Anda di halaman 1dari 14

menerus.

Seiring waktu, kerusakan sendi terjadi, dan


Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu: Hemofilia A operasi penggantian sendi dapat menjadi diperlukan
dan B (lebih jelasnya baca: Sekilas Mengenai untuk mengatasinya.
Hemofilia). Hemofilia A terjadi pada sekitar 1 dari
setiap 5000 kelahiran hidup bayi laki-laki. Hemofilia A Perdarahan ke dalam otot dapat terjadi ditandai
dan B terjadi hamper pada semua kelompok ras. dengan pembentukan hematoma(compartment
Hemophilia A terjadi sekitar empat kali lebih umum syndrome).
daripada hemophilia jenis B. Hemofilia B terjadi pada
sekitar 1 dari 20.000-34.000 kelahiran hidup bayi Pendarahan dari mulut atau mimisan mungkin
laki-laki. terjadi. Perdarahan setelah prosedur dental adalah
umum, dan mengeluarkan darah dari gusi dapat
terjadi pada anak-anak ketika gigi baru tumbuh.

Hemofilia atau Hemophilia dapat bervariasi dalam Perdarahan dalam saluran pencernaan dapat
tingkat keparahannya, tergantung pada tipe mutasi menimbulkan darah dalam tinja.
(kerusakan genetik) yang terjadi. Derajat gejala
tergantung pada kadar faktor pembekuan yang Perdarahan dalam saluran kemih dapat
terkena. Penyakit hemophilia berat didefinisikan mengakibatkan darah dalam urin(hematuria).
sebagai aktivitas faktor <1%, 1% sampai 5%
aktivitas faktor dikatagorikan sebagai penyakit yang Perdarahan intrakranial (perdarahan ke dalam otak
sedang, dan lebih besar dari 5% merupakan aktivitas atau tengkorak) dapat menyebabkan gejala seperti
faktor penyakit ringan. Luas perdarahan juga mual, muntah, dan / atau kelesuan.
tergantung pada keparahan (jumlah aktivitas faktor)
dan adalah serupa pada kedua jenis hemofilia, A dan Peningkatan perdarahan setelah operasi atau trauma
B. adalah karakteristik dari hemophilia.

Gejala dan Tanda Klinis

Pada hemofilia berat (A atau B), perdarahan dimulai


pada usia dini dan mungkin terjadi secara spontan. Gejala-gejala dan tanda klinis untuk hemofilia
Orang dengan hemofilia ringan mungkin hanya akan biasanya sangat spesifik dan umumnya penderita
mengalami perdarahan berlebihan ketika mengalami hemofilia mempunyai gejala-gejala klinis yang sama,
cedera atau trauma. Wanita carrier hemofilia dapat hemofilia A dan hemofilia B secara klinis sangat sulit
juga memiliki derajat variabel aktivitas faktor, untuk dibedakan. Keluhan-keluhan dan tanda-tanda
beberapa mungkin memiliki tingkat aktivitas factor klinis penderita hemofilia sering diinterpretasikan
yang mendekati normal dan tidak menunjukkan kurang tepat oleh para dokter sehingga kadang-
kecenderungan perdarahan, sementara beberapa kadang dapat membahayakan si penderita sendiri.
yang lain mungkin memiliki kurang dari 50%
sehingga mungkin mengalami perdarahan lebih
sering daripada perempuan yang bukan carrier.
Gejala-gejala klinis pada penderita hemofilia
biasanya mulai muncul sejak masa balita pada saat
anak mulai pandai merangkak, berdiri, dan berjalan
di mana pada saat itu karena seringnya mengalami
Pada hemofilia berat, episode perdarahan biasanya
trauma berupa tekanan maka hal ini merupakan
dimulai dalam 2 tahun pertama kehidupan.
pencetus untuk terjadinya perdarahan jaringan lunak
Perdarahan hebat setelah sunat pada laki-laki
(soft tissue) dari sendi lutut sehingga menimbulkan
kadang-kadang merupakan tanda pertama dari
pembengkakan sendi dan
penyakit hemofilia. Gejala bisa terjadi kemudian
keadaan ini kadang-kadang sering disangkakan
pada pasien dengan kondisi penyakit sedang atau
sebagai arteritis rematik,
ringan. Perdarahan akibat hemophilia dapat terjadi di
pembengkakan sendi ini akan menimbulkan rasa
bagian manapun di tubuh. Lokasi umum untuk
sakit yang luar biasa.
mengalami perdarahan adalah sendi, otot, dan
Perdarahan spontan biasanya terjadi tanpa adanya
saluran pencernaan. Situs yang spesifik dan jenis
trauma dan umumnya
perdarahannya didiskusikan dibawah ini.
sering terjadi pada penderita hemofilia berat. Selain
Hemarthrosis (perdarahan hebat dalam sendi) adalah persendian perdarahan
karakteristik dari hemophilia. Lutut dan pergelangan oleh karena trauma atau spontan sering juga terjadi
kaki merupakan organ yang paling sering terkena. pada lokasi yang lain diantaranya yaitu perdarahan
Perdarahan menyebabkan penggelembungan pada pada daerah ileopsoas, perdarahan hidung
ruang sendi, nyeri yang signifikan dan terus (epistaxis). Pada penderita hemofilia sedang dan
ringan gejala-gejala awal
muncul biasanya pada waktu penderita hemofilia mengancam kehidupan.
mulai tumbuh kembang
menjadi lebih besar, di mana pada saat itu si anak
sering mengalami sakit Hematuria masif sering ditemukan dan dapat
gigi dan perlu dilakukan ekstraksi gigi atau kadang- menyebabkan kolik ginjal tetapi tidak mengancam
kadang giginya terlepas kehidupan. Perdarahan pasca operasi sering
secara spontan dan kemudian terjadi perdarahan berlanjut selama beberapa jam sampai beberapa
yang sukar untuk hari, yang berhubungan dengan penyembuhan luka
dihentikan, dan tidak jarang biasanya pada penderita yang buruk.
hemofilia ringan
baru diketahui seseorang menderita hemofilia saat
penderita menjalani
sirkumsisi/sunatan yang menyebabkan terjadi
perdarahan yang terus
Diagnosis Hemofilia
menerus dan kadang-kadang dapat menyebabkan
terjadi hematom yang
hebat pada alat kelaminnya.
Diagnosis hemofilia dibuat berdasarkan riwayat
keluarga, riwayat perdarahan, gambaran klinik dan
pemeriksaan laboratorium. Hemofilia dicurigai pada
Perdarahan merupakan gejala dan tanda klinis khas
pasien dengan adanya riwayat :
yang sering dijumpai pada kasus hemofilia.
Perdarahan dapat timbul secara spontan atau akibat
trauma ringan sampai sedang serta dapat timbul
saat bayi mulai belajar merangkak. Manifestasi klinik Mudah berdarah pada usia kanak-kanak awal
tersebut tergantung pada beratnya hemofilia
(aktivitas faktor pembekuan). Tanda perdarahan
yang sering dijumpai yaitu berupa hemartrosis, Perdarahan spontan (umumnya pada sendi-sendi dan
hematom subkutan/intramuskular, perdarahan jaringan lunak)
mukosa mulut, perdarahan intrakranial, epistaksis
dan hematuria. Sering pula dijumpai perdarahan
yang berkelanjutan pasca operasi kecil (sirkumsisi,
ekstraksi gigi). Perdarahan masif setelah trauma atau tindakan
bedah

