HIPERTENSI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakoterapi dan Terminologi Medik
Disusun oleh :
1. Puji Atmoko 1061511075
2. Salasa Ayu T. 1061511085
ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan atau gaya yang diberikan darah
arteri yang persisten (Sukandar dkk., 2008). Menurut Sustrani dkk. (2004), hipertensi
merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang dibawa oleh darah menjadi terhambat ke jaringan yang
membutuhkan.
Seseorang dapat dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik
140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar
tekanan darah tinggi ( 140/90 mmHg), dengan persentase biaya kesehatan cukup
besar setiap tahunnya. Menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 1999-2000 adalah
sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi,
dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Resiko untuk
menderita hipertensi pada populasi 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal
didiagnosis dengan hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi terjadi pada umur
diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun, laki-laki
penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
Aksi pertama adalah meningkatnya seksresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi sekresi NaCl (garam) dengan cara mengabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
dkk., 2008).
Berdasarkan tingkatannya, hipertensi dapat dibedakan seperti menurut The
Seventh Report of The Joint National Committe (JNC 7, 2004) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa ( 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan
darah atau lebih dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya
kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah > 180/120 mmHg,
emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target
akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam
hitungan menit-jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh
kiri akut disertai edema paru, disecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil,
dan eklampsia atau hipertensi berat selama hamil. Hipertensi urugensi adalah
tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan
darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1
dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari (Direktorat Bina Farmasi Komunitas
endotelin I.
4. Asupan natrium tinggi dan peningkatan sirkulasi hormon natriutik yang
1. Riwayat Keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu dan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
2. Usia
usia maka resiko hipertensi menjadi lebih tinggi yang disebabkan oleh perubahan
alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.
3. Jenis Kelamin
Pada faktor ini, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita
yang memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi dengan rasio
sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. Wanita dipengaruhi oleh
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas
5. Konsumsi Garam
Garam dapur mengandung 40% dan 60% klorida. Konsumsi 3-7 gram/hari akan
diabsorbsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler
volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif
pada jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa oleh aliran darah
ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang
cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang
dikonsumsi akan dikeluarkan melalui urin yang diatur oleh hormon aldosteron
Bagi orang yang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Garam memiliki sifat
tekanan darah.
6. Merokok
Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam
paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau memiliki
efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan
dapat merusak dinding pembuluh darah seperti karbon monoksida yang akan
oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh. Merokok juga akan
memberikan efek perubahan metabolik berupa peningkatan asam lemak bebas,
gliserol, dan laktat yang menyebabkan penurunan kolestrol High Density Lipid
(LDL) dan trigliserida dalam darah, sehingg dapat meningkatkan resiko terjadinya
7. Konsumsi Alkohol
pasti. Orang - orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak
memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau
minum sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena
alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.
Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah
20% dari semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman
berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali.
dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang,
lain.
8. Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana indeks massa tubuh 30. Obesitas
oksigen dan nutrisi dalam jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada
dinding arteri menjadi lebih besar. Kelebihan berat badan juga meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
jantunga yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan otot-otot jantunga bekerja lebih
keras pada saat setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan resiko kelebihan berat badan
Diagnosis
Diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
sering dialami, lama hipertensi, ukuran tekanan darah selama ini, riwayat pengobatan,
dan kepatuhan berobat, gaya hidup, riwayat penyakit penyerta dan riwayat keluarga.
