat
menyebabkan kematian. Bahan bahaya tersebut diantaranya adalah bahan
kimia (chemical) dan bahan biologis. Upaya perlindungan tersebut dilakukan
dengan upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode, proses,
dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan
drajat kesehatan para tenaga kerja.

Untuk mencapai perawatan kesehatan kerja yang maksimal diperlukan


kesinambungan antar pihak yang menjalankannya. Keperawatan kesehatan
kerja merupakan salah satu bidang khusus dalam keperawatan komunitas
yang memberikan asuhan keperawatan kepada para pekerja di lungkungan
industry baik kecil maupun besar. Oleh karena itu dalam makalah ini akan
dibahas mengenai perawatan kesehatan kerja.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalan ini adalah untuk mengetahui
Contoh Area Keperawatan Komunitas : Kesehatan Kerja

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk
menjelaskan mengenai:

1. Definisi perawatan kesehatan kerja


2. Sejarah perawatan kesehatan kerja
3. Bahan bahaya di tempat kerja
4. Praktik perawatan kesehatan kerja
5. Isu praktik perawatan kesehatan kerja
BAB II

TEORI DAN KONSEP

1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.


Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen
K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu: (1)
aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja; (2)
diterapkan untuk melindungi tenaga kerja; (3) resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan
yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih;
perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja. Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang
Sistem Manajemen K3, terdapat 5 (lima) ketentuan yang harus
perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3;

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran


penerapan keselamatan dan kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
ManajemenK3 secara berkesinambungan dengan tujuan
meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

1.1. Defini Keselamatan Kerja


Selain kesehatan yang tak kalah pentingnya adalah
Keselamatan Kerja. Keselamatan kerja merupakan keadaan
terhindar dari bahaya saat melakukan kerja. Menurut Sumamur
(1987) dalam Jerusalem 2010, keselamatan kerja adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan
distribusi baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja adalah
tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan adalah dari,
oleh, dan untuk setiap tenaga kerja maupun masyarakat pada
umumnya.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk
pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat
kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain
menjadi hambatan langsung, juga merugikan secara tidak
langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja,
terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan
pada lingkungan kerja, dan lain-lain.
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan
sebagai ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara
melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja
dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan
kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan
Alat Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan
jam kerja yang manusiawi. Pendapat lain mengatakan
Keselamatan (safety) meliputi:(1). Mengendalikan kerugian dari
kecelakaan (control of accident loss) dan (2). kemampuan untuk
mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol) resiko
yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risks).
1.2. Definisi Kesehatan Kerja
Kesehatan (Health) berarti derajat/ tingkat keadaan fisik
dan psikologi individu (the degree of physiological and
psychological well being ofthe individual). Kesehatan Kerja,
yaitu : suatu ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan
kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit akibat kerjayang diwujudkan melaluii
pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan makanan
yang bergizi.
Kesehatan kerja yaitu suatu ilmu yang penerapannya
untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kesehatan kerja
melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat
kerja yang diwujudkan melalui pemeriksaan kesehatan,
pengobatan dan asupan makanan yang bergizi (Jerusalam &
Khayati, 2010).
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian
anatara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang undang
kesehatan tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan
kerja adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi,
dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran
kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan
dari pekerka itu sendiri (Efendi & Makhfudli, 2009).
Empat pilar strategi yang telah ditetapkan tuntuk
mendukung visi Kementrian Kesehatan dalam rangka
mewujudkan kesehatan kerja adalah:
a. Strategi paradigma sehat yang harus dilaksanakan secara
serempak dan bertanggung jawab dari semua lapisan.
Termasuk partisipasi aktif lintas sektor dan seluruh potensi
masyarakat.
b. Strategi Profesionalisme, yaitu memelihara pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
c. Strategi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM), guna memantapkan kemandirian masyarakat
hidup sehat, diperlukan peran aktif dan pembiayaan.
d. Strategi Desentralisasi, intinya adalah pendelegasian
wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah
untuk mengatur system pemerintahan
kerumahtanggaannya sendiri.

1.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pada prinsipnya sasaran atau tujuan dari K3 adalah :
a. Menjamin keselamatan operator dan orang lain
b. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
c. Menjamin proses produksi aman dan lancar
Sedangkan tujuan keselamatan kerja menurut Sumamur,
(1985) dalam Jerusalem 2010 adalah sebagai berikut:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas masyarakat.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada
ditempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
Sementara itu, peraturan perundangan No. I tahun 1970
Pasal 3 tentang keselamatan kerja ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik physic maupun psychis, peracunan, infeksi dan
penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, caradan proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanamanatau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi. (Tia , Setiawan dan Harun, 1980:11-12)

1.4. Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja
Terdapat beberapa alasan yang mengungkapan
pentingnya Sistem Manajemen K3 diterapkan dalam suatu
perusahaan/laboratorium. Alasan tersebut dapat dilihat dari
aspek manusiawi, ekonomi, UU dan Peraturan, serta nama baik
Jerusalem 2010. Berikut adalah argumentasi betapa pentingnya
Sistem Manajemen K3.
a. Alasan Manusiawi. Membiarkan terjadinya kecelakaan
kerja, tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk
memperbaiki keadaan, merupakan suatu tindakan yang
tidak manusiawi. Hal ini di karenakan kecelakaan yang
terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi
korbannya (misalnya kematian, cacat/luka berat, luka
ringan), melainkan juga penderitaan bagi keluarganya.
Oleh karena itu pengusaha atau sekolah mempunyai
kewajiban untuk melindungi pekerja atau siswanya
dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman.
b. Alasan Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi
akan menimbulkan kerugian ekonomi, seperti kerusakan
mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya
pengobatan, dan biaya santunan kecelakaan. Oleh
karena itu, dengan melakukan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan, maka selain dapat mencegah
terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga dapat
menghemat biaya yang harus dikeluarkan.
c. Alasan UU dan Peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan
oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang
keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih
banyak kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya
pembangunan dengan menggunakan teknologi modern,
pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang
dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja
dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang konstruksi.
d. Nama Baik Institusi. Suatu perusahaan yang mempunyai
reputasi yang baik dapat mempengaruhi kemampuannya
dalam bersaing dengan perusahaan lain. Reputasi atau
citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting
terutama bagi industry jasa, termasuk jasa konstruksi,
karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi
tugas/pemilik proyek. Prestasi keselamatan kerja
perusahaan mendukung reputasi perusahaan itu,
sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselamatan
kerja yang baik akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan secara tidak langsung.

