Anda di halaman 1dari 8

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2013 sampai
dengan Februari 2014 di Rumah Kawat dan dilanjutkan di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Limau Manis, Padang. Jadwal
kegiatan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir steril,


benih jagung, bahan setek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) varietas
Sidikalang berupa setek pucuk dan setek batang, Fungi Mikoriza Arbuskula jenis
Glomus luteum, Scutellospora scorbiculata, dan Acaulospora gregaria, tanah
Ultisol steril, pupuk kandang steril, air, atap rumbia, plastik transparan, kertas
label, polibag, selotip, amplop kertas, bambu, tali raffia, benang, aquades, KOH
10%, HCl 1%, dan Tryphan blue 0,05% dalam laktofenol. Deskripsi varietas
tanaman nilam terlampir pada Lampiran 2.
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat tulis, ember, gembor, botol
spray, mikroskop, objek glass, cover glass, beaker glass, tabung film, meteran,
kompor listrik, timbangan analitik, oven, dan Leaf Area Meter.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini telah dilakukan menggunakan metode percobaan yang


disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 4 yang
terdiri dari atas bahan setek tanaman nilam sebagai faktor A, tanpa FMA dan tiga
jenis FMA sebagai faktor B dengan 3 ulangan sehingga seluruhnya terdiri atas 24
satuan percobaan. Dalam satu satuan percobaan terdiri atas 9 bibit setek dan 5
bibit dijadikan sebagai sampel sehingga total bibit setek sebanyak 216 bibit dan
sebanyak 120 bibit dijadikan sebagai sampel. Denah penempatan satuan
percobaan menurut Rancangan Acak Lengkap pola faktorial seperti pada
Lampiran 3.
Bahan setek yang digunakan yaitu:
- Setek pucuk (A1)
- Setek batang (A2)
Tiga jenis mikoriza yang digunakan yaitu:
- Tanpa FMA (M0)
17

- FMA jenis Glomus luteum (M1)


- FMA jenis Scutellospora scorbiculata (M2)
- FMA jenis Acaulospora gregaria (M3)
Data yang diperoleh dilakukan analisis ragam jika F hitung interaksi, F
hitung faktor A atau F hitung faktor B nyata atau besar dari F tabel 5% maka
dilanjutkan dengan Duncant Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%.

D. Pelaksanaan

1. Persiapan Inokulan FMA

Inokulan yang digunakan adalah isolat hasil isolasi dari rhizosfer tanaman
Andalas dari genus Glomus. Acaulospora, dan Scutellospora. Perbanyakan
inokulan dilakukan dengan menggunakan jagung sebagai tanaman inang
(Lampiran 4).

2. Persiapan Naungan
Naungan yang digunakan adalah naungan kolektif yang terbuat dari
bambu dengan ukuran 6 x 3 x 1,5m kemudian atap naungan dibuat
menggunakan bahan dari rumbia yang disusun di atas bangunan naungan untuk
melindungi bibit dari panas matahari yang berlebihan dan curah hujan
langsung. Atap kemudian dibuka pada minggu ke-6 secara bertahap hingga
menjelang akhir penelitian yaitu pada minggu ke-10. Pembukaan atap ini
dilakukan untuk memberikan adaptasi terhadap bibit nilam dengan lingkungan.
Denah naungan pada Lampiran 5.

3. Pembuatan Sungkup

Pembuatan sungkup dilakukan menggunakan bahan dari bambu sebagai


rangka berbentuk trapesium yang diikat dengan tali raffia kemudian dipasang
penutup berupa plastik transparan. Tinggi sungkup dibuat dengan ukuran tinggi
bagian depan 1m dan tinggi bagian belakang 0,6m, panjang 6m, dan lebar 2m.
Kemudian pada sungkup dibuat sebanyak 3 lubang sebagai kontrol terhadap
bibit yang dapat ditutup kembali untuk menjaga kelembabannya. Sungkup baru
dibuka pada minggu ke-3 dan 3 hari setelah itu sungkup telah dibuka
seluruhnya. Denah sungkup pada Lampiran 6.

4. Persiapan Media Tanam


18

Media tanam berupa campuran Ultisol dan pupuk kandang (2:1) yang telah
steril, yaitu dengan cara pemanasan yang dilakukan dalam oven pada suhu 115
C selama 1,5 jam. Kemudian campuran media tanam tersebut dimasukkan ke
dalam polibag sebanyak 2 kg. Setelah itu polibag yang telah berisi media
tanam tersebut diinkubasi selama 1 minggu dan diletakkan pada tempat yang
aman di bawah naungan.