Hemartrosis paling sering ditemukan (85%) dengan


lokasi berturut-turut sebagai berikut, sendi lutut,
siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan
Pada penderita dengan gejala perdarahan atau
dan lainnya. Sendi engsel lebih sering mengalami
riwayat perdarahan, pemeriksaan laboratorium yang
hemartrosis dibandingkan dengan sendi peluru,
perlu diminta adalah pemeriksaan penyaring
karena ketidakmampuannya menahan gerakan
hemostasis yang terdiri atas hitung trombosit, uji
berputar dan menyudut pada saat gerakan voluntar
pembendungan, masa perdarahan, PT (prothrombin
maupun involunter, sedangkan sendi peluru lebih
time masa protrombin plasma), APTT (activated
mampu menahan beban tersebut karena fungsinya.
partial thromboplastin time masa tromboplastin
parsial teraktivasi) dan TT (thrombin time masa
trombin). Pada hemofilia A atau B akan dijumpai
Hematoma intramuskular terjadi pada otot-otot pemanjangan APTT sedangkan pemerikasaan
fleksor besar, khususnya pada otot betis, otot-otot hemostasis lain yaitu hitung trombosit, uji
regio iliopsoas (sering pada panggul) dan lengan pembendungan, masa perdarahan, PT dan TT dalam
bawah. Hematoma ini sering menyebabkan batas normal. Pemanjangan APTT dengan PT yang
kehilangan darah yang nyata, sindrom kompartemen, normal menunjukkan adanya gangguan pada jalur
kompresi saraf dan kontraktur otot. intrinsik sistem pembekuan darah. Faktor VIII dan IX
berfungsi pada jalur intrinsik sehingga defisiensi
salah satu dari faktor pembekuan ini akan
Perdarahan intrakranial merupakan penyebab utama mengakibatkan pemanjangan APTT yaitu tes yang
kematian, dapat terjadi spontan atau sesudah menguji jalur intrinsik sistem pembekuan darah.
trauma. Perdarahan retroperitoneal dan
retrofaringeal yang membahayakan jalan nafas dapat
Sampai saat ini riwayat keluarga masih merupakan Penegakan Diagnosis
cara terbaik untuk melakukan tapisan pertama
terhadap kasus hemofilia, meskipun terdapat 20-30% (a) Anamnesis : Gejala (waktu), diet, riwayat medis
kasus hemofilia terjadi akibat mutasi spontan dan riwayat keluarga dengan Hemofilia.
kromosom X pada gen penyandi F VIII/F IX. Seorang
anak laki-laki diduga menderita hemofilia jika (b) Pem. Fisik :
terdapat riwayat perdarahan berulang (hemartrosis,
hematom) atau riwayat perdarahan memanjang Perdarahan yang sukar berhenti terutama bila
setelah trauma atau tindakan tertentu dengan atau mengenai pemb darah besar pada sendi atau otot,
tanpa riwayat keluarga. Anamnesis dan pemeriksaan setelah trauma atau operasi. Ketika terjadi
fisik sangat penting sebelum memutuskan perdarahan di otot dan sendi (hemarthrosis),
pemeriksaan penunjang lainnya. penderita akan merasa kesemutan dan panas di
tempat dimaksud. Selanjutnya akan timbul rasa sakit
yang hebat dan pembengkakan. Pada umumnya
perdarahan di daerah sendi mengakibatkan sendi
Kelainan laboratorium ditemukan pada gangguan uji
tidak dapat digunakan.
hemostasis, seperti pemanjangan masa pembekuan
(CT) dan masa tromboplastin partial teraktivasi (c) Pem. Lab :
(aPTT), abnormalitas uji thromboplastin generation,
dengan masa perdarahan dan masa protrombin (PT) - Darah tepi : pada saat awal normal
dalam batas normal. (Hb,Leukosit,trombosit)

- Bleeding time normal


Diagnosis definitif ditegakkan dengan berkurangnya
aktivitas F VII/F IX, dan jika sarana pemeriksaan - Clotting time memanjang
sitogenik tersedia dapat dilakukan pemeriksaan
petanda gen F VIII/F IX. Aktivitas F VIII/F IX - Thrombosit normal
dinyatakan dalam U/mL dengan arti aktivitas faktor
pembekuan dalam 1 mL plasma normal adalah - Protrombin Time (PT) dan Tromboplastin
100%. Nilai normal aktivitas F VIII/F IX adalah 0,5-1,5 Time (TT) normal
U/mL atau 50-150%. Harus diingat adalah
- Plasma Tromboplastin Time (PTT) atau APTT
membedakan hemofilia A dengan penyakit von
memanjang, atau bisa tidak memanjang pada
Willebrand, dengan melihat rasio F VIII C:F VIII AG
hemofili ringan
dan aktivitas F vW (uji Ristosetin) rendah.

