Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN JENIS HAMA DAN EFEKTIVITAS POLA TANAM TANAMAN

REPELLENT TERHADAP PENURUNAN KEPADATAN POPULASI HAMA


PENTING PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var Italica)
Nikmatur Rizka1, Fatchur Rohman2, Suhadi2
1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Malang, Indonesia
Rizka.lion@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian mengenai kajian jenis hama pada tanaman brokoli dan
efektivitas pola tanam tanaman repellent terhadap penurunan kepadatan populasi
hama telah dilakukan dengan tujuan yaitu mengidentifikasi dan menemukan jenis
hama penting pada tanaman brokoli, menganalisi dan membandingkan efektivitas
pola tanam yang berbeda dalam menurunkan kepadatan populasi hama pada
tanaman brokoli. Penelitian ini dilakukan pada pada bulan Februari hingga Maret
2015. Perlakuan yang digunakan yaitu penanaman brokoli monokultur dan brokoli
polikultur dengan tanaman repellent secara selang seling dan acak. Sampel hama
diambil dengan metode visual control dan menggunakan jaring serangga. Data yang
diperoleh dihitung berdasarkan kepadatan populasi dan dianalisis varian tunggal
dengan SPSS. Hasil identifikasi menunjukkan 5 jenis hama penting tanaman brokoli
yaitu Plutella xylostella, Crocidolomia binotalis, Helix pomatia, Myzus persicae
dan Phyllotreta vittata. Pola tanam yang efektif dalam menurunkan kepadatan
populasi hama penting pada tanaman brokoli yaitu polikultur acak. Hasil analisis
varian tunggal menunjukkan pola tanam tanaman brokoli dengan tanaman repellent
berpengaruh terhadap penurunan penurunan populasi P. xylostella.

Kata Kunci: hama penting, pola tanam, tanaman repellent, kepadatan populasi

Brokoli merupakan sayuran berbentuk kuntum bunga (curd), berwarna hijau


tua atau muda. Sayuran ini sangat digemari masyarakat karena mengandung vitamin
A, B dan C, mineral dan kalsium serta besi, sehingga permintaan sayur ini terus
bertambah tiap tahunnya. Oleh karena itu petani perlu mengimbangi dengan
menaikkan produksi dan kualitasnya (Rahardi et al., 1994 dalam Safaryani et al.,
2007). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan produksi brokoli adalah
serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Herlinda (2003) melaporkan
bahwa Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis merupakan salah satu serangga
hama yang paling merusak sayuran terutama famili Brassicaceae. Tahap larva dari
hama ini memakan daun dari tanaman inang, dan dengan kepadatan tinggi, hama ini
dapat menggagalkan hasil panen, terutama pada kondisi kering. Oleh karena itu,
perlu adanya penanganan serius untuk mengatasi serangan hama pada tanaman
brokoli.
Kepadatan hama dipertanaman brokoli tidak di imbangi dengan upaya
pengendaliam oleh petani setempat. Banyak petani yang menggunakan pestisida
sebagai pengendalian OPT, hal tersebut justru dapat meningkatkan resistensi hama.
Menurut Sjam (2013) dalam Chandra (2013) pada situs berita dan informasi
lingkungan, cara efektif penanggulangan hama bisa melalui penanaman atau
penempatan tanaman sebagai tanaman sela. Tanaman ini berfungsi sebagai
penghalang yang bersifat repellent atau menolak kehadiran hama. Melalui metode