2. Masalah yang Timbul di Lingkungan Kerja


2.1. Sumber Bahaya di Tempat Kerja
a. Bahan Kimia
Bahan kimia adalah unsur kimia dan senyawanya dan
campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal,
badan manusia mampu mengatasi bermacam-macam
bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan terjadi
apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan
tidak mampu mengatasinya(melalui saluran pencernaan,
Faktor-faktor yang menciptakan kondisi intensitas
bahaya di area lingkungan tempat kerja yang
berhubungan dengan penggunaan bahan kimia meliputi ;
derajat racun, sifat-sifat fisik dari bahan, tata cara kerja, sifat
dasar, tempat/jalan masuk, kerentanan individu para
pekerja, dan kombinasi faktor-faktor sampai dengan akan
menibulkan situasi yang berbahaya.
Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat
dikelompokkan menjadi :
1) Bahan kimia berbahaya
Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah
bahan-bahan yang pada suatu kondisi tertentu dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap
tingkat pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan,
pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan
pembuangan).
2) Bahan kimia mudah meledak
Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau
campurannya yang sebagai akibat suatu perubahan
(reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau
perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang
berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai
dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan
tekanan yang besar serta suara yang keras.
3) Bahan kimia mudah terbakar
Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi
oksidasi pada suatu kondisi tertentu, Akan
menghasilkan nyala API. Tingkat bahaya dari bahan-
bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin rendah
titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya

4) Bahan kimia beracun


Merupakan bahan kimia dalam jumlah relative sedikit,
dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan
menyebabkan kematian, apabila terabsorbsi tubuh
manusia melalui injeksi. Sifat racun dari bahan dapat
berupa kronik atau akut dan sering tergantung pada
jumlah bahan tersebut yang masuk kedalam tubuh.
5) Bahan kimia korosif
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam
alkali dan bahan-bahan kuat lainnya, yang sering
mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau
penyimpan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan
luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang
kulit dan system pernafasan.
6) Bahan kimia radioaktif
Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan
untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar
alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain,
yang dapat membahayakan tubuh manusia.Suatu bahan
kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu
atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat
didalam bahan kimia tersebut, yang selain mudah
meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan
meracuni kehidupan.
7) Bahan kimia oksidator
Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena
sangat reaktif dan tidak stabil, mampu menghasilkan
oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga
dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan
oksidator terdiri dari:
- Oksidator organik: Permanganat, Perklorat, Dikromat,
Hidrogen Peroksida, Periodat, Persulfat.
- Peroksida organik: Benzil Peroksida, Asetil
Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat.
- Peroksida- peroksida organik dapat pula terbentuk
pada penyimpanan pelarut organik seperti eter,
keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang
bersifat eksplosif.
8) Bahan kimia reaktif
Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi
dengan bahan-bahan lainnya, disertai pelepasan
panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah
terbakar atau keracunan, atau korosi. Sifat reaktif dari
bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :
- Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang
sangat mudah bereaksi dengan air, mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar.
- Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif
yang sangat mudah bereaksi dengan asam,
menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau gas-gas beracun serta bersifat korosif.
9) Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri
ataupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada
dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek
yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan
mudah terbakar.

Gas-gas tersebut diatas dalam silinder yang


bertekanan, harus disimpan dalam keadaan terlindung,
bebas panas, dan goncangan serta terikat kuat dan
bebas dari kebocoran kran.

Sistem Klasifikasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)


Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan klasifikasi
bahan berbahaya seperti tabel berikut ini.

b. Bahan Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik
yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda
seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau
bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam
yang terdegradasi.
Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang
menyebabkan infeksi dan non-infeksi.Bahaya dari yang
bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme
viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
1) Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus),
lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab
penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang
buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan
dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang
terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri:
anthrax (kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis
(sakit kepala, atralagia, enokkarditis), lepra, tetanus,
thypoid, cholera, dan sebagainya
2) Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16
- 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk
itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus: influenza,
varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
(HIV) menyebabkan penurunan daya kekebalan
tubuh, ditularkan melalui:Tranfusi darah yang
tercemar, Tertusuk/teriris jarum/pisau yag
terkontaminasi, Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu
melahirkan pekerja berisiko (HIV) Pekerja RS,
Pekerja yang sering ganti-ganti pasangan.
3) Parasit
Malaria gigitan nyamuk anopheles, Ansxylostomiosis
anemia khronis, Jamur gatal gatal dikulit. Jamur
dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk
lebih komplekkarena berupa multi sel. Mengambil
makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup
dari organisme atau hewan lain.
4) Hewan
- Serangga sengatan
- Binatang berbisa gigitan ular
- Binatang buas Carnovora
5) Tumbuhan
- Debu kayu Allergi & asma
- Debu kapas allergi saluran nafas
6) Organisme viable dan racun biogenik
- Organisme viabel termasuk di dalamnya jamur, spora
dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk
endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
- Perkembangan produk bacterial dan jamur
dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media
dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:
pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada
sewage &sludge treatment, dll.
- Contoh : Byssinosis, grain fever,Legionnaires
disease
7) Alergi Biogenik
- Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived
protein, enzim.
- Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein
pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari
urine dan feaces binatang.
- Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari
proses fermentasi, pembuatan obat, bakery,
kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di
bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan).
- Pada orang yang sensitif, pemajanan allergen dapat
menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis
atau asma.
- Contoh :Occupational asthma : wool, bulu, butir
gandum, tepung bawang dsb
8) Mikroorganisme Penyebab Penyakit Di Tempat Kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat
organisme yang mungkin ditemukan di tempat kerja,
diantaranya:
- Daerah pertanian :
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah
membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme
seperti: Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale
atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil
metabolisme jamur.
- Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik):
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang
mungkin ditemukan adalah bakteri penyebab penyakit
saluran napas, seperti : tuberculosis (paru),
burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis),
Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasanlainnya
seperti Pneumonia.
- Daerah peternakan: terutama yang mengolah kulit
hewan serta produk-produk dari hewan.
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di
peternakan seperti ini misalnya : Anthrax yang
penularannya melalui bakteri yang tertelan atau
terhirup, burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis),
Infeksi Salmonella.
- Di Laboratorium:
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang
besar terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang
menangani organisme atau bahan-bahan yang
megandung organisme pathogen.
- Di Perkantoran: terutama yang menggunakan
pendingin tanpa ventilasi alami.
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat
berisiko mengidap penyakit seperti: Humidifier fever
yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan
alergi yang disebabkan organisme yang hidup pada
air yang terdapat pada system pendingin,
Legionnaire disease penyakit yang juga
berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih
berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.

