Anda di halaman 1dari 10

Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut

sebagai cacing gilig/ benang karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang.
Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes
sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki
rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata. CIRI-CIRI:
Habitat: Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Struktur dan Fungsi Tubuh: Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya mikroskopis,
meskipun ada yang panjangnya sampai 1 meter. Individu betina berukuran lebih besar
daripada individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-
ujung yang meruncing. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi oleh Kutikula. Kutikula
itu sendiri berfungsi sebagai pelindung Nemathelminthes dalam menghadapi enzim-enzim
pencernaan di dalam tubuh inangnya. Kutikula ini lebih kuat pada cacing parasit yang hidup
di inang daripada yang hidup bebas. Nemathelminthes sudah memiliki alat pencernaan yang
lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut nemathelminthes berada di bagian
depan (anterior), sedangkan anus berada di ujung belakang (posterior). Beberapa
Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya. Nemathelminthes tidak memiliki sistem
peredaran darah, tetapi cacing ini mempunyai cairan yang fungsinya menyerupai darah yaitu
pseudoselom, jadi sari-sari makanan diedarkan melalui cairan pada pseudoselom.
Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi. Jadi dia bernafas secara difusi melalui
permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda.
Cara Hidup: Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik,
sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh
inangnya. Nemathelminthes yang hidup bebas terdapat di tanah becek di dasar perairan tawar
atau laut. Sedangkan Nemathelminthes yang hidup parasit hidup di dalam tubuh makhluk
hidup. Reproduksi: Nemathelminthes melakukan reproduksi secara seksual yang bersifat
gonokoris. Gonokoris yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah di individu yang
berbeda. Proses pembuahan (fertilisasi) terjadi secara internal. Fertilisasi dapat menghasilkan
lebih dari seratus ribu telur per hari. Telur dapat membentuk kista. Kista ini dapat bertahan
hidup di tempat yang tidak menguntungkan. Klasifikasi: Nemathelminthes dibagi menjadi
dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora. Berikut pembagian kelas Nemathelminthes
yang hidup parasit pada manusia: Ascaris lumbricoides (cacing perut), Cacing ini hidup di
dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut. Ascaris lumbricoides
merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hermafrodit.
Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan
memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula
berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-
anak.Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar telur
ascaris. Cacing Tambang, Cacing jenis ini ada dua macam yaitu Ancylostoma duodenale
(terdapat di daerah tropika Asia dan Afrika) dan Necator americanus (terdapat di daerah
tropika Amerika), Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan
daerah tropis. Cacing tambang dapat hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan
tubuh pada usus halus manusia. Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari
cacing perut. Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk
kapsul mulut dengan 1-4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya. Kait kitin berfungsi
untuk menempel pada usus inangnnya. Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat
bursa kopulasi. Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat
kawin. Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat didekat bagian
tengah tubuhnya. Oxyuris vermicularis (cacing kremi), Cacing ini disebut cacing kremi
karena ukurannya yang sangat kecil. sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus
besar manusia.Cacing kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup
mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan
bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini. Pengulangan daur infeksi
cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita sendiri.Cacing ini bertelur
pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal. Jika penderita sering menggaruk pada
bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi
kembali. Trichinella spiralis, Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan penyakit
trikhinosis atau kerusakan otot.Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan daging
yang tidak dimasak dengan baik. Wuchereria bancrofti (cacing rambut), Cacing rambut
dinamakan pula cacing filaria.Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini
menyebabkan penyakit kaki gajah (elefantiasis), yaitu pembengkakan tubuh. Pembengkakan
terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria
dalam jumlah banyak. Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex
yang banyak terdapat di daerah tropis. Kelas nematophora, tubuh dilapisi kutikula polos dan
tidak bercincin. larvanya hifup parasit pada tubuh manusia atau arthropoda, dan setelah
dewasa cacing tersebut hidup bebas di air tawar dan laut, contoh cacing yang termasuk kelas
ini adalah Gordius sp. dan Nectonema sp. Sumber:
http://alvyanto.blogspot.com/2012/11/phylum-nemathelminthes.html#ixzz3nt8VKnTM

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh - Nemathelminthes berasal dari bahasa


Latin nema (benang) dan helminthes (cacing). Cacing ini sering disebut sebagai cacing
benang. Hidup sebagai endoparasit pada hewan, tumbuh-tumbuhan, atau hidup bebas di
dalam air dan tanah. Tubuhnya bilateral simetris dan mempunyai tiga lapisan sel. Tubuh
tertutup lapisan kutikula, sehingga tahan terhadap pengaruh lingkungan luar. Organ
pencernaan makanan lengkap, memanjang dari mulut di ujung anterior hingga anus di ujung
posterior. Sistem sarafnya berupa cincin saraf yang mengelilingi esofagus yang dihubungkan
6 serabut ke bagian anterior dan posterior. (Baca juga : Invertebrata)

Berkembangbiak secara kawin, dan berkelamin terpisah (dioceous). Cacing jantan berukuran
lebih kecil daripada cacing betina dan ujung ekor cacing jantan bengkok. Fertilisasi
berlangsung secara internal. Tubuh cacing ini tidak mempunyai sistem peredaran darah
tetapi mempunyai cairan tubuh.

