Anda di halaman 1dari 14

II.

PERSEMAIAN

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hidroponik merupakan penanaman tanaman dengan menggunakan
nutrisi mineral berbentuk larutan dalam air, tanpa tanah. Tanaman daratan
dapat tumbuh dengan akar mereka dalam larutan mineral nutrisi atau dalam
media inert, seperti perlit, kerikil, wol mineral atau sabut kelapa. Dalam
kondisi normal dialam bebas, tanah bertindak sebagai penyedia/penampung
nutrisi mineral untuk pertumbuhan tanaman. Ketika nutrisi mineral dalam
tanah larut dalam air, akar tanaman dapat menyerap mereka. Ketika nutrisi
mineral yang diperlukan dipasok kepada tanaman dalam bentuk larutan
buatan, tanah tidak lagi diperlukan lagi oleh tanaman untuk berkembang.
Persemaian adalah tempat menyemai bahan tanaman asal biji atau
berupa vegetatif untuk mendapatkan bibit dimana tanaman-tanaman muda
itu dipelihara sampai dapat dipindahkan kelapangan yang akan ditanami.
Tidak selamanya dalam perkecambahan benih dapat tumbuh normal. Hal ini
tergantung sifat genetic dari benih, fackor fisik, factor lingkungan termasuk
juga medi tanamnya. Biasanya dalam lingkungan yang serba optimal atau
mendukung, benih dapat tumbuh lebih baik dibanding dalam lingkungan
suboptimal atau kurang mendukung. Akan tetapi, karena kondisi lingkungan
pertanaman atau lahan tidak selamanya menguntungkan bagi tanaman, maka
benih dituntut memiliki vigor yang tinggi. Vigor benih merupakan
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi supoptimal.
Media yang umum digunakan adalah pasir, kertas, kerikil zeolit,
pecahan genting, arang kayu, ijuk, rockwool, arang sekam, sabut kelapa,
atau media padat lain. Tanah yang berfungsi sebagai berpegangnya akar
tanaman digantikan dengan media-media seperti disebut sebelumnya.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct
planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih
dahulu di tempat persemaian.
Pemilihan benih yang tepat menjadi hal yang sangat penting karena ini
sangat erat hubungannya dengan kualitas tanaman yang akan kita rawat
nantinya. Oleh karena itu kita harus teliti dalam hal memilih benih. Benih
yang akan kita tanam harus sesuai dengan kondisi cuaca, ketinggian tanah
dari permukaan laut, musim, kelembaban dan lain sebagainya. Praktikum
dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah persemaian dengan media
yang tidak menggunakan tanah. Selain itu, mahasiswa juga dapat
membedakan jenis-jenis dari sayuran yang memerlukan persemaian atau
sayuran yang ditanam secara langsung.
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum acara II mengenai Persemaian adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk membuat bibit
sayuran daun yang siap untuk dipindah tanam ke dalam sistem
hidroponik.
b. Menghasilkan bibit sawi, pakcoy dan kailan yang berkualitas.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara II mengenai Persemaian dilaksanakan hari Selasa, 11
Oktober 2016 pukul 07.30-09.00 WIB bertempat di Rumah Kaca B,
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang
sejak pertama kali dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
penemuan unsur-unsur hara esensial yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman.Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai
pada tahun 1600-an. Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu
pertumbuhan tanaman dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi dengan
kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit
karena terlindungi, pemberian air irirgasi dan larutan hara lebih efisien dan
efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan
dapat diterapkan pada lahan yang sempit (Suwandi 2009).
Persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan untuk
menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama
periode waktu yang telah ditetapkan. Tujuan utama pembuatan pembibitan
adalah sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah
yang memadai, sesuai dengan rencana penanaman. Pada umumnya persemaian
digolongkan menjadi 2 jenis/tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian
tetap. Persemaian sementara (Flyng nursery) biasanya berukuran kecil dan
terletak di dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini
biasanya berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan (bibit/semai.
Sedangkan Persemaian Tetap. biasanya berukuran (luasnya) besar dan
lokasinya menetap disuatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas
(Edi et al. 2010).
Pemindahan atau penanaman bibit tanaman hidroponik berupa semai dari
persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian
tersebut sudah kuat (siap ditanam). Pengadaan bibit/semai melalui persemaian
yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin
keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasan mudah, penggunaan
benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di
lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih
langsung di lapangan. Media persemaian bisa menggunakan pasir halus yang
telah disterilisasi. Penyemaian dilakukan pada wadah pembibitan dengan
media tanam pasir. Setelah media tanam siap benih ditaburkan selanjutnya
ditutup kembali dengan pasir. Setelah berumur 1 minggu setelah tabur
kecambah dipindahkan ke media tumbuh (Masud 2009).
Persemaian dapat menggunakan media berupa pasir halus, arang sekam
atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh dan
harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di
dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam dan
serbuk gergaji atau serbuk sabut kelapa. Dalam pembibitan sangat disarankan
untuk menggunakan bibit hibrida supaya mutu buah/sayur yang dihasilkan
cukup optimal. Penyemaian sistem hidroponik bisa menggunakan bak dari
kayu atau plastik. Bak tersebut berisi campuran pasir yang sudah diayak halus,
sekam bakar, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua
bahan tersebut dicampur rata dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian
sekitar 7cm. Masukkan biji tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup
tisue/karung/kain yang telah dibasahi supaya kondisi tetap lembab. Lakukan
penyiraman hanya pada saat media tanam mulai kelihatan kering. Buka
penutup setelah biji berubah menjadi kecambah. Pindahkan ke tempat
penanaman yang lebih besar bila pada bibit telah tumbuh minimal 2 lembar
daun (Resh 2010).
Benih yang akan disemaikan dijadikan bibit haruslah memiliki
persyaratan sebagai berikut benih harus bermutu, baik mutu fisik, fisiologis,
genetik maupun biologis/patologis. Mutu fisik benih menampilkan bentuk dan
ukuran benih yang seragam, bernas dan bersih. Mutu fiologis benih
menampilkan kamampuan daya hidup (viabilitas) dan vigor benih yang
mencakup daya berkecambah dan kekuatan tumbuh benih serta daya simpan
benih. Mutu genetik benih merupakan penampilan benih murni dari varietas
tertentu yang menunjukkan identitas genetik tanaman induknya. Sedangkan
mutu biologis/patologis benih menampilkan kesehatan benih yang terbebas dari
penyakit terbawa benih (seedborne) (Saryoko 2011).
Media semai yang baik harus mempunyai sifat fisik yang baik, dan
kelembaban harus tetap dijaga serta saluran drainasenya juga harus baik.
Keseimbangan antara udara dengan kelembaban berpengaruh penting terhadap
pertumbuhan akar. Kelembaban udara berpengaruh terhadap absorbsi air dan
unsur hara pada pertumbuhan benih serta suhu yang baik di daerah sekitar
perakaran akan membantu proses pembelahan sel di daerah perakaran secara
aktif (Mahardika et al. 2013).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam persemaian/
pembibitan antara lain kualitas benih, jenis media yang digunakan, suhu dan
kelembaban, intensitas cahaya dan teknis pembibitan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu seperti wadah semai sebaiknya dikenai sinar matahari tip
pagi selama 1-2 jam agar perkecambahan tumbuh dengan baik dan sehat.
Pemberian air bibit kecil yang telah berkecambah di dalam wadah semai perlu
disirami dengan air biasa. Penyiraman jangan berlebih, karena dapat
menyebabkan serangan penyakit busuk. Penyiraman, 1-2 kali sehari
(tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit dan media yang digunakan)
(Suhardiyanto 2009).
Dalam pembibitan sangat disarankan untuk menggunakan bibit hibrida
supaya mutu buah/sayur yang dihasilkan cukup optimal. Penyemaian sistem
hidroponik bisa menggunakan bak dari kayu atau plastik. Bak tersebut berisi
campuran pasir yang sudah diayak halus, sekam bakar, kompos dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1:1:1. Semua bahan tersebut dicampur rata
dan dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian sekitar 7cm. Masukkan biji
tanaman dengan jarak 1x1,5 cm. Tutup tisue/karung/kain yang telah dibasahi
supaya kondisi tetap lembab. Lakukan penyiraman hanya pada saat media
tanam mulai kelihatan kering. Buka penutup setelah biji berubah menjadi
kecambah. Pindahkan ke tempat penanaman yang lebih besar bila pada bibit
telah tumbuh minimal 2 lembar daun (Indah 2012).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a. Bak/tray pembibitan
b. Ember
c. Cethok kecil
d. Bilah bambu
e. Sprayer tangan
2. Bahan
a. Benih kailan
b. Benih sawi
c. Benih pakcoy
d. Benih kangkung
e. Kompos
f. Arang sekam
g. Larutan nutrisi mix AB
h. Air
3. Cara kerja
a. Menyiapkan media dengan cara diaduk agar komposisi merata, keudian
dilembabkan
b. Menyiapkan tray bak/ pembibitan dengan memberikan lubang drianase
secukupnya
c. Menaruh media ke dalam tray/ bak pembibitan dengan ketebalan 5 cm
d. Membuat alur tanam sedalam 1 cm, dengan jarak antar alur 3 cm dengan
menggunakan potongan bambu/ sumpit
e. Menaburkan benih (selada, pakcoi) disepanjang alur dengan perlahan-
lahan, masing-masing 3-4 butir tiap selang 2 cm.
f. Menutup alur perlahan-lahan dengan media dan memastikan benih
tertutup media
g. Meletakkan tray di tempat yang teduh selama 2 hari (atau dapat juga
menutupnya dengan seresah daun pisang/ jati).
h. Pada hari ke-3, menyingkirkan penutup tray dan memindahkan tray
pembibitan pada tempat yang memperoleh paparan matahari pagi.
i. Bila telah tumbuh kecambah normal, melakuakan pemeliharaan rutin
dengan menyiramnya setiap hari menggunakan larutan nutrisi dengan
kepekatan rendah.
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Kegiatan persemaian
Keterangan Foto Kegiatan Persemaian

