GEOLOGI Regional Lab. Paleo
GEOLOGI Regional Lab. Paleo
struktur geologinya termasuk dalam peta geologi Lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat.
Geomorfologi Regional
pada pegunungan bagian barat menempati hampir setengahnya luas daerah, yang
melebar dibagian selatan (50 km) dan menyempit dibagian Utara (22 km) dengan
puncak tertingginya 1694 m dan ketinggian rataratanya 1500 m dari permukaan laut.
batugamping. Di antara topografi karst pada lereng barat terdapat perbukitan yang
dibentuk oleh batuan pada zaman Pra-Tersier. Pegunungan ini dibatasi oleh dataran
Pangkajene Maros yang luas, dan sebagian merupakan lanjutan di dataran sekitarnya.
Pegunungan yang di Timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan
puncaknya ratarata setinggi 700 m dari permukaan air laut, sedangkan yang tertinggi
adalah 787 m dimana sebagian besar pegunungan ini tersusun dari batuan gunungapi.
Di bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke Utara menyempit dan
merendah dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara lembah Walanae dan dataran
Bone. Pada bagian Utara pegunungan ini mempunyai topografi karst yang permukaanya
sebagian berkerucut. Batasnya pada bagian Timurlaut adalah dataran Bone yang luas
selebar 35 km, tetapi di bagian Selatan hanya 10 km. Ditengah terdapat Sungai Walanae
yang mengalir ke Utara. Sedangkan bagian Selatan berupa berbukitan rendah dan
dibagian Utara terdapat dataran alluvium yang sangat luas yang mengelilingi Danau
Tempe.
Stratigrafi Regional
Untuk Stratigrafi Regional daerah penelitian disusun oleh berbagai jenis litologi
dari berbagai formasi yang ergolongke dalam satuan batuan tertentu berikut akan
yang termuda.
1. Kompleks Basement
Sebagian besar terdiri atas sekis dan sedikit gneiss, dimana secara megaskopis terlihat
mineral-mineral diantaranya glaikopan, garnet, epidot, mika dan klorit. Batuan malihan
ini umumnya berpandanan miring ke arah Timur-Laut, sebagian besar trebreksikan dan
tersesarnaikan kea rah Barat-daya, satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 meter
sebagian besar terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik kea rah Barat-daya. Pada
bagian yang pejal terlihat terlihat struktur berlapis dan beberapa tempat mengandung
lensa kromit. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500 meter, dan mempunyai
Terobosan trakit berupa stok, sill dan retas. Bertekstur porfiri kasar dengan fenokris
sanidin dengan warna putih keabuan sampai sampai kelabu muda. Di Tanete Riaja
2. Formasi Balangbaru
konglomerat dengan susunan basalt, andesit, diorite, serpih, sekis kuarsa dan basement
batupasir, pada umumnya padat dan sebagian serpih terkesikan, formasi ini mempunyai
ketebalan sekitar 2000 meter, tertindih tidak selaras formasi Mallawa dan batuan
Anggota Bua, Anggota Panggalungan dan anggota Allup (Hasan 1991), Anggota Bua
dicirikan oleh selaras oleh batugamping Temt, dan menindih tidak selaras batuan
3. Formasi Tonasa
Terdiri atas batugamping koral pejal, sebgian terhablurkan, berwarna putih dan
kelabu muda, batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih coklat muda dan
kelabu muda, sebagian berlapis dan berselingan dengan napal globigerina tufaan, bagian
sebagian mengandung banyak foraminifera kecil dan dan beberapa lapisan napal pasiran
pejal pada umumnya terkekarkan kuat, di daerah Tanete Riaja, terdapat tiga jalur napal
(Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf). Dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan
laguna, tebal formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih selaras
batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras oleh formasi Camba, diterobosi oleh
sill, retas dan stoc batuan bekuyang bersusunan basalt, trakit dan diorite.
