PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah langkahnya dimulai dari
(1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga
dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu
proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari
rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari
klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana
asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien
yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan budaya di masing-
masing daerah, karena hal itu Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan
sebagai: bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam
keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat adanya perbedaan dan
kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola penyakit didasari atas nilai-nilai budaya,
kepercayaan dan praktik budaya yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk
memberikan pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
2.1.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,
yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO,
1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan
Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan
kesehatan masyarakat yaitu :
1. Ilmu Keperawatan
Konsep keperawatan di karakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang menjadi
paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan hubungan teoriteori yang membentuk
susunan yang mengatur teoriteori tersebut berhubungan satu dengan lainnya yaitu : konsep
manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat dan konsep keperawatan (Christine Ibrahim,
1986).
2. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dalam mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan dalam komunitas diperlukan pengetahuan
penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam melihat perspektif proses
terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu
statistik kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor penyebab dan alternatif
pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau
posyandu dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan
dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
3. Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat)
Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang perawat
kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab dia akan berhadapan dengan
kelompokkelompok sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa
dirasakan oleh perawat saat menjalankan tugas, peran dan fungsinya dalam keluarga, kelompok
atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi, norma,
adat istiadat dan aturanaturan yang berlaku dalam masyarakat (Nasrul Effendi, 1999). Dengan
memahami pengetahuan ilmu sosial perawat kesehatan masyarakat dapat melakukan pendekatan
untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam memelihara kesehatan keluarga,
kelompok dan masyarakat sehingga menuju kemandirian (self care), dimana mereka diharapkan
dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi,
memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui perencanaan bersama,
kemudian melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta
menilai hasil yang telah dicapai.
2.1.2 Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya
menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).
Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat
ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah langkahnya dimulai
dari (1) pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan
keperawatan. (Wahit, 2005). Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga
dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Dalam perawatan kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh tokoh
masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan
secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar benar mampu dan mandiri dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.
2.1.3 Tujuan Dan Fungsi Proses Keperawatan
Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan :
1. Tujuan
Tujuan melakukan proses keperawatan dalam komunitas adalah :
a. Agar diperoleh hasil asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien sesuai
dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat dan agar pelaksanaannya dilakukan secara
sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Meningkatkan status kesehatan masyarakat.
c. Untuk dapat mencapai tujuan ini maka perawat kesehatan komunitas harus memiliki
keterampilan dasar yang meliputi : epidemiologi, penelitian, pengajaran, organisasi masyarakat
dan hubungan interpersonal yang baik.
2. Fungsi
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dalam
kemandiriannya di bidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahabn masalah, komunikasi yang
efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahannya atau
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya
dapat mempercepat proses penyembuhannya.
2.1.4 Langkah-Langkah Proses Keperawatan
Banyak ahli yang mendefinisikan tentang langkah langkah proses keperawatan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Subdit Perawatan Kesehatan Masyarakat Depkes RI
Membagi dalam empat tahap yaitu : (1) Identifikasi, (2) Pengumpulan data (3) Rencana dan
kegiatan (4) serta Penilaian.
2. Freeman
Sedangkan Freeman membagi dalam enam tahap yaitu : (!) Membina hubungan saling percaya
dengan klien, (2) Pengkajian, (3) Penentuan tujuan bersama keluarga dan orang terdekat klien,
(4) Merencanakan tindakan bersama klien, (5) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana,
dan (6) Hasil evaluasi.
3. S.G Bailon
Membagi menjadi empat tahap yaitu : (1) Pengkajian, (2) Perencanaan, (3) Implementasi, dan (4)
Evaluasi. Dari pendapat pendapat dari para ahli tersebut diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa pada dasarnya langkah langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah :
(1) Pengkajian
(2) Diagnosis Keperawatan
(3) Perencanaan
(4) Pelaksanaan
(5) Evaluasi atau penilaian
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu : pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah
kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu data tersebut harus
akurat dan dapat dilakukan analisa untuk pemecahan masalah. Kegiatan pengkajian yang
dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
a. Data Inti
(1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di komunitas dan studi
dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai lokasi daerah
binaan (yang dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas
(masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas
dan pola perubahan komunitas.
