Anda di halaman 1dari 13

A.

Mengkaji secara mendalam bahasa ilmu dalam penelitian disertai contoh


yang sasarannya untuk kepentingan rancangan penelitian kritis.
1. Konsep
Konsep dalah istilah yang bisa digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak dari suatu objek untuk tujuan mengklasifikasikan ataupun
mengkategorikan suatu kelompok dari suatu benda serta gagasan ataupun
peristiwa. Konsep juga dapat menyatukan sejumlah benda seperti gagasan,
peristiwa maupun fenomena menjadi satu kesatuan. Sehingga dengan sebuah
konsep bisa menyebutkan beberapa benda, gagasan, serta peristiwa ataupu
fenomena dengan lebih simpel.
Konsep menurut kamus bahasa Indonesia merupakan rancangan, ide, atau
pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret. Konsep menurut Aristoteles
yaitu abstraksi suatu ide atau gambaran mental yang dinyatakan dalam suatu kata
atau simbol. Konsep juga dinyatakan sebagai bagian dari pengetahuan yang
dibangun dari berbagai macam karakteristik.
Konsep menurut (Bahri 2008:20) yaitu satuan arti yang memiliki sejumlah
objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek digolongkan dalam tempat tertentu.
Dalam dunia penelitian dikenal dua pengertian mengenai konsep, yaitu:
a. Konsep yang jelas hubungannya dengan dengan realita yang diwakili, contoh:
siswa, guru, mahasiswa.
b. Konsep yang abstrak hubungannya dengan realitas yang diwakili, contoh:
kecerdasan, pendidikan, pendapatan, disiplin, belajar
2. Variabel
Margono menatakan variabel sebagai konsep yang mempunyai variasi
nilai. Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis, variabel
didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subjek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan orang lain atau satu obyek dengan objek yang lain
(Hatch dan Farhady, 1981).
Jadi dinamakan variabel karena ada variasinya (masing-masing berbeda).
Contoh: tingkat pendidikan, jenis pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan,
jenis kelamin, status sosial, golongan gaji, motivasi belajar.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa
variabel penelitian tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.
Variabel dapat diukur dengan berbagai macam nilai tergantung pada
construct yang diwakilinya. Nilai variabel dapat berupa angka atau berupa atribut
yang menggunakan ukuran atau skala. Contoh motivasi belajar mahasiswa dapat
dinilai dengan tinggi, sedang, kurang.
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya,
maka macam-macam variabel penelitian dapat dibedakan menjadi:
a. Variabel bebas (independent variable). Variabel ini sering disebut sebagai
variabel stimulus, predictor dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang
menjadi sebab berubah atau timbulnya variabel terikat. Dalam SEM
(Structural Equation Modeling), variabel independen disebut juga sebagai
variabel eksogen.
b. Variabel terikat (dependent variable). Variabel ini sering disebut sebagai
variabel output, kriteria dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam
SEM (Structural Equation Modeling), variabel independen disebut juga
sebagai variabel endogen
c. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.
Variabel ini sering disebut juga dengan variabel dependen kedua.
d. Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, tetapi tidak dapat
diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang
terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas
tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat.
e. Variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti.
3. Definisi Operasional Variabel.
Definisi operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih
menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Definisi
yang dipakai untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Contoh: Motivasi Berprestasi menurut konsep David McClelland.
Definisi konseptualnya adalah: Achievement motivation is identified as the drive
to excel (stand out beyond others), to achieve in relation to a set of standards, to
strive (to try very hard) to succeed. Jika diterjemahkan, motivasi berprestasi
diindentifikasi sebagai dorongan untuk mengerjakan sesuatu lebih baik daripada
orang lain, guna menggapai seperangkat standar, mencoba dengan sangat keras
agar berhasil. Selanjutnya Uma Sekaran, 2003 memberikan dimensi-dimensi dari
motivasi berprestasi , yaitu : driven by work, unable to relax, impatience with
ineffectiveness, seek moderate challenge, seek feedback. Di sini dimensi bisa
dimaknakan sebagai indikator atau ciri-ciri dari orang yang mempunyai motivasi
berprestasi.
