Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN PENYAMBUTAN MAHASISWA GEOLOGI UNHAS

Telaah Kritis Prosesi Penyambutan Mahasiswa Baru

Himpunan Mahasiswa Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Roda perputaran kehidupan kampus terus bergulir. Berbagai peristiwa silih


berganti secara terus menerus dan pasti. Salah satunya adalah penerimaan
mahasiswa baru 2008. Fenomena tahunan ini jelas harus disikapi oleh berbagai
pihak, baik birokrat maupun pengurus organisasi kemahasiswaan. Khusus untuk
organisasi kemahasiswaan mahasiswa baru 2008 mau tidak mau harus disiapkan
sebagai calon penerus estafet lembaga ke depan. Karena dua atau tiga tahun ke
depan merekalah yang akan menduduki pucuk pimpinan yang ada pada lembaga
kemahasiswaan, tak terkecuali Himpunan Mahasiswa Geologi.

Namun formalisasi menjadi anggota HMG FT UH jelas harus menempuh


alur pengkaderan tertentu, sebagai cerminan profesionalisme kelembagaan. Oleh
warga geologi prosesi pengkaderan awal lebih dikenal dengan istilah
penyambutan.

Seiring dengan bergantinya rezim birokrat kampus, pendalaman fakta kekinian,


dan resakralisasi visi dan misi HMG FT UH, maka format penyambutan setahun
yang lalu belum tentu cocok untuk diterapkan pada masa sekarang. Olehnya itu
konsep penyambutan harus terus diperbarui seiring perubahan kebutuhan. Untuk
itulah perlu adanya pengkajian mengenai format penyambutan yang ideal (dalam
hal ini difasilitasi oleh biro kajian strategis HMG FT UH).
Ada beberapa hal yang perlu dikaji dan dijadikan titik acuan untuk
merancang format penyambutan mahasiswa baru. Point tersebut antara lain :

1. Kepedulian Warga HMG FT UH Kepada Penyambutan

Sebelum menentukan tingkat kepedulian warga terhadap prosesi


penyambutan, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan parameter
seorang warga dikatakan peduli terhadap penyambutan. Dari biro kastra sendiri
telah menentukan standar peduli adalah apabila warga tersebut aktif dalam setiap
proses yang dilakukan dalam penyelenggaraan penyambutan. Mulai dari persiapan
sampai hari H. Jadi kuantitas warga yang terlibat aktif dalam penyambutan pada
hari H, sangatlah tidak representative jika hanya hal tersebut yang dijadikan
parameter. Karena bisa jadi kehadiran warga pada hari H, hanya karena memiliki
antusiasme yang besar terhadap prosesi penyambutan. Sementara esensi dari
antusiasme dan kepedulian sangatlah berbeda.

Lalu bagaimana dengan proses penyambutan yang telah lalu? Ternyata jika
kita melihat kondisi global masih sangat jauh dari harapan. Contoh konkrit adalah
rapat sc dan oc yang selalu minim peserta. Atau berbagai aktifitas persiapan
penyambutan yang masih mengadopsi politik dagang sate.

Merujuk pada parameter dan fakta diatas, maka hasil kajian kami sampai
pada sebuah kesimpulan bahwa warga geologi sebagian besar masih belum peduli
terhadap prosesi penyambutan.

Penyebab dari semua ini adalah pendekatan yang terlalu lunak (sangat
persuasive). Jadi pendekatan dengan menggunakan sedikit pemaksaan tampaknya
masih harus dilakukan. Namun perlu diingat metode ini hanya cocok diterapkan
kepada kader-kader baru (angkatan 2007). Untuk angkatan selain itu cara ini tidak
kami anjurkan karena berpotensi melahirkan sikap anti pati terhadap himpunan itu
sendiri.

Solusi praktis yang harus dilakukan nantinya adalah mencari model-model


pendekatan yang lebih efektif (khususnya untuk angkatan 2006 ke atas). Misalnya
dengan tidak hanya menggunakan pendekatan kelembagaan namun dapat
menggunakan pendekatan personal dan emosional.

Solusi strategis adalah membangun sejak dini (semenjak pengkaderan


awal) kesedaran pemikiran dan rasa memiliki terhadap himpunannya. Karena
selama ini pola pengkaderan yang bertujuan menggalang massa masih dilakukan
dengan tekanan dan pemaksaan. Pola ini akhirnya terbawa-bawa sampai pada
kehidupan diluar prosesi penyambutan.