(2) Data Demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau suku,
bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
(3) Vital Statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.
b. Status Kesehatan Komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara lain: dari
angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status kesehatan
komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan
lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok penyakit
kronis, penyakit menular. Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini :
1. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
2. Tanda tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
3. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
a. ISPA
b. Penyakit asma
c. TBC paru
d. Penyakit kulit
e. Penyakit mata
f. Penyakit rheumatik
g. Penyakit jantung
h. Penyakit gangguan jiwa
i. Kelumpuhan
j. Penyakit menahun lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari :
a. Pola pemenuhan nutrisi
b. Pola pemenuhan cairan elektrolit
c. Pola istirahat tidur
d. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas gerak
f. Pola pemenuhan kebersihan diri
6. Status psikososial
7. Status pertumbuhan dan perkembangan
8. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
9. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
10. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.
c. Data lingkungan fisik
a) Pemukiman
1. Luas bangunan
2. Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion
3. Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen
4. Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes
5. Dinding : tembok, kayu, bambu
6. Lantai : semen, keramik, tanah
7. Ventilasi : 15 20% dari luas lantai
8. Pencahayaan : kurang, baik
9. Penerangan : kurang, baik
10. Kebersihan : kurang, baik
11. Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik
12. Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik
b) Sanitasi
1. Penyediaan air bersih (MCK)
2. Penyediaan air minum
3. Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana jarak dengan
sumber air
4. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana cara pengelolaannya :
dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
6. Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan
7. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry
c) Fasilitas
1. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain lain
2. Pekarangan
3. Sarana olahraga
4. Taman, lapangan
5. Ruang pertemuan
6. Sarana hiburan
7. Sarana ibadah
d) Batas batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan
e) Kondisi geografis
f) Pelayanan kesehatan dan sosial
1) Pelayanan kesehatan
(1) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari kader)
(2) Jumlah kunjungan
(3) Sistem rujukan
2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)
(1) Lokasi
(2) Kepemilikan
(3) Kecukupan
3) Ekonomi
(1) Jenis pekerjaan
(2) Jumlah penghasilan rata rata tiap bulan
(3) Jumlah pengeluaran rata rata tiap bulan
(4) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia
d. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
1. System keamanan lingkungan
2. Penanggulangan kebakaran
3. Penanggulangan bencana
4. Penanggulangan polusi, udara dan air tanah
b. Transportasi
1. Kondisi jalan
2. Jenis transportasi yang dimiliki
3. Sarana transportasi yang ada
e. Politik dan pemerintahan
1. Sistem pengorganisasian
2. Struktur organisasi
3. Kelompok organisasi dalam komunitas
4. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
f. Sistem komunikasi
1. Sarana umum komunikasi
2. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
3. Cara penyebaran informasi
g. Pendidikan
1. Tingkat pendidikan komunitas
2. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
3. Jenis bahasa yang digunakan
h. Rekreasi
1. Kebiasaan rekreasi
2. Fasilitas tempat rekreasi
(a) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
1. Data subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2. Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
(b) Sumber Data
(1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan
masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
(2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan
riwayat kesehatan pasien atau medical record (Wahit, 2005).
(c) Cara Pengumpulan Data
1. Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara perawat
dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil
wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan.
2. Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku
dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan adalah
asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara IPAP :
I = yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang sakit
P = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara meraba pada bagian tubuh yang
mengalami gangguan
A = yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi tubuh tertentu dan
biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan
denyut jantung, bising usus, suara paru
P = yaitu cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari
telunjuk atau alat hammer pada bagian tubuh yang diperiksa.
2. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
1. Klasifikasi data atau kategorisasi data
Cara mengkategorikan data :
a. Karakteristik demografi
b. Karakteristik geografi
c. Karakteristik sosial ekonomi
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & Mc Farlene 1988. Community as Client)
2. Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3. Tabulasi data
4. Interpretasi data
3. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan. Tujuan analisis data :
1. Menetapkan kebutuhan community
2. Menetapkan kekuatan
3. Mengidentifikasi pola respon community
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
4. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.
Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh
karena itu diperlukan prioritas masalah.
5. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, diantaranya adalah :
1. Perhatian masyarakat
2. Prevalensi kejadian
3. Berat ringannya masalah
4. Kemungkinan masalah untuk diatasi
5. Tersedianya sumber daya masyarakat
6. Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H.
Maslow yaitu :
1. Keadaan yang mengancam kehidupan
2. Keadaan yang mengancam kesehatan
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan prioritas
(penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut
Meuke dan Stanhope, Lancaster 1988 :
1. Format A (Meuke) : Seleksi atau penapisan diagnosa kesehatan komunitas
2. Format B (Stanhope dan Lancaster 1988)
Format B : Prioritas masalah (Stanhope dan Lancaster 1988)
2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses
of Association ) jadi diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosis
keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
1) Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi
2) Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan, yang meliputi :
a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
c. Interaksi perilaku dan lingkungan
3) Symptom atau gejala :
a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah
Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala
2) Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2 komponen
tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984 terdiri dari :
1) Masalahsehat..sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered Nursing in the
COMMUNITY
Diagnosis resiko :.(masalah)
Diantara :.(community)
Sehubungan dengan :.(karakteristik community dan lingkungan)
Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh :(indikator
kesehatan/analisa data)
1) Resiko terjadinya diare di RW 02 Ds. Somowinangun Lamongan sehubungan dengan:
a. Sumber air tidak memenuhi syarat
b. Kebersihan perorangan kurang
c. Lingkungan yang buruk dimanifestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan,
penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi, dan pembuangan kotoran (buang air besar)
2) Tingginya kejadian karies gigi SDN Somowinangun Lamongan sehubungan dengan :
a. Kurangnya pemeriksaan gigi
b. Kurangnya fluor pada air minum dimanifestasikan : 62% kariies dengan inspeksi pada murid-
murid SDN Somowinangun Lamongan
3) Kurangnya gizi pada balita di desa Somowinangun khusunya di RW.1 sehubungan dengan :
a. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b. Kurangnya jumlah kader
c. Kurangnya jumlah posyandu
d. Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi
4) Resiko terjadinya penyakit dapat dicegah dengan imunisasi (PD 3 I) di desa Somowinangun
RW.2 sehubungan dengan :
a. Cakupan imunisasi rendah
b. Kader kurang
c. Banyaknya drop out imunisasi
5) Terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (diare, ISPA, DBD) di desa X, RW.Y
sehubungan dengan :
a. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
b. Terpaparnya lingkungan oleh bermacam polusi
c. Kurangnya kader kesehatan
6) Resiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut di RW.1 Ds. Somowinangun
sehubungan dengan :
a. Tidak adanya pembinaan pada usia lanjut
b. Tidak adanya wadah pada usia lanjut untuk meningkatkan kesehatan usila
c. Kurangnya informasi tentang kesehtan usia lanjut yang dimanifestasikan dengan : jumlah usia
lanjut : 200 orang, penyakit yang diderita usia lanjut : rematik 52,8%, hipertensi 32,42%, katarak
7%, diabetes mellitus 5,2%, dan lain-lain 3,29% dan usia lanjut yang memeriksakan
kesehatannya tidak teratur 45,4%
7) Resiko peningkatan kenakalan remaja di RT.01 RW.6 sehubungan dengan :
a. Kurangnya pengetahuan remaja dan keluarga tentang tugas perkembangan
b. Wadah organisasi pemuda tidak aktif lagi : karang taruna dan remaja masjid ditandai dengan :
jumlah remaja RW.6 83, remaja dengan kegiatan negatif : merokok 2,69%, minum-minuman
keras 0,19%, dan main kartu 0,28%. Banyak remaja mengisi waktu luang berkumpul dengan