Pemeriksaan fisik terdiri atas pengukuran tekanan darah, pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus organ serta funduskopi, perhitungan BMI (Body Mass Index)
yaitu berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2), auskultasi arteri karotis,
abdominal, bruit arteri femoralis, palpasi pada kelenjar tiroid, pemeriksaan lengkap
jantung dan paru, pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran ginjal, massa intra
abdominal, dan pulsasi aorta yang abnormal, palpasi ektremitas bawah untuk melihat
edema dan denyut nadi, serta penelian neurologis. Pemeriksaan laboratorium ritun
yang direkomendasikan adalah urinalysis, kadar gula darah dan hematokrit, kalium,
kreatinin, dan kalsium serum, profil lemak (setelah puasa 9-12 jam) termasuk HDL,
pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin atau kreatinin. Pemeriksaan
Sebaiknya alat ukur yang digunakan adalah spygmomanometer air raksa dengan
ukuran cuff yang sesuai. Balon dipompa sampai 20-30 mmHg di atas tekanan sistolik
yaitu saat pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian dibuka secara perlahan-lahan. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari auscultatory gap yaitu hilangnya bunyi setelah
bunyi pertama terdengar yang disebabkan oleh kekakuan arteri. Akurasi cara
pengukuran tekanan darah dan alat ukur yang digunakan, serta ketepatan waktu
pengukuran yang dianjurkan pada posisi duduk setelah beristirahat 5 mrnit dan 30
menit bebas rokok dan kafein. Pengukuran ulang selalu diperlukan untuk menilai
(Prodjosudjaji, 2000).
Teknik pemeriksaan tekanan darah berdasarkan pedoman penemuan dan
tatalaksana hipertensi :
Gambar 2. Posisi Tubuh Yang Benar Saat Pengukuran Tekanan Darah
Alat tensi meter dipasang pada lengan pasien dalam keadaan duduk bersandar,
berdiri atau berbaring. Tekanan darah diukur dalam posisi duduk atau berdiri,
hampir ventrikal dapat dinaikkan pembacaan dari kedua tekanan darah sistolik
dan diastolik.
Untuk mencegah penyimpangan bacaan sebaiknya pemeriksaan tekanan darah
dilakukan setelah orang yang akan diperiksa beristirahat 5 menit. Bila perlu
dapat dilakukan dua kali pengukuran selang waktu 5-20 menit pada sisi kanan
dapat melingkari 2/3 lengan dan bagian bawahnya 2 cm di atas daerah lipatan
dengan stetoskop.
Balon dipompa sampai diatas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan-
lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per denyut jantung. Tekanan sistolik
dicatat pada saat terdengan bunyi yang pertama (Korotkoff I), sedangkan
(Sugiharto, 2007)
Gejala Klinis
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang
berupa :
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat
komplikasi. Gejala lainnya adalah sakit kepala epistaksis, marah, telinga berdengung,
(Sugiharto, 2007)
Patogenesis
Menurut Kaplan (1988), Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah
melalui sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (Cardiac Output/CO)
penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang
peningkatan curah jantung dan tahanan perifer. Faktor yang mempengaruhi curah
jantung adalah asupan garam, berkurangnya nephron, dan stress. Faktor yang
mempengaruhi tahanan perifer adalah stress, genetik, obesitas, dan faktor endotelium.
Gambar 3. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
(Sugiharto, 2007)
Komplikasi
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan
akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien
hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan
komplikasi ke beberapa organ vital. Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama
hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan
transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal
ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor
resiko kardiovaskular lain (Tabel 4), maka akan meningkatkan mortalitas dan
a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi
aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau
hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut
dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan
neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian (Nuraini, 2015).
b. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran
glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering
dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang.
c. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain
pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik
neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri
dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya
d. Kardiovaskular
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui
peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri
< 130/80 mmHg untuk penderita diabetes mellitus dan ginjal kronik (Sukandar et
al., 2008).
D. SASARAN TERAPI
hipertensi adalah menurunkan curah jantung (CO) dan menurunkan tahanan perifer (PR).
E. TATALAKSANA TERAPI
Algoritma Terapi
Gambar 4. Algoritma Terapi Hipertensi (JNC 8)
Terapi Non Farmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah
tekanan darah tinggi, mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien
tekanan darah prehipertensi, dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan
gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang dapat menurunkan tekanan darah
adalah mengurangi berat badan untuk individu yang gemuk dan obesitas, mengadopsi
pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan
kalsium, diet rendah natrium, aktivitas fisik, dan mengurangi konsumsi alkohol.