5. Pemilihan Bahan Setek

Bahan setek yang digunakan diambil dari pohon induk yang sehat dan
bebas dari hama penyakit. Untuk setek batang dipilih dari pohon induk yang
berumur 6 bulan dan dipilih cabang-cabangnya yang muda dan sudah berkayu.
Potongan satu setek bibit panjangnya sekitar 20 cm dan mempunyai 4 mata
tunas. Untuk setek pucuk dipilih yang memiliki 3 ruas dan jumlah daun lebih
dari 3 pasang. Bibit yang telah dipilih tersebut dilakukan penumbuhan akar
pada tempat yang sejuk dengan cara mengikat bibit sebanyak 100 batang dalam
1 ikatan dan dibenamkan sedikit ke dalam tanah. kemudian setelah akar sudah
mulai muncul bibit segera dipindahkan ke dalam polibag. Bibit yang diambil
untuk bahan tanam pada penelitian adalah bibit yang yang telah muncul 2
tunas, jumlah daun yang sama, dan yang telah memiliki cukup banyak akar.

6. Pemasangan Label

Pemasangan label dilakukan sebelum setek bibit ditanam agar tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian perlakuan, label dipasang sesuai dengan denah
masing-masing satuan percobaan. (Lampiran 3).

7. Pemberian Perlakuan

Aplikasi perlakuan Fungi Mikoriza Arbuskula diberikan sesaat sebelum


penanaman bibit. Fungi Mikoriza Arbuskula diberikan pada media dengan cara
mencampur tanah dengan inokulan FMA pada kedalaman 3-5 cm sebanyak 20
g per lubang tanam untuk masing-masing jenis. Kemudian bibit ditanam pada
media.

8. Penanaman dan Pemasangan Sungkup


19

Penanaman dilakukan sesaat setelah pemberian FMA pada media


tanam.Selanjutnya setek bibit ditanam pada polibag dengan cara meletakkan
bahan setek pada lubang tanam yang telah diberi berbagai jenis mikoriza sesuai
perlakuan sedalam1 ruas dengan posisi tegak. Penanaman dilakukan pada sore
hari. Setelah bibit ditanam seluruhnya kemudian dilakukan penyiraman
terhadap bibit menggunakan air sebanyak-banyaknya sampai kondisi tanah
dalam keadaan jenuh, lalu plastik transparan di pasang diatas rangka sungkup
dan bagian tepi bawahnya di letakkan penahan berupa batu agar plastik tidak
terbuka.

9. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman pertama dilakukan setelah seluruh bibit ditanam di dalam
polibag. Penyiraman selanjutnya dilakukan apabila tanah dalam keadaan
kering dan tidak ada hujan, penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari.

b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada saat 3 minggu setelah penanaman atau saat
gulma mulai tumbuh dengan cara mencabut.

c. Pemeliharaan suhu dan kelembaban di dalam sungkup


Pemeliharaan suhu di dalam sungkup dilakukan apabila suhu di dalam
sungkup terlalu tinggi. Untuk menjaga suhu agar tidak terlalu tinggi dan
kelembaban didalam sungkup tetap terjaga dilakukan dengan cara
menyemprotkan air menggunakan handsprayer pada lingkungan di
sekeliling sungkup.

d. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
insektisida dan fungisida sebelum penanaman setek. Selanjutnya
pengendalian dilakukan pada minggu ke 3, 5, dan 7 dengan menggunakan
insektisida. Selain itu, untuk mengendalikan hama ulat penggulung daun
dilakukan pemantauan setiap pagi, siang, dan sore hari, jika terdapat telur
pada daun yang berada di bawah daun yang menggulung maka telur-telur
20

tersebut segara dibuang dan jika telah menjadi ulat juga segera dilakukan
pembuangan dan pemusnahan ulat.

E. Pengamatan

1. Persentase Akar Tanaman Terinfeksi Mikoriza (%)

Pengamatan terhadap persentase akar tanaman terinfeksi oleh


mikoriza dilakukan pada saat bibit berumur 12 MST atau pada akhir
pengamatan. Cara kerja perhitungan persentase akar tanaman terinfeksi
mikoriza selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan
persentase akar tanaman terinfeksi mikoriza dilakukan terhadap 2 tanaman
dari 5 tanaman yang dijadikan sebagai sampel menggunakan rumus:
jumlah akar terinfeksi
% infeksi FMA = jumlah akar terinfeksi+ akar tidak terinfeksi x 100%

2. Jumlah Tunas (buah)

Pengamatan jumlah tunas pada bibit dilakukan pada saat bibit


berumur 3 MST sampai akhir pengamatan pada 11 MST. Tunas yang
dihitung adalah tunas-tunas yang keluar dari mata tunas pada batang utama
dan yang telah memiliki panjang 1 cm. Pengamatan dilakukan 2 minggu
sekali.