1
2

ini, disarankan mengatur pola tanam, dengan mengkombinasikan tanaman utama


atau sistem pola tumpang sari dan tanaman perangkap.
Penerapan pola tanam tumpangsari akan lebih efisien dalam menekan
serangan hama apabila tanaman sela yang digunakan dapat menjadi penolak hama
dari tanaman utama. Menurut Sjam (2013), sistem tumpang sari, mampu
menurunkan kepadatan populasi hama dibanding sistem monokultur, dikarenakan
peran senyawa kimia mudah menguap dan ada gangguan visual oleh tanaman bukan
inang, yang mempengaruhi tingkah laku dan kecepatan kolonisasi serangga pada
tanaman inang. Sejumlah tanaman juga berpotensi untuk menjauhkan dari penyakit-
penyakit tertentu. Pemanfaatan bahan alami bioaktif tanaman sebagai pengendali
hama dan penyakit yang aman bagi organisme sebenarnya lebih mudah karena bahan
baku banyak tersedia di lingkungan petani. Bahkan, seringkali terabaikan dan
dianggap gulma atau tamanan penganggu.
Sejauh ini petani belum mengetahui beberapa tanaman yang mampu menekan
pertumbuhan hama. Sampai saat ini juga belum banyak informasi penelitian
pendahuluan mengenai pola tanam tanaman repellent yang dapat berperan dalam
menolak serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terhadap tanaman
brokoli. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh dan
membandingkan jenis pola tanam tanaman repellent terhadap penurunan kepadatan
populasi hama pada pertumbuhan dan produksi tanaman brokoli panen muda yang
diusahakan secara organik.

METODE
Rancangan Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dan eksperimental untuk
mengungkapkan pengaruh pola tanam tanaman repellent terhadap penurunan
kepadatan populasi hama pada tanaman brokoli. Pola tanam yang digunakan dalam
penelitian ini ada 3 macam yaitu monokultur, polikultur acak dan polikultur selang
seling tanaman brokoli dengan tanaman repellent. Objek yang diamati dalam
penelitian ini adalah semua hama pada tanaman brokoli baik pada pola tanam
monokultur maupun polikultur diperkebunan Bumiaji, kota Batu. Sampel diambil
dengan metode visual control yaitu dilakukan dengan menghitung langsung jumlah
hama yang ada di daun tanaman sampel, dengan penentuan 15 daun yang diamati per
tanaman sampel dan dengan menggunakan jaring serangga. Tanaman repellent yang
digunakan adalah Tagetes patula (Tegetes), Ocimum sanctum (Kemangi),
Crhysantemum coccineum (Krisan) dan Cosmos caudatus (Kenikir). Kepadatan
populasi hama dihitung dengan menggunakan rumus menurut Soegianto (1994).
D=
Keterangan:
D = Kepadatan populasi (ind/m2)
N = Jumlah individu
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan prosedur analisis ragam
(Analysis of Variance / ANOVA) Tunggal dengan uji F pada taraf 0,1 dan apabila
hasil analisis menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata akan dilanjutkan dengan
uji Duncan.
3

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Identifikasi Jenis Hama dan Hama Penting yang ditemukan pada Pola
Tanam Monokultur Brokoli dan Pola Tanam Polikultur Tanaman Repellent
dengan Tanaman Brokoli
Hasil pengamatan hama tanaman brokoli ditemuak 25 spesies serangga dan 1
spesies golongan siput. Dari 26 spesies yang ditemukan terdapat 5 hama penting
pada tanaman brokoli yaitu Plutella xylostella, Crocidolomia binotalis, Myzus
persicae, Helix pomatia dan Phyllotreta vittata. Data hasil pengamatan disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1. Hama Penting Tanaman Brokoli


Spesies Deskripsi Klasifikasi
P. xylostella Warna tubuh hijau. Tubuh melebar di bagian Filum: Artropoda
tengah dan meruncing ke arah anterior dan Kelas : Insecta
posterior dengan dua proleg pada segmen Ordo : Lepidoptera
terakhir (posterior) membentuk huruf-V. Family : Plutellidae
Panjang : ± 10-12 mm Genus : Plutella
C.binotalis Tubuh berwarna hijau dengan sisi kiri dan Filum : Artropoda
kanan punggung warnanya lebih tua dan ada Kelas : Insecta
rambut dari kitin yang warnanya hitam. Bagian Ordo : Lepidoptera
sisi perut berwarna kuning Family : Crambidae
Panjang : ± 10-15 mm Genus : Crocidolomia
P. vittata Warna tubuh coklat kehitaman dengan sayap Filum : Artropoda
bergaris kuning. Memiliki sepasang antenna Kelas : Insecta
dan 3 pasang kaki. Ordo : Coleoptera
Panjang : ± 2 mm Family :
Chrysomelidae
Genus : Phyllotreta
M. persicae Tubuh berwarna hijau dengan 3 pasang kaki. Filum : Artropoda
sayap depan berstruktur merata seperti selaput. Kelas : Insecta
Memiliki tubuh lunak menyerupai buah pir. Ordo : Hemiptera
Panjang : ± 1-6 mm Family : Aphididae
Genus : Myzus
H. pomatia Golongan siput yang memiliki cangkang, tubuh Filum : Moluska
berwarna coklat dengan sepasang mata, Kelas : Gastropoda
cangkang berwarna kuning hingga coklat tua. Ordo : Pulmonata
Panjang : ± 5 cm Family : Helicidae
Genus : Helix