Program diet yang mudah diterima diperlukan pendidikan pasien dan dorongan
moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti
rasionalitas intervensi diet:
1. Hipertensi 2-3x lebih sering pada orang gemuk
2. Lebih dari 60% pasien hipertensi adalah orang gemuk
3. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4,5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
4. Obesitas abdomen dikaikan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari
hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2,
dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskuler
5. Diet kaya dengan buah dan sayuran serta rendah lemak jenuh dapat menurunkan
tekanan darah pada individu dengan hipertensi
6. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam kebanyakan
pasien mengalami penurunan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium
Modifikasi gaya hidup menurut JNC 7 dapat dilihat pada tabel 3. Aktivitas fisik
seperti olahraga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per
minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik,
seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan
tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat
badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana
yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan
faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang
merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh
merokok.
hipertensi.
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai
terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis
obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target,
maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke
antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari
dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar
darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan
kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah (Yogiantoro,
2006).
a. Diuretik
Pengurangan volume plasma dan stroke volume (SV) berhubungan dengan diuresis
dalam penurunan curah jantung (cardiac output, CO) dan tekanan tekanan darah pada
perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik, volume cairan ekstraseluler dan
hipotensi yang disebabkan oleh mekanisme aksi. Banyak antihipertensi selain diuretik
menginduksi retensi garam dan air yang dilawan aksinya oleh penggunaan bersama
diuretik. Mekanisme kerja diuretika dengan meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan air
CO dan tekanan darah. Diuretika terbagi menjadi beberapa sub golongan yaitu :
lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi
ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) diatas 30 ml/menit,
thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan
darah.
urat dari ginjal sehingga dapat terjadi urisemia, dapat menyebabkan penurunan
panjang, tetapi efektif juga untuk pasien dengan kadar renin rendah.
menurunnya fungsi ginjal karena natrium dan cairan akan terakumulasi maka
diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk mengatasi efek dari peningkatan
volume dan natriumtersebut. Hal ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri.
diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat
mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.
Obat yang termasuk golongan ini adalah antagonis aldosteron (spironolakton dan
Diuretika kuat (loop diuretika), obat golongan ini memiliki onset kerja yang
cepat, efek diuretiknya kuat sehingg jarang digunakan pada terapi hipertensi.
Obat yang termasuk golongan ini antara lain furosemide, torasemid, bumetamid,
resorpsi air dan elektrolit diansa Henle asenden. Ini merupakan pilihan utama
pada gangguan fungsi ginjal (kreatinin dalam serum .2,5 mg/dl) atau gagal
Efek samping
memiliki efek samping yang lebih kecil pada lipid serum dan glukosa tetapi
hipokalemia dapat terjadi. Hipokalemia dan hipomagnesia dapat menyebabkan
kelelahan otot atau kejang. Aritmia jantung dapat terjadi terutama pada penderita
dan penyakit jantung iskemia. Terapi dosis rendah (misalnya HCT 25 mg atau
yang signifikan.
penderita penyakit ginjal kronik atau diabetes dan penderita yang diberikan
inhibitor ACE, ARB, AINS, atau suplemen kalium secara bersamaan. Epelrenon
dosis bagi.
tekanan darah arteri. Sehingga dengan inhibitor ACE ini dapat mencegah perubahan
perlahan. Efek samping golongan obat ini adalah neutropenia dan agranulosit,
proteinuria, glomerulonefritis, dan gagal ginjal akut; efek ini terjadi pada penderita
berbeda dengan vasodilator lainnya, zat ini tidak menimbulkan udema atau reflex-
tachycardia. Kaptopril digunakan pada hipertensi ringan sampai berat dan pada
Dosis: hipertensi:oral 1-2 dd 25 mg, bila perlu setelah 2-3 minggu 1-2 dd 50
50 mg. setelah infark jantung: semula 6,25 mg, berangsur-angsur dinaikkan sampa 2-3
Benazepril:Cibacen, *Cibadrex
Dosis: hipertensi oral 1x sehari 10 mg, maksimal 1-2x 20 mg; dekompensasi: 1 dd 2,5
12,5 mg).
jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE
eferen glomerulus).
Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin. Hal
Semua obat pada tipe ini memiliki kesamann efikasi dan memiliki hubungan
antara dosis respon yang linier. Tambahan dosis rendah diuretik thiazide dapat
Pada penderita diabetes tipe 2 dan nefropati, terapi ARB telah ditunjukan
jantung sistolik, terapi ARB juga telah ditunjukkan untuk mengurangi resiko
kardiovaskular saat ditambahkan pada regimen diuretik, inhibitor ACE, dan -bloker
lainnya. Batuk sangat jarang terjadi. Seperti inhibitor ACE mereka dapat
jarang terjadi daripada inhibitor ACE tetapi reaktivitas silang telah dilaporkan. ARB
tidak boleh digunakan pada ibu hamil (ISO farmakoterapi, 2008: 124).
Sediaan beredar
Losartan: dosis awal : sehari 1 x 50mg, dapat ditingkatkan sampai sehari 100 mg.
Pada pasien dengan gangguan hati dan yang beresiko terjadi hipotensi
diperlukan pada pasien lansia dan pasien dialisis, karena losartan dan
kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vaskular menyebabkan
vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium
dihidropiridini dapat menyebakan aktivasi refleks simpatetik dan semua golongan ini
menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada
penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut
e. Beta Bloker
Beta blocker memblok betaadrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan
menjadi reseptor beta1 dan beta2. Reseptor beta1 terutama terdapat pada jantung
dan otot lurik. Reseptor beta2 juga dapat ditemukan di jantung, sedangkan reseptor
beta1 juga dapat dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak.
Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu penglepasan
reseptor beta1 pada nodus sinoatrial dan miokardiak meningkatkan heart rate dan
Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan
blockers), misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta1, tetapi tidak spesifik
untuk reseptor beta1 saja oleh karena itu penggunaannya pada pasien dengan riwayat
asma dan bronkhospasma harus hati-hati. Betablocker yang nonselektif (misalnya
beta pada saat aktivitas adrenergik minimal (misalnya saat tidur) tetapi akan memblok
aktivitas beta pada saat aktivitas adrenergik meningkat (misalnya saat berolah raga).
Hal ini menguntungkan karena mengurangi bradikardi pada siang hari. Beberapa
perifer. Obat lain, misalnya celiprolol, mempunyai efek agonis beta2 atau
vasodilator.
obat dalam air atau lipid. Obatobat yang diekskresikan melalui hati biasanya harus
diberikan beberapa kali dalam sehari sedangkan yang diekskresikan melalui ginjal
biasanya mempunyai waktu paruh yang lebih lama sehingga dapat diberikan sekali
dalam sehari. Betablocker tidak boleh dihentikan mendadak melainkan harus secara
bertahap, terutama pada pasien dengan angina, karena dapat terjadi fenomena
rebound.
Efek samping
vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta2 pada otot polos pembuluh darah perifer.
dapat berkurang. Hal ini karena betablocker memblok sistem saraf simpatis yang
bertanggung jawab untuk memberi peringatan jika terjadi hipoglikemia.
Berkurangnya aliran darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien.
larut lipid seperti propanolol. Impotensi juga dapat terjadi. Betablockers nonselektif
menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan
dari non selektif bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari
merupakan fenomena dosis ketergantungan dan efek akan hilang jika dosis tinggi.
f. Alphablocker
dilatasi pada arteria (menurunkan tahanan perifer) dan pada vena (menurunkan alir
balik vena).
menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan efek
pemberian dosis pertama kali. Alphablocker bermanfaat untuk pasien lakilaki lanjut
(adherence)
hipertensi ini dapat dilihat pada gambar dimana kombinasi obat yang dihubungkan
Penderita pada orang tua umumnya lebih sensitive terhadap pengosongan volume
dan inhibisi simpatetik serta pengobatan yang diberikan secara umum sebaiknya diawali
dengan dosis kecil diuretic (misalnya: hydrochlorthiazida 12,5 mg) dan meningkat secara
bertahap.Sebaiknya perlu ditambahkan inhibitor ACE dalam dosis rendah yang kemudian
ditingkatkan secara bertahap. bloker merupakan pilihan utama intuk orang tua dengan
hipertensi dan angina, serta inhibitor ACE sangat baik untuk penderita dengan diabetes
ginjal merupakan kasus yang umum terjadi pada hipertensi sekunder anak-anak. Diuretic,
tergantung pada nilai hipertensi (lebih besar dari 140/90 mmHg) setelah 20 minggu
dengan proteinuria. Obat yang biasa digunakan adalah hidralazine intravena; intravena
dengan asma mild-moderat atau COPD dapat menerima bloker untuk menangani
compelling indications.
dikontrol pada penderita hipertensi. Diuretik thiazida dan bloker tanpa ISA lebih
f. Hipertensi Kritis
Hipertensi gawat idealnya ditangani dengan cara terapi pemeliharaan melalui
Pencegahan
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan
hipertensi. Menurut Bustan MN (1995) dan Budistio (2001), upaya pencegahan dan
penanggulangan hipertensi didasarkan pada perubahan pola makan dan gaya hidup. Upaya
KASUS
Permasalahan
Tetangga Anda, Ibu SY berusia 51 tahun, menunjukkan obat-obatnya (dalam sak plastik, ada
aturan pakai) kepada anda, beliau mendapat resep dari dokternya (spesialist penyakit dalam).
Beliau pernah mengalami stroke dan mempunyai riwayat hipertensi dan DM.
Frego 2x1 tab
Exforge 5/80 1x1
Kutoin 100 2x1
Crestor 20 1x1
Herbio 2x1
Nimotop 4x2
Glucophage 1x1
Beliau tidak mendapatkan penjelasan tentang obat-obatnya yang dikonsumsinya (dari dokter).
Karena itu, minta kepada anda untuk menjelaskannya. Lakukan konseling yang tepat kepada
tetangga anda (a.l. kapan minum obatnya). Adakah interaksi obat dan dugaan off label drug?
PENYELESAIAN
Subjek : Ibu SY 51 tahun, pernah mengalami stroke, dan memiliki riwayat Hipertensi dan
Diabetes Mellitus.
Objektif : -
Assasment :
mengalami serangan strok. Pada pasien tidak mengalami serangan. Tetapi hanya
riwayat.
3. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi (Drug Use Without Indication)
- Tidak ada keterangan pasien mengalami epilepsi tetapi mendapat R/ kuntoin
dose nya 1500-2550 mg/hari tiap 8-12 jam. (medscape). Pada R/ pemberian
maksimum adalah 10 mg/ hari pada orang dewasa. Terapi optimal pada pasien
epilepsi yang menerima obat antiepilepsi lain adalah 15-20 mg/ hari pada orang
dewasa. Pemberian obat 1x1 pada malam hari. (Peter A., 2012).
Pada R/ pemberian dengan dosis terbagi 2x1 perhari .
PLAN :
KIE
1. Menggali informasi penunjang pengobatan pada pasien.
Misal:
BB, tekanan darah pasien pada pemeriksaan sebelumya, adakah keluhan yang
dirasakan, riwayat strok yang diderita, kebiasaan pasien (makan dan olahraga),
yang signifikan dalam menurunkan dan mengotrol tekanan darah pada penderita
air putih. Minum Exforge tidak bersamaan dengan phenytoin karena ada interaksi
profilaksis pada pasien yang menderita kejang disertai trauma cedera otak (Te
sebelum makan.