2.2. Masalah Kesehatan yang Muncul di Tempat Kerja


Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat
hubungan pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO di Linz
Australia, dihasilkan beberapa definisi sebagai berikut:

a. Penyakit Akibat Kerja: penyakit akibat kerja ini mempunyai


penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebeb yang mudah diakui.(pekerjaan sebagai pencetus
sakit atau penyakit) atau lebih dikenal dengan sebagai man
made disease. Pencegahan dapat dimulai dengan
pengendalian secermat mungkin pengganggu kesehatan
atau pengganggu kerja. Gangguan ini terdiri dari:
1. Beban kerja (berat, sedang, ringan, atau fisik, psikis,
dan sosial).
2. Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja
seperti faktorfisik, kimia, biologi, dan psikologi.
3. Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan sendiri yang
meliputi kemahiran, ketrampilan, usia, daya tahan
tubuh, jenis kelamin, gizi,ukuran tubuh, dan motivasi
kerja.
b. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan Work
related disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa
agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang
kompleks.
c. Penyakit yang mengenai populasi pekerja adalah penyakit
yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh
kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

Pekerja banyak terpapar bahan bahaya di tempat kerja


sehingga mengakibatkan penyakit dan cidera. Terdapat sekitar
138 juta pekerja di Amerika Serikat (Bureau of Labor Statistics,
1999). Setiap hari, sekitar 137 individu meninggal dari penyakit
yang berkaitan dengan pekerjaan, disertai tambahan 16
kematian dari cidera pada saat bekerja. Seriap 5 detik, seorang
pekerja mengalami cidera; setiap 10 detik seorang pekerja
mengalami kecacatan sementara atau total. NIOSH
memperkirakan bahwa sedikitnya 10 juta cidera terjadi pada
saat seseorang bekerja setiap tahun, kira kira 3 juta orang
diantaranya mengalami cidera parah, dan setiap hari kerja lebih
dari 10,000 orang mengalami cidera sehingga kehilangan waktu
bekerja. Table 40-3 menunjukan cidera yang berhubungan
dengan kerja paling tinggi secara sepesifik industry. Pada tahun
1994, cidera yang berhubungan dengan kerja sendiri
menghabiskan 121 milliar dolar karena kehilangan gaji dan
produktivitas, biaya administrasi, perawatan kesehatan, dan
biaya lainnya. Dan itu belum termasuk penyakit yang
berhubungan dengan kerja.

Table: Nonfatal Occpational injury incidence rates in the United


States by industry, private sector
Work related Nonfatal Injuries
(per 100 full time worker)
Construction 12,5
Agriculture 11,0
Manufacturing 10,8
Transportation/public untilities 8,8
Wholesale/retail trade 8,2
Mining 7,0
Services 6,8
Finance, insurance, realty 2,7
Average

Kontruksi memiliki nilai cidera yang lebih dibandingkan


dengan yang lain (12,5 per 100 pekerja). Pabrik yang
memproduksi potongan kayu dan kayu memiliki pekerja yang
cidera daripada produser bahan lain, dan perusahan truk dan
gudang memiliki nilai cidera pada sector penyedia jasa. Cidera
pertambangan , termasuk yang melibatkan oli dan eksplorasi
gas. Menurun pada pertengahan 1980an tapi tetap tinggi.
Hampir setengah dari 170,000 kecacatan dikarenakan cidera
pada pertanian setiap tahun hasilnya secara permanen
memburuk , menghabiskan kira kira 2,5 juta dolar untuk biaya
rumah sakit dan rehabilisasi,. Laporan dari cidera antara
perawat rumah dan pemberi peawatan personal telah
meningkat, dengan cidera punggung terhitung lebih dari 40%
dari laporan ini. Dan diperkirakan 2,4 juta cidera mata terjadi di
tempat kerja setiap tahun, dikarena terekspos bahan kimia,
radiasi, fisik dan biologi, dengan lebih dari 60% pekerja yang
mengalami cidera mata tidak memakai perlindungan mata pada
saat cidera.(Buerau of labor, 1995).
New cases of reported occupational illness in United
States, by category of illness, private sector

Category of illness Number percentage


- Disorders associated with 459,300 61
repeated trauma
- Skin disease disorders 120,800 16
- Disosders caused by 37, 400 5
physical agent
- Respiratory conditions 36,900 5
caused by toxic agent
- Poisoning 13,400 2
- Dust disease of the lung 4,800 1
- All other occupational 759,400 100
illness

1. Alergi dan iritasi kulit


Di linkungan kerja, kulit adalah bagian tubuh yang paling
sering terkena bahan kimia dan kontaminasi bahan lain.
Berdasarkan Bureau of Labor Statistics Amerika Serikat,
penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan
sebagian besar dalam bentuk alergi dan iritasi kulit adalah
yang paling sering terjadi. Dari tahun 1983 sampai tahun
1994, nilai dari penyakit kulit yang berhubungan dengan
tempat kerja meningkat dari 64 sampai 81 kasus pr 100,000
pekerja. Pada tahun 1994, kira- kira 66,000 kasus penyakit
kulit yang berhubungan dengan tempat kerja dilaporkan
telah terjadi, terhitung kira-kira 13% dari semua penyakit
yang berhubungan dengan kerja. Selain itu penyakit kulit
yang berhubungan dengan pekerjaan sebagian besar tidak
dilaporkan, sehingga nilai sebernarnya dari kasus baru
mungkin lebih banya beberapa kali dari pada yang tercatat.
Dermatitis adalah penyakit kulit yang paling sering yang
berhubungan dengan pekerjaan, biasanya dihasilkan dari
reaksi toksik karena iritasi bahan kimia seperti cairan pelarut
dan pemotong. Ini disebabkan oleh variasi dari zat seperti
latex
2. Asma dan penyakit obstruksi paru kronis
Asma yang berhubungan dengan pekerjaan adalah
penyakit respiratori yang berhubungan dengan kerja yang
paling umum didiagnostik pada klien saat diperiksa di klinik
tempat kerja.
Asma dan penyakit obstruksi paru kronis terhitung hampr
mencapai 18 juta kunjungan dokter pada tahun 1985 dan di
perkirakan 800,000 penerimaan rumah sakit, asma dan
penyakit paru obstruksi kronis menyebabkan hampir 92,000
kematian di Amerika Serikat, membuat penyakit jalan nafas
menjadi peringkat 4 penyebab kematian keseluruhan.
Mortalitas dari asma dan penyakit paru obstruksi kronis
meningkat setiap tahun. Diperkirakan asma yang
berhubungan dengan kerja menghabiskan kira-kira $400
juta. NIOSH melaporkan bahwa asma sekarang berefek
pada lebih dari 10 juta orang di Amerika Serikat dan sedang
meningkat dalam hal prevalensi, bukti terbaru menyatakan
bahwa sebanyak 28% dari kasus asma orang dewasa
mungkin disebabkan oleh tempat krja.
3. Kesuburan dan kelainan dalam kehamilan
Kelainan dari reproduksi termasuk cacat bayi, gangguan
perkembangan , aborsi spontan, berat badan bayi rendah,
kelahiran sebelum waktunya dan gangguan lainnya yang
berefek pada janin; termasuk pengurangan kesuburan,
impoten, dan ganguan menstruasi. Kemandulan sekarang
diperkirakan diderita oleh 2 juta pasangan diamerika. Satu
dari dua belas menemukan mereka tidak bisa hamil setelah
12 bulan melakukan intercourse yang tidak terlindungi.
Sebagian besar cacat kelahiran dan gangguan
perkembangan disebabkan karena sebab yang tidak
diketahui. Kontribusi dari tempat kerja pada gangguan
reproduksi dan keabnormalan bawaan tidak diketahui.
Walaupun beberapa bahan berbahaya bagi reproduksi telah
ditemukan oleh manusia, sebagian besar lebih dari 1,000
tempat bahan kimia di tempat kerja telah menyebabkan
keabnormalan.