3. Panjang Tunas Terpanjang (cm)

Pengamatan panjang tunas dimulai pada saat bibit berumur 3 MST


sampai akhir pengamatan pada 11 MST yang diukur dari pangkal tunas
sampai titik tumbuh tertinggi tunas pada batang utama menggunakan
penggaris. Tunas yang diukur adalah tunas terpanjang yang muncul dari
mata tunas pada batang utama. Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali.
4. Jumlah Daun Per Bibit (helai)

Pengamatan jumlah daun per bibit dilakukan pada saat bibit


berumur 3 MST sampai akhir pengamatan pada 11 MST. Daun yang
dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna dan masih tetap pada
bibit ketika pengamatan. Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali.
21

5. Bobot Segar Bibit (gram)

Pengamatan bobot segar bibit dilakukan pada akhir pengamatan


yaitu 12 MST dengan cara membongkar tanaman dan membersihkan
akarnya dari tanah menggunakan air yang mengalir dan dikeringkan
kemudian dilakukan penimbangan bobot total tanaman dengan
menggunakan timbangan analitik. Pengamatan bobot segar bibit ini
dilakukan terhadap 2 tanaman dari 5 tanaman yang dijadikan sebagai
sampel.

6. Total Luas Daun per Bibit (cm2)

Luas daun per bibit diukur pada akhir pengamatan atau pada saat
bibit berumur 12 MST yang dilakukan pada seluruh daun yang telah
membuka sempurna dengan mengggunakan Leaf Area Meter. Pengukuran
luas daun ini dilakukan terhadap 2 tanaman dari 5 tanaman yang dijadikan
sebagai sampel.

7. Panjang Akar Terpanjang (cm)

Pengamatan panjang akar terpanjang diukur pada akhir


pengamatan saat bibit berumur 12 MST dengan membongkar tanaman dari
polibag. Setelah tanaman dibongkar, akar dibersihkan dari tanah
menggunakan air mengalir kemudian diukur panjangnya dengan
menggunakan benang lalu panjang benang yang diperoleh diukur dengan
menggunakan penggaris. Akar yang diukur adalah akar yang keluar dari
pangkal batang utama. Pengukuran panjang akar terpanjang ini dilakukan
terhadap 2 tanaman dari 5 tanaman yang dijadikan sebagai sampel.

8. Jumlah Akar (akar)

Pengamatan jumlah akar dilakukan pada saat akhir pengamatan


yaitu saat bibit berumur 12 MST. Pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung jumlah akar yang terdapat pada setek. Akar yang diamati
adalah akar yang keluar dari pangkal batang utama dan telah memiliki
22

panjang 2 cm. Pengamatan jumlah akar ini dilakukan terhadap 2


tanaman dari 5 tanaman yang dijadikan sebagai sampel.

9. Bobot Segar akar (gram)

Pengamatan pengukuran bobot segar akar dilakukan pada akhir


pengamatan yaitu 12 MST dengan cara membongkar tanaman dan
membersihkan akarnya dari tanah menggunakan air mengalir dan
dikeringkan kemudian akar dipotong pada bagian pangkalnya dan
dilakukan penimbangan bobot segar akar dengan menggunakan timbangan
analitik. Pengamatan bobot segar akar tanaman ini dilakukan terhadap 2
tanaman dari 5 tanaman yang dijadikan sebagai sampel.

10. Bobot Kering Akar (gram)

Pengamatan bobot kering akar tanaman dilakukan pada akhir


pengamatan yaitu pada 12 MST. Pengukuran bobot kering akar dilakukan
dengan cara memotong akar tanaman pada bagian pangkalnya kemudian
dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dikeringkan di dalam oven pada
suhu 70 C selama 2 x 24 jam. Pengamatan bobot kering akar ini dilakukan
terhadap 2 tanaman dari 5 tanaman yang dijadikan sebagai sampel.

11. Ratio Perbandingan Tajuk dan Akar

Pengamatan perbandingan tajuk dan akar tanaman dilakukan pada


akhir pengamatan yaitu pada 12 MST. Ratio perbandingan tajuk dan akar
merupakan perbandingan antara bobot kering tajuk dengan bobot kering
akar bibit. Pengamatan terhadap perbandingan ratio tajuk dan akar ini
dilakukan terhadap 2 tanaman dari 5 tanaman yang dijadikan sebagai
sampel. Pengamatan ini dilakukan dengan cara membongkar bibit dari
polibag kemudian membersihkan akarnya dari tanah menggunakan air
mengalir lalu dikeringkan dan dipotong pada pangkal akarnya sehingga
diperoleh dua bagian, yaitu bagian atas (tajuk) dan bagian bawah (akar).
Setelah bibit dipotong menjadi 2 bagian kemudian dimasukkan ke dalam
amplop kertas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 70 C selama 2 x 24
jam. Setelah itu masing-masing bagian tersebut ditimbang menggunakan
23

timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering tajuk dan akar


kemudian dihitung ratio perbandingan tajuk dan akar dengan
menggunakan rumus :
bobot kering tajuk bibit
Ratio tajuk akar = bobot kering akar bibit

Anda mungkin juga menyukai