Diagnosa Pasti : Kadar faktor pembekuan


berkurang
Diagnosis Hemofilia
- Pada Hemofilia A akan mengalami kekurangan
faktor VIII
Diagnosis hemofilia dibuat berdasarkan riwayat
perdarahan, gambaran klinik dan pemeriksaan
- Hemofilia B akan mengalami kekurangan
laboratorium. Pada penderita dengan gejala
faktor IX.
perdarahan atau riwayat perdarahan, pemeriksaan
laboratorium yang perlu diminta adalah pemeriksaan
Hemofilia adalah penyakit akibat kekurangan factor
penyaring hemostasis yang terdiri atas hitung
pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara
trimbosit, uji pembendungan, masa perdarahan, PT
sex- linked recessive pada kromosom X (Xh).
(prothrombin time - masa protrombin plasma), APTT
(activated partial thromboplastin time masa
Terdapat 2 macam hemofilia:
tromboplastin parsial teraktivasi) dan TT (thrombin
time masa trombin). Pada hemofilia A atau B akan Hemofilia A: akibat defisiensi atau disfungsi faktor
dijumpai pemanjangan APTT sedangkan pembekuan VIII.
pemerikasaan hemostasis lain yaitu hitung trombosit,
uji pembendungan, masa perdarahan, PT dan TT Hemofilia B (Christmas disease): akibat difisiensi
dalam batas normal. Pemanjangan APTT dengan PT atau disfungsi faktor IX.
yang normal menunjukkan adanya gangguan pada
jalur intrinsik sistem pembekuan darah. Faktor VIII Terdapat juga hemofilia C yaitu penyakit pendarahan
dan IX berfungsi pada jalur intrinsik sehingga akibat kekurangan faktor XI yang diturunkan secara
defisiensi salah satu dari faktor pembekuan ini akan autosomal recessive pada gen 4q32q35.
mengakibatkan pemanjangan APTT yaitu tes yang
menguji jalur intrinsik sistem pembekuan darah.
Sign & Symptoms : 3. Ringan (faktor VIII/X antara 5%-30%).
Tanda khas pada hemofilia adalah hemartrosis, yaitu
perdarahan pada sendi-sendi besar (lutut, siku Gejala bisa berupa perdarahan abnormal dan
tangan, pergelangan kaki) yang terasa nyeri dan biasanya terletak didalam, seperti sendi otot atau
bengkak sehingga menyebabkan sendi tidak dapat
digerakkan. Bisa muncul karena benturan ringan jaringan lunak lain, dan kulit, ini biasanya ditemukan
atau timbul sendiri. Selain itu sering timbul pada bayi yang mulai merangkak, atau bisa terjadi
perdarahan di bawah kulit dan otot.
perdarahan hidung, saluran kemih, bahkan
Berdasarkan derajatnya, hemofilia terbagi atas: perdarahan otak.

hemofilia berat, jika faktor pembekuan darah kurang Pada hemofilia berat, perdarahan dapat terjadi
dari 1% spontan tanpa trauma. Sedangkan yang sedang,

hemofilia sedang, jika faktor pembekuan darah biasanya perdarahan didahului trauma ringan.
antara 1-5% Hemofilia ringan umumnya tanpa gejala atau dapat

hemofilia ringan, jika faktor pembekuan darah antara terjadi perdarahan akibat trauma lebih berat.
6-30%
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan riwayat
Hemofilia ringan gejalanya hanya berupa darah lama perdarahan, gejala klinik yang ditemukan, dan
membeku setelah cabut gigi, operasi atau saat
terluka. Hemofilia berat, 90% sudah dapat pemeriksaan laboratorium secara khusus.
didiagnosis pada usia di bawah 1 tahun.
Gejala dan tanda

Tanda khas pada hemofilia adalah hemartrosis, yaitu


Diagnose : perdarahan pada sendi-sendi besar (lutut, siku
Diagnosa hemofilia ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Misalnya terdapat tangan, pergelangan kaki) yang terasa nyeri dan
riwayat biru pada kulit, perdarahan kulit dan sendi. bengkak sehingga menyebabkan sendi tidak dapat
Biasanya ditemukan saat anak dikhitan, dan
perdarahan tak kunjung berhenti (minimal usia 5 digerakkan. Bisa muncul karena benturan ringan
tahun), saat anak imunisasi atau anak periksa atau timbul sendiri. Selain itu sering timbul
darah.
perdarahan di bawah kulit dan otot.
Hemofilia diturunkan oleh ibu sebagai pembawa sifat
yang mempunyai 1 kromosom X normal dan 1 Berdasarkan derajatnya, hemofilia terbagi atas:

kromosom X hemofilia. Penderita hemofilia, hemofilia berat, jika faktor pembekuan darah
mempunyai kromosom Y dan 1 kromosom X kurang dari 1%
hemofilia.
hemofilia sedang, jika faktor pembekuan darah
Seorang wanita diduga membawa sifat jika: antara 1-5%

1. ayahnya pengidap hemofilia hemofilia ringan, jika faktor pembekuan darah


antara 6-30%
2. mempunyai saudara laki-laki dan 1 anak laki-laki
hemofilia, dan Hemofilia ringan gejalanya hanya berupa darah lama
membeku setelah cabut gigi, operasi atau saat
3. mempunyai lebih dari 1 anak laki-laki hemofilia
terluka. Hemofilia berat, 90% sudah dapat
Karena sifatnya menurun, gejala klinis hemofilia A didiagnosis pada usia di bawah 1 tahun.
atau B dapat timbul sejak bayi, tergantung
Diagnosis
beratnya penyakit. Hemofilia A atau B dibagi tiga
kelompok: Diagnosa hemofilia ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Misalnya terdapat
1. Berat (kadar faktor VIII atau IX kurang dari 1%)
riwayat biru pada kulit, perdarahan kulit dan sendi.
2. Sedang (faktor VIII/IX antara 1%-5%) dan Biasanya ditemukan saat anak dikhitan, dan
perdarahan tak kunjung berhenti (minimal usia 5 Untuk mempertahankan masa remisi, agar lebih
tahun), saat anak imunisasi atau anak periksa darah. lama. Biasanya dengan memberikan sitostatika
setengah dosis biasa.