Drug off label: pada dosis 20mg sehari dapat digunakan untuk terapi pada
penderita strok dengan kadar kolesterol rendah tetapi mempunyai kadar sensitif c-
reactif protein yang tinggi. Terapi ini dapat menurunkan angka kejadian strok
mempunyai. Terapi perventif untuk riwayat strock sudah cukup dengan pemberian
dose nya 1500-2550 mg/hari tiap 8-12 jam. Pada R/ pemberian glucophage hanya
1x1 atau 500mg/ hari. Sehingga saran dinaikan dosis menjadi 2x 1 tab tiap 12 jam.
Drug off label: pada dosis PO 850 mg/hari digunakan sebagai pencegahan pada
FLUNARIZINE
Bentuk Sediaan:
Tablet 5 mg atau 10 mg
Farmakologi:
Penghambat kanal calcium yang bekerja dengan cara menghambat konsentrasi calcium yang
berlebihan dengan cara menurunkan pemasukan calcium ke dalam sel melalui kanal calcium.
Flunarizine diabsorpsi baik di usus. Kadar puncak dalam plasma setelah 2-4 jam pemberian
oral. Konsentrasi obat di jaringan, terutama di jaringan lemak dan otot rangka beberapa kali
lebih tinggi daripada kadarnya di dalam plasma darah.
Indikasi:
Mengatasi gejala vertigo akibat gangguan pada sistem vestibuler (vetigo perifer), serta
profilaksis migraine.
Dosis:
Frego 10 mg diberikan pada malam hari pada pasien dengan usia < 65 tahun dan 5 mg pada
pasien dengan usia > 65 tahun. Apabila selama terapi timbul efek depresi, gejala
ekstrapiramidal, atau gejala-gejala lainnya maka pemberian obat ini harus dihentikan.
Kontraindikasi:
Flunarizine tidak boleh diberikan pada pasien dengan alergi terhadap flunarizine, pasien
dengan riwayat depresi atau memiliki gejala-gejala gangguan ekstrapiramidal.
Beberapa studi klinik menunjukkan bahwa pemberian flunarizine, bahkan pada dosis yang
dianjurkan dapat menyebabkan gangguan motorik pada beberapa pasien yang sebelumnya
tidak memiliki gangguan/defisit neurologis. Gejala yang mungkin timbul adalah menyerupai
gejala-gejala parkinson, namun gejala ini tidak dapat membaik dengan obat-obat anti
parkinson. Karena flunarizine dapat menimbulkan rasa mengantuk dan rasa lelah (fatigue)
maka pasien harus diperingatkan untuk berhati-hati dalam melakukan aktivitas yang
membutuhkan kewaspadaan atau tindakan cepat dan tepat (misalnya mengoperasikan mesin
atau kendaraan bermotor).
Efek Samping:
Pada pemberian obat ini dapat timbul efek samping berupa lelah, peningkatan berat badan
dan peningkatan nafsu makan. Beberapa efek samping lainnya dilaporkan timbul pada
penggunaan kronik flunarizine seperti : depresi dan gejala-gejala ekstrapiramidal.
Hexbio
Bentuk sedian : Pleasant taste granules for all age group. Box of 3 gram x 10 sachets.
Composition : Each sachet has a concentration of 3x1010 colony forming unit (CFU) of
probiotic granules at the time of manufacturing.
Probiotic strains:
Administration :1 sachet to be taken orally before or after meal. Drink a glass of water.
KI : Not known
Precautions : Pregnant individuals should consult doctor before consuming this product.
Side Effects : Some individuals may experience loose stools initially; however, this condition
will resolve gradually with time.
Storage : stored in a dry place below 25. Keep away from direct sunlight.
Komposisi: Rosuvastatin
Indikasi: Hiperkolesterolemia primer (tipe IIa, termasuk hiperkolsterolemia
familial homozigot) atau dislipidemia campuran (tipe IIb) sebgai terapi
tambahan terhadap diet dan olahraga. Menurunkan kadar kolesterol total,
LDL, trigliserida dan Apo B dan meningkatkan HDL. Sebagai terapi
tambahan terhadap diet dan terapi penurunan kadar lemak darah lain
(misalnya aferesis LDL) untuk hiperkolesterolemia familial homozigot.