Variabel Definisi Definisi Operasional
Konseptual Indikator Skor Motivasi Skala
Berprestasi Pengukuran

Motivasi 1. Senantiasa tekun


berprestasi bekerja
Motivasi diindentifikasi 2. Sulit untuk Sangat
Berprestasi sebagai santai Tinggi: 5
dorongan untuk 3. Tidak sabar Tinggi 4 Interval
mengerjakan pada Cukup 3
sesuatu lebih ketidakefektifan Rendah 2
baik daripada 4. Menyukai Sangat
orang lain, guna tantangan Rendah 1
menggapai tingkat
seperangkat menengah
standar, mencoba 5. Ingin segera
dengan sangat memperoleh
keras agar umpan balik atas
berhasil hasil kerjanya
4. Indikator
Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan
keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau
indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan. Indikator
harus bersifat :
a. Sederhana. Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam
pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk
mendapatkannya.
b. Tepat Waktu. Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh
pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang
waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan
c. Terukur. Indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan
jelas ukurannya sehingga dapat digunakan untuk perbandingan antara satu
tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain agar
memudahkan dalam memperoleh data.
d. Bermanfaat. Indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan
pengambilan keputusan.
e. Terpercaya. Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh
pengumpulan data yang baik, benar dan teliti.
Contoh motivasi berprestasi, indikatornya adalah sebagai beriku:
a. Senantiasa tekun bekerja
b. Sulit untuk santai
c. Tidak sabar pada ketidakefektifan
d. Menyukai tantangan tingkat menengah
e. Ingin segera memperoleh umpan balik atas hasil kerjanya
5. Proporsi dan Teori
a. Proposisi
Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Sebuah realitas
sosial dalam analisisi yang lebih sederhana dapat digambarkan sebagai suatu
proposisi, akan tetapi suatu realitas dapat pula digambarkan sebagai beberapa
hubungan antar konsep atau proposisi. Contoh: 1) hubungan dua konsep ini adalah
mahasisiwa yang berprestasi adalah mahasisiwa yang disiplin, 2) hubungan dua
konsep antara prestasi belajar dengan tingkat pendapatan orang tua.
Dalam pengertian lain proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional
tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik. Proposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji
kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena. Proposisi yang dirumuskan dengan maksud
untuk diuji secara empiris disebut hipotesis.
Kegunaan proposisi dalam metodologi penelitian merupakan ungkapan
atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya,
mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena.
Ada dua tipe proposisi yaitu:
Aksioma atau postulat, yaitu proposisi yang kebenarannya tidak perlu
dipertanyakan lagi. Sehingga tidak perlu diuji dengan sebuah penelitian.
Teorema adalah proposisi yang dideduksikan dari aksioma, aksioma banyak
digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta sedangkan dalam ilmu sosial aksioma
sangat jarang. Sedangkan yang menjadi perhatian peneliti adalah teorema inti.
Jenis-jenis proposisi terbagi menjadi 4 bagian :
a) Proposisi berdasarkan bentuk :
Proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat.
Contoh : Mahasiswa membaca buku
Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari
1 predikat. Contoh : Indra belajar bermain piano dan menyanyi di studio
b) Proposisi berdasarkan sifat :
Proposisi Kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subyek dan
predikatnya mempunyai syarat apapun.
Proposisi kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan
predikat membutuhkan syarat tertentu. Contoh : Jika yogi lulus UN maka
saya akan berikan hadiah
c) Proposisi berdasarkan kualitas :
Proporsisi positif, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau
membenarkan subjeknya. Contoh : Semua gajah berbadan besar
Proporsisi negatif, yaitu proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak
mendukung subjeknya. Contoh : Tidak ada dosen laki-laki yang memakai
jilbab
d) Proporsisi berdasarkan kuantitas :
Proporsisi universal, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau
mengingkari semua. Contoh : Semua mahasiswa memiliki KTM
Proporsisi spesifik/khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya
membenarkan sebagian subjek. Contoh : Tidak semua murid patuh kepada
gurunya
b. Teori
Menurut Snelbecker teori merupakan seperangkat proposisi yang
terintregasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat
dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang dapat
diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan
fenomena yang diamati.
Menurut Kelinger sebagaimana dikutip oleh Sugiyono menyebutkan
bahwa teori adalah seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi ysng
berfungsi untuk melihat fenomena yang sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
Dari beberapa teori tersebut Sugiono menarik kesimpulan bahwa teori
adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi,
dan proposisi ysng di susun secara sistematis. Jadi secara umum teori mempunysi
tigs fungsi yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan
pengendalian (control) suatu gejala.