Hama penting yang ditemukan pada lahan monokultur maupun polikultur


masuk ke dalam hama fitofag atau hama pemakan daun tanaman brokoli. Penelitian
sebelumnya oleh Syekhfani (2010), melaporkan bahwa terdapat 6 jenis hama yang
sering merusak pada tanaman brokoli yaitu P. xylostella, C. binotalis, Agrotis
ipsilon, Aphis brassicae, Trichoplusiana sp, C. chalcites dan golongan siput. A.
ipsilon merupakan jenis ulat tanah yang menyerang titik tumbuh atau pangkal
tanaman, sedangkan Trichoplusiana merupakan jenis ulat jengkal yang menyerang
daun tanaman brokoli. Kedua jenis hama tersebut tidak ditemukan pada lahan pola
tanam monokultur maupun polikultur dengan tanaman repellent.
Penelitian dari Kristanto et al., (2010), ditemukan 3 jenis hama penting pada
tanaman Brassicae yaitu P. xylostella, C. binotalis dan Atractomorpha crenulata.
4

Hasil data menunjukkan bahwa jumlah spesies hama yang ditemukan pada pola
tanam monokultur maupun polikultur tanaman repellent pada tanaman brokoli lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan penggunaan jenis tanaman repellent yang beragam,
sehingga jenis serangga maupun hewan lainnya juga lebih beragam. Menurut Oka
(2005) semakin beragam spesies yang ditemukan di suatu areal pertanaman, maka
semakin besar atau tinggi tingkat keragaman komunitasnya.
Tingginya jenis hama yang ditemukan dapat diakibatkan pada penanaman
sebelumnya petani berusaha menanam satu jenis komoditas secara terus menerus
sepanjang tahun, tanpa diikuti dengan penerapan pola tanam. Dengan demikian
dalam suatu lahan yang luas terdapat satu varietas tanaman dalam semua tingkatan
umur dari semaian sampai tanaman siap panen. Agroekosistem seperti ini
menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan terus menerus bagi hama
tanaman, sehingga hama dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik mencapai
jumlah populasi yang merusak atau merugikan secara ekonomis. Selain itu, akibat
penggunaan pestisida dapat menimbulkan masalah baru seperti membunuh
organisme bukan sasaran (parasitoid dan predator), resistensi dan resurgensi hama,
serta perubahan fisiologi tanaman. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan tingginya
populasi hama di lapangan. Sehingga untuk selanjutnya petani perlu memperhatikan
jenis tanaman yang akan ditanam, mengurangi penggunaan pestisida dan
memperhatikan pola tanam,
2. Efektivitas dan Perbandingan Pola Tanam Tanaman Repellent terhadap
Penurunan Kepadatan Populasi Hama Penting pada Tanaman Brokoli
Data hasil identifikasi kemudian dihitung jumlah populasinya pada setiap
ulangan pada masing-masing pola tanam. Kepadatan populasi hama penting yang
diperoleh disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Pola Tanam yang Efektif dalam Menurunkan Populasi Hama
Penting pada Tanaman Brokoli
Populasi hama/Pola tanam
Jenis Hama
Monokultur P. Acak P. selang seling
P. xylostella 153 38 33
C. binotalis 9 5 4
M. persicae 10 28 30
P. vittata 95 11 35
H. pomatia 8 10 10
Total 275 92 112
Rata-rata populasi 55 18.4 22.4

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata populasi terbanyak pada pola monokultur


yaitu 55 individu, sedangkan pola tanam polikultur cenderung memiliki jumlah
individu yang sangat rendah. Hal ini disebabkan penggunaan tanaman repellent yang
mampu menekan perkembangan hama, selain itu menurut Pimentel (1961) dalam
Pinem (2012), terdapat tiga sebab tidak mendekati pertanaman polikultur. (1) pada
polikultur jenis flora dan fauna jauh lebih beragam dibanding dengan monokultur,
dengan demikian menambah stabilitas tersedianya makanan bagi predator dan
parasitoid, (2) dengan lebih banyak predator dan parasitoid lebih besar kemungkinan
spesies hama akan berada pada kepadatan yang seimbang dengan demikian tidak
5

akan berstatus hama, (3) predator dalam komunitas yang beragama lebih bersifat
polifag, memakan berbagai hama.
Pada pertanaman polikultur, jumlah spesies hama poliphag lebih tinggi
dibandingkan dengan hama monophag. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
mencari inang. Pada agroekosistem beragam, spesies monophage mengalami
kesulitan untuk menemukan inangnya, sehingga akan berdampak pada menurunnya
laju imigrasi dan kolonisasi. Faktor-faktor lain seperti kesukaan akan tanaman inang
tertentu (preferensi), kecepatan memilih tanaman inang, adanya musuh alami juga
sangat berpengaruh. Populasi spesies predator dan parasitoid cenderung lebih tinggi
pada pola pertanaman polikultur dibandingkan dengan monokultur. Hal ini berkaitan
dengan ketersediaan nektar (madu), mangsa (bagi predator) dan host (bagi parasitoid)
serta habitat mikro pada pertanaman polikultur. Data hasil perhitungan kepadatan
populasi kemudian dianalisis varian tunggal menggunakan SPSS dengan taraf
signifikasi 0,1%, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Efektivitas Pola Tanam Tanaman Repellent terhadap Penurunan Kepadatan


Populasi Hama Penting
Jenis Hama Jumlah kuadrat df Mean kuadrat F Sig.
P. xylostella antar kelompok 3072.222 2 1536.111 3.588 .094
dalam kelompok 2568.667 6 428.111
C. binotalis antar kelompok 4.667 2 2.333 .236 .797
dalam kelompok 59.333 6 9.889
M. persicae antar kelompok 80.889 2 40.444 .344 .722
dalam kelompok 705.333 6 117.556
P. vittata antar kelompok 1248.000 2 624.000 2.526 .160
dalam kelompok 1482.000 6 247.000
H. pomatia antar kelompok .889 2 .444 .058 .994
dalam kelompok 46.000 6 7.667

Berdasarkan hasi analisis pada Tabel 3 menunjukkan efektivitas pola tanam


dengan taraf signifikasi 0,1% menunjukkan bahwa pola tanam berpengaruh terhadap
penurunan kepadatan populasi hama P. xylostella dengan taraf signifikasi 0,09%.
Penurunan kepadatan populasi P. xylostella diakibatkan adanya penanaman tanaman
tagetes yang memiliki senyawa monoterpen yang tidak disukai oleh hama P.
xylostella.
Data hasil analisis kemudian diuji lanjut Duncan untuk mengetahui pola tanam
yang lebih berpengaruh terhadap penurunan kepadatan populasi P. xylostella. Hasil
uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 4.
6

Tabel 4. Pola Tanam Tanaman Repellent yang Efektif terhadap Penurunan Kepadatan
Populasi Hama
Pola tanam N Subset alpha = 0,05
Duncan a Polikultur Acak 3 11.0000
Polikultur selang seling 3 12.6667
Monokultur 3 51.0000
Sig. 0.62

