Mengkaji secara mendalam bahasa ilmu dalam penelitian disertai contoh
yang sasarannya untuk kepentingan rancangan penelitian kritis. 1. Konsep Konsep dalah istilah yang bisa digunakan untuk menggambarkan secara abstrak dari suatu objek untuk tujuan mengklasifikasikan ataupun mengkategorikan suatu kelompok dari suatu benda serta gagasan ataupun peristiwa. Konsep juga dapat menyatukan sejumlah benda seperti gagasan, peristiwa maupun fenomena menjadi satu kesatuan. Sehingga dengan sebuah konsep bisa menyebutkan beberapa benda, gagasan, serta peristiwa ataupu fenomena dengan lebih simpel. Konsep menurut kamus bahasa Indonesia merupakan rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret. Konsep menurut Aristoteles yaitu abstraksi suatu ide atau gambaran mental yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep juga dinyatakan sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik. Konsep menurut (Bahri 2008:20) yaitu satuan arti yang memiliki sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek digolongkan dalam tempat tertentu. Dalam dunia penelitian dikenal dua pengertian mengenai konsep, yaitu: a. Konsep yang jelas hubungannya dengan dengan realita yang diwakili, contoh: siswa, guru, mahasiswa. b. Konsep yang abstrak hubungannya dengan realitas yang diwakili, contoh: kecerdasan, pendidikan, pendapatan, disiplin, belajar 2. Variabel Margono menatakan variabel sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis, variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subjek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain atau satu obyek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Jadi dinamakan variabel karena ada variasinya (masing-masing berbeda). Contoh: tingkat pendidikan, jenis pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, jenis kelamin, status sosial, golongan gaji, motivasi belajar. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa variabel penelitian tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel dapat diukur dengan berbagai macam nilai tergantung pada construct yang diwakilinya. Nilai variabel dapat berupa angka atau berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala. Contoh motivasi belajar mahasiswa dapat dinilai dengan tinggi, sedang, kurang. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya, maka macam-macam variabel penelitian dapat dibedakan menjadi: a. Variabel bebas (independent variable). Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab berubah atau timbulnya variabel terikat. Dalam SEM (Structural Equation Modeling), variabel independen disebut juga sebagai variabel eksogen. b. Variabel terikat (dependent variable). Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural Equation Modeling), variabel independen disebut juga sebagai variabel endogen c. Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut juga dengan variabel dependen kedua. d. Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat. e. Variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. 3. Definisi Operasional Variabel. Definisi operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Definisi yang dipakai untuk mengukur apa yang hendak diukur. Contoh: Motivasi Berprestasi menurut konsep David McClelland. Definisi konseptualnya adalah: Achievement motivation is identified as the drive to excel (stand out beyond others), to achieve in relation to a set of standards, to strive (to try very hard) to succeed. Jika diterjemahkan, motivasi berprestasi diindentifikasi sebagai dorongan untuk mengerjakan sesuatu lebih baik daripada orang lain, guna menggapai seperangkat standar, mencoba dengan sangat keras agar berhasil. Selanjutnya Uma Sekaran, 2003 memberikan dimensi-dimensi dari motivasi berprestasi , yaitu : driven by work, unable to relax, impatience with ineffectiveness, seek moderate challenge, seek feedback. Di sini dimensi bisa dimaknakan sebagai indikator atau ciri-ciri dari orang yang mempunyai motivasi berprestasi. Variabel Definisi Definisi Operasional Konseptual Indikator Skor Motivasi Skala Berprestasi Pengukuran
Motivasi 1. Senantiasa tekun
berprestasi bekerja Motivasi diindentifikasi 2. Sulit untuk Sangat Berprestasi sebagai santai Tinggi: 5 dorongan untuk 3. Tidak sabar Tinggi 4 Interval mengerjakan pada Cukup 3 sesuatu lebih ketidakefektifan Rendah 2 baik daripada 4. Menyukai Sangat orang lain, guna tantangan Rendah 1 menggapai tingkat seperangkat menengah standar, mencoba 5. Ingin segera dengan sangat memperoleh keras agar umpan balik atas berhasil hasil kerjanya 4. Indikator Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk atau indikasi tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan. Indikator harus bersifat : a. Sederhana. Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya. b. Tepat Waktu. Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan c. Terukur. Indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan jelas ukurannya sehingga dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain atau antara satu waktu dengan waktu lain agar memudahkan dalam memperoleh data. d. Bermanfaat. Indikator yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan. e. Terpercaya. Indikator yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti. Contoh motivasi berprestasi, indikatornya adalah sebagai beriku: a. Senantiasa tekun bekerja b. Sulit untuk santai c. Tidak sabar pada ketidakefektifan d. Menyukai tantangan tingkat menengah e. Ingin segera memperoleh umpan balik atas hasil kerjanya 5. Proporsi dan Teori a. Proposisi Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep. Sebuah realitas sosial dalam analisisi yang lebih sederhana dapat digambarkan sebagai suatu proposisi, akan tetapi suatu realitas dapat pula digambarkan sebagai beberapa hubungan antar konsep atau proposisi. Contoh: 1) hubungan dua konsep ini adalah mahasisiwa yang berprestasi adalah mahasisiwa yang disiplin, 2) hubungan dua konsep antara prestasi belajar dengan tingkat pendapatan orang tua. Dalam pengertian lain proposisi adalah kesimpulan teoritik konsepsional tentang konstelasi hubungan antar variabel sebagai jawaban teoritik. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis. Kegunaan proposisi dalam metodologi penelitian merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena. Ada dua tipe proposisi yaitu: Aksioma atau postulat, yaitu proposisi yang kebenarannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Sehingga tidak perlu diuji dengan sebuah penelitian. Teorema adalah proposisi yang dideduksikan dari aksioma, aksioma banyak digunakan dalam ilmu-ilmu eksakta sedangkan dalam ilmu sosial aksioma sangat jarang. Sedangkan yang menjadi perhatian peneliti adalah teorema inti. Jenis-jenis proposisi terbagi menjadi 4 bagian : a) Proposisi berdasarkan bentuk : Proposisi tunggal adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan 1 predikat. Contoh : Mahasiswa membaca buku Proposisi majemuk adalah proposisi yang memiliki 1 subjek dan lebih dari 1 predikat. Contoh : Indra belajar bermain piano dan menyanyi di studio b) Proposisi berdasarkan sifat : Proposisi Kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subyek dan predikatnya mempunyai syarat apapun. Proposisi kondisional adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan syarat tertentu. Contoh : Jika yogi lulus UN maka saya akan berikan hadiah c) Proposisi berdasarkan kualitas : Proporsisi positif, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan subjeknya. Contoh : Semua gajah berbadan besar Proporsisi negatif, yaitu proporsisi dimana predikatnya menolak atau tidak mendukung subjeknya. Contoh : Tidak ada dosen laki-laki yang memakai jilbab d) Proporsisi berdasarkan kuantitas : Proporsisi universal, yaitu proporsisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari semua. Contoh : Semua mahasiswa memiliki KTM Proporsisi spesifik/khusus, yaitu proporsisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek. Contoh : Tidak semua murid patuh kepada gurunya b. Teori Menurut Snelbecker teori merupakan seperangkat proposisi yang terintregasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Menurut Kelinger sebagaimana dikutip oleh Sugiyono menyebutkan bahwa teori adalah seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi ysng berfungsi untuk melihat fenomena yang sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Dari beberapa teori tersebut Sugiono menarik kesimpulan bahwa teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi ysng di susun secara sistematis. Jadi secara umum teori mempunysi tigs fungsi yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. Mark 1963, dalam membedakan adanya tiga macam teori yaitu Teori induktif adalah cara menerangkan dari data keteori dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positifistik ini dijumpai pada kaum behavioris. Teori deduktif member keterangan yang dimulai dari arah suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan. Teori fungsional adalah suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoristis, yaitu mempengaruhi pembentukan teori dan pembemtukan teori kembali mempengaruhi data. Unsur-unsur teori: Kategori konseptual dan kawasannya. Kategori adalah unsur konseptual suatu teori sedangkan kawasannya adalah aspek atau unsur suatu kategori. Kategori maupun kawasan disini adalah konsep yang ditunjukkan oleh data yang berbeda dalam konsep aktualnya. Kategori yang tingkatan abstraksinya lebih rendah munculnya relatif lebih cepat, yaitu sejak awal pengumpulan data. Sedangkann konsep dengan kawasan yang lebih tinggi tingkatan abstraksinya muncullnya cenderung kemudian dan kemunculannya itu berlaku baik pada tahap pengumpulan, pemberian kode, maupun pada anallisis data. Hipotesis. Analisis perbandingan antara kelompok tidak hanya menghasilkan kategori, tetapi mempercepat adanya hubungan yang ndisimpulkan anntara kelompok tersebut, dan hal ini disebut hipotesis. Secara tradisional biasanya hipotesis itu telah disusun terlebih dahulu dan peneliti kualitatif lainnya masih ada yang menggunakan cara yang denmikian. Namun, pada peneliti kuantitatif, peneliti segera akan terlibat dalam acara pembentukan hipotesis sejak awal terjun kelapangan penelitian. Intregrasi. Intregrasi teori maksudnya pemaduan unsur-unsur teori sehingga menjadi lebih bermakna dan lebih kompak. Intregrasi bisa dimulai dari hal yangn umum ke hal yang khusus. Contoh: teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. 6. Hipotesis Dari arti katanya, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, hypo yang artinya di bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Peneliti mendalami permasalahan dengan seksama dan mensurvei teori (literatur/sumber referensi/kepustakaan), kemudian membuat hipotesis yang masih harus dibuktikan/diuji kebenarannya (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis, peneliti harus berpikir hipotesisnya dapat diuji sehingga naik statusnya menjadi thesa atau sebaliknya tetap menjadi hipotesis. Sugiyono (2008:96) menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris. Dalam Ruseffendi (2005:23), hipotesis adalah penjelasan atau jawaban tentatif (sementara) tentang tingkah laku, fenomena (gejala), atau kejadian yang akan terjadi; bisa juga mengenai kejadian yang sedang terjadi. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis sementara terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. Hipotesis termasuk dalam langkah penelitian, tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis. G.E.R brurrough (Arikunto, 2010:112) mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi : a. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu b. Penelitian tentang perbedaan c. Penelitian hubungan. Ciri-ciri hipotesis yang baik Setelah hipotesis dirumuskan, maka sebelum pengujian yang sebenarnya dilakukan, hipotesis harus dinilai terlebih dahulu. Untuk menilai kelaikan hipotesis, ada beberapa kriteria atau ciri hipotesis yang baik yang dapat dijadikan acuan penilaian. Kriteria atau ciri hipotesis yang baik menurut Furchan (2007: 121-129) yaitu: (1) hipotesis harus mempunyai daya penjelas; (2) hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel; (3) hipotesis harus dapat diuji; (4) hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada; dan (5) hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin. Pendapat ini diperkuat oleh Sugiyono (2008:106), menurut beliau karakteristik hipotesis yang baik adalah sebagai berikut: a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran. c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Ruseffendi (2005:26-27) memaparkan bahwa ciri-ciri yang menonjol dari hipotesis yang baik adalah pertama, sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya. Kedua, tentatif dan berupa penjelasan yang masuk akal bagi terbentuknya tingkah laku tertentu, gejala (fenomena), atau kejadian. Ketiga, menguraikan sejelas dan sepadat mungkin hubungan (perbedaan) yang diharapkan terjadi antara dua variabel dan menjelaskan variabel-variabel itu dalam kata-kata yang operasional dan dapat diukur. Keempat, dapat diuji (dites). Perhatikan contoh hipotesis berikut, yang kedua lebih operasional daripada yang pertama. a. Ada hubungan positif antara sikap dan kemampuan. b. Ada hubungan positif antara nilai sikap yang diukur dengan skala Likert dan nilai prestasi belajar pada raport. Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam. Hipotesis juga harus dapat diuji dan sederhana serta jelas. Jenis-jenis hipotesis Menurut Arikunto (2010:112-113) ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain : a. Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Rumusan hipotesis kerja Jika maka Ada perbedaan antara dan Ada pengaruh terhadap Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang merupakan lawan dari hipotesis nol yang dilambangkan dengan Ha atau H1. Hipotesis kerja merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian. b. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho. Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis nol adalah hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak yang dilambangkan dengan Ho. Rumusannya: Tidak ada perbedaan antara dengan Tidak ada pengaruh terhadap Kegunaan Hipotesis Dalam kegiatan penelitian, hipotesis merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Pentingya hipotesis dinyatakan oleh Furchan (2007:115) yang mengungkapkan setidaknya ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan hipotesis. Kedua alasan tersebut ialah: a. Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan peneliatian di bidang itu. b. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian dapat dicegah terbuang sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti. Perlu ditekankan bahwa hal ini berlaku bagi semua jenis studi penelitian, tidak hanya yang bersifat eksperimen saja. Dalam penelitian, hipotesis merupakan hal yang sangat berguna. Terkait dengan hal itu, Furchan (2007:115-117) mengungkapkan kegunaan hipotesis penelitian, yaitu: a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian. c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian. d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan Contoh hipotesis: Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Makassar B. Jenis penelitian menurut tujuannya 1. Ekplorative research (penelitian penjajakan) adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru yang sebelumnya belum ada. Contoh: Pendidikan masyarakat suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Pendapatan nelayan di daerah Pesisir Pantai 2. Verificative Research atau Corfirmative Research (penelitian verifikatif) adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hasil penelitian sebelumnya, sehingga diperoleh hasil yang memperkuat atau menggugurkan teori atau hasil penelitian sebelumnya. Misalnya, penelitian untuk menguji teori konflik milik Ralp Dahrendorf. Contoh: Pengaruh Penerapan Model Inquiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Makassar Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Student Team Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Makassar Pengaruh Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Makassar 3. Descriptive Research (penelitian deskriptif). Menurut Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata. Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Contoh: Keefektifan Penggunaan LCD oleh Guru dalam Proses Pembelajaran di Kelas X SMA Negeri 2 Makassar Penerapan Multimedia Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 2 Makassar 4. Development Research (Penelitian pengembangan) adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam sebuah teori yang dimiliki oleh ilmu tertentu. Melalui penelitian- penelitian ini tercipta teknologi teknologi baru yang akhirnya dikenal dengan R dan D (Research and Development). Contoh development research (penelitian pengembangan): Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Kuliah Statiska di Universitas Negeri Makassar Pengembangan Sistem Pembelajaran Ekonomi Yang Menyenangkan Peserta Didik di Kelas XI SMA Negeri 3 Makassar Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum Muatan Lokal Untuk Pembelajaran Ekonomi di kelas XII SMA Negeri 3 Makassar Pengembangan Pembelajaran Dengan Mendayagunakan Anak Yang Cerdas di Kelas SMA Negeri 3 Makassar Pengembangan Model Pendidikan Bagi Anak Berbakat di Kelas XI SMA Negeri 3 Makassar