4. Kehilangan pendengaran
Kasus kehilangan pendengaran sangat sering terjadi
pada pekerja di Amerika Serikat. Hal ini merupakan hal
yang normal di alami pekerja di sana. Lebih dari 30 ribu
pekerja terpapar suara keras di tengah pekerjaannya, dan 9
ribu diantaranya memiliki resiko untuk terkena kehilangan
pendengaran. Hal ini terjadi pada pekerja muda atau tua,
perempuan atau laki-laki.
Kehilangan pendengaran telah masuk dalam
permasalahan yang sedang disorot oleh pemerintahan
Amerika Serikat, selain 2 faktor resiko yang sering terjadi
yaitu cidera atau kelumpuhan. Permasalahan yang di
akibatkan karena kehilangan pendengaran terdiri dari
a. Menurunnya kualitas hidup di karenakan isolasi sosial
dan rasa tidaknyaman di karenakan bunyi mendering
yang selalu mengganggu.
b. Terganggunya komunikasi dengan anggota keluarga,
masyarakat, dan rekan di dalam pekerjaannya
c. Berkurangnya kemampuan untuk melihat tanda-tanda di
dalam pekerjaan.
d. Kehilangan produktifitas dan meningkatkan insiden
yang di hasilkan dari miskomunikasi dan isolasi.

5. Penyakit infeksi
Kasus terjadinya infeksi dalam pekerjaan melibatkan
beberapa hal yang tidak bisa diprediksi sumbernya. Dari
beberapa hal tersebut badan perlindungan kesehatan
pekerja Amerika Serikat mengatakan bahwa beberapa
sebab terjadinya infeksi adalah melalui darah, transplantasi
organ dan patogen dari udara.
Selain itu tidak adaya perlindungan yang baik bagi
pekerja terkadang menjadikan pekerja sangat riskan
terkena infeksi seperti influenza, typus, dan TB. Selain itu
pola kebersihan juga menyumbang 2% dari tertularnya
beberapa pekerja. Seperti berjabat tangan saat tangannya
sedang terluka, ini meningkatkan terinfeksi melalui darah.
Beberapa virus yang sering tertular adalah TB dan hepatitis
c akibat pola hidup pekerja di Amerika Serikat.

6. Ketidaknormalan pada anggota gerak


Ketidaknormalan otot gerak dari leher sampai ke anggota
gerak terjadi dari berbagai faktor pekerjaan di antaranya
pekerja yang membutuhkan mobilitas tinggi, beban tubuh,
dan pekerja elektronik serta beberapa pekerjaan yang
membutuhkan mobilitas tinggi pada otot.

7. Cidera Trauma
Cidera dan trauma pada pekerja pekerja sangat serimg
terjadi. Banyak tenaga kerja yang meninggal dikarenakan
mengalami cidera traumatik. Hal ini bisa terjadi disebabkan
kurangnya pengetahuan pekerja akan keamanan diri.
Beberapa kasus trauma yang sangat fatal adalah di
karenakan oleh beberapa pekerjaan seperti berikut,
pemotog kayu, kecelakaan pada kendaraan, kecelakaan
pada aliran listrik dll.

3. Konsep Keperawatan Kesehatan Kerja


3.1. Definisi Keperawatan Kesehatan Kerja
Pengertian perawatan kesehatan kerja (Occupation
Health Nursing) merupakan cabang dari perawatan kesehatan
masyarakat, yang memberikan pelayanan pada tenaga kerja
atau kelompok tenaga kerja. Pelayanan berfokus pada promosi,
proteksi, dan pemulihan kesehatan naker dalam hubungannya
dengan keselamatan dan lingkungan kerja yang sehat.
Pelayanan keperawatan kesehatan kerja bersufat otonom dan
independen dalam menetukan penatalaksanaan keperawatan
bidang kesehatan kerja. (American Association of Occupational
Health Nursing, 1994).

3.2. Praktik Keperawatan Kesehatan Kerja


Praktik keperawatan kesehatan kerja didefinisikan secara
dramatis dari waktu ke waktu dengan penekanan pada otonomi
pengambilan keputusan,pencegahan praktik mandiri dan
promosi kesehatan,analisis dan ketrampilan , majemen dan
perkembangan kebijakan.
Praktek kesehatan kerja selalu terkait dengan ilmu
keperawatan kesehatan masyarakat diarahkan pada
peningkatan kesehatan penduduk. The American Public Health
nursing (APHA) mendefinisikan keperawatan kesehatan
masyarakat sebagai berikut keperawatan kesehatan
masyarakat adalah praktek yang mempromosikan dan
melindungi kesehatan penduduka dengan menggunakan
pengetahuan yang dimiliki perawata dari keperawatan, sosial
dan penelitian tentang kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan masyarakat adalah
proses yang sistematis dimana:
1. kebutuhan kesehatan dan perawatan kesehatan dibutuhkan
masyarakat untuk mengidentifikasi keluarga, penduduk dan
individu yang bermanfaat sebagai promosi kesehatan atau
orang beresiko sakit,cedera,cacat dan kematian dini
2. rencana untuk intervensi dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan yang diidentifikasi yang memperhitungkan
sumber daya terhadap kesehatan dan pencegahan
terjadinnya sakit,cedera,kecacatan dan kematian dini
3. rencana tersebut dilaksanakan secara efektif, efisien dan
adil
4. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
inteventions berdampak pada status kesehatan individu dan
populasi
5. hasil dari proces digunakan untuk mempengaruhi dan
perawatan pengiriman langsung, penyebaran sumber daya
kesehatan dan perkembangan lokal, regional, negara dan
kebijakan helath nasional dan penelitian untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit.