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh tiap pola tanam tidak


berbeda jauh dalam menurunkan kepadatan populasi hama P. xylostella. Hal ini
dikarenakan pada polikultur acak maupun polikultur selang seling, jumlah individu
P. xylostella cenderung lebih sedikit. Menurut Ken (2010) menyatakan bahwa
tanaman tagetes lebih dikenal sebagai tanaman pengusir hama sehingga sering
digunakan sebagai border atau pembatas tanaman oleh para petani. Biasanya,
tagetes ditanam bersamaan dengan tanaman semusim. Kebanyakan serangga tidak
menyukai aroma tagetes yang berbau busuk. Tagetes bersifat racun kontak pada
beberapa hama tanaman seperti Aphis craccivora dan P. xylostella. Selain itu
pengaturan pola tanam polikultur yang dipadukan dengan tanaman sela yang bersifat
repellent dapat membuat hama sulit mencari tanaman inang.
Stehr (1982) dalam Kristanto et al., (2013) juga memaparkan pola tanam dengan
sistem tumpangsari berarti memodifikasi ekosistem yang dapat memberikan
beberapa keuntungan, yaitu (1) penjagaan fase musuh alami yang tidak aktif, (2)
penjagaan keanekaragaman komunitas, (3) penyediaan inang alternatif, (4)
pemyediaan makanan alami, (5) pembuatan tempat berlindung musuh alami dan (6)
penggunaan insektisida yang selektif. Selain itu tumpangsari antara tanaman pokok
dengan jenis tanaman lainnya dapat mereduksi populasi hama. Hal ini disebabkan
karena tumpangsari dapat memperbesar keanekaragaman jenis tanaman. Pola
tanam tumpangsari dapat menurunkan serangan hama dengan cara sebagai berikut
(1) mencegah penyebaran hama karena adanya pemisahan tanaman yang rentan, (2)
salah satu jenis tanaman berperan sebagai tanaman perangkap hama, dan (3) salah
satu jenis tanaman menjadi penolak hama dari jenis tanaman yang lain (Setiawati dan
Asandhi, 2003).

KESIMPULAN
Jenis hama yang ditemukan pada pola tanam monokultur maupun pola tanam
polikultur pada tanaman brokoli sebanyak 26 spesies yaitu 25 spesies serangga dan 1
spesies golongan siput. Hama penting yang ditemukan pada tanaman brokoli yaitu P.
xylostella, P. vittata, C. binotalis, M. persicae dan H. pomatia. Hasil analisis dan
perbandingan pola tanam menunjukkan bahwa pada pola tanam monokultur terjadi
peledakan hama, polikultur acak menurunkan populasi hama penting sedangkan
polikultur selang seling dapat menurunkan beberapa jenis hama yaitu P. xylostella,
H. pomatia dan C. binotalis. Pola tanam yang efektif dalam menurunkan populasi
hama penting pada tanaman brokoli yaitu pola tanam polikultur acak dikarenakan
populasi hama mengalami penurunan tiap minggunya.
7

DAFTAR RUJUKAN
Chandra, W. 2013. Pengendalian Hama dari Tanaman dan Gulma yang Ramah Lingkungan.
(Online) http://www.mongabay.co.id/2013/09/09/pengendali-hama-dari-tanaman-dan-
gulma-yang-ramah-lingkungan/ diakses Tgl. 10 Januari 2015
Herlinda, S. 2003. Ecology Of Diamondback Moth, Plutella xylostella L. (Lepidoptera:
Yponomeutidae) On Mustard (Brassica juncea Coss) In Lowland Area Of South
Sumatera. Proceedings of an International Seminar & Exhibition on Prospectives of
Lowland Development in Indonesia : 1-9
Ken, F. 2010. Tagetes (Online)
http://taman.ideaonline.co.id/index.php/home/read/76/tagetes diakses Tgl. 24
Desember 2014)
Kristanto, S.P., Sutjipto, Soekarno. 2013. Pengendalian Hama Pada Tanaman Kubis Dengan
Sistem Tanam Tumpangsari. Berkala Ilmiah Pertanian. Volume 1, Nomor 1, Agustus
2013, hlm 7-9.
Oka,I.N. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya Di Indonesia. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.253 hal
Pimetentel, D. 1961. The Influence of Plant Spatial Patterns on Insect Populations, Ann.
Entomol. Amer. 54:61-69
Pinem, I. 2012. Beberapa Jenis Tanaman Tumpangsari dalam Menekan Serangan Hama
Liriomyza sp pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L).
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32801.pdf
Rahardi, F. 1993. Agribisnis Tanaman Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Safaryani, N., Haryanti, S., Hastuti, E.D. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L). Buletin Anatomi
dan Fisiologi XV (2) : 39
Stehr, DW. 1982. The integrated control concept. Hilgardia 29(2): 81-101.
Syekhfani. 2010. BROKOLI (Brassica oleracea var. botrytis L. subvar. cymosa Lamm)
syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/BROCOLI.pdf

Anda mungkin juga menyukai