teman sebaya 38,8%, hasil observasi banyak ditemukan remaja berkumpul di gang-gang jalan ,
dan hasil wawancara didapatkan cukup banyak remaja yang mengisi waktu dengan minum-
minuman keras dan merokok
8) Anemia ibu hamil di RW.1 Somowinangun Luntas Kab. Lamongan sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenal kebutuhan gizi ibu selama hamil yang
dimanifestasikan dengan :
a. 35,5% ibu hamil mengeluh pusing
b. 25% ibu hamil pucat dan lemah
c. 71,5% menyatakan kebutuhan makanan sel;ama hamil sama dengan saat tidak hamil, jumlah
kader yang aktif hanya 5 orang, kader tidak tersebar di semua RT, ada RT yang tidak mau
menjadi kader, 60% keluarga mengolah sayur dipotong dulu baru dicuci, 90% ibu hamil tidak
mempunyai KMS, 75% ibu hamil tidak memperoleh informasi tentang kebutuhan gizi ibu
hamil, dan 20% ibu hamil menyatakan kebutuhan gizinya kurang dari biasanya
9) Resiko timbulnya penyakit : diare, DHF, typhoid, ISPA, dan lain-lain sehubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat
kesehatan ditandai dengan :
a. Letak kandangdi dalam rumah 1,41%
b. System pembuangan air limbah sembarangan 5,71%
c. Jarak pembuangan sampah dengan rumah 30,29%
d. Tidak mempunyai temapt pembuangan sampah sementara 29,14%
e. Membuang sampah di sembarang tempat 18,86%
f. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
g. Penampungan air dalam kondisi terbuka 4%
h. Kondisi air berwarna 1,14%
i. Jarak sumber air dengan septik tank kurang dari 10 meter 10,8%
j. Rumah yang tidak mempunyai jendela 4,57%
k. Rumah yang pencahayaanya remang-remang 10,28%
l. Kasus penyakit yang paling sering diderita batuk pilek 67,42%
m. Tidak mempunyai tempat penampungan sampah sementara 29,14%
n. Tempat penampungan sampah terbuka 58,29%
10) Potensi masyarakat RW.4 Ds. Somowinangun Lamongan dalam meningkatkan kesehatan balita
berhubungan dengan tingginys kesadaran ibu terhadap kesehatan balita yang ditunjang keaktifan
kader kesehatan dan petugas yang ditandai dengan :
a. Hampir seluruhnya balita dibawa ke posyandu setiap bulan 91,14%
b. Hampir seluruhnya balita telah mendapat imunisasi lengkap 86,08%
c. Hampir seluruhnya balita memiliki KMS 92,41%
d. Sebagian besar balita dalam garis hijau 71,23%
11) Resiko terjadi peningkatan angka kesakitan pada lansia di RW.4 berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia, yang ditandai dengan :
a. Jumlah lanjut usia 51 orang
b. Lansia yang mengalami keluhan penyakit 70,59%
c. Jenis penyakit yang diderita lansia : asma 5,88%, TB paru 3,92%, hipertensi 27,45%, DM
3,92%, reumatik 31,37%, katarak 1,95%, dan lain-lain 8,33%
d. Upaya lansia untuk mencegah penyakit : non medis 13,88% dan diobati sendiri 8,33%
e. Lansia yang tidak mengisi waktu luang dengan kegiatan tertentu 23,5%
f. Belum adanya posyandu lansia
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. (Pusdiklat DJJ Keperawatan) jadi
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnose
keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup : 1)
Perumusan tujuan, 2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan 3) Kriteria
hasil untuk menilai pencapaian tujuan.
1) Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi criteria sebagai berikut :
a. Berfokus pada masyarakat
b. Jelas dan singkat
c. Dapat diukur dan diobservasi
d. Realistic
e. Ada target waktu
f. Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang mencakup :
T = S + P + K.1 + K.2
Keterangan :
S : Subyek
P : Predikat
K.1 : Kondisi
K.2 : Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) S : Specific
4) M : Measurable atau dapat diukur
5) A : Attainable atau dapat dicapai
6) R : Relevant/Realistic atau sesuai
7) T : Time-Bound atau waktu tertentu
8) S : Sustainable atau berkelanjutan
Contoh :
Goal dan Tujuan
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :
Contoh kasus :
Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan
Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong-
royong dalam waktu 1,5 bulan.