Menurut American Nurses Association ada 5 model pelayan


kesehatan primer tempat kerja yang dikelola kesehatan kerja
dan disampaikan oleh perawat kesehatan kerja yang mana
sebagai penyedia layanan kesehatan dengan biaya yang efektif

1. model 1: satu unit perawat


Model ini dapat menjadi pilihan terbaik bagi perusahaan
dengan sumber daya yang terbatas, beberapa bahaya di
tempat kerja, atau perawat workforce.the kecil bertindak
sebagai ahli di rumah pada masalah kesehatan terkait dan
mengembangkan jaringan berkualitas, rujukan berbasis
masyarakat untuk tidak diberikan pelayanan di rumah
2. model 2:beberapa perawat
Model ini sangat ideal untuk menengah.jenis model ini
sangat penting ditawarkan di situs perawat yang dikelola
fokus perawatan center dan pada perawatan primer serta
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan cedera
3. Model 3. koalisi konsorsium Model-perusahaan
Model ini dirancang untuk kelompok pengusaha kecil untuk
memberikan pelayanan perawat terpusat dikelola, layanan
klinic. berdiri bebas tersedia di situs selama jam diperluas
pelayanan dengan rumah sakit setempat menyediakan
layanan selama jam melalui pengaturan penyedia layanan
4. model 4: pemimpin n besar dengan menjangkau pengusaha
kecil
Model ini adalah yang terbaik untuk pengusaha besar
dengan pada layanan situs yang menyediakan layanan
kepada pengusaha kecil melalui pengaturan kontrak
5. Model 5 : kerja konsultan perawat kesehatan
Model ini berfokus pada penyediaan pelayanan oleh
perawat kesehatan kerja bertindak sebagai konsultan untuk
ruang lingkup kecil di lokasi yang tersebar secara geografis.

Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Kerja


Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya
penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara atau
metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk:

1 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja


masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan yang
setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2 Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada
masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau
kondisi lingkungan kerjanya.
3 Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di
dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
4 Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu
lingkungan pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan
fisik dan psikis pekerjanya (Efendi & Makhfudli, 2009).

Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit


pada Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan
penyakit (five level of prevention diseases) pada penyakit akibat
kerja:
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Misalnya: pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang
baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat
dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi
tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection)
Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi
lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan
kerja.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
Misalnya: diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan
segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation)
Misalnya: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara
sempurna, dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Misalnya: rehabilitasi dan memperkerjakan kembali para
pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin
perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan
cacat di jabatan-jabatan yang sesuai (Efendi & Makhfudli,
2009).

3.3. Peran Perawat dalam Kesehatan Kerja


Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan kerja (K3)
di industri adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Perawat
- Mengkaji masalah kesehatan
- Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
- Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan
terhadap pekerja
- Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan
yang telah dilakukan
2. Tugas Perawat
- Mengawasi lingkungan pekerja
- Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
- Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan
pekerja
- Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah
dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga
pekerja yang mempunyai masalah kesehatan
- Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3
terhadap pekerja
- Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
- Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB
terhadap pekerja dan keluarganya
- Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
- Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3
(Effendy, 1998).
- Membuat daftar resiko kecelakaan yang mungkin terjadi
disetiap item pekerjaan.
Misalnya pada pekerjaan galian tanah akan
memungkinkan terjadi kelongsorantanah, pekerja
terkena cangkul, sehingga diketahui upaya
pencegahanya sepertipembuatan tembok sementara
dari bamboo untuk menahan tanah serta
memasangrambu-rambu hat-hati pada lokasi galian
tanah
- Melakukan penyuluhan kepada pekerja dengan cara
membuat jadwal sebelumnyaseperti waktu pagi hari
sebelum bekerja dapat dibunyikan suara speaker
Selamatbekerja, gunakan alat pelindung diri, hat-hati
dalam bekerja karena keluargamenunggu dirumah atau
kata-kata lain yang dapat mengingatkan setiap
pekerjaproyek untuk berhati-hati dalam bekerja.
- Membuat rambu-rambu kecelakaan kerja, memasang
pagar pengaman pada voidyang memungkinkan adanya
resiko jatuh, memasang tabung pemadam
kebakaranpada area rawan kebakaran.
- Menjaga kebersihan proyek dapat membuat lingkungan
kerja nyaman sehinggaemosi negatif yang mungkin
timbul saat bekerja dapat dikurangi karena haltersebut
dapat menyebabkan kecelakaan proyek akibat pikiran
sedang tidak focus terhadap pekerjaan.
- Menjalin kerjasama dengan pelayan kesehatan atau
rumah sakit terdekat darilokasi proyek sehingga
sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dapat ditangani
secaracepat untuk mencegah hal-hal selanjutnya yang
tidak diinginkan.
- Penyediaan perangkat pengaman kecelakaan kerja dari
mulai personil sampaiperalatan mungkin terlihat mahal
namun biaya tersebut akan lebih murah jikatidak
mengadakanya sehingga terjadi kecelakaan sehingga
dapat menghentikanjalannya pekerjaan atau pengalihan
aktifitas pekerjaan pada upaya menyelamatkan korban
kecelakaan.
Peran Perawat Kesehatan Kerja
Administrasi dan Menejemen
Perawat memiliki administrasi dan operasi manajemen
tanggung jawab dari layanan kesehatan kerja, yang
merupakan bagian utama dari perawat penambahan fungsi
perawatan.
Mengelola Pelayanan Administrasi Kesehatan.
Administrasi dan menejemen kegiatan pengelolaan
termasuk mengelola pelayanan kesehatan kerja di
perkantoran,memenuhi perlengkapan, membantu dan
mengembangkan protokol, pemeliharaan dan revisi
kebijakan keperawatan kesehatan kerja
Penjagaan Catatan
Menjaga fungsi administratif sangat penting, dan perawat
memiliki tanggung jawab hukum yang baik dan profesional
untuk tetap akurat, komperhensif, yang ditulis dalam rekam
medis.
Hubungan Masyarakat
Sumber daya komunitas kolaborasi dan pemanfaatan
sangat penting untuk memberikan perawatan yang
komprehensif untuk pekerja dan perawat.mereka harus
dapat pengetahuan tentang masyarakat, jaringan dengan
lembaga masyarakat.
Penilaian dan Pengawasan
OHN perlu terampil dalam riwayat kesehatan dan
pengkajian fisik. Bagian penting dari sejarah kesehatan
adalah riwayat pekerjaan
Pelayanan Perawatan Langsung
Perawat sering menjadi penyedia utama perawatan di
tempat kerja.Banyak klinik kesehatan kerja dilengkapi
sebagai departemen rawat jalan, dan perawat memiliki
sumber daya di tangan untuk mengevaluasi dan mengobati
penyakit dan cedera
Kesehatan Preventif
Kegiatan kesehatan preventif sering kali
melibatkan pemberian imunisasi,
melakukan pendidikan kesehatandan keselamatan,dan me
mpromosikan kondisi lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan pekerja.
Perawatan akut.
Keterampilan perawat sangat diperlukan untuk perawatan
luka akut dan penyakit akibat kerja yang komprehensif, dan
beberapa dari situasi ini dapat mengancam nyawa
Perawatan Darurat.
Perawatan darurat mungkin yang paling dramatis
dari fungsi langsung OHN yang peduli. Setiap tahun
jutaan cedera traumatis terjadi pada pekerjaan; lebih dari 3
juta diantaranya parah, dan
hasilnya banyak cacat permanen
Pengelolaan Kondisi kronis.
Kondisi kronis adalah kondisi kerja dan non-kerja yang
memerlukan tindak lanjut dan jangka panjang rehabilitasi
Manajemen Kasus
Proses koordinasi kesehatan klien layanan perawatan untuk
mencapai hasil yang optimal, perawatan berkualitas, yang
disampaikan dengan cara dan biaya yang hemat
Pendidikan kesehatan dan Promosi Kesehatan.
Kesehatan intervensi pendidikan yang digunakan lebih
banyak ditempat kerja dan sering dilaksanakan oleh OHN
Konseling
Konseling kesehatan fungsinya penting untuk berfokus
pada pertumbuhan dan perkembangan secara normal,
kesehatan keluarga, stressor tempat bekerja, lingkungan
yang berisiko kesehatan dan hasil tes dan screening.
Konseling sering involves isi pendidikan kesehatan.

4. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Kerja di Indonesia

Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Indonesia


Dengan memperhatikan keadaan hukum kerja di zaman
prakemerdekaan, tentunya dapat diperkirakan bagaimana riwayat
kesehatan kerja ini. Perbudakan, perhambaan, rodi, dan poenale
sanksi yang mewarnai hubungan kerja di zaman itu menunjukkan pula
kurangnya perhatian pemerintah Hindia Belanda akan kesehatan
kerja. Hal yang dicari pada saat itu adalah pengeksplotasian tenaga
kerja secara penuh demi kepentingan pihak penjajah, sedangkan
kepentingan tenaga kerja tidak diperhatikan sama sekali.

Zaman Perbudakan

Zaman perbudakan ini secara legistis yaitu menurut peraturan

perundangan dinyatakan berakhir pada tanggal 31 Desember 1921.


Jika dibandingkan dengan Negara lain, berkat aturan adat yang dijiwai
oleh kepribadian bangsa, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab
para budak agak lumayan kedudukannya.
Regerings Reglement (RR) tahun 1818 (semacam Undang-

undang Dasar Hindia Belanda) pada pasal 115 memerintahkan supaya


diadakan peraturan- perturan mengenai perlakuan terhadap keluarga
budak. Peraturan pelaksananya dimuat dalam Staatsblad 1825 No.44
ditetapkan bahwa :
1. Harus dijaga agar anggota-anggota keluarga budak bertempat
tinggal bersama-sama, maksudnya seorang budak yang telah
berkeluarga tidak boleh dipisahkan dari istri dan anaknya.
2. Para pemilik diwajibkan bertindak baik terhadap para budak
mereka.
3. Penganiayaan seorang budak diancam dengan pidana berupa
denda antara Rp.10,00 dan Rp.500,00 dan pidana lain yang
dijatuhkan oleh pengadilan untuk penganiayaan biasa.

Usaha dari pihak tidak resmi seperti dari Javaans Menschlievend


Genootschaap yaitu nama baru bagi Java Benevolent Institution dari
zaman pemerintahan Thomas Stamford Raffles antara tahun 1818 dan
1824 mencoba untuk menghapuskan perbudakan tetapi tidak
membawa hasil. Terjadi pertentangan pendapat yang menyatakan
bahwa penghapusan budak merupakan pelanggaran besar terhadap
hak para pemilik budak dan disisi lain berpendapat bahwa kezaliman
lebih besar apabila merendahkan manusia menjadi barang milik.
Baru pada tahun 1854 dalam Regeringsreglement 1854 pasal 115
sampai 117 kemudian menjadi pasal-pasal 169 sampai 171 Indische
Staatsregeling 1926, dengan tegas ditetapkan penghapusan
perbudakan. Pasal 115 menetapkan paling lambat 1 Januari 1860
perbudakan di seluruh Indonesia dihapuskan dan selnjutnya
memerintahkan supaya diadakan peraturan-peraturan persiapan dan
pelaksanaan tentang penghapusan dan ganti rugi sebagai akibat
penghapusan.

Zaman Rodi
Zaman rodi atau kerja paksa ini berlaku bersamaan dengan
zaman perbudakan dan berakhir resminya di Jawa dan Madura pada
tanggal 1 Februari 1938, kecuali di tanah partikelir yang baru
dihapuskan pada tahun 1946 oleh Coamacab (Commando Officer
Allied Military Administration, Civil Affairs Branch) dalam
Noodverordening Particuliere Landrijen 1946 Java en Madura.
Kesehatan kerja bagi pekerja rodi lebih diperuntukkan pada
kekhawatiran kehabisan jumlah pekerja paksa, bukan karena
prikemanusiaan. Kesehatan kerja pada bidang rodi ini lebih terletak
pada pembatasan jam kerja. Misalnya hanya boleh sehari seminggu
dan paling banyak 52 hari dalam setahun dan seharinya tidak boleh
lebih dari 12 jam kerja rodi. Jarak antara rumah dan tempat kerja juga
diperhatikan. Tetapi hal ini pun dilanggar oleh pihak yang
berkepentingan karena kurangnya pengawasan. Penghapusan rodi
dilakukan dengan membayar uang pembebasan atau tebusan kepada
Pemerintah dan bersamaan dengan itu gaji pegawai dinaikkan dengan
uang pembebasan itu.

