Anda di halaman 1dari 2

Praktikum kali ini mempalajari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap absorpsi obat

dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses
metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek
pengamatan. Sekedar informasi, selanjutnya mencit hanya disebut sebagai hewan uji
Pemberian obat pada hewan uji yaitu pertama melalui cara oral, intravena, subkutan,
intraperitoneal, dan intramuscular. Dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran
intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji.
Kedua, pemberian obat dilakukan dengan cara intravena yaitu dengan menyuntikkan obat pada daerah
ekor (terdapat vena lateralis yang mudah dilihat dan dapat membuat obat langsung masuk kepembuluh
darah). Ketiga, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk hewan uji tepatnya injeksi
dilakukan dibawah kulit). Keempat dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga perut.
Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi). Yang kelima atau yang terkhir adalah
dengan cara intramuscular yaitu dengan menyuntikkan obat pada daerah yang berotot seperti paha atau
lengan atas.
Dosis obat yang diberikan yaitu 35 mg/kgBB hewan uji. Untuk stock larutan, pada per oral,
intravena, intraperitoneal, dan subkutan menggunakan larutan 5 mg/ml. Sedangkan untuk injeksi
intramuscular menggunakan larutan dengan stock 20 mg/ml. untuk data kelompok I, volume injeksi untuk
oral, intravena, intraperitoneal, subkutan, dan intramuscular secara berturut-turut adalah 0,3 ml; 0,15 ml;
0,15 ml; 0,13 ml dan 0,1 ml. Perhitungan volume injeksi yang diberikan berdasarkan berat badan tiap
hewan uji sehingga diperoleh hasil yang berbeda.
Dari hasil pengamatan kelompok-kelompok, diperoleh onset dan durasi yang berbeda. Onset
merupakan waktu mulai timbulnya efek setelah pemberian obat. Durasi adalah waktu lamanya efek
sampai efek obat tersebut hilang. Dari pengamatan kelompok I, berdasarkan onsetnya, injeksi dengan
cara intramuscular memiliki waktu yang tercepat dan yang paling lambat adalah injeksi dengan
pemberian oral. Dari pengamatan kelompok II, III, IV dan V berdasarkan onsetnya, injeksi dengan
intravena memiliki waktu yang cepat dan yang paling lambat yaitu injeksi dengan cara oral. Dari data-data
diatas dapat kita ketahui bahwa cara intravena merupakan cara pemberian obat yang reaksinya paling
cepat dan yang paling lambat adalah cara oral. Cara intravena yaitu cara pemberian obat langsung
masuk kepembuluh darah, sehingga cara ini tentu saja lebih cepat memberikan efek karena tidak melalui
proses absorbsi dulu untuk masuk kesistem sistemik dari pada cara-cara injeksi yang lain. Sedangkan
cara oral merupakan cara pemberian obat melalui pencernaan sehingga prosesnya berjalan lambat.
Namun seperti kita lihat pada data, hanya kelompok I yang memiliki onset yang tercepat dengan
pemberian intramuscular. Hal ini mungkin dikarenakan terjadinya penambahan dosis menjadi dua kali
lipat dari seharusnya yaitu menjadi 0,26 ml.
Untuk durasinya, hasil pengamatan kelompok I, II dan IV efek obat yang paling cepat hilang
yaitu cara intraperitoneal dan yang efeknya lama yaitu cara intramuscular. Untuk kelompok III, efek obat
yang paling cepat hilang adalah cara intravena dan yang paling lama efek obatnya dengan cara
intramuscular. Sedangkan untuk kelompok V cara pemberian dengan intraperitoneal memiliki efek yang
cepat hilang sedangkan cara oral yang efeknya paling lama hilangnya.
Secara deskriptif perbandingan data kelas yang menggunakan H0 = semua cara pemberian
memberikan efek sama. Jika sig > 0,05 maka H0 diterima, dan jika sig < 0,05 kama H0 ditolak.
Perbandingan data kelas didapatkan sig 0,431 pada onset, dan 0,857 pada durasi. Keduanya
lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima yaitu semua cara pemberian memberikan efek yang sama. Hal
tersebut menunjukkan bahwa secara umum berbagai cara pemberian (p.o, i.m, i.v, i.p) pada hasil
percobaan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada taraf nyata 95% (p < 0,05).

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Secara garis besar yaitu empat dari lima kelompok menunjukkan pemberian obat dengan cara intravena
lebih cepat daripada cara-cara lainnya dalam hal menimbulkan efek.
2. Tiga dari lima kelompok membuktikan pemberian dengan cara intramuscular memiliki durasi yang lama.
3. Peningkatan dosis dapat mempengaruhi onset dan durasi yang dihasilkan dari pada dosis awal yang
diberikan.
4. Secara umum berbagai cara pemberian (p.o, i.m, i.v, i.p) pada hasil percobaan tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna pada taraf nyata 95% (p < 0,05).

VI.2 Saran

Agar praktikum berjalan lancar hendaknya ada bimbingan khusus dari para asisten mengenai
prosedur kerja dan alat serta bahan yang akan digunakan sehingga praktikan tidak lagi bolak-balik ruang
praktikum hanya sekedar mangambil alat dan lainnya.
Mari kita bersama-sama menciptakan suasana praktikum yang menyenangkan. Karena hanya
dengan belajar yang menyenangkan semua dapat menangkap materi dengan optimal.

Anda mungkin juga menyukai