Filum Nemathelminthes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Kelas Nematoda dan Kelas
Nematomorpha. Berikut uraian tentang kedua kelas tersebut.

a. Kelas Nematoda

Nematoda merupakan cacing benang berwarna putih atau putih pucat. Ukuran tubuhnya kecil
dan ada yang hanya beberapa milimeter. Tubuhnya dilindungi kutikula, licin atau bergaris-
garis sirkuler dengan 4 garis memanjang. Contoh cacing anggota kelas ini adalah
Ascaris lumbricoides dan Wuchereria brancofti.

1) Ascaris lumbricoides
Cacing ini sering juga disebut sebagai cacing perut atau cacing gelang. Panjang tubuhnya bisa
mencapai 49 cm, hidup parasit di usus halus manusia, menyebabkan penyakit cacingan.
Di dalam usus, cacing ini membentuk enzim yang menghambat produksi enzim pencernaan.
Untuk melindungi dirinya dari getah pencernaan manusia, permukaan tubuh cacing tersebut
licin dan tertutup lapisan kutikula. Secara morfologi, cacing jantan lebih lebih kecil daripada
cacing betina. Perhatikan Gambar 1.

Gambar 1. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) (Wikimedia Commons)


2) Wuchereria brancofti

Cacing ini merupakan penyebab penyakit filariasis atau elephantiasis (kaki gajah). Di dalam
tubuh manusia, cacing tersebut menyumbat pembuluh limfa (getah bening),
sehingga mengakibatkan pembengkakan tubuh terutama pada kaki sehingga membesar. Oleh
karena itu disebut kaki gajah.

W. brancofti merupakan cacing berukuran kecil dan keras, hidup di dalam pembuluh getah
bening (limfa) manusia ketika dewasa. Larva cacing ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk Culex sp. yang membawa larva mikrofilaria. Di dalam tubuh
manusia, larva tersebut tumbuh pada jaringan tubuh terutama di bagian kaki dan skrotum.
Perhatikan Gambar 2.
Gambar 2. Siklus hidup Wucheria brancofi
b. Kelas Nematophora

Tubuh Nematophora dilapisi kutikula yang polos dan tidak bercincin. Larvanya hidup parasit
pada tubuh manusia atau arthropoda, dan setelah dewasa cacing tersebut hidup bebas di air
tawar dan laut. Contoh cacing yang termasuk anggota kelas ini adalah Gordius sp. dan
Nectonema sp.

Anda sekarang sudah mengetahui Filum Nemathelmintes. Terima kasih anda sudah
berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Ascaris Lumbricoides

Published on 12 September 2014 by Candra Wiguna

Ascaris lumbricoides adalah salah satu jenis cacing nematoda intestinalis dengan ukuran
terbesar yang menginfeksi manusia. Penyakit yang disebabkan cacing ini disebut askariasis.
Parasit ini bersifat kosmopolit, yaitu tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis
dengan kelembaban cukup tinggi.

Morfologi Ascaris Lumbricoides

Cacing Ascaris lumbricoides mempunyai bentuk tubuh silindris dengan ujung anterior lancip.
Bagian anteriornya dilengkapi tiga bibir (triplet) yang tumbuh dengan sempurna. Cacing
betina panjangnya 20-35 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya 15-31 cm. Pada cacing
jantan, ujung posteriornya lancip dan melengkung ke arah ventral dan dilengkapi pepil kecil
serta dua buah spekulum berukuran 2 mm. Cacing betina posteriornya membulat dan lurus,
dan sepertiga bagian anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi, tubuhnya berwarna putih
sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh lapisan kutikula bergaris halus.

Telur cacing ini memiliki empat bentuk, yaitu tipe dibuahi (fertrilized), tidak dibuahi
(afertilized), matang, dan dekortikasi. Telur yang dibuahi berukuran 60 x 45 mikron dengan
dua lapis dinding tebal. Lapisan luar terdiri dari jaringan albuminoid, sedangkan lapisan
dalam jernih. Isi telur berupa massa sel telur. Sel telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong
dan lebih panjang daripada tipe yang dibuahi ukurannya 90 x 40 mikron, dengan dinding luar
yang lebih tipis. Isi telur berupa massa granula refraktil. Telur matang berisi larva (embrio),
tipe ini menjadi infelatif setelah berada di tanah 3 minggu. Telur yang dekortikasi tidak
dibuahi, namun lapisan luar yaitu albuminoid sudah hilang.