Poenale Sanksi
Zaman poenale sanksi meliputi antara tahun 1872 dan 1879
serta antara masa 1880 dan 1941, berakhir pada tanggal 1 Januari
1942. Kedudukan buruh/pekerja dalam hubungannya dengan majikan
ditetapkan sebagai berikut;
1. buruh tidak boleh meninggalkan perusahaan, tanpa izin tertulis
dari pengusaha, administrasi atau pegawai yang diberi wewenang
untuk itu. Apabila hal itu tetap dilakukan maka buruh dikenai tindak
pidana yang disebut melarikan diri. Hukuman untuk itu adalah
denda atau kerja dengan makan tanpa upah, biasanya disebut
krakal selama-lamanya 1 bulan.
2. buruh wajib secara teratur melakukan pekerjaannya.
3. jika buruh meninggalkan perusahaan, ia wajib selalu membwa dan
atas permintaan yang berwajib memperhatikan kartu keterangan
yang memuat identitas buruh dan lamanya hubungan kerja.
4. jika buruh dalam masa hubungan kerja diadili atau menjalani
pidana, maka sesudahnya atas biaya perusahaan ia dapat di bawa
kembali ke perusahaan. Demikian pula jika buruh setelah
menjalani istirahat, sakit dan sebagainya jika tidak kembali lagi ke
perusahaan maka dapat dipanggil kembali.
5. dilarang memberi pemondokan kepada seorang buruh yang tidak
dapat membuktikan kebebasannya dari kewajiban bekerja.
6. dalam keadaan bagaimanapun, buruh tidak dapat memutuskan
hubungan kerjanya secara sepihak.
Dalam lembaga poenale sanksi yang menyerahkan pribadi
buruh sepenuhnya kepada wewenang perusahaan / majikan tidak
dapat diharapkan adanya perlindungan buruh. Satu-satunya jalan
untuk memberikan perlindungan bagi buruh itu pda kedudukan
manusia social adalah penghapusan poenale sanksi yang terjadi
pada tangga 1 Januari 1942.

Zaman Modern
Kesehatan kerja di Indonesia dimulai pada dasawarsa
ketiga abad XX. Kesehatan kerja pertama kali diatur dalam :
1. Maatregelen ter Beperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid
van de Vroewen, yang biasanya disingkat Maatregelen, yaitu
peraturan tentang pembatsan pekerjaan anak dan wanita pada
malam hari, yang dikeluarkan dengan Ordonantie No. 647 Tahun
1925, mulai berlaku tanggal 1 Maret 1926.
2. Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige
Persoonen ann Boord van Scepen, biasanya disingkat Bepalingen
Betreffende, yaitu peraturan tentang pekerjaan anak dan orang
muda di kapal, yang diberlakukan dengan Ordonantie No. 87
tahun 1926, mulai berlaku 1 Mei 1926.
Selain Maatregelen dan Bepalingen Betreffende, peraturan
lain yang dikwalifikasi sebagai peraturan kesehatan kerja, yang
dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah :
1. Mijn Politie Reglement, Stb No. 341 tahun 1931 (peraturan tentang
pengawasan di tambang)
2. Voorschriften omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der an
motorrijtuigen (tentang waktu kerja dan waktu mengaso bagi
pengemudi kendaraan bermotor).
3. Riauw Panglongregeling (tentang panglong di Riau)
4. Panglongkeur Soematra Oostkust (tentang panglong di Sumatera
Timur).
5. Aanvullende Plantersregeling (peraturan perburuhan di
perusahaan perkebunan).
6. Arbeidsregeling nijverheidsberijvn (peraturan perburuhan di
perusahaan perindustrian).
Di Indonesia secara historis peraturan keselamatan dan

kesehatan kerja telah ada sejak pemerintahan Hindia Belanda.

Setelah kemerdekaan dan diberlakukannya Undang-undang Dasar


1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan keselamatan
kerja yang pada saat itu berlaku yaitu Veiligheids Reglement telah
dicabut dan diganti dengan Undag-undang Keselamatan Kerja No.1
Tahun 1970.
Setelah kemerdekaan pula yang pertama-tama menjadi

perhatian pemerintah adalah masalah kesehatan kerja. Sewaktu

Imdonesia masih berbentuk serikat beribukota di Yogyakarta pada


tannga 20 April 1948 mengundangkan Undang-undang No.12 Tahun
1948 tentang kerja. Setelah Indonesia berbentuk Negara kesatuan
UU No.12 tahun 1948 ini di berlakukan ke seluruh wilayah Indonesia
dengan UU No.2 Tahun 1951. Undang-undang pokok kerja ini
mamuat aturan dasar mengenai :
1. Pekerjaan anak
2. Pekerjaan orang muda
3. Pekerjaan wanita
4. Waktu kerja, istirahat, dan mengaso
5. Tempat kerja dan perumahan buruh, untuk semua pekerjaan tidak
membeda-bedakan tempatnya, misalnya di bengkel, di pabrik, di
rumah sakit, di perusahaan pertanian, perhubungan,
pertambangan, dan lain-lain.
Undang-undang No.12 Tahun 1948 merupakan undang-undang
pokok sehingga memerlukan peraturan pelaksana yang lebih rinci.
Mengingat keadaaan Indonesia yang masih di awal kemerdekaan,
maka peraturan pelaksana dibuat secara bertahap. Peraturan
pelaksana yang sempat dikeluarkan pada masa itu adalah :
1. Peraturan pemerintah No.3 Tahun 1950 yang memberlakukan
aturan waktu kerja, istirahat, dan mengaso serta mengatur tata
cara pengusaha untuk dapat mengadakan penyimpangan dari
waktu kerja.
2. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 1954 yang mengatur tentang
berlakunya ketentuan cuti tahunan bagi pekerja/buruh.
Berbeda dengan undang-undang pokok lainnya, undang-undang
kerja mempunyai ketentuan bahwa semua ketentuan yang ada hanya
akan berlaku jika ada peraturan pelaksananya. Sampai saat undang-
undang kerja dicabut dan digantikan dengan Undng-undang No.13
Tahun 2003, peraturan pelaksana yang baru keluar hanya kedua
peraturan tersebut. Maka hanya kedua aturan undang-undang kerja itu
yang sempat berlaku.