2. Format Pengkaderan Ideal, Seperti Apa?


Untuk sampai pada sebuah format pengkaderan yang ideal, jelas harus
melalui pengkajian yang lebih mendalam dan sistematis dengan pengadaan data-
data yang mencukupi. Namun dari hasil analisis biro kajian strategis telah
menghasilkan gambaran umum format ideal yang dapat dirancang untuk
penyambutan mahasiswa baru 2008.

Dari beberapa sumber diperoleh bahwa dalam penyususnan konsep


penyambutan mahasiswa baru, pihak kenseptor terkendala pada pilihan untuk
mengorientasikan pengkaderan pada pendidikan/akademik ataukah kelembagaan.

Idealnya format pengkaderan harus mampu menyeimbangkan antara aspek


akademik dan kelembagaan. Jika hal ini dirasa sangat sulit dan harus memilih
salah satu opsi, maka kami dari biro kajian strategis merekomendasikan untuk
memilih kelembagaan sebagai orientasi pengkaderan mahasiswa baru 2008.

Alasannya karena aspek akademik yang sering diistilahkan sebagai hard


skill- dapat mereka peroleh di bangku kuliah. Dan sebagian waktu mereka
habiskan untuk bergelut dalam bidang pendidikan. Sementara kemampuan yang
berkaitan dengan konsep manajerial, pengelolaan potensi diri, kemampuan
retorika yang sering diistilahkan soft skill- tidak mereka dapatkan di bangku
perkuliahan. Disinilah himpunan berbperan untuk mengisi kekosongan tersebut
tanpa mengabaikan sama sekali dunia akademik. Karena bagaimana pun HMG
adalah organisasi yang kental dengan disiplin ilmu tertentu.

Selain itu penyebab pengkaderan mengalami bias orientasi yang


berimplikasi pada tidak jelasnya konsep pengkaderan disebabkan oleh tidak
adanya gambaran baku dan jelas mengenai sosok ideal kader yang ingin kita
capai. Oleh karena itu pihak konseptor harus mempunyai gambaran sosok kader
yang ideal dan parameter yang jelas sehingga sehingga seorang mahasiswa baru
mumpuni untuk dikatakan sebagai kader geologi yang ideal. Hal ini penting untuk
mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pengkaderan ditinjau dari kualitas kader
yang dihasilkan.

Kami dari biro kastra merekomendasikan parameter kader ideal adalah


ketika seorang kader unggul dalam akademik, ditunjukkan dengan pencapaian
prestasi akademik yang memuaskan dan mampu menujukkan idealisme sebagai
seorang mahasiswa. Yang salah satunya ditunjukkan dengan memiliki kepekaan,
nalar kritis, dan mampu memberikan solusi terhadap berbagai macam
problematika masyarakat. Sehingga tercipata kader geologi yang tidak hanya
mampu berbicara pada ranah disiplin ilmunya semata, namun memiliki wawasan
luas sehingga mampu menyikapi kondisi social yang terjadi.

3. Pola Pengkaderan Yang Kurang Menyentuh Perasaan

Disadari atau tidak pola pengkaderan yang ada sekarang sangat kurang
dari nilai-nilai yang dapat menyentuh perasaan yang akhirnya dapat mengobarkan
semangat kader untuk bergerak dan berkarya. Adalah sebuah konsekuensi logis
ketika seseorang telah merasa nyaman pada kondisi tertentu maka nalurinya untuk
mau menggagas suatu perubahan akan mati. Oleh karena itu kader baru harus
dibuat untuk tidak merasa nyaman dengan sistem kehidupan yang ada.
Harapannya ketika mereka telah merasakan bahwa kondisi sekarang adalah
kondisi yang tidak ideal, maka suatu hal yang pasti mereka akan bergerak dan
berkaya dengan menjadikan himpunan sebagai wadahnya.

Contoh : menggambarkan kondisi konkrit bangsa saat ini, yang walupun


kaya raya tetapi banyak rakyatnya yang mati kelaparan. Atau dengan menyentuh
perasaan mereka dengan mengambarkan kemegahan kampus tempat mereka
berpijak saat ini adalah berasal dari hasil keringat masyarakat kecil yang dipaksa
untuk membayar pajak negara dan ironisnya pajak tersebut dikorupsi oleh para
agen-agen kapitalis yang duduk sebagai pejabat teras negara. Atau jika ingin fakta
yang menyentuh bidang keilmuan geologi, bisa dengan memaparkan konspirasi
perampokan kekayaan alam Indonesia (misalnya kasus Freeport).