Jadi dikaitkan dengan rumus diatas dapat diketahui bahwa :
Subyek : Mahasiswa Akper Gresik
Predikat : Membuat jamban umum
Kondisi : Swadaya dan gotong-royong
Kriteria : Waktu 1,5 bulan
2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat :
a. Identifikasi alternative tindakan keperawatan
b. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalm menyusun perencanaan melalui kegiatan musyawarah
masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan
masyarakat
f. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistic
h. Disusun secara berurutan
3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan criteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan kata kerja yang tepat
b. Dapat dimodifikasikan
c. Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?
Contoh kasus :
Mahasiswa Akper Gresik melaksanakan praktek keperawatan komunitas di desa Kandangan
Cerme Kabupaten Gresik membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong-
royong dalam waktu 1,5 bulan.
Dari contoh diatas, maka rencana tindakan yang dibaut adalah :
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik Pentingnya jamban
bagi kesehatan masyarakat sebanyak 4 kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di
Balai Desa)
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun
informal untuk menggalang dukungan
c. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang dana untuk
pembuatan jamban umum melalui dana upaya kesehtan masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran
desa
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum oleh kepala Desa dan
tokoh-tokoh masyarakat yang lain
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal menghimbau dan mengajak
masyarakat secara gotong-royong membangun jamban umum
f. Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan teknis pembuatan jamban umum
yang memenuhi syarat kesehatan (tenaga sanitarian)
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerja sama
dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa,
dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas :
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan
taqwa ( IMTAQ)
2) Integrated
Perawat kesehtan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesame profesi, tim kesehtan
lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan azaz kemitraan.
3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan
pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun.
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
5) Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak
dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam
melaksanakan implementasi yang menjadi focus adalah program kesehatan komunitas dengan
strategi komuniti organisasi dan parthnerships in community. (Model for nursing parthnerships).
Prinsip lain yang perlu diperhatikan :
1) Berdasarkan respon masyarakat
2) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya
4) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
5) Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara esensial
6) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat
7) Melibatkan partispasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perawatan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan :
1) Keterpaduan antara biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana, dan prasarana dengan pelayanan
kesehatan maupun sektor lainnya
2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran
3) Tindakan keperawatan yang dilakukan di catat dan didokumentasikan
5. Evaluasi Atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul Effendy, 1998 :
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan
3) Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan
dengan melihat respon komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi : 1) formatif
dan sumatif, 2) input, proses, dan output.
Focus evalausi :
1) Relevansi
Apakah program diperlukan ?
Yang ada atau yang baru.
2) Perkembangan atau kemajuan
Apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana ?
Bagaimana staf, fasilitas, jumlah peserta ?
3) Cost efficiency (efisiensi biaya)
Bagaimana biaya ?
Apa keuntungan program ?
4) Efektifitas
Apakah tujuan tercapai ?
Apakah klien puas ?
Apakah fokus pada formatif dan hasil jangka pendek
5) Impact
Apakah dampak jangka panjang?
Apa perubahan perilaku dalam 6 minggu atau 6 bulan atau 1 tahun?
Apakah status kesehatan meningkat?
Kegunaan evaluasi :
1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan
3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun
rencana baru dalam proses keperawatan
Hasil evaluasi :
Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil evaluasi :
1) Tujuan tercapai
Apabial individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat telah menunjukkan kemajuan sesuai
dengan criteria yang telah ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagaian
Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara
memperbaikinya atau mengatasinya
3) Tujuan tidak tercapai
Apabila individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tidak menunjukkan perubahan kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah
terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor yang lain tidak
sesuai sehingga menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan
Dampak
Proses
(sumatif;
(formati Hasil (jangka panjang)
hasil jangka
f)
pendek)
Informas Impleme Efek segera Insidens dan prevalensi faktor risiko, morbiditas, dan
i yang ntasi program, mortalitas
dikumpu program, sebagai
lkan termasuk contoh :
1. Pengetahuan
:
2. Perilaku
1. Respons
3. Persepsi
tempat 4. Ketrampilan
2. Respons5. Keyakinan
6. Akses
penerima
3. Respons terhadap
praktisi sumber
4. 7. Dukungan
Kompete sosial
nsi
personel
Bilaman Impleme Untuk Untuk mengukur apakah insidens dan prevalensi telah
a ntasi menentukan berubah. Sebagai contoh, apakah angka imunisasi
diaplikas awal apakah faktor anak usia dua tahun telah meningkat?
ikan program yang
atau mempengaru Apakah jumlah pasien gangguan pernafasan
ketika hi kesehatan mengalami pe nurunan?