Mark 1963, dalam membedakan adanya tiga macam teori yaitu
Teori induktif adalah cara menerangkan dari data keteori dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positifistik ini dijumpai pada kaum behavioris.
Teori deduktif member keterangan yang dimulai dari arah suatu perkiraan
atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan.
Teori fungsional adalah suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
teoristis, yaitu mempengaruhi pembentukan teori dan pembemtukan teori
kembali mempengaruhi data.
Unsur-unsur teori:
Kategori konseptual dan kawasannya. Kategori adalah unsur konseptual suatu
teori sedangkan kawasannya adalah aspek atau unsur suatu kategori. Kategori
maupun kawasan disini adalah konsep yang ditunjukkan oleh data yang
berbeda dalam konsep aktualnya. Kategori yang tingkatan abstraksinya lebih
rendah munculnya relatif lebih cepat, yaitu sejak awal pengumpulan data.
Sedangkann konsep dengan kawasan yang lebih tinggi tingkatan abstraksinya
muncullnya cenderung kemudian dan kemunculannya itu berlaku baik pada
tahap pengumpulan, pemberian kode, maupun pada anallisis data.
Hipotesis. Analisis perbandingan antara kelompok tidak hanya menghasilkan
kategori, tetapi mempercepat adanya hubungan yang ndisimpulkan anntara
kelompok tersebut, dan hal ini disebut hipotesis. Secara tradisional biasanya
hipotesis itu telah disusun terlebih dahulu dan peneliti kualitatif lainnya masih
ada yang menggunakan cara yang denmikian. Namun, pada peneliti
kuantitatif, peneliti segera akan terlibat dalam acara pembentukan hipotesis
sejak awal terjun kelapangan penelitian.
Intregrasi. Intregrasi teori maksudnya pemaduan unsur-unsur teori sehingga
menjadi lebih bermakna dan lebih kompak. Intregrasi bisa dimulai dari hal
yangn umum ke hal yang khusus.
Contoh: teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan
pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka.
6. Hipotesis
Dari arti katanya, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, hypo yang
artinya di bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Peneliti mendalami
permasalahan dengan seksama dan mensurvei teori (literatur/sumber
referensi/kepustakaan), kemudian membuat hipotesis yang masih harus
dibuktikan/diuji kebenarannya (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis, peneliti
harus berpikir hipotesisnya dapat diuji sehingga naik statusnya menjadi thesa atau
sebaliknya tetap menjadi hipotesis.
Sugiyono (2008:96) menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta
empiris.
Dalam Ruseffendi (2005:23), hipotesis adalah penjelasan atau jawaban
tentatif (sementara) tentang tingkah laku, fenomena (gejala), atau kejadian yang
akan terjadi; bisa juga mengenai kejadian yang sedang terjadi. Jadi, hipotesis juga
dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. Hipotesis termasuk dalam
langkah penelitian, tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus
merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif sering
tidak perlu merumuskan hipotesis.
G.E.R brurrough (Arikunto, 2010:112) mengatakan bahwa penelitian
berhipotesis penting dilakukan bagi :
a. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu
b. Penelitian tentang perbedaan
c. Penelitian hubungan.
Ciri-ciri hipotesis yang baik
Setelah hipotesis dirumuskan, maka sebelum pengujian yang sebenarnya
dilakukan, hipotesis harus dinilai terlebih dahulu. Untuk menilai kelaikan
hipotesis, ada beberapa kriteria atau ciri hipotesis yang baik yang dapat dijadikan
acuan penilaian. Kriteria atau ciri hipotesis yang baik menurut Furchan (2007:
121-129) yaitu: (1) hipotesis harus mempunyai daya penjelas; (2) hipotesis harus
menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel; (3)
hipotesis harus dapat diuji; (4) hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan
yang sudah ada; dan (5) hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas
mungkin. Pendapat ini diperkuat oleh Sugiyono (2008:106), menurut beliau
karakteristik hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:
a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan
variabel pada berbagai sampel dan merupakan dugaan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih.
b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas sehingga tidak menimbulkan berbagai
penafsiran.
c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Ruseffendi (2005:26-27)
memaparkan bahwa ciri-ciri yang menonjol dari hipotesis yang baik adalah
pertama, sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Kedua, tentatif dan berupa
penjelasan yang masuk akal bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, gejala
(fenomena), atau kejadian. Ketiga, menguraikan sejelas dan sepadat mungkin
hubungan (perbedaan) yang diharapkan terjadi antara dua variabel dan
menjelaskan variabel-variabel itu dalam kata-kata yang operasional dan dapat
diukur. Keempat, dapat diuji (dites). Perhatikan contoh hipotesis berikut, yang
kedua lebih operasional daripada yang pertama.
a. Ada hubungan positif antara sikap dan kemampuan.
b. Ada hubungan positif antara nilai sikap yang diukur dengan skala Likert dan
nilai prestasi belajar pada raport.
Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta
yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam.
Hipotesis juga harus dapat diuji dan sederhana serta jelas.
Jenis-jenis hipotesis
Menurut Arikunto (2010:112-113) ada dua jenis hipotesis yang digunakan
dalam penelitian antara lain :
a. Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan
adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua
kelompok.
Rumusan hipotesis kerja
Jika maka
Ada perbedaan antara dan
Ada pengaruh terhadap
Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang merupakan lawan dari hipotesis nol
yang dilambangkan dengan Ha atau H1. Hipotesis kerja merupakan anggapan
dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini
peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan
secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang
diperolehnya selama melakukan penelitian.
b. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis nol adalah
hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak yang dilambangkan
dengan Ho.
Rumusannya:
Tidak ada perbedaan antara dengan
Tidak ada pengaruh terhadap
Kegunaan Hipotesis
Dalam kegiatan penelitian, hipotesis merupakan sesuatu yang harus
dilakukan. Pentingya hipotesis dinyatakan oleh Furchan (2007:115) yang
mengungkapkan setidaknya ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan
hipotesis. Kedua alasan tersebut ialah:
a. Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah
mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan peneliatian di bidang itu.
b. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis
dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis
data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian dapat dicegah terbuang
sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti. Perlu ditekankan bahwa hal ini
berlaku bagi semua jenis studi penelitian, tidak hanya yang bersifat
eksperimen saja.
Dalam penelitian, hipotesis merupakan hal yang sangat berguna. Terkait
dengan hal itu, Furchan (2007:115-117) mengungkapkan kegunaan hipotesis
penelitian, yaitu:
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat
diuji dalam penelitian.
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
Contoh hipotesis: Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe
Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1
Makassar
B. Jenis penelitian menurut tujuannya
1. Ekplorative research (penelitian penjajakan) adalah jenis penelitian yang
bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru yang sebelumnya belum
ada.
Contoh:
Pendidikan masyarakat suku Dayak di pedalaman Kalimantan.
Pendapatan nelayan di daerah Pesisir Pantai
2. Verificative Research atau Corfirmative Research (penelitian verifikatif)
adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hasil
penelitian sebelumnya, sehingga diperoleh hasil yang memperkuat atau
menggugurkan teori atau hasil penelitian sebelumnya. Misalnya, penelitian
untuk menguji teori konflik milik Ralp Dahrendorf.
Contoh:
Pengaruh Penerapan Model Inquiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Makassar
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student
Team Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Makassar
Pengaruh Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
X SMA Negeri 2 Makassar
3. Descriptive Research (penelitian deskriptif). Menurut Hidayat syah penelitian
deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa
tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala
sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik
dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal senada juga dikemukakan oleh
Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Contoh:
Keefektifan Penggunaan LCD oleh Guru dalam Proses Pembelajaran
di Kelas X SMA Negeri 2 Makassar
Penerapan Multimedia Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA
Negeri 2 Makassar
4. Development Research (Penelitian pengembangan) adalah jenis penelitian
yang bertujuan untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih
dalam sebuah teori yang dimiliki oleh ilmu tertentu. Melalui penelitian-
penelitian ini tercipta teknologi teknologi baru yang akhirnya dikenal dengan
R dan D (Research and Development).
Contoh development research (penelitian pengembangan):
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata
Kuliah Statiska di Universitas Negeri Makassar
Pengembangan Sistem Pembelajaran Ekonomi Yang Menyenangkan
Peserta Didik di Kelas XI SMA Negeri 3 Makassar
Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum Muatan
Lokal Untuk Pembelajaran Ekonomi di kelas XII SMA Negeri 3
Makassar
Pengembangan Pembelajaran Dengan Mendayagunakan Anak Yang
Cerdas di Kelas SMA Negeri 3 Makassar
Pengembangan Model Pendidikan Bagi Anak Berbakat di Kelas XI
SMA Negeri 3 Makassar

Anda mungkin juga menyukai