Penatalaksanaan terapi
4. Reinduksi
1. Transfusi darah
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Biasanya
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%. dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemebrian obat-
pada trombositopenia yang berat dan perdarahan obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
massif, dapat diberikan transfuse trombosit dan bila
terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin. 5. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan
saraf pusat. Diberikan MTX secara intratekal dan
2. Kortikosteroid radiasi cranial.
(prednisone,kortison,deksametason)
6. Pengobatan immunologic
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi
sedikit dan akhirnya dihentikan. Pola ini dimaksudkan menghilangkan sel leukemia
yang ada didalam tubuh agar pasien dapat sembuh
3. Sitostatika sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan
setelah 3 tahun remisi terus menerus. Pungsi
Selain sitostatika yang lama (6-merkatopurin atau 6- sumsum tulang diulang secara rutin setelah induksi
mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pengobatan (setelah 6 minggu).
pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai
nama obat lainnya. umumnya sitostatiska diberikan
dalam kombinasi bersama-sama dengan prednisone. PEMBAGIAN LEKEMIA
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat
akibat samping berupa alopecia, stomatitis, Lekemia dibagi menjadi lekemia akut dan menahun.
leucopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila Pem-
jumlah leukosit kurang dari 2000/
mm3 pemberiannya harus hati-hati. bagian ini tidak mencerminkan lamanya harapan
hidup, tetapi
4. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien
dirawat dikamar yang suci hama) masih menggambarkan kecepatan timbulnya gejala
clan kom-
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang
terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel plikasi. Lekemia yang terjadi akibat proliferasi set
leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai muda, perja-
diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru,
masih dalam pengembangan) lanan penyakitnya cepat menjadi buruk dan fatal.
Penyakit ini
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik
bergantung dari pengalaman, tetapi prinsipnya sama digolongkan dalam kelompok lekemia akut; hal
yaitu dengan pola dasar: sebaliknya ter-

1. Induksi jadi pada lekemia menahun.

Dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan Semua lekemia dibagi menurut set asalnya yaitu
berbagai obat tersebut sampai sel blas dalam lekemia
sumsum tulang kurang dari 5%.
yang berasal dari seri limfoid dan yang berasal dari
2. Konsolidasi seri bukan

Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat limfoid atau mielosit, yaitu sel yang hanya dapat
memperbanyak diri lagi. dibentuk dan

3. Rumat berdiferensiasi dalam sumsum tulang.

Lekemia non limfoid akut


Lekemia non limfoid akut merupakan 25 persen dari pada lekemia limfoblastik akut dibandingkan dengan
seluruh lekemia

penderita lekemia, yang menyerang golongan umur non limfoblastik akut. Organ yang sering terjangkit
menengah adalah su-

dan setengah tua. Harapan hidup median bila tidak sunan saraf pusat dan testis (terutama pada anak).
diobati hanya
Lekemia granulositik kronik
12 bulan.
Penyakit lekemia granulositik kronik (LGK) terjadi
Menurut klasifikasi French American British (FAB) akibat
lekemia
proliferasi ganas pada sekelompok sel induk
non limfoblastik akut dibagi menjadi : multipotensial yang

Ml : Lekemia mieloblastik tanpa pematangan mengalami translokasi kromosom yaitu translokasi


sebagian
M2 : Lekemia mieloblastik dengan berbagai derajat
pematangan lengan panjang kromosom nomor 22 ke nomor 9.
Kromosom
M3 : Lekemia progranulositik
yang telah mengalami kelainan ini
M4 : Lekemia mielo-monoblastik dinamakan kromosom

M5 : Lekemia monoblastik Philadelphia. Secara klinis LGK dibagi dalam fase


kronis,
M6 : Eritrolekemia
akselerasi dan krisis blastik, yang berbeda dalam
M7 : Lekemia megakariositik penatalaksana-

Lekemia limfoblastik akut annya.

Penderita lekemia limfoblastik akut menunjukkan Lekemia limfositik kronik


sekitar
Di negara banal lekemia limfositik kronik merupakan
20 persen dari seluruh penderita lekemia dan pada 25
anak-anak
persen dari seluruh penderita lekemia yang
merupakan lekemia yang paling sering ditemukan. menyerang terutama
Sel ganasnya
pada usia menengah dan lanjut. Di Indonesia belum
dapat berasal dari sumsum tulang, tumor, dan diketahui
kelenjar getah
berapa besar presentasinya, nampaknya lebih
bening. Penyakit ini dibagi menurut sifat dan petanda rendah apabila
imuno-
dibanding dengan kejadian di negara Barat.
logis yang dimilikinya menjadi lekemia limfoblastik
akut sub Lekemia limfositik menahun adalah satu-satunya
jenis
jenis sel T dan sel B. Menurut klasifikasi FAB, lekemia
limfo- lekemia dimana pembagian menjadi beberapa
stadium penyakit
blastik akut dibagi menjadi 3 sub jenis, yaitu L1, L2
dan L3 bermanfaat untuk pengobatan penderita. Sesuai
kepentingan
(Burkitt).
pengobatan jenis lekemia ini dibagi menjadi stadium
Jangkitan di Iuar sumsum tulang lebih sering 0, 1, 2, 3,
ditemukan
dan 4. Harapan hidup seluruh penderita adalah utama pada penderita lekemia akibat terdcsaknya
sekitar 5 tahun. hemopoesis sel

Sebagian kecil penderita lekemia limfositik kronik normal di dalam sumsum tulang.
memiliki
Perdarahan gusi, epistaksis, ataupun perdarahan
petanda dari sifat set T pada sel lekemianya; disebut saluran
lekemia
cema, cepat menarik perhatian dan tak jarang
limfositik kronik set T. merupakan gejala