Apakah industri memfilter cerobong polutannya?
terjadi baik dari
perubaha individu
n maupun
program lingkungan
(contoh, telah
pindah berubah.
ke Sebagai
tempat contoh,
baru, apakah
diberikan perilaku
kepada individu telah
populasi berubah?
Apakah
yang
kebijakan
berbeda)
baru
diimplementa
sikan?
`
Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :
1. Mengukur pencapaian tujuan klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan di gunakan
dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien,yang terdiri dari bebrapa
komponen,meliputi: KAPP (kognitif,Afektif,Psikomotor,Perubahan fungsi dan gejala yang
spesifik).
a. Kognitif (pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah klien di ajarkan
tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi pengetahuan klien
terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat-
alat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lain-lain.
Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview atau tes tertulis.
b. Affektif (status emosional)
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di evaluasi.Hasil penilaian
emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi
klien.hasil tersebut meliputi tukar menukar perasaan tentang sesuatu, cemas yang berkurang
ada kemauan berkomunikasi dan seterusnya.
c. Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika perilaku yang
dapat di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria hasil ).Hal ini biasanya di
lakukan melalui observasi secara langsung.Dengan melihat apa yang telah di lakukan Klien
sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor
klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status kesehatan
klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat
memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah di lakukan tindakan
keperawatan.Evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan untuk menentukan penurunan atau
penigkatan gejala yang mempengaruhi status kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan
bisa di lakukan dengan cara observasi secara langsung,interview dan pemeriksaan fisik.
2. Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi.
Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat membandingkan data dengan
outcomes.tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian Klien terhadap
outcomes.Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini :
a. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada keadaan ini perawat akan
mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes yang lain.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat mengetahui keadaan
klien pada tahap perubahan kearah pemecahan masalah.Penambahan waktu,resources,dan
intervensi mungkin di perlukan sebelum tujuan tercapai.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini,perawata harus mencoba
untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.
2.2.6 Komponen Evaluasi
Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu :
1) Proses (formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan.Evaluasi proses harus di lakukan segera setelah perencanaan keperawatan
di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan.Evaluasi formatif terus
menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai. Metode pengumpulan data
dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit,
pertemuan kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi.
Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sitem SOAP atau model
dokumentasi lainnya.
2) Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien. Adapun metode
penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan,
pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada
tahap ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa
menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang telah diberikan.
Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell &
Meneses,1986) :
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
Model Interpretivis
Riset me/ Metode Evaluasi Berbasis-
Ilmiah konstruksivi Feminist Partisipasi Teori
Alami sme
Akar Ilmu Antropologi Riset Pendidikan, Aplikasi
Barat; Feminist, Organisasi, pada
Eropa, kulit analisis komunitas, program
putih, pria kekuatan kesehatan komunitas
Poin Studi yang
masyarakat yang
kunci dilakukan
Pengontrola Wanita, , komprehe
dengan cara
n variabel anak antropologi nsif
kontak terus-
Setiap
perempuan,
menerus, Menciptaka
program
kelompok
komprehensi, n proses
sosial
minoritas
yang lebih
dan yang dalam egalitarian, didasarkan
menyeluruh sejarah membuat pada suatu
Pendek
dengan terabaikan; proses teori
atan
metode metode menjadi kunci
Metodologi
terkait konvension lebih untuk
hipotetik
al yang relevan memahami
deduksi,
cacat secara apa yang
statistik
Observasi
Tujuan secara keseluruha pentingada
mendalam,
serius n, lah
wawancara
demokratis melalui
Untuk
Kontekstual asi identifikas
menjelaska
, inklusif, i teori
n apa yang
pengalaman Praktis,
terjadi dan Untuk
, berguna,
menunjukka memahami Membuat