5. Isu Praktik Kesehatan Kerja

a. Pengurangan Hari Rawat


Ketentuan dari perawatan yang dibuat dengan keinginan sendiri
harus direncanakan dan diberikan dengan kontinuitas sejalan
dengan penurunan masa perawatan. Banyak pasien yang
meninggalkan rumah sakit lebih dini padahal ia masih
membutuhkan perawatan kesehatan.
Untuk mempermudah pemulangan dini tetapi aman dan untuk
menjamin kontinuitas perawatan, banyak batasan-batasan unit
tradisional dilanggar. Manager keperawatan-kasus mengikuti
pasien dari penerimaan sampai unit perawatan umum hingga
pemulangan kembali ke komuniti dalam suatu upaya untuk
mencapai hasil yang optimal. Rencana perawatan terkoordinasi
yang efektif dapat membantu menjamin kontinuitas perawatan
antara sistem pelayanan kesehatan dan rumah atau agensi yang
menerima pemindahan.

b. Meningkatnya Ketergantungan Terhadap Tekhnologi Tinggi


Dalam lingkungan bermusuhan dari masyarakat yang tunduk
pada hukum, praktik kedokteran defensif telah mengakibatkan
peningkatan ketergantungan pada teknologi diagnostik dan
intervensi pengobatan yang canggih.
Hal ini mengarahkan perawat-perawat untuk menjadi penasehat
hukum bagi individualitas pasien, konsep holistik tentang interaksi
pikiran-jiwa-tubuh, dan meningkatkan kewaspadaan terhadap
dilema isu-isu etik seperti kualitas hidup/hak untuk mati.
Menyertakan konsep-konsep ini dan pertimbangan dari latar
belakang budaya/sosioekonomi individual dapat memudahkan
pencapaian keseimbangan antara kemajuan teknologi dan
kebutuhan-kebutuhan manusia.

c. Kebutuhan akan Pengetahuan Keperawatan Tahap Lanjut


Intervensi keperawatan intensif dibutuhkan untuk menagatasi
peningkatan akuitas pasien dalam menghadapi lamanya dirawat
yang lebih singkat didalam lingkungan medikal/bedah.Perawat
membutuhkan keahlian-keahlian klinik yang lebih baik,
kematangan, kemampuan berpikir kritis, keasertifan, dan
ketrampilan-ketrampilan penatalaksanaan pasien untuk mengatasi
peningkatan tanggung jawab ini. Program-program sertifikasi
keperawatan spesialis memberikan tujuan-tujuan yang umum:
untuk memberikan perlindungankonsumen, untuk memajukan
pengetahuan dan kompetensi keperawatan, untuk meningkatkan
otonomi keperawatan, dan untuk memperkuat kolaborasi.

d. Kebutuhan akan Kolaborasi dan Komunikasi


Sejalan dengan pemberian pelayanan kesehatan yang makin
kompleks dan makin terpusat secara ekonomis, kebutuhan akan
komunikasi dan kolaborasi antar profesi-profesi kesehatan makin
tinggi. Hanya melalui kolaborasi anatar departemen, pelayanan-
pelayanan, serta fasilitas-fasilitas memungkinkan profesional-
profesional medikal memberikan perawatan yang paling efisien
dan komprehensif.
Perawat sebagai koordinator primer keseluruhan perawatan
pasien, berkewajiban untuk menjamin bahwa hal ini berlangsung.
Jadi, rencana perawatan dan pencatatan komunikasi yang terjadi
terus menerus berfungsi sebagai parantara antara perawat dan
disiplin lain. Pasien dan keluarga, karena mempunyai tanggung
jawab untuk mereka sendiri (kontrol lokus-internal), juga turut serta
dalam banyak keputusan berkenaan dengan tingkat dan besarnya
asuhan kesehatan yang mereka inginkan.

e. Inovasi dalam Rencana Asuhan melalui Komputerisasi


Banyak perawat meyakini bahwa waktu mereka yang terbatas
lebih baik dihabiskan untuk pemberian perawatan pasien di tempat
tidur daripada mengisi kertas kerja. Penggunaan rencana
perawatan tertulis hanya menunjukkan devisi tugas fungsional dan
kewajiban menghidupkan terus menerus gagasan bahwa rencana-
rencana perawatan adalah kerja sibuk, tidak berhubungan dengan
pemberian asuhan.
Institusi yang menggunakan laporan dengan komputer
meningkatkan jumlah perencanaan perawatan yang diberikan dan
dipertahankan daripada yang terjadi sebelum komputerisasi.
f. Kesehatan lingkungan
Perawat membutuhkan kompetensi tambahan dalam kesehatan
lingkungan diantaranya:
- Memahami interaksi antara agen lingkungan, seperti produk
pembuangan dengan sistem manusia dan dihubungkan
dengan tanda dan gejala penyakit
- Mengembangkan pencegahan, perlindungan, dan strrategi
kontrol untuk masalah lingkungan, seperti polusi udara dalam
ruangan dll
- Mendiskusikan dampak ethic pada masalah kesehatan
lingkungan
- Mempengaruhi kontrol pengaturan seperti komunitas
penduduk
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan kerja merupakan ilmu kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dengan upaya
preventif dan kuratif terhadap faktor-faktor dan penyakit yang sering
terjadi pada tenaga kerja. Di Indonesia sudah ada penerapan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang bertujuan untuk menciptakan
suatu sistem keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif. Peran perawat dalam perawatan
kesehatan kerja berfokus pada promosi, proteksi, pemulihan tenaga
kerja serta berhubungan dengan lingkungan kerja yang sehat.

B. Saran
Kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting bagi tenaga kerja
di Indonesia, tidak hanya untuk mengobati tenaga kerja yang sakit
tetapi juga untuk memerhatikan keselematan tenaga kerja sehingga
sebaiknya perawatan pada tenaga kerja harus diimbangi dengan
tindakan preventif untuk meningkatkan derajat kesehat pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Latar Muhamad. (2011). LINGKUNGAN KERJA FAKTOR KIMIA


BIOLOGI (Fakulatas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Efendi, Ferry, & Makhfudli. (2009). KEPERAWATAN KESEHATAN


KOMUNITAS. Teori dan Praktik dalam Keperawatan (Nursalam Ed.).
Jakarta: Salemba Medika.

Jurusalem, Mohammad Adam &Khayati Enny Zuhny. 2010. Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja. Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta

Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat (2


ed.). Jakarta: EGC.

M. Stanhope, J. Lancaster.2013. Public Health Nursing Resives Reprint


:Population Centered Health Care In Community. 8 th Edition Ed:
Elservaier Health Science.

Jones, Bartlett Learning. (2001). Community Health Nursing: Caring for the
Public's Health (pp. 1018).

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja). Jakarta: Univ. Esa Unggul.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan


Sosial Tenaga Kerja.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2005 tentag /erubahan Keempat Atas PP
No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.

Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja.

peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan


Pemeliharaan Kesehatan bagi Pekerja.

Anda mungkin juga menyukai