4. Kelebihan dan Kekurangan Pengkaderan Selama Ini


4.1. Pengkaderan 2005
Kekurangan :
Kader jenuh dengan pola yang monoton. Misalnya format kader inap yang
sangat menjenuhkan.
Waktu pengkaderan terlalu lama.
Follow up tidak jelas
Kelebihan :
Banyak ilmu yang didapat.
4.2. Pengkaderan 2006
Kekurangan :
Sistematika materi tidak jelas dan tidak proporsonal. Misalnya idealnya
materi diawali dengan pengenalan jati diri seorang mahasiswa.
Masih ada pendekatan yang berbau intimidasi (pemaksaan).
Kelebihan :
Tindakan fisik kurang.
4.3 Pengkaderan 2007
Kekurangan :
Meteri seputar kegeologian masih kurang kuantitasnya.
Kelebihan :
Pola pendidikan yang diterapkan sudah bagus.
Metode menanamkan kekompakan pun sudah bagus.

Dari beberapa pemaparan diatas maka biro kastra merokomendasikan sebuah


format pengkaderan yang mampu menciptakan transformasi berpikir dari
pemikiran yang masih keremajaan menuju pemikiran yang lebih dewasa sebagai
seorang mahasiswa. Metode perubahan pemikiran adalah dengan membenturkan
pemikiran kader dengan pemikiran baru yang lebih argumentative.
Jadi pola pengkaderan yang cenderung masih menggunakan kontak fisik sebagai
sarana untuk memasukkan doktrin tampaknya harus mulai ditinggalkan. Karena
terbukti banyak pergerakan mahasiswa yang sama sekali tidak menggunakan
kontak fisik dalam pengkaderannya namun luaran kader yang dihasilkan adalah
kader-kader yang mau bergerak dan militansinya tak perlu diragukan. Inilah bukti
bahwa kekerasan fisik bukanlah factor penentu untuk terbentuknya kader-kader
yang tercerahkan pemikirannya.

Selain itu doktrin-doktrin tidak mendidik seperti menganggap remeh


bahkan menghina fakultas/jurusan harus segera dibersihkan dari konsep
pengkaderan. Karena sebenarnya doktrin-doktrin seperti itu sangat kontra
produktif dengan usaha untuk menyatukan dan mengokohkan gerak organisasi.

5. Kurangnya Penanaman SQ (Spiritual Quotient)

Pengembangan intelektual dan emosional tanpa dibarengi dengan


pengembangan spiritual tidak akan menciptakan sosok kader ideal. Nilai SQ ini
masih sangat kurang mewarnai pengkaderan. Padahal SQ inilah yang akan
menjadi, filter terhadap doktrin-doktrin yang tidak benar sekaligus motivator yang
mampu mampu membangkitkan naluri gerak seseorang. Nilai SQ selalu
termarjinalkan dalam setiap momen pengkaderan. Oleh karena itu rekomendasi
kepada seluruh pihak yang akan berperan dalam penyususnan kosep pengkaderan
yang mampu meningkatkan kualitas SQ diantara para kader.

Jangan pernah ada pendikotomian bahwa pembinaan SQ hanya dilakukan


pada pesantren kilat atau kebaktian mingguan saja, namun mulai sekarang jika
menginginkan himpunan dihuni oleh sosok pemimpin yang kredibel, maka
pembinaan SQ merupakan esensi wajib yang harus ada dalam setiap prosesi
pengkadera.

Demikianlah hasil analisis dari Biro Kastra HMG FT UH terkait usulan


penyusunan konsep prosesi penerimaan mahasiswa baru. Semoga hasil kajian ini
dapatmemberikan konstribusi positif dan mempercepat gerak HMG FT UH untuk
sampai pada puncak kejayaannya. Segala kebenaran yang terdapat dalam kajian
ini adalah mutlak berasal dari Allah swt Tuhan yang Maha Tahu, dan jika terdapat
kekeliruan didalamnya murni bersumber dari kekhilafan kami sebagai manusia
biasa.

Makassar, 4 September 2008

Biro Kajian Strategis HMG FT UH


http://altar-kemuliaan.blogspot.co.id/2008/10/sindiran-untuk-mahasiswa.html

Anda mungkin juga menyukai