keterlibatan, berdayagun
n hubungan target model
relevansi a
sebab- program dan program
sosial
akibat anti program yang logik
antara hasil atau
Memperhati
Secara aktif
da gambaran
kan aspirasi
melibatkan
intervensi untuk
kaum
semuanya
menunjuk
wanita
ke dalam
kan apa
dalam
proses,
yang
seluruh
membangu
terjadi
aspek
n kapasitas Menunjuk
evaluasi,
kan apa
terbuka
yang
terhadap
terjadi
seluruh
dalam
aspirasi
program
berbasis-
komunitas
yang
komprehe
nsif
Proses
Sunrise Model
Keperawatan
Pengkajian dan Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :
Level satu : World view and Social system level
Diagnosis
Level dua : Individual, Families, Groups communities and
Institution in diverse health system
Level tiga : Folk system, professional system and nursing
Perencanaan dan Level empat : Nursing care Decition and Action
Culture Care Preservation/maintanance
Implementasi
Culture Care Accomodation/negotiations
Culture Care Repatterning/restructuring
Evaluasi
5. Analisis Teori Transcultural Nursing
a. Kemampuan teori menghubungkan konsep dalam melihat fenomena
Teori Transcultural Nursing yang digambarkan dalam Sunrise Model menunjukan bahwa level
satu dan dua dari teori memilki banyak kesamaan dengan beberapa teori keperawatan lainnya
sedangkan pada level ketiga dan keempat memiliki perbedaan spesifik dan bersifat unik jika
dibandingkan dengan teori lainnya.
6. Tingkat Generalisasi Teori
Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana, namun demikian teori
ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan sehingga dapat diberikan justifikasi dan
pembenaran bagaimana konsep-konsep yang dikemukakan saling berhubungan.
7. Tingkat Kelogisan Teori
Kelogisan teori Leininger adalah pada fokus dari pandangganya dengan melihat bahwa latar
belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) yang berbeda sebagai
bagian penting dalam rangka pemberian asuhan keperawatan.
8. Testabilitas teori
Teori Cultural care diversity and Universality dikembangkan berdasarkan atas riset kualitatif dan
kuantitatif.
9. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge
Beberapa penelitian tentang konsep perawatan dengan memperhatikan budaya telah memberikan
arti akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang perbedaan dan persamaan budaya
dalam praktek keperawatan.
10. Kemanfaatan Teori pada Pengembangan Praktek Keperawatan
Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek keperawatan, karena
teori ini mengemukakan adanya pengaruh perbedaan budaya terhadap perilaku hidup sehat. Dan
dalam aplikasinya teori ini sangat relevan dengan penerapan praktek keperawatan komunitas.
11. Konsistensi Teori
Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman budaya dalam rangka hubungan perawat
pasien yang juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Imoge King yang menekankan
pentingnya persamaan persepsi perawat pasien untuk pencapaian tujuan.
a. Faktor Teknologi (Tecnological Factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
Dalam kasus ini diungkapakan bahwa, klien seseorang yang meyakini bahwa sakit yang
dideritanya itu bisa disembuhkan ke dukun pijat tanpa harus pergi ke petugas kesehatan. Dengan
berbagai alasan, dikarenakan lokasi yang kurang terjangkau dan juga faktor dari dalam diri klien
sendiri yang menganggap bahwa dukun pijat lebih mampu mengatasi penyakit klien.
b. Faktor Agama Dan Falsafah Hidup (Religious And Philosophical Factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
Dalam kasus tidak diungkapakan secara langsung agama apa yang dianut oleh klien. Namun
pada kondisis sakit seperti itu, klien tertutup dengan masalah kesehatannya. Kllien sudah
dinasehati oleh tetangganya untuk pergi ke dokter, namun ia beranggapan dukun pijat lebih bisa
diandalkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO, 1959).
Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu :
Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial (Peran Serta Masyarakat).
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya
menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979). Jadi proses keperawatan
komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu
dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga,
kelompok atau masyarakat yang langkah langkahnya dimulai dari (1) pengkajian :
pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan
tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005).
Proses Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan dan intervensi
jika perlu.
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang
direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan evaluasi terdiri dari dua
komponen yaitu :
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan pengaruh
intervensi terhadap status kesehatan klien.
3.2 Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk memperbaiki kembali kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau
penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi
dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA