Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan

bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data

dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di

permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa

grafik log di atas kertas. LWD berguna untuk memberi informasi formasi

(resistivitas, porositas, sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat pemboran.

Sebagai seorang Geologist dalam menginterpertasi merupakan hal yang

sangat penting dan harus dikuasai, oleh sebab itu untuk mengasah kemampuan

interpertasi seorang geologist sehingga mendapatkan hasil yang mendekati

kebenaran. Sebagai mahasiswa S1 Geologi dalam mengasah kemampuan

interpertasi tidak hanya dengan membaca buku, menerima materi dari bangku

kuliahan, tetapi haruslah juga dengan melakukan pratik langsung, dalam hal ini

praktik lansung interpertasi. Oleh sebab itu dilakukan Praktikum analisa Log

Kualitatif pada tanggal 21 Maret 2017 di laboratorium Sedimentologi,

Departemen Teknik Geologi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun Maksud dari dilaksanakannya praktikum ini ialah Untuk

menganalisa Hasil dari Log SP, Log Gamma, dan Log Resistivity.
Sedangkan tujuan diadakannya praktikum ini yaitu ;
a) Mengetahui Jenis Litologi yang Prospek Hidrokarbon.
b) Mengetahui letak kedalaman dan tebal dari lapisan yang Prospek

Hidrokarbon.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama dilakukannya praktikum

ini yaitu :
Alat Tulis Menulis
Pensil Warna
Penuntun Praktikum
Problem Set
Mistar
Gunting
Double tip
Kertas kuarto
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk

mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain,

seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik

batuan yang menyertai penambahan batubara. Dan juga mengkompensasi

berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan pengeboran, yaitu

pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama lapisan

batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain-lain.

A. Log Sinar Gamma

Log Sinar Gamma adalah log yang digunakan untuk mengukur tingkat

radioaktivitas suatu batuan. Radioaktivitas tersebut disebabkan karena adanya

unsur Uraniun, Thorium, Kalium pada batuan. Ketiga elemen ini secara terus

menerus memancarkan gamma ray yang memiliki energi radiasi yang tinggi.

Kekuatan radiasi sinar gamma yang paling kuat dipancarkan oleh mudstone dan

yang paling lemah dipancarkan batubara. Terutama yang dari mudstone laut

menunjukan nilai yang ekstra tinggi, sedangkan radiasi dari lapisan sandstone

lebih tinggi disbanding batubara. Log sinar gamma dikombinasikan dengan log

utama, seperti log densitas, netron dan gelombang bunyi, digunakan untuk

memastikan batas antara lapisan penting, seperti antara lapisan batubara dengan

langit-langit atau lantai.

Skala log gamma ray dalam satuan API unit (APIU). Log gamma ray

biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama-sama dengan kurva SP dan


Kaliper. Skala log gamma ray dari kiri ke kanan biasanya 0-100 atau 0-150 API.

Walaupun terdapat juga suatu kasus dengan nilai gamma ray sampai 200 API

untuk jenis organic rich shale.

Log gamma ray sangat efektif dalam menentukan zona permeable, dengan

dasar bahwa elemen radioaktif banyak terkonsentrasi pada shale yang

impermeable, dan hanya sedikit pada batuan yang permeable. Pada formasi yang

impermeable kurva gamma ray akan menyimpang ke kanan, dan pada formasi

yang permeable kurva gamma ray akan menyimpang ke kiri. Log gamma ray

memiliki jangkauan pengukuran 6-12in. Dengan ketebalan pengukuran sekitar

3 ft.

Pengukuran dilakukan dengan jalan memasukkan alat detektor ke dalam

lubang bor. Oleh karena sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka

logging gamma ray dapat dilakukan pada lubang bor yang telah dipasang casing

ataupun telah dilakukan cementing. Walaupun terjadi atenuasi sinar gamma

karena casing dan semen, akan tetapi energinya masih cukup kuat untuk

mengukur sifat radiasi gamma pada formasi batuan disampingnya. Formasi yang

mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi radioaktif dimana

intensitasnya akan di terima oleh detektor dan di catat di permukaan.

Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada

bacaan gamma ray dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena pada hakikatnya

besarnya energy dan intensitas setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda.

Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan batuan non-

shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif, seperti mineralisasi


uranium pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin terdapat

pada coal dan dolomite.

Beberapa jenis batuan dapat dikenal dari variasi kandungan fraksi

lempungnya, misalnya batu lempung hamper seluruh terdiri dari mineral lempung,

batu pasir kwarsa sangat sedikit mengandung mineral lempung, batu lanau cukup

banyak mengandung mineral lempung dan sebagainya. Oleh karena itu respo

gamma dapat digunakan untuk menafsirkan jenis litologinya. Beberapa contoh

batuan sesuai sifat radioaktifnya adalah sebagai berikut:

Radioaktifnya sangat rendah

Anhidrid, garam, batubara dan nodule silica. Silica yang berlapis

mengandung radioaktif lebih tinggi dari berbentuk nodule.

Radioaktif rendah

Batu gamping murni, dolomite dan batu pasir. Batu gamping dan dolomite

yang berwarna gelap lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.

Radioaktif menengah

Arkosa, pelapukan granit, batu lanau, batu gamping lempunagn dan napal.

Batu yang berwarna gelap lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna

terang.

Radioaktif sangat tinggi

Serpih, batu lempung dan abu gunung api.


Radioaktif sangat Radioaktif rendah Radioaktif Radioaktif sangat
rendah (32,5 60 API) menengah tinggi
(0 32,5 API) (60 100 API) (>100 API)
AnhidritSalt BatupasirBatugamping ArkoseBatuan Batuan serpihAbu
Batubara Dolomit granit vulkanik
Lempungan bentonit
Pasiran
gamping
Tabel 1. Karakteristik Respon Sinar Gamma

Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas litologi adalah

dengan cara mengambil sepertiga antara respon maksimal dan respon minimal.

Cara ini merupakan aturan yang ditara-ratakan untuk mendapat ketelitian batas

litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk lapisan batubara yang tidak

banyak mengandung lapisan pemisah (parting) di dalamnya.

Suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkorelasi respon

gamma dari beberapa lubang bor adalah panjang probe selama pengukuran harus

tetap dan kecepatan penaikan probe ari dalam lubang harus tetap. Selain itu perlu

pula ditinjau pengarh chasing walaupun kecil akan tetap ada.

Sebelum bekerja dengan alat pngukur radiasi gamma harus diadakan

kalibrasi alat tersebut terhadap sumber radiasi sinar gamma yang telah diketahui

dan pembacaannya disesuaikan dengan selang waktu ynag sesuai. Apabila selang

waktu tersebut terlalu cepat respon cenderung menjadi rata dan kurang peka

terhadap perubahan litologi yang kecil. Sebaliknya apabila selang waktu tersebut

terlalu lambat perbedaan yang kecil terekam pada respon sehingga perbedaan

besar sukar terlihat.

a. Log Densitas
Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri explorasi minyak

sebagai alat bantu interpretasi porositas. Kemudian dalam explorasi batubara

malah dikembangkan menjadi unsur utama dalam identifikasi ketebalan bahkan

qualitas seam batubara. Dimana rapat masa batubara sangat khas yang hampir

hanya setengah kali rapat masa batuan lain pada umumnya. Lebih extrem lagi

dalam aplikasinya pada idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir

linier dengan kandungan abu sehingga pemakaian log ini akan memberikan

gambaran khas bagi tiap daerah dengan karakteristik lingkungan pengendapannya.

Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan dengan mengukur sinar g

yang ditembakan dari sumber melewati dan dipantulkan formasi batuan kemudian

direkam kembali oleh dua detector yang ditempatkan dalam satu probe dengan

jarak satu sama lain diatur sedemikan rupa. Kedua detector short dan long

space diamankan dari pengaruh sinar g yang datang langsung dari sumber radiasi.

Sehingga yang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang telah melewati

formasi saja. Dalam hal ini efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan

dalam efek pemendaran Compton.

Sinar gamma dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan dengan

elektron di dalam lapisan tanah dan energi sinar gamma akan hilang kepada

elektron untuk setiap tumbukan (efek compton). Densitas elektron di dalam

material sebanding dengan densitas curahan atau massa (bulk or mass density)

material.

Logging densitas dilakukan untuk mengukur densitas batuan disepanjang

lubang bor. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matriks batuan
dan fluida yang terdapat pada pori. Prinsip kerja alatnya adalah dengan emisi

sumber radioaktif. Semakin padat batuan semakin sulit sinar radioaktif tersebut

ter-emisi dan semakin sedikit emisi radioaktif yang terhitung oleh penerima

(counter).

Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh

lubang bor sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya density

juga dipengaruhi oleh kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang

variatif, dimana semakin kompak batuan maka porositas batuan tersebut akan

semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga porositasnya mendekati

harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik. Log density adalah

kurva yang menunjukkan besarnya densitas bulk density (rb) dari batuan yang

ditembus oleh lubang bor. Log densitas digunakan untuk mengukur densitas semu

formasi menggunakan sumber radioaktif yang ditembakkan ke formasi dengan

sinar gamma yang tinggi dan mengukur jumlah sinar gamma rendah yang kembali

ke detektor.

Karakteristik masing-masing batuan pada log densitas adalah sebagai

berikut:

Batubara mempunyai densitas yang rendah (1,20-1,80 gr/cc)

Konglomerat mempunyai densitas menegah (2,25 gr/cc)

Mudstone, batupasir, batugamping mempunyai densitas menengah sampai

tinggi (2,65-2,71 gr/cc)


Batuan vulkanik basa dan batuan vulkanik non basa mempunyai densitas

tinggi (2,7 2,85 gr/cc)

Jenis batuan Rapat massa Rapat massa saat


sebenarnya (gr/cc) logging (gr/cc)

Sandstone 2,650 2,684


Limestone 2,710 2,710
Dolomites 2,870 2,876
Anhidrid 2,960 2,977
Antrasite coal 1,400-1,800 1,355-1,796
Bituminous coal 1,200-1,500 1,173-1,514

Tabel 2. Nilai Rapat Massa Batuan


BAB III
PROSEDUR KERJA
Di dalam melaksankan praktikum ini memiliki beberapa tahap atau prosedur kerja

yaitu :
1. Tahap Persiapan
Didalam tahapan ini praktikan menempel semua problem set beruba

Data Log, Sehingga Data Log dapat terlihat keseluruhan.


2. Tahap Analisis
Dalam tahapan praktikan menganalis data log yaitu log SP, log

Gamma ray , Log Resistivity, dan log density Dikerja secara berurut :
a. Log SP dan Log Gamma ray
Membedakan lapisan Impermeable dan permeable dengan

melihat nilainya. Pertama tambah nilai tertinggi dan terendah

kemudian dibagi 2. Hasil nya merupakan titik tengah sebagai

acuan. Data yang lebih rendah dari titik acuan berarti

permeabilitasnya baik, begitupun sebaliknya. Buat kan sekuen

untuk lapisan permebilitasnya baik dan mempunyai ketebalan

yang lumayan besar yang di interpertasikan sebagai lapisan

prospek, kemudiann berikan batas, kemudian berikan nama

setia lapisan sebagai sekuen I, sekuen II, dan seterusnya.


b. Log Resisitvity
Ditahap ini perhatiakan sekuen-sekuen tadi kemudian

perhatikan grafik SFL-Resistivty dan Deep Induction

Resistivity. Perhatikan perubahan kenaikan nilai dari keduanya,

kemudian tandai yang cross. Tandai semua yang saling cross di

setiap sekuen.
c. Log density
Ditahap ini area yang di tandai karna mengalami cross di

perpanjang ke log density, tandai daerahnya kemudian


perhatikan grafik nilai dari neutron porosity dan bulk density.

Perhatikan grafik density log, grafik yang cross menandakan

mengandung hidrokarbon.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini dilakukan interpertasi data log untuk menganalisa


prospek hidrokarbon dari suatu lapisan. Untuk menganalisa prospek hidrokarbon
tentunya harus di ketahui jenis litologi dari suatu lapisan.dalam penentuan litologi
digunakan data log gamma ray dan spontaneus potential, dengan menghubungkan
nilai kedua log kita dapat menginterpertasikan jenis litologi. Sedangkan dalam
penentuan resistivitas digunakan data nilai log SFL Resistivity dan Deep
Induction Resistivity, yang terakhir untuk menentukan ada atau tidaknya
kandungan hidrokarbon dengan analisis density menggunakan nilai log Neutron
Porosity dan Bulk De.
Dalam interpertasi log SP dan Gamma ray di dapatkan jenis litologi, yang
terbagi 2 yaitu litologi batulempung dan batupasir. Batupasir mempunyai nilai
gamma yang relatif rendah terhadap nilai median dan batulempung sebaliknya.
Batupasir merupakan batuan yang mempunyai permeabilitas yang baik sehingga
prospek untuk hidrokarbon. Satu lapisan batupasir di sebut sekuen.
A. Sekuen I
Sekuen ini berada di kedalaman 6220 6360m, dengan nilai resistivity
yang tinggi pada grafik log SFL Resistivity dan Deep Induction
Resistivity pada kedalaman 6300 6340 m, sedangkan hasil dari analisis
density dengan melihat cross dari log neutron dan bulk didapatkan lapisan
prospek hidrokarbon pada kedalaman 6310 - 6330 m.
B. Sekuen II
Sekuen ini berada di kedalaman 6490 6680m, dengan nilai resistivity
yang tinggi pada grafik log SFL Resistivity dan Deep Induction
Resistivity pada kedalaman 6540 6570 m sedangkan hasil dari analisis
density dengan melihat cross dari log neutron dan bulk didapatkan lapisan
prospek hidrokarbon pada kedalaman 6540 - 6550 m.
C. Sekuen III
Sekuen ini berada di kedalaman 7180 280m, dengan nilai resistivity
yang tinggi pada grafik log SFL Resistivity dan Deep Induction
Resistivity pada kedalaman 7260 7270 m sedangkan hasil dari analisis
density dengan melihat cross dari log neutron dan bulk didapatkan lapisan
prospek hidrokarbon pada kedalaman 7260 7270 m.
D. Sekuen IV
Sekuen ini berada di kedalaman 7530 7750m, dengan nilai resistivity
yang tinggi pada grafik log SFL Resistivity dan Deep Induction
Resistivity pada kedalaman 7550 7680 m sedangkan hasil dari analisis
density dengan melihat cross dari log neutron dan bulk didapatkan lapisan
prospek hidrokarbon pada kedalaman 7660 7670 m.
Dari hasil interpertasi sekuen di dapatkan tebal lapisan hidrokarbon setiap
sekuen ialah sebagai berikut, sekuen I dengan tebal 20 m, sekuen II dengan tebal
10 m, sekuen III dengan tebal 10 m, sekuen IV dengan tebal 100 m.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan yaitu :
a. Jenis litologi yang prospek akan kandungan Hidrokarbon ialah

Batupasir.
b. Pada Sekuen I Lapisan Hidrokarbon terletak pada kedalaman 6310 -

6330 m, sekuen II Lapisan Hidrokarbon terletak pada kedalaman 6540

- 6550 m , Sekuen III Lapisan Hidrokarbon terletak pada kedalaman

7260 7270 m, dan Sekuen IV Lapisan Hidrokarbon terletak pada

kedalaman 7660 7670 m


5.2 Saran
Tegaslah kepada orang-orang yang tidak tepat waktu, berhijrah dari

keterlambatan menuju ketepatan pada waktu. Untuk membangun generasi Displin

dalam waktu, bukan generasi tumbuh dan besar dengan toleransi.

DAFTAR PUSTAKA

Bateman, R.M., 1985, Open-hole Log Analysis & Formation Evaluation,


International Human Resources Development Corporation, Boston.

Darling, T, 2005, Well Logging and Formation Evaluation, Gulf Freeway, Texas.

Ellis, D. V. & Singer, J. M., 2008, Well Logging for Earth Scientist 2nd Edition,
Springer, Netherlands.

Harsono, A, 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield


Services, Jakarta.
Rider, M, 1996, The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition, Interprint
Ltd, Malta.

Schlumberger, 1989, Log Interpretation Principles/Aplication, Schlumberger


Educational Services, Texas.

Anda mungkin juga menyukai