Gambar 2.1
Persiapan Media

Gambar 2.2
Pengadonan Media + Air

Gambar 2.3
Benih

Gambar 2.4
Pembuatan Jarak Tanam

Gambar 2.5
Penanaman Benih

Sumber : Logbook
Gambar 2.6
Persemaian

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Persemaian Benih


Keterangan Foto Hasil Persemaian

Gambar 2.7
Persemaian Media Pasir
Malang

Gambar 2.8
Persemaian Media Arang
Sekam

Sumber : Logbook
2. Pembahasan
Persemaian adalah cara untuk menanam suatu jenis tanaman melalui
semai atau dapat juga disebut dengan cara menanam tidak langsung.
Menurut Danu dan Rina (2012) persemaian merupakan tempat atau areal
untuk kegiatan memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit
siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik
persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih
yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses
dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik
persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku.
Untuk persemaian dapat digunakan media berupa pasir halus, arang
sekam atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena mudah diperoleh
dan harganya murah, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat
nutrisi di dalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang
sekam dan serbuk gergaji atau serbuk sabut kelapa. Media untuk tanaman
dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pasir agak kasar, arang
sekam, rockwool dan lain-lain.
Menutut Eko et al ( 2007) , media untuk persemaian dan media
penanaman berbeda. Media persemaian dibutuhkan pasir yang lebih halus
sehingga memudahkan pertumbuhan akar dan bibit. Pasir yang lebih kasar
digunakan untuk media penanaman. Di bagian dasar bak sebaiknya
digunakan kerikil dan bagian atasnya pasir. Media penyemaian, gunakan
pasir kali halus yang sudah dicuci bersih lalu dikeringanginkan. Pasir ini
kemudian disterilkan dengan pemanasan hingga suhu 1000C. Wadah
pemanasan dapat digunakan drum bekas atau barang lainnya. Selanjutnya
pasir didinginkan dan siap dipakai.