Batugamping Formasi Tonasa oleh Wilson (1995) dibagi menjadi lima bagian
berdasarkan fasiesnya. Biru area kabupaten Bone, Ralla area kabupaten Barru, Central
area Kabupaten Pangkep, Pattunuang Asuearea kabupaten Maros dan Nasara Area
Kabupaten Jeneponto. Daerah lokasi penelitian disusun oleh fasies redeposit terdiri dari
dan breksi gunung api, dan setempat dengan batubara berwarna beraneka, putih, cokla,
kuning, kelabu muda sampai kehitaman umunya mengeraas kuat dan sebagian kurang
andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm-40 cm. Batugamping pasiran dan
gampingan kelabu tua dan napal mengandung pecahan foram kecil dan molusca. Fosil-
fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah
Miosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan sekitar 5000 meter.
Menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan formasi Mallawa
(Tem), Mendatar berangsur berubah menjadi bagian bawah dari formasi Walanae
(Tmpw). Diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basalt piroksin, andesit dan
diorite.
gunungapi dan tufa, berbutir halus hingga lapili, bersisipan batupasir tufaan, batupasir
Batuanya bersusunan basalt dan diorite, berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat.
Penarikan kaluim/argon pada batuan basalt oleh Indonesian Golf Oil berumur 17,7 juta
tahun dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun(Obradovich, 1972)
dan basalt dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (Leewen 1978).
Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukan umur satuan ini
Formasi Camba , menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan
6. Endapan Undak
Terdiri atas kerikil, pasir dan lempung membentuk datarn rendah bergelombang
disebelah Utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan
besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping
koral.
Lengan selatan bagian Utara dan Lengan Selatan bagian Selatan yang sangat berbeda
Selatan bagian Selatan memperlihatkan hubungan kearah jalur orogen yang merupakan
pada zaman Kapur, yaitu terjadinya perlipatan geosinklin disertai dengan kegiatan
vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro. Bukti adanya intrusi ini terlihat pada singkapan
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafi dan
tektonikanya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada, bagian
bawah tidak selaras menindih batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tak
selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang
Balangbaru dan Formasi Marada merupakan endapan lereng didalam sistem busur
palung pada zaman Kapur Akhir, dan gejala ini menunjukkan bahwa Malange didaerah
Pada kala Palaeosen kegiatan gunungapi bawa laut yang hasil erupsinya dapat
terlihat di timur Bantimala dan daerah Barru (Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai). Pada bagian barat berupa tepi dataran yang dicirikan oleh endapan darat dan
batubara pada Formasi Mallawa, sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut
karbonat yang luas. Dimana hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan paparan
laut dangkal yang luas, yang kemudian berangsur angsur menurun atau mengalami
Sedangkan pada daerah bagian Timur terjadi proses gunungapi yang dimulai
sejak Miosen Akhir dimana hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan Soppeng.
Akhir kegiatan gunungapi ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya
Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen
Tengah, dan mengalami penurunan perlahan lahan selama terjadi proses sedimentasi
sampai Kala Pliosen. Proses menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar
normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang disebelah Timur,
dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah barat.
Selama terbentuknya Terban Walanae, ditumur kegiatan gunungapi yang hanya terjadi
dibagian sealatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan gunungapi yang hampir
merata dari selatan ke utara, dan ini berlangsung dari Miosen Tengah sdampai Pliosen.
Dimana hal ini, bentuk kerucutnya masih dapat diamati di daerah sebelah barat yang
diantaranya Puncak Maros dan Gunung Tondongkarambu serta tebing melingkar yang
mengelilingi gunung Benrong yang berada di utara gunung Tondongkarambu dan ini
Sejak Miosen Tengah terjadi sesar utama yang mempunyai arah Utara Baratlaut dan
tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan
sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan adanya tekanan mendatar yang kira
kira berarah Timur Barat pada waktu sebelum Akhir Pliosen. Tekanan ini
mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan pra Kapur
Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan penyesaran yang relatif
lebih kecil dibagian timur Lembah Walanae dan dibagian barat timur Lembah Walanae
dan dibagian barat pegunungan Barat, yang berarah Baratlaut Tenggara dan
merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar
besar.