PERBEDAAN LEKEMIA AKUT DAN LEKEMIA KRO- utama yang menyebabkan penderita memeriksakan
diri. Pen-
NIK :
derita lekemia progranulositik akut umumnya
Pembeda Lekemia akut mengalami per-

Onset penyakit Semua umur darahan sedang sampai berat dengan


adanya ekimosisyang luas
Perjalanan penyakit Tiba-tiba
di kulit serta cenderung mengalami koagulasi
< 6 bulan intravaskular

Sel lekemia Sel-sel tidak matang diseminata (DIC). Pada lekemia limfoblastik akut
perdarahan biasanya
Anemi, trombositopeni Menonjol
ringan.
Jumlah lekosit Bervariasi
Infeksi, seperti abses piogenik dan atau adanya
Pembesaran kelenjar Ringan septikemia,

Pembesaran limpa Ringan biasanya sering terjadi, terutama pada lekemia non
limfoblastik

akut yang dapat berakhir fatal dan merupakan


keadaan yang

segera harus diatasi. Hal ini berhubungan dcngan


terjadinya

neutropeni dan adanya defisiensi imun. Infcksi yang


GAMBARAN KLINIS sering

Pada dasarnya sukar membedakan gejala klinis dijumpai adalah infeksi saluran napas atas dan
penderita bawah, selulitis,

lekemia akut yang satu dengan yang lainnya, kecuali paronikia, dan otitis media.
beberapa
Adanya pembesaran kclenjargctah bening dan limpa
gejala spesifik seperti hipertropi gusi, ulkus rektum dalam
dan vagina
ukuran ringan sampai sedang, suing dijumpai pada
yang ditemukan pada lekemia akut mielo- penderita
monositik.Pembesar-
lekemia limfoblastik akut tapi jarang pada lekemia
an kelenjar getah bening ditemukan terutama non limfo-
pada lekemia akut
blastik.
limfoblastik.
Gangguan susunan saraf pusat dapat terjadi akibat
Perasaan lelah, pucat, demam dan perdarahan adanya
adalahgejala
perdarahan, infiltrasi sel lekemia atau radiasi atau kemoterapi. Umumnya terdapat
infcksi. Perdarahan dalam peningkatan enzim

susunan saraf pusat acapkali merupakan masalah LDH dan asam urat scrum.
gawat dan
Gambaran klinis pendcrita lekemia granulositik
biasanya terjadi akibat kenaikan jumlah lekosit kronik ti-
dengan cepat,
dak jelas. Biasanya penderita mengeluh rasa lemas,
trombositopeni yang cepat dan adanya koagulopati perut terasa
intravaskular
penuh dan kadang-kadang sakit akibat limpa yang
diseminata. membesar.

Lekcmia meningeal suing terjadi Pada darah tepi didapatkan lekositosis yang amat
padaanak dcngan lekemia mencolok

limfoblastik akut. Gejala utama komplikasi ini berupa dengan pergeseran ke kiri. Promielosit dan mieloblas
sakit dapat

kepala, muntah, gelisah, kelumpuhan saraf otak, mencapai 510 persen, sedang jumlah trombosit
meningitis, dan biasanya

edema papil. Pemeriksaan cairan serebrospinal perlu meningkat. Sumsum tulang hiperseluler dengan
dilakukan. dominasi seri

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah granulositik. Pada 90% penderita dijumpai kromosom
lekosit yang Phila-

umumnya normal atau meningkat, biasanya kurang delphia.


dari 50.000/
Gejala klinis yang sering ditemukan pada lekemia
mm3, atau dapat juga lekopcni. Pada lekemia limfosi-
limfoblastik akut
tik kronik adalah pembesaran kelenjar getah bening
sckurangnya terdapat 50% limfoblas pada 2/3 kasus, dan limpa.
sedangkan
Akibat terjadinya penurunan imunitas humoral,
pada non limfoblastik biasanya bias ditemukan frekuensi ter-
kurang dari 10
jadinya infeksi bakterial meningkat. Pemeriksaan
perscn. Trombositopenia yang bcrat (< 20.000/mm3), darah tepi
suing di-
menunjukkan kenaikan jumlah limfosit dan pada
jumpai pada pendcrita dengan lekemia akut non sumsum tulang
limfoblastik.
ditemukan dominasi sel limfosit tua. Sel ganas pada
Pemeriksaan sumsum tulang penyakit ini
menunjukkan hiperseluler, dengan
berada dalam tingkat pematangan yang cukup lanjut
penurunan jumlah critrosit dan granulosit. Dapat juga sehingga
ditemukan
bisa turut dalam sirkulasi.
kcadaan hiposclulcr seperti pada pendcrita lekemia
non limfo- DIAGNOSIS

blastik yang berkembang dari anemia aplastik atau Hal terpenting dalam menegakkan diagnosis
nokturnal lekemia, ter-

naroksismal hacmoglobinuria atau setclah utama pada jenis akut, adalah mengenal dan
pengobatan dengan membedakan
lekemia limfoblastik akut atau lekemia non bosh, dan hitung jenis lekosit.
limfoblastik akut,
Pemcriksaan sumsum tulang, baik biopsi untuk
karena keduanya berbeda pengobatannya. mengetahui
Penentuan jenis leke-
scluleritas ataupun aspirasi sumsum tulang, dcngan
mia dapat melalui interpretasi gambaran morfologi pewarnaan
sel dan reaksi
Wright dan Sudan Black.
pewarnaan histokimia.
Pemcriksaan kimia darah bcrupa elcktrolit, asam
Aktifitas Tdt pada inti sel lekemia sangat membantu, urat,
men-
urcum, krcatinin, dan hemostasis.
diagnosis lekemia limfoblastik akut.
Pemeriksaan cairan scrcbrospinal pada kasus-kasus
Lekemia dapat didiagnosis melalui pemeriksaan dan ter-
pe-
tcntu.
wamaan sediaan darah tepi pada sebagian besar
kasus, namun - Foto toraks.

pemcriksaan aspirasi sumsum tulang selalu - Pemeriksaan golongan darah pendcrita dan
dilakukan pada keluarganya.

penderita lekemia yang barn untuk mengetahui Khusus pada penderita lekemia limfoblastik akut
klasifikasi dan periling

subklasifikasinya. Hal ini schubungan dengan diperiksa petanda sel B dan T pada permukaannya.
banyaknya obat Bila hal ini

atau regimen baru dengan spesifikasi tertentu. tidak memungkinkan, lakukan pewarnaan fosfatase
asam sedia-
PENGELOLAAN
an sumsum tulang. Hal ini periling untuk
Pengelolaan penderita dengan kecurigaan lekemia mengidentifikasikan
adalah
adanya leukemia associated antigen yaitu B ALL, T
sebagai bcrikut : ALL, Non

Membuat riwayat penyakit yang lengkap termasuk B Non T, yang sangat berguna untuk mengetahui
riwayat harapan hidup

pengobatan yang pernah diperoleh, pekerjaan, dan prognosis penderita.


radiasi, dan pe-
PROGNOSIS
maparan dcngan bahan-bahan kimia.
Telah dilaporkan bahwa penderita lekemia akut
Pemeriksaan fisik yang lengkap, dengan perhatian limfoblastik
khusus
dengan CALLA positif, baik pada anak atau dewasa,
pada suhu, kelenjar getah bening, susunan saraf memiliki
pusat, dan
prognosis yang baik.
tempat-tempat yang potensial terinfeksi (kulit, kaiak,
mulut PENGOBATAN

termasuk gusi, paru-paru dan daerah perianal). Pengobatan lekemia akut bertujuan untuk mencapai
keada-
Pemeriksaan darah tepi berupa hematokrit, lekosit,
from- an bebas penyakit (remisi sempurna), untuk waktu
yang cukup
lama. Bila mungkin dicapai kesembuhan sempuma. maintenance : bertujuan untuk menjaga agar kadar
sel leke-
Di antara penderita yang mencapai remisi sempurna
15 mia tetap pada tingkat serendah-rendahnya.

sampai 30 persen diharapkan akan sembuh, Alternatif pengobatan lekemia akut adalah sebagai
sedangkan di antara berikut:

penderita yang telah berada dalam keadaan remisi Pengobatan dengan sitostatika konvensional.
sempurna
Pengobatan dengan sitostatika, yang setelah dicapai
selama lima tahun, 4050% diharapkan akan sembuh. keada-
Faktor
an remisi dilanjutkan dengan transplantasi sumsum
yang berperan dalam keberhasilan pengobatan pada tulang. Trans-
penderita
plantasi sumsum tulang dimaksudkan untuk
adalah : mencapai presentasi

Keadaan umum penderita. kesembuhan yang lebih tinggi.

Usia penderita. OBAT SITOSTATIKA YANG SERING DIPAKAI DALAM

Jenis lekemia. LEKEMIA

Angka kesembuhan lekemia limfoblastik Lekemia Akut Limfoblastik :

akut lebih besar dari pada lekemia akutnon Induksi : Kombinasi vinkristin, daunorubisin,
limfoblastik. Progno- prednison

sis lekemia non limfoblastik akut bergantung pada asparaginase, (Remisi komplit mencapai 94%).
subjenisnya.
Konsolidasi, dengan komposisi yang sama seperti
Ml (klasifikasi FAB) memiliki prognosis paling baik, fase
sedangkan
induksi atau kombinasi tenoposide dengan sitosin
M7 paling buruk. arabinose

Jumlah lekosit sebelum diobati. Penderita dengan atau metotreksat dengan leucovorin.
jumlah
* Diberikan profilaksis lekemia meningeal segera
lekosit tinggi hasil pengobatannya kurang baik sebelum
dibandingkan
atau sesudah pengobatan konsolidasi dcngan
dengan lekosit rendah. metotreaksat se-

Tahap pengobatan lekemia akut dengan sitostatika : cara intratekal.

induksi : bertujuan untuk menurunkan jumlah sel Maintenance, dengan 6 merkaptopurin dan
lekosit methotrexat

muda ke tingkat yang normal, atau disebut keadaan selama 30 bulan.


remisi
Bila terjadi relaps diberikan Amsacrine 7590
lengkap. Tahap ini berlangsung 11,5 bulan. mg/m2/hari

konsolidasi : bertujuan untuk lebih menurunkan selama 7 hari atau Mitoxantron.


kadar sel
Lekemia granulositik akut
lekemia serendah mungkin. Berlangsung 11,5 bulan.
Induksi : daunorubisin dan sitosin arabinosida. Remisi
komplit mencapai lebih 65% dalam 23 minggu. dapat mengecilkan splenomegali.

Post remisi : Sitosin arabinosida dengan 6 Lekemia limfositik kronik


merkaptopurin
Pengobatan lekemia limfositik kronik pada dasamya
setiap 3 bulan selama 3 tahun. tidak

Profilaksis lekemia meningeal tidak diberikan. akan mengubah harapan hidup, karena itu
pengobatan bertujuan
Saat ini diketahui pula bahwa lekemia
promielogranulositik untuk mengatasi gejala penyakit dan komplikasinya.
Penyakit ini
akut sensitif terhadap daunorubisin, sedangkan
lekemia mono- berespon terhadap kortikosterioid dan obat-
obat alkylating
sitik akut sensitif terhadap etoposide. Juga diketahui
pula bahwa (siklofosfamid, klorambusil).

lekemia promieolositik akut juga responsif terhadap Pengobatan sebaiknya dilakukan pada tempat yang
tretinoin me-

(all-trans retinoic acid). miliki kemampuan pengobatan suportif, misalnya


sarana trans-
Lekemia granulositik kronik
fusi trombosit, di samping kelengkapan tenaga dan
Pengobatan lekemia granulositik kronik bertujuan ruangan yang
untuk
dapat mengurangi kejadian infeksi selama
mengatasi gejala yang diakibatkan oleh sel lekemia, pengobatan dengan
baik yang
sitostatika, terutama pada saat aplastik. Keberadaan
terdapat dalam darah maupun dalam berbagai organ ruangan
tubuh lain-
semi steril bahkan ruangan steril sangat menunjang
nya (limpa, hati). keberhasilan

Pengobatan dengan obat hanya mampu pengobatan.


memperbaiki kuali-
Pengobatan
tas hidup penderita namun tidak banyak
pengaruhnya pada per- a. Pengobatan khusus dan harus dilakukan di
rumah sakit. Berbagai regimen pengobatannya
jalanan penyakit penderita. Yang dapat mengubah bervariasi, karena banyak percobaan pengobatan
perjalanan yang masih terus berlangsung untuk menentukan
pengobatan yang optimum.
penyakit penderita adalah transplantasi sumsum
tulang. Trans- b. Obat-obatan kombinasi lebih baik daripada
pengobatan tunggal.
plantasi sumsum tulang alogenik dapat
menyembuhkan sebagian c. Jika dimungkinkan, maka pengobatan harus
diusahakan dengan berobat jalan.
penderita. Tanpa transplantasi harapan hidup
penderita lekemia d. Daya tahan tubuh penderita menurun karena
sel leukemianya, demikian pula karena obat-obatan,
granulositik kronik adalah 34 tahun. dan karena itu infeksi oleh organisme tertentu dapat
menjadi masalah, misalnya septicemia. Organisme
Obat yang paling sering digunakan termasuk yang sering ditemukan adalah
kelompok stafilokokus, pneumocystis carinii, jamur dan
sitomegalovirus.
obat-obat alkylating yaitu busulfan dan hidroksiurea.
Radiasi 1.8.2.2 Terapi
Terapi untuk leukemia akut dapat digolongkan b. Regimen yang dipakai untuk ALL dengan risiko
menjadi dua yaitu: standar terdiri atas:

1. Terapi spesifik: dalam bentuk kemoterapi Pred + VCR

Kemoterapi memiliki tahapan pengobatan yaitu:


Pred + VCR + L asp
a. Induksi Remisi.
c. Regimen untuk ALL denga risiko tinggi atau
Banyak obat yang dapat membuat remisi
ALL pada orang dewasa antara lain:
pada leukemia limfositik akut. Pada waktu remisi,
penderita bebas dari symptom, darah tepi dan
Pred + VCR + DNR dengan atau tanap L
sumsum tulang normal secara sitologis, dan
pembesaran organ menghilang. Remisi dapat asp
diinduksi dengan obat-obatan yang efeknya hebat
tetapi terbatas. Remisi dapat dipertahankan dengan Kelompok G!MEMA dari Italia memberikan
memberikan obat lain yang mempunyai kapasitas
untuk tetap mempertahankan penderita bebas dari DNR+VCR+Pred+L asp dengan atau tanpa
penyakit ini. siklofosfamid.

Berupa kemoterapi intensif untuk mencapai


remisi, yaitu suatu keadaan di mana gejala klinis
menghilang, disertai blast sumsum tulang kurang b. Fase postremisi
dari 5%. Dengan pemeriksaan morfolik tidak dapat
dijumpai sel leukemia dalam sumsum tulang dan Suatu fase pengobatan untuk mempertahankan
darah tepi. (Bakta,I Made, 2007 : 131-133) remisi selama mungkin yang pada akhirnya akan
menuju kesembuhan. Hal ini dicapai dengan:
Biasanya 3 obat atau lebih diberikan pada
pemberian secara berurutan yang tergantung pada a. Kemoterapi lanjutan, terdiri atas:
regimen atau protocol yang berlaku. Beberapa
rencana induksi meliputi: prednisone, vinkristin Terapi konsolidasi
(Oncovin),daunorubisin (Daunomycin), dan L-
asparaginase (Elspar). Obat-obatan lain yang Terapi pemeliharaan (maintenance)
mungkin dimasukan pada pengobatan awal adalah 6-
merkaptopurin (Purinethol) dan Metotreksat
(Mexate). Allopurinol diberikan secara oral dalam Late intensification
dengan gabungan kemoterapi untuk mencegah
hiperurisemia dan potensial adanya kerusakan ginjal.
Setelah 4 minggu pengobatan, 85-90% anak-anak b. Transplantasi sumsum tulang: merupakan
dan lebih dari 50% orang dewasa dengan ALL dalam terapi konsolidasi yang memberikan penyembuhan
remisi komplit. Teniposude (VM-26) dan sitosin permanen pada sebagaian penderita, terutama
arabinosid (Ara-C) mungkin di gunakan untuk penderita yang berusia di bawah 40 tahun.
menginduksi remisi juka regimen awal gagal. (Gale,
Terapi postremisi
2000 : 185)

a. Terapi untuk sanctuary phase (membasmi sel


a. Obat yang dipakai terdiri atas:
leukemia yang bersembunyi dalam SSp dan testis)
Vincristine (VCR) 1.5
Triple IT yang terdiri atas : intrathecal
mg/m2/minggu, i.v
methotrexate (MTX), Ara C (cytosine arabinosid), dan
Predison (Pred) 6 mg/m2/hari, dexamenthason

oral b. Terapi iontensifikasi/konsolidasi: pemberian


regimen noncrossresistant terhadap regimen induksi
L Asparaginase (L asp) 10.000 U/m2 remisi.

c. Terapi pemeliharaan (maintenance): umumnya


Daunorubicin 25 dipakai 6 mercaptopurine(6 MP) peroral dan MTX tiap
minggu. Di berikan selama 2-3 tahun denga diselingi
mg/m2/minggu-4 minggu
terapi konsolidasi atau intesifikasi.
2. Terapi suportif 1. Tipe leukemia : pada umumnya ALL
mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan
Terapi ini bertujuan untuk mengatasi dengan AML
kegagalan sumsum tulang, baik karena proses
leukemia sendiri atau sebagai akibat terapi. 2. Karakteristik faktor prognostik dari penderita

Terapi suportif pada penderita leukemia 3. Jenis regimen obat yang diberikan
tidak kalah pentingnya dengan terapi spesifik karena
akan menentukan angka keberhasilan terapi.
Kemoterapi intensif harus ditunjang oleh terapi
suportif yang intensif pula, kalu tidak maka penderita PENGOBATAN
dapat meninggal karena efek samping obat, suatu
kematian iatrogenic. Terapi suportif berfungsi untuk Tidak seperti jenis kanker lainnya, leukemia bukan
mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tumor yang padat dimana dokter bedah dapat
penyakit leukemia itu sendiri dan juga untuk
mengatasi efek samping obat. Terapi suportif yang menghilangkannya. Perawatan leukemia kompleks.
diberikan adalah; Tergantung pada banyak faktor, termasuk usia

1. Terapi untuk mengatasi anemia dan kesehatan secara keseluruhan, jenis leukemia
yang Anda miliki dan apakah telah menyebar ke
Transfusi PRC untuk mempertahankan hemoglobin
sekitar 9-10 g/dl. Untuk calon transplantasi sumsum bagian lain dari tubuh Anda.
tulang, transfusi darah sebaiknya dihindari.
Terapi yang digunakan untuk melawan leukemia
2. Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti meliputi:
kasus anemia aplastik terdiri atas:
1. Kemoterapi.
a. Antibiotika adekuat
Kemoterapi adalah bentuk utama pengobatan untuk
b. Transfusi konsentrat granulosit leukemia. Perawatan ini menggunakan

c. Perawatan khusus (isolasi) senyawa kimia untuk membunuh sel-sel leukemia.


Tergantung pada jenis leukemia yang
d. Hemopoitic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
Anda miliki, Anda mungkin akan menerima satu jenis
3. Terapi untuk mengatasi perdarahan terdiri atas: obat atau kombinasi dari satu atau

a. Transfuse konsentrat trombosit untuk lebih obat-obatan. Obat ini dapat dalam bentuk pil,
mempertahankan trombosit minimal 10 x 106/ml, atau mereka mungkin disuntikkan
idealnya diatas 20 x 106/ml
langsung ke pembuluh darah.
b. Pada M3 diberikan Heparin untuk mengatasi
DIC 2. Biological terapi.

4. Terapi untuk mengatasi hal-hal lain yaitu: Juga dikenal sebagai immunotherapy, terapi biologi
menggunakan zat-zat yang
a. Pengelolaan leukostasis : dilakukan dengan
hidrasi intravenous dan leukapheresis. Segera meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap
lakukan induksi remisi untuk menurunkan jumlah kanker.
leukosit
3. Kinase inhibitor.
b. Pengelolaan sindrom lisis tumor: dengan hidrasi
yang cukup, pemberiaan alopurinol dan alkalinisasi Bagi kebanyakan orang dengan CML, obat imatinib
urin. mesylate (Gleevec) adalah baris

Hasil pengobatan pertama dari terapi. Imatinib mesylate adalah jenis


obat kanker yang disebut kinase inhibitor.
Hasil pengobatan tergantung pada berikut ini:
Obat ini secara khusus dikembangkan untuk
menghambat protein BCR-ABL, dan telah
terbukti efektif dalam mengobati tahap-tahap awal menghancurkan sumsum tulang menghasilkan
leukimia myelogenous kronis. Food and leukemia Anda. Sumsum ini kemudian

Drug Administration telah menyetujui dua inhibitor digantikan oleh sumsum tulang dari donor yang
kinase lainnya, dasatinib (Sprycel) dan kompatibel. Dalam beberapa kasus, Anda

nilotinib (Tasigna), yang dapat membantu orang- mungkin juga dapat menggunakan sumsum tulang
orang yang tidak dapat mengambil atau Anda sendiri untuk transplantasi

yang telah menjadi resisten terhadap imatinib. (autologous transplantasi). Hal ini mungkin jika Anda
menyimpan sumsum tulang sehat
4. Terapi obat lain.
untuk masa depan transplantasi, dalam kasus
Arsenik trioksida dan semua-trans retinoic acid kambuhnya leukemia.
(ATRA) adalah obat anti kanker yang dokter
7. Transplantasi sel induk.
dapat gunakan sendiri - atau dalam kombinasi
dengan kemoterapi - untuk mengobati Transplantasi sel induk serupa dengan transplantasi
sumsum tulang kecuali sel dikumpulkan
subtipe tertentu dari AML disebut promyelocytic
leukemia. Obat ini menyebabkan sel-sel dari sel-sel batang yang beredar dalam aliran darah
(darah perifer). Sel yang digunakan
leukemia dengan mutasi gen spesifik menjadi
dewasa dan mati. untuk transplantasi dapat dari sel sehat Anda sendiri
(autologous transplantasi), atau
5. Terapi radiasi.
mereka dapat dikumpulkan dari donor yang
Terapi radiasi menggunakan sinar X atau sinar kompatibel (allogeneic transplantasi). Dokter
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel
menggunakan prosedur ini lebih sering daripada
leukemia dan menghentikan pertumbuhan mereka. transplantasi sumsum tulang karena
Anda mungkin menerima radiasi di satu
memperpendek pemulihan dan kemungkinan
wilayah tertentu dari tubuh Anda di mana terdapat penurunan risiko infeksi.
kumpulan sel-sel leukemia, atau Anda
8. Uji klinis.
mungkin menerima radiasi yang diarahkan pada
seluruh tubuh Anda. Beberapa orang dengan leukemia memilih untuk
mendaftar dalam uji klinis untuk mencoba
Sept 2011 - From: www.itokindo.org (free pdf -
Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat) 3 pengobatan eksperimental atau terapi kombinasi
baru yang dikenal.
6. Transplantasi sumsum tulang.
9. Terapi pendukung.
Proses ini menggantikan sumsum tulang leukemia
Anda dengan sumsum bebas leukemia. Tidak peduli apa pun jenis terapi kanker yang Anda
pilih, Anda mungkin perlu obat untuk
Dalam perawatan ini, Anda menerima kemoterapi
dosis tinggi atau terapi radiasi, yang mengontrol rasa sakit dan efek samping.

Anda mungkin juga menyukai