Dosis: Awal 5-10 mg 1 kali/hari , baik pada pasien yang belum pernah mendapat
terapi statin atau pasien yang menjalani pergantian terapi dari penghambat
HMG-Coa reduktase lain, bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai
tingkat berikutnya sesudah 4 minggu.
Pemberian Obat: Diberikan sebelum atau sesudah makan.
Kontra Indikasi: Penyakit hati aktif termasuk peningkatan persisten kadar transaminase
serum yang tidak diketahui penyebabnya, serta kenaikan transaminase
serum 3 kali dari batas atas nilai normal, miopati, penggunaan bersama
dengan siklosporin, wanita usia subur, hamil dan laktasi.
Perhatian: Konsumsi alkohol berlebihan dan atau memiliki riwayat penyakit hati,
hiperkolesterolemia sekunder yang disebabkan karena hipotiroidisme atau
sindrom nefrotik. Lakukan tes fungsi hati sebelum terapi dan 3 bulan
berikutnya. Pasien sebaiknya dianjurkan untuk segera melaporkan
bilamana ada keluhan nyeri otot yang tidak diketahui penyebabnya,
kelemahan atau kram otot, terutama jika disertai demam atau gejala
kurang enak badan. Monitor peningkatan kadar kreatinin kinase. Pasien
dengan faktor predisposisi bersama dengan gembrozil. Dosis diatas 40 mg
dikontarindikasikan untuk diberikan bersama fibrat. Usia lanjut > 70
tahun.
Efek Samping: Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, nyeri perut, mialgia, astenia.
Interaksi Obat: Antagonis vit K, gemfibrosil dan obat penurun lemak lain, siklosporin,
antasida, eritromisin, kontrasepsi oral atau terapi sulih hormon.
Kemasan: Tablet salut selaput 10 mg x 2 x 14
Kuntoin 100
interaction (medscape).
interaction (medscape).
Glucophage
Sediaan: IR: 500mg, 850mg, 1000mg
Indikasi: antidiabetes
Dosis initial glucophage PO 500mg tiap 12 jam atau 850mg/hari dan maintenance dose nya
Dosis: 60mg PO setiap 4 jam selama 21 hari, terapi dimulai sejak 96 jam setelah terjadi
pendarahan subarachnoid.
DAFTAR PUSTAKA
Brendan M. E., dkk., Rosuvastatin in the Prevention of Stroke Among Men and Women With
Elevated Levels of C-Reactive Protein Justification for the Use of Statins in
Prevention: An Intervention Trial Evaluating Rosuvastatin (JUPITER).
NCT00239681| November 2, 2009.
Dikrektorat Bina Farmasi dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.
Jakarta : Departemen Kesehatan.
Gomes , Aline C. dkk., Gut microbiota, probiotics and diabetes. Nutrition Journal 2014,
13:60 http://www.nutritionj.com/content/13/1/60
Jantungsehat.web.id
Kartikasari, A.N. 2012. Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul,
Kabupaten Rembang. Skripsi. Fakultas Kedokteran : Universitas Diponegoro.
Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Peter A. T., and Paul Benfield. 2012. A Reappraisal of its Pharmacological Properties and
Therapeutic Use in Neurological Disorders. Volume 38, Issue 4, pp 481-499
Rusdi and Isnawati, N. 2009. Awas, Anda Bisa Cepat Mati Cepat Akibat Hipertensi dan
Diabetes. Jogjakarta : Power Books (Inhidina).
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., dan Kusnandar. 2008.
ISO Farmakoterapi. Jakarta Barat : PT. ISFI Penerbitan.
Sustrani, L., Alam, S., dan Hadibroto, I. 2004. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
the Department of Surgical Education. Seizure Prophylaxis In Patients With Traumatic Brain
Injury (TBI). Orlando Regional Medical Cente. 8/27/2012
The Eighth Report of The Joint National Committe. 2014. Evidance-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults Report. Clinical Review &
Education.
The Seventh Report of The Joint National Committe. 2004. Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Presure. Departement of Health And
Human Service.
www.medscape.com
www.bcobres.com