Daur Hidup Ascaris Lumbricoides

Cacing betina menghasilkan 200 ribu butir per hari. Telur Ascaris lumbricoides berkembang
dengan baik pada tanah liat dengan kelembaban tinggi pada suhu 25-30 C. Pada kondisi ini,
telur tumbuh menjadi bentuk infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu. Telur
yang infektif bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus halus. Larva
menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limpa, kemudian terbawa
oleh darah sampai ke jantung dan menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding
alveolus dan masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea. Dari trakea larva menuju ke faring
dan menimbulkan iritasi. Penderita akan batuk karena rangsangan larva ini. Larva di faring
tertelan dan terbawa ke esofagus, sampai di usus halus, dan menjadi dewasa. Dari telur
matang yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 2
bulan.

TAXONOMI
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Ascaridida
Super famili : Ascaridoidea
Famili : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (lineus : 1758)
(Jeffry HC dan Leach RM, 1983)

MORFOLOGI
Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil, infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 75 mikron
x 35 50 mikron. Telur Ascaris lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya
yang relatif tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun
atas tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk
telur )
c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel
telurnya.
Telur cacing ini sering ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur yang
infertile (tidak dibuahi). Telur fertil yang belum berkembang biasanya tidak memiliki rongga
udara, tetapi yang telah mengalami perkembangan akan didapatkan rongga udara. Pada telur
fertile yang telah mengalami pematangan kadangkala mengalami pengelupasan dinding telur
yang paling luar sehingga penampakan telurny tidak lagi berbenjol-benjol kasar melainkan
tampak halus. Telur yang telah mengalami pengelupasan pada lapisan albuminoidnya tersebut
sering dikatakan telah mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini lapisan hialin menjadi
lapisan yang paling luar.
Telur infertil; bentuknya lebih lonjong, ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang mati
sehingga tampak lebih transparan.
Pada stadium dewasa, cacing spesies ini dapat dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis
betina memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan jantan. Pada bagian kepala
(anterior) terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae, satu pada mediodorsal dan 2
buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut terdapat bucal cavity yang berbentuk
trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis kelamin jantan memiliki ukuran panjang
berkisar antara 10 30 cm sedangkan diameternya antara 2 4 mm. Pada bagian posterior
ekornya melingkar ke arah ventral dan memiliki 2 buah spikula. Sedangkan jenis kelamin
betina panjang badannya berkisar antara 20 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 6 mm.
Bagian ekornya relatif lurus dan runcing.

SIKLUS HIDUP
Bentuk infektif bila tertelan oleh manusia dengan menetas diusus halus. Larvanya akan
menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke
jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru, larva yang ada di paru menembus dinding
pembuluh darah, lalu dinding alveolus masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea
melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga akan
menimbulkan rangsangan pada faring. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan
dan di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan
perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur cacing akan bercampur
dengan faeces manusia. Pada saat buang air besar telur keluar bersama faeces dan berada di
alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur matang tertelan kembali oleh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi telur. Satu putaran siklus hidup Ascaris lumbricoides akan
berlangsung kurang lebih selama dua bulan.

EPIDEMIOLOGI
Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 200.000 butir sehari, terdiri dari telur
yang dibuahi dan yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai maka telur yang dibuahi
akan berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Spesies ini dapat ditemukan hampir diseluruh dunia, terutama didaerah tropis dengan suhu
panas dan sanitasi lingkungan jelek. Semua umur dapat terinfeksi jenis cacing ini. Anak kecil
yang sering bermain dengan tanah akan berpeluang besar untuk terkontaminasi oleh telur
cacing, mengingat telur cacing ini mengalami pematangan di tanah. Dengan demikian perlu
diperhatikan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan sekitar tempat bermain anak.

DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa pasti untuk Ascariasis dengan cara menemukan telur atau cacing dewasa pada
faeces yang dapat diperiksa secara langsung maupun konsentrasi.
Gejala Askariasis

Patogenesisnya berhubungan erat dengan respon umum hospes, efek migrasi larva, efek
mekanik cacing dewasa, dan defisiensi gizi. Jika larva mengalami siklus dalam jumlah
besar,dapat menimbulkan pneumonitis. Jika larva menembus jaringan dan masuk ke dalam
alveoli, dapat mengakibatkan kerusakan epitel bronkus. Apabila terjadi reinfeksi dan migrasi
larva ulang, walaupun jumlah larva sedikit, tetap dapat menimbulkan reaksi jaringan yang
hebat yang terjadi di hati dan paru-paru disertai infiltrasi eosinofil, makrofag, dan sel-sel
epitel. Keadaan ini disebut pneumonitis ascaris. Selanjutnya timbul reaksi alergi seperti batuk
kering, dan demam (39,9oC 40oC).

Cacing dewasa yang ditemukan dalam jumlah besar (hiperinfeksi) dapat mengakibatkan
kekurangan gizi pada anak-anak. Cairan tubuh cacing dewasa dapat menimbulkan reaksi
toksik sehingga terjadi gejala mirip demam tifoid yang disertai alergi seperti urtikaria, edema
pada wajah, konjungtivitis, dan iritasi alat pernafasan bagian atas.

Kadang-kadang cacing dewasa bermigrasi akibat adanya rangsangan dan menimbulkan


kelainan yang serius. Efek migrasi juga dapat menimbulkan obstruksi usus, masuk ke dalam
saluran empedu, saluran pankreas, dan organ-organ lainnya. Migrasi juga sering terjadi keluar
melalui anus, mulut, bahkan hidung.
Diagnosis Askariasis

Pada fase migrasi larva, diagnosis dapat dibuat dengan menemukan larva dalam spudium atau
bilas lambung. Selama fase intestinal, diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dan
cacing dewasa dalam tinja.

Epidemiologi Askariasis

Di Indonesia prevalensi askariasis termasuk cukup tinggi, terutama terjadi pada anak-anak.
Frekuensinya antara 60-90%.

Pencegahan Askariasis

1. Pencegahan Primer

Melakukan promosi kesehatan yaitu pendidikan kesehatan dan


penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan
hygiene pribadi seperti tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman,
sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci
terlebih dahulu dengan menggunakan sabun, sayuran segar (mentah)
yang akan dimakan sebagai lalapan, harus dicuci bersih dan disiram lagi
dengan air hangat karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah
selama bertahun-tahun. Juga peyuluhan tentang pentingnya buang air
besar di jamban, tidak di kali atau di kebun untuk menghindari
penyebaran dan penyakit ini.

Proteksi spesifik dengan melakukan pengobatan massal 6 bulan sekali di


daerah endemik atau di daerah yang rawan askariasis.

2. Pencegahan Sekunder

Deteksi dini terhadap orang yang mempunyai risiko terkena penyakit


askariasis ini.

Mengobati dengan tepat penderita askariasis

3. Pencegahan Tersier

Membatasi ketidakmampuan penderita askariasis dengan memberikan


pengobatan pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal, Mebendazol 500
mg dosis tunggal (sekali saja) atau 100 mg 2 x sehari selama tiga hari
berturut-turut, Albendazol 400 mg dosis tunggal (sekali saja), tetapi tidak
boleh digunakan selama hamil atau melakukan operasi pembedahan
apabila pengobatan secara oral sudah tidak memungkinkan lagi.

Ascaris Lumbricoides

Habitat : daerah tropis dan sub tropis ( lingkungan kurang bersih)

Horold W.Brown ( 1979) 900 jt frevalensi mencapai 80% terserang


Ascaris beberapa dunia mencapai 100%
Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Subkelas : Phasmida

Ordo : Rhabdidata

Subordo : Ascaridata

Family : Ascarididae

Genus : Ascaris

Spesies : Ascaris lumbricoides

Ascaris suum goeze

Ascaris texana Smith And Goeth ( 1904)

Morfologi :

Kepala 3 buah bibir , 1 dibagian mediodorsal , 2 di bagian laterol


ventral

Diantara bibir terdapat lubang mulut , dibagian posterior terdapat anus

Cacing dewasa panjang 15 31 cm dgn 2-4 mm

Cacing betina 20 35 cm dgn 3- 6 cm

Perbedaan cacing jantan dn bentina

Jantan : ujung ekor melengkung kearah ventral , mempunyai sepasang


spikula berbentuk sederhana dan silindris sebagai alat kopulasi
dengan ukuran panjang 2 3,5 mm & ujung meruncing

Betina : memiliki vulva yg letakkanya dibagian ventral . Vagina


bercabang membentuk pasangan saluran genital terdiri seminal
reseptakum , oviduk ,ovarium dan saluran berkelok kelok menuju
bagian posterior berisi 27 jt telur ( 200.000 / hr bertelur )

Telur tertelan ke Tubuh hospes ke Usus halus ke Mukosa usus


ke Menghisap darah
& jaringan usus ke Telur dikeluarkan ke Telur dikeluarkan Telur
dikeluarkan

bersama tinja ke kmbali lagi keTelur tertelan

Tubuh hospes

Diagnosa
1. Dilakukan pemeriksaan ada tdknya ascaris pd tinja manusia
2. Untuk mendiagnosa larvadalam paru dgn RO paru
3. memeriksakan dahak
4. pada anak-anak sulit untuk pemeriksaan dahak

Pencegahan

1. Cuci tangan sebelum makan ( oral )


2. Hindar makan sayuran mentah

Anda mungkin juga menyukai