Benih yang akan disemaikan dijadikan bibit haruslah memiliki


persyaratan sebagai berikut benih harus bermutu, baik mutu fisik, fisiologis,
genetik maupun biologis/patologis. Mutu fisik benih menampilkan bentuk
dan ukuran fisik benih yang seragam, bernas dan bersih. Mutu fisiologis
benih menampilkan kemampuan daya hidup (viabilitas) dan vigor benih
yang mencakup daya berkecambah dan kekuatan tumbuh benih serta daya
simpan benih. Mutu genetik benih merupakan penampilan benih murni dari
varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik tanaman induknya.
Sedangkan mutu biologis/patologis benih menampilkan kesehatan benih
yang terbebas dari penyakit terbawa benih (seedborne).
Menurut Indah (2012), faktor luar tumbuhan yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor
lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan kelembapan. Kualitas,
intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan. Cahaya
mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis, fototropisme, dan
fotoperiodisme. Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam
respirasi pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan
energi. Energi ini digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam
perkecambahan, dan aktivitas tumbuhan. Pertumbuhan dipengaruhi oleh
kerja enzim dalam tumbuhan. Sedangkan, kerja enzim dipengaruhi oleh
suhu. Dengan demikian, pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
suhu. Setiap spesies atau varietas mempunyai suhu minimum, rentang suhu
optimum, dan suhu maksimum. Di bawah suhu minimum ini tumbuhan
tidak dapat tumbuh, pada rentang suhu optimum, laju tumbuhnya paling
tinggi, dan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh atau bahkan
mati. Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembaban udara. Jika kelembapan
udara rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu akar untuk
menyerap lebih banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya
penyerapan nutrien oleh akar akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Menurut Priyowidodo (2014) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam persemaian/pembibitan antara lain
kualitas benih, jenis media yang digunakan, suhu dan kelembaban, intensitas
cahaya dan teknis pembibitan. Benih yang digunakan pada saat persemaian
memiliki beberapa kriteria diantaranya benih tidak memiliki cacat fisik di
permukaan, benih sebaiknya direndam dalam larutan pestisida untuk
menghindari terjangkitnya benih oleh jamur dan penyakit, benih juga
direndam dalam air panas guna menstimulasi hormon pertumbuhan auksin
sehingga benih cepat berkecambah. Sertifikasi benih yang telah lolos uji
benih juga diperlukan dalam persemaian untuk menghindari kecambah yang
kerdil maupun kegagalan panen karena hasil produksi panen yang
minimum.
Persemaian yang baik menuntut pemeliharan yang cermat dan rutin.
Pemeliharaan tersebut seperti pengontrolan terhadap larutan nutrisi ataupun
kelembapan pada media. Persemaian adalah fase yang rentan pada kematian
sehingga pengedalian OPT harus dilakukan untuk mencegah kerusakan
bahkan kematian benih. Pengontrolan terhadap media harus dilakukan yaitu
menjaga pH ataupun kelembapan media. Media yang terlalu lembab dapat
menyebabkan timbulnya jamur.
Persemaian yang dilakukan oleh kelompok kami yang pertama kali
adalah persemaian benih selada dengan media pasir. Awal mula kegiatan
yaitu menyiapkan tray (tempat pembibitan) berupa box sterofoaam yang
digunakan sebagai tempat pertumbuhan benih dan media yang digunakan
yaitu pasir. Pasir dimasukkan ke dalam tray sampai rata dengan permukaan
tray lalu diberi air hingga media tanam jenuh air. Kemudian membuat baris
yang akan ditanami benih dengan menggunakan penggaris. Kemudian
menebarkan benih pada baris baris yang dibuat dan memastikan tidak saling
bertumpukan. Kemudian menyiramkan air menggunakan sprayer. Namun
persemaian pertama yang kami lakukan ini gagal. Kemudian kami
menyemai untuk ke dua kalinya dengan menggunakan media pasir dan
arang sekam dengan perbandingan 1:1, media yang kami gunakan juga
benih selada. Persemaian kedua ini kami masih mengalami kegagalan,
karena benih yang tumbuh hanya sedikit. Persemaian ketiga kami
menggunakan media arang sekam, benih yang kami gunakan adalah benih
sawi. Cara persemaian yang kami lakukan sama dengan cara persemaian
pertama yang kami lakukan. Perawatan pada semai yang kami tanam adalah
dengan menyirami semai secara teratur, yakni saat sore hari.
E. Kesimpulan dan Saran
1 Kesimpulan
Kesimpulan pada Praktikum acara II mengenai Persemaian adalah:
a Persemaian adalah cara untuk menanam suatu jenis tanaman melalui
semai atau dapat juga disebut dengan cara menanam tidak langsung.
b Benih yang akan disemaikan dijadikan bibit haruslah memiliki
persyaratan sebagai berikut benih harus bermutu, baik mutu fisik,
fisiologis, genetik maupun biologis/patologis
c Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
persemaian/pembibitan antara lain kualitas benih, jenis media yang
digunakan, suhu dan kelembaban, intensitas cahaya dan teknis
pembibitan.
d Berdasarkan praktikum persemaian menggunakan media arang sekam
lebih baik daripada menggunakan media pasir malang.
2 Saran

Sebaiknya ada penjelasan yang lebih tentang praktikum hiroponik ini


agar semua jelas dan terlaksana dengan baik sesuai prosedur yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Danu, Rina K 2012. Teknologi persemaian. Bogor. Balai Penelitian Teknologi


Perbenihan Tanaman Hutan.
Edi S, Bobihoe J 2010. Budidaya tanaman sayuran. Jambi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian.
Eko H, Tina S, Estu R, Hendro S 2007. Sawi dan selada. Jakarta : Penebar
Swadaya
Indah 2012. Cara menanam hidroponik. http://carapedia.com. Diakses pada 3
Desember 2016.
Mahardika I, Kadek D, Rai I N, Wiratmaja I W 2013. Pengaruh komposisi
campuran bahan media tanam dan konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan
bibit wani ngumpen bali (Mangifera caesia Jack). J. Agroekoteknologi
Tropika 2(2): 28-32.
Masud, Hidayati 2009. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam
berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil selada. J. Media Litbang Sulteng
2(2) : 131136.
Priyowidodo T 2014. Budidaya selada kriting organik. http://alamtani.com.
Diakses pada 3 Desember 2016.
Resh H 2010. Hydroponic food production in Cucumis sativus L. J. Hydroculture
3(1):2-5.
Saryoko A 2011. Benih yang baik dan benar. http://banten.litbang.deptan.go.id.
Diakses pada tanggal 3 November 2016.
Suhardiyanto H 2009. Teknologi rumah tanaman untuk teknologi tropika basah :
pemodelan dan pengendalian lingkungan. Bogor. IPB Press.
Suwandi 2009 Menakar kebutuhan hara tanaman dalam pengembangan inovasi
budidaya sayuran berkelanjutan. Bogor. Pengembangan Inovasi Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai