Anda di halaman 1dari 58

1.1.

KONTRIBUSI PERTAMBANGAN UNTUK PERADABAN


Kegiatan pertambangan telah dimulai sejak keberadaan manusia
didunia ini. Demikian tuanya, sehingga pertambangan (yang dilakukan
denganmaksud untuk memanfaatkan sumberdaya mineral yang terdapat di
bumidemi kesejahteraan manusia) diyakini sebagai ikhtiar kedua yang
dilakukan manusia, setelah kegiatan pertanian / agrikultur.Tidak dapat
dipungkiri, bahwa acapkali era budaya (cultural ages ofman)diasosiasikan
dengan penemuan dan pemanfaatan mineral, antara lain:
zaman batu (stone age, sebelum 4000 SM),
zaman tembaga (Bronze age,4000 - 1500 SM),
zaman besi (Iron age 1500 SM - 1780),
zaman Baja(Steel age 1780 1945 M),
dan zaman nuklir (Nuclear age sejak 1945 M).
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pertambangan di suatu daerah
akanmemberikan dampak terhadap lingkungannya, baik dampak positif
maupunnegatif.

Kontribusi positif dari industri pertambangan antara lain :


1. Menambah pendapatan dan devisa negara
2. Dapat meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat daerah di sekitarnya
3. Membuka kesempatan kerja dan berusaha
4. Memberi kesempatan alih teknologi
5. Berperan sebagai pusat pengembangan wilayah (community & regional
development)

Disamping kontribusi positif di atas, industri pertambangan dapat pula


mengakibatkan dampak negatif, antara lain :
1. Mengubah morfologi dan fisiologi daerah tersebut (tata guna lahan)
2. Berpeluang merusak lingkungan, karena
a. Kesuburan tanah dapat berkurang / hilang

b. Mengurangi vegetasi, sehingga dapat menimbulkan kegundulan


hutan longsor dan erosi

c. Flora dan fauna rusak, sehingga ekologi juga rusak

d. Mencemari sungai

e. Polusi suara dan udara (debu dan kebisingan)

3.Dapat menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya di wilayah


setempat.Untuk itu, sebelum memulai kegiatan pertambangan, terlebih
dahulu harus dilakukan telaah untuk mendapatkan metoda penambangan
yang sesuai, menguntungkan dan berwawasan lingkungan.

1.2. PEMILIHAN METODA PENAMBANGAN


Pemilihan metoda penambangan didasarkan pada keuntunganterbesar yang
akan diperoleh, (note : pada awalnya pemilihan metode penambangan di
dasarkan pada letak endapan relatif terhadap permukaan dangkal atau
dalam), serta mempunyai perolehan tambang yang terbaik dengan
memperhatikan karakteristik unik di daerah yang akan ditambang (meliputi :
alamiah, geologi, lingkungan, dll).

(The cardinal rule or mine exploitation is to select a mining method


that best matches the unique characteristics (natural, geologic,
environmental, etc) ot the mineral deposit being mined, within the limits
imposed by safety, technology, and economics, to yield the lowest cost
and return the maximum profit.)

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penambangan


adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik spasial dari endapan
Faktor-faktor ini bisa jadi merupakan determinan terpenting, sebab sangat
mempengaruhi dalam pemilihan suatu daerah akan ditambang dengan
tambang terbuka atau bawah tanah, laju produksi, pemilihan metoda
penanganan material dan lay-out tambang dari cebakan.

a. Ukuran (dimensi : tebal dan penyebaran)


b. Bentuk (tabular, lentikular, massiv, atau irregular)
c. Attitude (inklinasi dan dip)
d. Kedalaman (nilai : rata-rata dan ekstrim, nisbah pengupasan-SR)

2. Kondisi Geologi dan Hidrogeologi


Karakteristik geologi dari mineral dan batuan induknya sangat
mempengaruhi pemilihan metoda penambangan, khususnya dalam
pemilihan antara metoda selektif atau tidak. Hidrologi mempengaruhi
sistem drainase dan pompa yang diperlukan. Sedangkan mineralogy
mempengaruhi cara pengolahan mineral.

a. Mineralogi dan petrografi (sulfida dan oksida)


b. Komposisi kimia dan kualitas (bahan tambang primer dan produk
samping by-product ; untuk batubara : CV, TM, Ash, S)
c. Struktur geologi (lipatan, patahan, diskontiniu, intrusi)
d. Bidang lemah (kekar, retakan, cleavage dalam endapan bijih /
cleats dalam batubara)
e. Keseragaman, alterasi, oksidasi, erosi (zona dan batas)
f. Air tanah dan hidrologi

3. Sifat-sifat Geoteknik (mekanika tanah dan batuan) untuk bijih dan batuan
sekelilingnya. Sifat mekanis dari material endapan dan batuan sekitarnya
merupakan faktor kunci dalam pemilihan peralatan pada tambang
terbuka (pada tambang bawah tanah hal ini berpengaruh pula pada kelas
metoda yang dipilih : unsupported, supported, atau caving)

a. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastis, nisbah Poisson, dll)


b. Perilaku elastik atau viskoelastik (flow, creep)
c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
d. Konsolidasi, kompaksi dan kompetensi
e. Sifat-sifat fisik lainnya (bobot isi - SG, voids, porositas, permeabilitas,
kandungan lengas - moisture content)

4. Konsiderasi Ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa
pengembalian dan keuntungan

a. Cadangan (tonase dan kadar / kualitas)


b. Laju produksi (produksi per satuan waktu)
c. Umur tambang
d. Produktivitas (produksi per satuan pekerja dan waktu, missal
ton/karyawan-shift)
e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang
cocok

5. Faktor Teknologi
a. Perolehan tambang (mine recovery)
b. Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih / batubara)
c. Ke-fleksibelitas-an metode dengan perubahan kondisi
d. Selektivitas metode untuk batubara dan waste
e. Konsentrasi atau dispersi dari pekerjaan
f. Modal, pekerja, dan intensitas mekanisasi
6. Faktor Lingkungan
a. Kontrol bawah tanah
b. Penurunan permukaan tanah (subsidence)
c. Kontrol atmosfir (kontrol kualitas, kontrol panas dan kelembaban, serta
untuk tambang bawah tanah : ventilasi,)
d. Kekuatan pekerja (pelatihan, recruitment , kondisi kesehatan dan
keselamatan kerja, kehidupan dan pemukiman)
Obyektif dasar di dalam pemilihan suatu metode penambangan
suatuendapan mineral tertentu adalah merancang suatu sistem eksploitasi
yang paling cocok di bawah suatu lingkungan yang aktual (Hamrin, 1982
dalam Hartman, 1987). Sering kali pengalaman memainkan peranan penting
dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi, pencapaian solusi optimal
biasanya difasilitasi dengan menggunakan evaluasi kuantitatif dan
kerekayasaan,mencakup teknik penelitian operasi (operation research),
ditambah dengan komputerisasi pemrosesan data dan informasi. Evaluasi
kerekayasaan dapat
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu :

Studi konseptual (conceptual study)


Studi kerekayasaan (engineering study)
Studi desain detail (detailed design study)

II.KLASIFIKASI METODE PENAMBANGAN DAN


PERBANDINGANNYA

2.1. KLASIFIKASI METODA PENAMBANGAN

Beberapa ahli tambang telah melakukan klasifikasi metoda penambangan


terbuka dan bawah tanah antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan
Clark (1964). Dasar dari pembagian metoda ini adalah beberapa kombinasi
subyektif dari spasial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa
skema saat ini dikenalkan lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem
tetapi menggunakan dasar pendekatan yang sama seperti Peele adalah
Morrison dan Russel (1973), Boshkov dan Wright (1973), Thomas (1978),
Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Secara garis besar, metode
penambangan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

1. Tambang terbuka (surface mining)


2. Tambang dalam / bawah tanah (underground mining)
3. Tambang bawah air (underwater mining / marine mine)

Tambang terbuka adalah metoda penambangan yang segala aktivitas


penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan
bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas.
Tambang bawah tanah adalah metoda penambangan yang segala kegiatan
atau aktivitasnya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya
tidak langsung berhubungan dengan udara luar. Tambang bawah air adalah
metoda penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah
permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak di bawah
permukaan air. Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta diaplikasikannya berbagai cara baru dalam usaha
mengambil bahan galian, saat ini yang diperlukan suatu klasifikasi metoda
penambangan yang mempunyai ciri (Hartman, 1987) :
1. Umum (dapat diaplikasikan pada tambang terbuka atau bawah tanah,
untuk semua komoditi tambang, batubara atau non batubara).
2. Meliputi metoda yang sedang berjalan dan metoda baru (novel) yang
sedang dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara keseluruhan.
3. Mengenali perbedaan kelas metoda yang besar dan biaya relatif. Kategori
yang digunakan oleh Hartman adalah :

- dapat diterima (acceptance): tradisional atau baru


- lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah tanah)
- kelas dan sub kelas
- metoda

Sebelum Hartman mengemukakan pendapatnya, telah ada beberapa


pembagian sistem penambangan menurut beberapa ahli, antara lain :
Menurut Robert S Lewis
Surface mining
Placer mining
Open cut mining
Underground mining
Stope Naturally Supported
- Open stoping
- Open stopes in small orebodies
- Sub level stoping
- Open stopes with pillar supports
- Casual pillar
- Room (or stope) and pillar (regular arrangement)
Stopes articially supported
- Shrinkage stoping
- With pillar
- Without pillar
- With subsequent waste filling
- Cut and fill stoping
- Stulled stopes in narrow veins
- Square set stoping
Caved stopes
- Caving (ore broken by induced caving)
- Block caving
- Sublevel caving
- Top slicing
Combination of supported and caved stopes
Menurut L J Thomas
Surface mining
Alluvial mining
Mineral sands mining
General open pit mining
Surface mining machinary
Open cut mining of bedded deposit
Open pit mining of massive deposit
Abandoned pit
Non-entry mining
Underground mining (pembagian sama dengan Robert S Lewis)

Menurut K A Sweet
Surface mining
Placer mining
- Panning and sluicing
- Hydraulicking
- Dredging
Open pit
- Single bench
- Multiple bench
- Strip mining
- Quarry mining
Glory hole
Underground Metalliferous
Self supported opening (natural)
- Open stope mining
- Isolated openings
- Sublevel stoping
- Longhole stoping
- Pillared open stopes
- Random pillars
- Regular pillars
Open Artificially supported stopes (supported openings)
- Shrinkage stoping (broken ore)
- Cut and fill (waste filled)
- Square set stoping
- Longwall mining
Caving methods (Stress relief)
- Caving (ore broken bay induces collapse)
- Sub level caving
- Block caving
- Top Slicing
Underground Coal Mines
Drift mine
Slop mine
Shaft mine

2.2. PERBANDINGAN TAMBANG TERBUKA DAN BAWAH TANAH


Keuntungan tambang terbuka antara lain :

1. Ongkos penambangan per ton atau per BCM bijih lebih murah karena tidak
perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan pencahayaan (illumination)
2. Kondisi kerjanya lebih baik, karena berhubungan langsung dengan udara
luar dan sinar matahari
3. Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebihleluasa,
sehingga produksinya bisa lebih besar
4. Pemakaian bahan peledak dapat lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih
baik, karena:
a. Adanya bidang bebas (free face) yang lebih banyak
b. Gas-gas beracun yang dapat ditimbulkan oleh peledakan dapat
dihembus angin dengan cepat (tidak terakumulasi)
5. Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan
dapat dilihat dengan jelas
6. relatif lebih aman, karena bahaya yang mungkin timbul terutama akibat
kelongsoran, sedangkan pada tambang bawah tanah selain kelongsoran
juga disebabkan oleh adanya gas-gas beracun, kebakaran dll
7. Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah

Kerugian tambang terbuka antara lain :


1. Para pekerja akan langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, dimana
hujan yang lebat atau suhu tinggi akan mengakibatkan efisiensi kerja
menurun
2. Kedalaman penggalian terbatas, karena semakin dalam penggalian akan
semakin banyak overburden harus dipindahkan
3. Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah penutup yang
jumlahnya cukup banyak
4. Alat-alat mekanis letaknya tersebar
5. Pencemaran lingkungan hidup relatif lebih besar

SATUAN OPERASI PENAMBANGAN


Selama tahap persiapan dan eksploitasi dari semua tambang jika
material batuan dan tanah, bijih atau buangan ditambang dari bumi, dicatat
bahwa ada satuan operasi yang digunakan. Satuan operasi penambangan
adalah langkah dasar yang digunakan untuk memproduksi mineral dari
endapan, bersama dengan langkah tambahan yang terlibat. Langkah-
langkah ini yang mengkontribusi secara langsung ke ekstraksi mineral
disebut operasi produksi, termasuk siklus produksi dari operasi.
Sedangkan langkah-langkah tambahan yang mendukung siklus produksi
disebut operasi tambahan.
Siklus produksi menggunakan satuan operasi yang secara
normaldidalam dua fungsi : pemecahan batuan dan penanganan material.
Pemecahan batuan meliputi berbagai mekanika, tetapi untuk batuan
dilengkapi dengan pemboran dan peledakan. Penanganan material meliputi
pemuatan atau pengalihan dan transportasi material (transportasi
horisontal), dengan option kerekan. Jadi sklus produksi dasar di dalam
tambang terdiri dari satuan-satuan operasi.

Siklus produksi = Pemboran + Peledakan + Pemuatan + Pengangkutan


Jika operasi produksi cenderung untuk memisahkan dan bersiklus
secara alamiah, sedangkan kecenderungan tambang yang modern adalah
mengeliminasi atau mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam menambahkan
kekontinuitasan. Sebagai contoh tanah dapat digali dengan suatu alat gali
tanpa memerlukan pemboran dan peledakan. Jika penggemburan
(loosening) diperlukan, kegiatan dapat dilengkapi penggaruan (ripping)b
tanpa peledakan sebelum pemuatan.
Siklus operasi pada tambang terbuka dibedakan terutama oleh skala
peralatan. Pada tambang terbuka yang modern, misalnya lubang tembak
dengan diameter beberapa inchi dilakukan dengan mesin bor putar atau
tumbuk untuk penempatan bahan peledak jika batuan keras yang akan
digali.
3.1 PEMBORAN DAN PENETRASI BATUAN
Rock Breakage
Pelepasan atau pembebasan batuan dari massa batuan induknya
disebut pemecahan batuan (rock breakage ). Hal ini dapat dilakukan
menggunakan api, air bertekanan tinggi, tekanan, maupun bahan peledak.
Pada umumnya, ada dua tipe operasi pemecahan batuan yang
dilakukan ditunjukkan dalam industri pertambangan, yaitu penetrasi
batuan (rock penetration : drilling, cutting, boring, dll) dan fragmentasi
batuan (rock fragmentation).
Dalam penetrasi batuan (pemboran, cutting dll) pada suatu lubang bor
biasanya dilakukan secara mekanik dan kadang-kadang termik atau hidrolik.
Tujuan dari penetrasi batuan antara lain untuk :

(1) Penempatan bahan peledak atau keperluan lain yang memerlukan


lubang berukuran kecil
(2) Membuat bukaan tambang atau terowongan (tunnel) final.
(3) Mengekstraksi produk mineral sesuai ukuran dan bentuk yang diijinkan
(batu dimensi).
Berlawanan dengan penetrasi batuan, fragmentasi batuan bertujuan
untuk menggemburkan dan memuat menjadi fragmen-fragmen suatu massa
batuan, secara konvensional dengan energi kimia, pada peledakan tetapi
ditambah secara mekanik hidrolik dan aplikasi baru dari energi.
Penetrasi batuan dapat diklasifikasikan pada beberapa basis.Termasuk
dalam hal ini ukuran lubang, metoda mounting, tipe dari power. Pembagian /
skema yang akan digunakan pada tulisan ini adalah berdasarkan bentuk dari
penggempuran batuan atau jenis energi yang digunakan untuk melakukan
penetrasi. Klasifikasi in i bersifat umum, dapat diaplikasikan pada seluruh
jenis tambang dan mencakup seluruh bentuk penetrasi.
Metoda dan konsep penetrasi batuan dapat dilihat pada tabel berikut :
Pemboran (Drilling)
Pemboran dapat dilakukan untuk bermacam-macam tujuan :
Penempatan bahan peledak; pemercontohan (merupakan metoda
sampling utama dalam eksplorasi); dalam tahan developmen : penirisan, test
fondasi dan lain-lain; dan dalam tahap eksplotasi untuk penempatan baut
batuan & kabel batuan (dalam batubara pemboran lebih banyak dibuat
untuk pemasangan baut batuan - bolting daripada untuk peledakan). Jika
dihubungkan dengan peledakan, penggunaan terbesar adalah sebagai
pemboran produksi.

Komponen Operasi dari Sistem Pemboran


Ada 4 komponen fungsional utama. Fungsi ini dihubungkan dengan
penggunaan energi oleh sistem pemboran di dalam melawan batuan dengan
cara sebagai berikut :
Mesin bor, sumber energi adalah penggerak utarna, mengkonversikan
energi dari bentuk asal (fluida, elektrik, pnuematik, atau penggerak mesin
combustion) ke energi mekanik untuk mengfungsikan sistem.
Batang bor (rod) mengtransmisikan energi dari penggerak utama ke mata
bor (bit).
Mata bor (bit) adalah pengguna energi didalam sistem, menyerang batuan
secara makanik untuk melakukan penetrasi.
Sirkulasi fluida untuk membersihkan lubang bor, mengontrol
debu,mendinginkan bit dan kadang-kadang mengstabilkan lubang bor.
Ketiga komponen pertama adalah komponen fisik yang mengontrol proses
penetrasi, sedangkan komponen ke empat adalah mendukung penetrasi
melalui pengangkatan cuttings.
Mekanisme penetrasi, dapat dikategorikan kedalam 2 golongan secara
mekanik yaitu rotasi dan tumbukan (percussion) atau selanjutnya kombinasi
keduanya. Gambaran dari aksi pemboran untuk masing-masing kategori
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1. Tipe aksi pemboran dalam memecah batuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi unjuk kerja pemboran.


1. Variabel operasi, mempengaruhi ke empat komponen system pemboran
(drill, rod, bit dan fluid). Variabel dapat dikontrol pada umumnya dan
mencakup dua kategori dari faktor-faktor kekuatan pemboran :
(a) tenaga pemboran, energi semburan dan frekuensi,kecepatan putar,
daya dorong dan rancangan batang bor dan
(b) sifat-sifat fluida dan laju alirnya.
2. Faktor-faktor lubang bor, meliputi : ukuran, panjang, inklinasi lubang bor;
tergantung pada persyaratan dari luar, jadi merupakan variable bebas.
Lubang bor di tambang terbuka pada umumnya 15 - 45 cm (6- 18 inch).
Sebagai perbandingan, untuk tambang bawah tanah 4-17,5 cm (1,5-7 in.).
3. Faktor-faktor batuan, faktor bebas yang terdiri dari : sifat-sifat batuan,
kondisi geologi, keadaan tegangan yang bekerja pada lubang bor yang
sering disebut sebagai drillability factors yang menentukan drilling
strength dari batuan (kekuatan batuan untuk bertahan terhadap
penetrasi) dan membatasi unjuk kerja pemboran.
4. Faktor-faktor pelayanan, yang terdiri dari pekerja dan supervisi,
ketersediaan tenaga, tempat kerja, cuaca dan lain-lain, juga merupakan
faktor bebas.
Parameter Performansi (Unjuk Kerja)
Untuk memilih dan mengevaluasi sistem pemboran yang optimal, ada
4 parameter yang harus diukur atau diperkirakan,yaitu :
1. Energi proses dan konsumsi daya (power)
2. Laju penetrasi
3. Lama penggunaan bit (umur)
4. Biaya (biaya kepemilikan + biaya operasi)
Pemilihan Alat Bor
Pemilihan suatu alat produksi haruslah melalui suatu prosedur yang
telah didefinisikan dengan baik. Hal ini merupakan persoalan rancangan
rekayasa yang sebenarnya (true engineering design) yang memerlukan
suatu pertimbangan harga. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Mendeterminasi dan menentukan spesifikasi kondisi-kondisi dimana alat
bor akan digunakan, seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan (pekerja, lokasi, cuaca dan lain-lain) dengankonsiderasi
keselamatan kerja.
2. Menetapkan tujuan untuk fase pemecahan batuan dari siklus operasi
produksi ke dalam tonase, fragmentasi, throw, vibrasi dan lain-lain
(mempertimbangkan batasan pemuatan dan pengangkutan, stabilitas
kemiringan lereng, kapasitas crusher, kuota produksi, geometri pit, dll).
3. Atas dasar pada persyaratan peledakan, merancang pola lubang bor
(ukuran dan kedalaman lubang ledak, kemiringan, burden dan spasi).
4. Menentukan faktor drillability untuk jenis batuan yang diantisipasi,
mengindentifikasikan metoda pemboran yang mendekati kelayakan.
5. Men-spesifikasikan variabel operasi untuk tiap sistem dibawah
pengamatan, meliputi: mesin bor, batang bor, mata bor dan sirkulasi
fluida.
6. Memperhitungkan parameter unjuk kerja, termasuk ketersediaan alat,
biaya dan perbandingan. Mengamati sumber tenaga dan memilih
spesifikasi. Item biaya yang besar adalah mata bor, depresiasi alat bor,
tenaga kerja, pemeliharaan, energi dan fluida. Umur bit dan biaya
merupakan hal yang kritis namun sulit untuk diproyeksikan.
7. Memilih sistem pemboran yang memuaskan semua persyaratan biaya
keseluruhan yang rendah dan memperhatikan keselamatan kerja.

Tabel di bawah ini adalah salah satu contoh alat bantu untuk pemilihan alat
bor.

Pemotongan (Cutting)
Jika pemotongan merupakan bagian integral dari siklus produksi, hal
itu dilakukan dengan mesin yang dirancang sesuai dengan karakteristik
batuan / mineral yang diinginkan. Pada saat ini, pemotongan (cutting)
dilakukan pada dua aplikasi utama, yaitu :
1. Batubara dan mineral non-metal yang lebih lunak (tambang bawah tanah);
jenisnya : Chain cutting machine, shortwall (fixed bar) atau universal
(movable-bar).
2. Batuan dimensi (tambang terbuka)
a. Channeling machine, percussion atau flame jet
b. Saw, wire, atau rotary
Tujuan dari kegiatan cutting adalah menghasilkan kerf yang dapat
mengurangi atau mengelimin ir peledakan. Aksi penetrasi dasar dalam
pemotongan batuan atau batubara sama dengan pemboran.
Penggalian Mekanik (Mechanical Excavating)
Aplikasi penggalian secara mekanis pada tambang terbuka :
1. Penggaru (Ripper)
Tanah yang sangat kompak, batubara, atau batuan yang lunak atau
telah mengalami pelapukan.
2. Bucket Wheel Excavator (BWE) & cutting-head excavators
Tanah dan batubara.
3. Auger and highwall miners
Batubara

4. Mesin Gali Mangkuk mekanis (MGM - Mechanical dredges) Endapan


aluvial / placer, koral dan tanah (di bawah air).
Sebagai perbandingan, penggalian secara mekanis pada tambang bawah
tanah dilakukan sebagai berikut :
1. Continous miner dan longwall shearer
Batubara atau batuan non-logam yang lunak
2. Boom-type miner (roadheader) dan Tunnel-boring, raise-boring
serta shaft-sinking machine
Batuan lunak sampai sedang-keras.

3.2. PEMUATAN DAN PENGGALIAN


Penanganan Material (Material Handling)
Semua satuan operasi yang terlihat dalam penggalian atau
pemindahan tanah / batuan selama penambangan disebut penanganan
material (material handling). Pada siklus operasi, dua operasi utama adalah
pemuatan dan transportasi, dan jika transportasi vertikal diperlukan, kerekan
(hoisting) akan menjadi operasi opsi ketiga.
Penanganan material pada tambang mekanisasi modern berpusat pada
peralatan. Skala peralatan pada tambang terbuka semakin bertambah besar.
Batas atas ukuran truk meningkat menjadi 300 ton, 170 m3 untuk dragline ,
140 m3 untuk shovel dan 8400 m3 untuk bucket wheel excavator.
Klasifikasi untuk peralatan tambang untuk penggalian-pernuatan dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3.3.
Klasifikasi peralatan penggalian dan pemuatan Tambang Terbuka
Keuntungan dan kerugian dari berbagai alat dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.4.
Perbandingan antara fitur Shovel, Dragline dan BWE
Pemilihan Alat
Secara garis besar, ada empat faktor yang pemilihan alat ekskavasi
(Pfileider, 1973a, Martin et al, 1982 dalam Hartman, 1987), yaitu :
1. Faktor performansi (unjuk kerja)
Faktor ini berhubungan langsung dengan produktifitas mesin, dan
meliputi : kecepatan putar, tenaga yang tersedia, jarak penggalian,
kapasitas bucket , kecepatan tempuh, dan reliabilitas.
2. Faktor desain
Mencakup kecakapan pekerja, teknologi yang digunakan, jenis
pengawasan dan tenaga (power) yang tersedia.
3. Faktor penunjang (Support)
4. Faktor biaya

Pengangkutan
Material dalam jumlah besar dalam industri pertambangan ditransport
dengan haulage (pemindahan ke arah horizontal) dan hoisting (pemindahan
vertikal). Klasifikasi metoda pengangkutan dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.

Tabel 3.5
Klasifikasi metoda pengangkutan Tambang Terbuka
Untuk alat angkut yang paling banyak digunakan (truk jungkit), dapat
dijumpai 4 tahap : pemuatan, pengangkutan, penuangan dan kembali
kosong (lihat Gambar).
Keuntungan dan kerugian beberapa alat angkut dirangkum pada tabel di
bawah ini.

3.3. OPERASI TAMBAHAN


Operasi ini terdiri dari operasi-operasi yang mendukung tetapi tidak
mempunyai kontribusi langsung dari penambangan. Klasifikasi operasi ini
dapat dilhat pada Tabel berikut.

Tabel 3.7.
Klasifikasi Operasi Tambahan pada Pertambangan
3.4. SIKLUS DAN SISTEM
Suatu bagan alir dari satu siklus operasi tipikal tambang terbuka dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
IV. PERSIAPAN TAMBANG TERBUKA
Persiapan tambang adalah pekerjaan yang dilakukan untuk
menyingkap endapan mineral untuk siap ditambang. Proses yang termasuk
disini adalah semua tahapan yang diperlukan untuk suatu tambang menuju
ke penjadwalan produksi yang lengkap, antara lain perencanaan,
perancangan, konstruksi dan lain-lain. Persiapan tambang mengikuti pada
umumnya studi kelayakan pada tahap I dan II yang dikembangkan sejauh
mungkin dan informasi yang lebih baik tersedia selama tahapan beruntut
dari proyek. Dari titik pandang fisik di pembukaan tambang, sifat utama
persiapan adalah melengkapi jalan menuju ke endapan bijih yang
memungkinkan para pekerja, peralatan, power, supplier, air dan udara dapat
melaluinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan persiapan tambang
antara lain :
1. Faktor lokasi dan iklim
2. Faktor Geologi dan Alamiah
a. Tanah dan topografi.
b. Relasi spasial (ukuran, bentuk, attitude dan lain-lain) dari badan
bijih
termasuk kedalaman.
c. Konsiderasi geologi, mineralogi, petrografi, struktur, genesa badan
bijih, gradien temperatur batuan, kehadiran air clan lain-lain.
d. Sifat mekanika batuan: kekuatan, modulus elastik, kekerasan,
abrasiveness, dan lain-lain.
e. Sifat-sifat kimia dan metalurgi (akibat penyimpanan, proses dan
laihlain),
3. Faktor Sosial - Ekonomi - Politik - Lingkungan
Sangat tergantung pada faktor luar. Faktor-faktor ini antara lain :
a. Demografi clan keterampilan penduduk setempat.
b. Finansial dan pemasaran.
c. Kestabilan politik setempat. d. Peraturan polusi.
e. Bantuan pemerintahan yang lain. Tahapan Persiapan
Tahapan ini dapat berlaku untuk persiapan di tambang terbuka
maupun tambang bawah tanah, yaitu :
a. Adopsi dari laporan studi kelayakan sebagai dokumen perencanaan,
subyek ke modifikasi sebagai kemajuan pengembangan.
b. Konfirmasi dari metoda penambangan dan rencana pertambangan
umum.
c. Pengaturan finansial yang berdasarkan pada estimasi biaya yang
telah
dikonfirmasikan pada laporan studi kelayakan.
d. Pengumpulan data tanah, termasuk Undang-undang Pertambangan
dan
Permukaan.
e. Pengarsipan pernyataan dampak lingkungan, mendapatkan ijin
penambangan (termasuk rencana reklamasi).
f. Melengkapi jalan-jalan permukaan, transportasi, komunikasi, dan
power supply ke tambang.
g. Perencanaan dan konstruksi pabrik, termasuk fasilitas pendukung,
pelayanan dan kontrol administrasi.
h. Pendirian pabrik pengolahan mineral, jika diperlukan, dan
penanganan bijih dan fasilitas perkapalan, penimbunan dan
pembuangan waste.
i. Pemilihan peralatan penambangan untuk persiapan dan eksplorasi.
j. Konstruksi dari bukaan jalan utama ke badan bijih dan bukaan
selanjutnya, pada tambang terbuka : pengupasan tanah lanjut
(advanced stripping).
k. Pengadaan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja dan pelayanan
pendukung (perumahan, transportasi, gudang yang diperlukan).

4.1. SIFAT DAN LINGKUP TUGAS


Beberapa faktor pada persiapan tambang menerima beberapa
perhatian khusus didalam tahap preparasi tambang terbuka. Dari factor
lokasi, iklim adalah faktor yang lebih kritis yang berhubungan dengan
operasi di permukaan. Di antara faktor geologi, lapangan, kedalaman dan
karakteristik spasial dari endapan serta keberadaan air adalah sangat
penting pada tambang terbuka. Pada faktor lingkungan, beberapa
persyaratan anti polusi dan reklamasi sangat perlu diperhatikan.
Mencatat tahapan pada persiapan tambang yang telah disebutkan di
atas ada 3 tahapan penting dan unik pada tambang terbuka yaitu :
1. Inisiasi rencana reklamasi sebagai bagian dari pernyataan dampak
lingkungan.
2. Penentuan tempat penimbunan tanah pucuk dan limbah.
3. Penentuan dari pengupasan tanah penutup lanjut untuk mendapatkan
jalan ke endapan.
Sebagai petunjuk, tabel di bawah ini menunjukkan diagram penjadwalan
dari suatu tambang terbuka yang dirancang untuk produksi bijih "metal"
20.000 ton/hari. Tahap prospeksi selama 2,5 tahun. Tahap eksplorasi dan
studi kelayakan sekitar 5,5 tahun. Tahap persiapan memerlukan lebih dari 3
tahun, dan dengan tahun tambahan untuk percobaan produksi untuk
mencapai target produksi yang direncanakan. Jadi waktu total sekitar 12
tahun. Reklamasi, pembuangan waste dan pengupasan tanah penutup lanjut
dijadwalkan pada tahap ke 3. Pada gambar di halaman berikutnya akan
diperlihatkan denah dari suatu tambang batubara di Black Thunder.
Tabel 4.1Diagram penjadwalan untuk tambang terbuka
4.2. RANCANGAN DAN PERENCANAN TAMBANG
Tugas utama dari desain kerekayasaan pada tahap persiapan tambang
terbuka adalah perencanaan open pit. Ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi perencanaan ini (Soderberg dan Rausch, 1968; Atkinson,
1983 dalam Hartman, 1987) yaitu:
1. Faktor alamiah dan geologi :
kondisi geologi, jenis b ijih, kondisi h idrologi, topografi, dan karakteristik
metalurgi.
2. Faktor ekonomi :
kadar bijih, tonase bijih, nisbah pengupasan, kadar rata-rata (terendah),
biaya operasi, biaya investasi, keuntungan yang diinginkan, tingkat
produksi, dan kondisi pemasaran.
3. Faktor teknologi :
peralatan, pit slope, tinggi jenjang, kemiringan jalan, batas properti dan
batas pit.
Selain penentuan batas pit yang sangat penting, Mathilson (1982)
menekankan kepentingan yang sama dan pengembangan suatu tahapan
penambangan yang optimal dan penjadwalan produksi selama umur
tambang. Oleh karena itu, dia membuat daftar obyektif dari perencanaan
tambang dari titik pandang kelayakan sebagai berikut :
1. Menambang bijih sehingga didapatkan ongkos produksi minimum per
satuan berat dari bijih (Penambangan next best ore dengan tahapan).
2. Menjaga viabilitas operasi (kecukupan ukuran lebar jenjang dan
kesiapan
jalan untuk peralatan).
3. Menjaga bijih yang terekspos untuk mengamankan kesalahan
perhitungan atau kekurangan data eksplorasi.
4. Menunda pengupasan tanah penutup selama mungkin tanpa
keserasian
dengan peralatan, tenaga kerja clan jadwal produksi.
5. Mengikuti jadwal mulai yang logis dan dapat dicapai (untuk pelatihan,
pembelian peralatan, logistik, dan lain-lain) yang meminimumkan
resiko
keterlambatan.
6. Memaksimumkan rancangan pit slope dan meminimumkan
keruntuhan.
7. Menguji laju produksi yang ekonomis dan alternatif kadar rata-rata
terendah.
8. Akhirnya, pencapaian tujuan mendapatkan metoda, peralatan dan
jadwal
yang sesuai untuk melaksanakan perencanaan sebelum memulai
pembangunan / pengembangan.
Perencanaan tambang dapat dikategorikan ke perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang.

4.3. PEMILIHAN ALAT DAN SISTEM


Pemilihan beberapa alat telah diterangkan sebelumnya. Di sini ditambahkan
suatu petunjuk pemilihan alat untuk penanganan material
Tabel 4.2
Petunjuk pemilihan alat untuk penanganan material di tambang terbuka
4.4. CUT-OFF GRADE DAN NISBAH PENGUPASAN
Ada dua pengertian cut-off grade, yaitu :
1. Kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan
keuntungan bila ditambang
2. Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih
memberikan keuntungan apabila ditambang
Cut-off grade ini yang akan menentukan batas-batas atau besarnya
cadangan, selain itu juga menentukan perlu tidaknya dilakukan
pencampuran (mixing / blending) antara endapan bahan galian yang
berkadar tinggi dengan yang rendah. Nisbah pengupasan adalah
perbandingan antara tonase waste yang harus dipindahkan terhadap satu
ton bijih yang ditambang. Hasil suatu perancangan pit akan menentukan
beberapa tonase bijih dan waste yang dikandung pit itu.
Perbandingan antara waste dan bijih tersebut akan memberikan nisbah
pengupasan rata-rata suatu open pit.
Menurut Jennings dan Black, ada 2 (dua) nisbah pengupasan yang harus
dibedakan, yaitu :
a. Overall stripping ratio (R)
R menyatakan berapa volume waste yang harus dipindahkan untuk
menyingkapkan satu volume unit bijih. Dirumuskan sebagai berikut :

b. Breakeven stripping ratio (BESR)


Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan
digunakan, apakah tambang terbuka atau tambang dalam, maka
digunakan konsep breakeven stripping ratio (BESR).
1) BESR(1) (Overall stripping ratio)
yaitu perbandingan antara biaya penambangan bawah tanah dengan
penambangan terbuka.

dimana:
A = biaya penambangan secara bawah
tanah/ton bijih
underground mining cost / ton ore
B = biaya penambangan secara tambang terbuka/ton bjih
open pit mining cost / ton ore
C = ongkos pengupasan tanah petutup/ton waste
open pit stripping cost / ton waste
Ini berarti hanya bagian endapan yang mempunyai BESR lebih kecil dari
D yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan
menguntungkan. Jadi D adalah BESR(1) tertinggi yang masih dibolehkan
untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut diatas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka,
maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan
BESR(2) dengan rumus sebagai berikut:
2) BESR(2) (Economic stripping ratio)
artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih
itu ditambang secara tambang terbuka.

dimana:
E = pendapatan /ton bijih (recoverable value / ton ore)
F = ongkos produksi /ton bjih (production cost / ton ore)
G = ongkos pengupasan tanah / ton waste (stripping cost / ton waste)
3) BESR(3)
Biasanya keuntungan maksimum dimasukkan dalam pertimbangan BESR,
sebagai berikut :

dimana :
H = keuntungan minimum/ton bijih yang diharapkan expected minimum
profit / ton ore
Contoh penentuan BESR
Contoh perhitungan BESR(2) untuk bijih tembaga kadar 0,80%, 0,75 %, dan
0,60 % Cu dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa apabila harga logam Cu = $ 0,25 / lb,
- bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80 % mempunyai BESR = 2,5 : 1
- bijih Cu (ore) dengan kadar 0,70 % mempunyai BESR = 1,5 : 1
- bijih Cu (ore) dengan kadar 0,60 % mempunyai BESR = 0,6 : 1
Demikian pula dengan harga logam Cu yang lain ($0,30/lb Cu dan % 0,35 /Lb
Cu)
Tabel 4.3.
Contoh perhitungan Break Even Stripping Ratio BESR(2)

Setelah masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan berbagai


harga logam Cu, kemudian dibuat grafik BESR Vs Kadar Cu.
Dari grafik BESR(2) terlihat bahwa tinggi rendahnya BESR sangat dipengaruhi
oleh
- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran,
dapat mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah,
sebaliknya jika harga turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.
Equivalent Yardage
Menyatakan berapa ongkos pemindahan lapisan penutup per satuan unit
volume tanah tertutup ($/m3, $/yd3). Besaran ini diterima dan menjadi
standar pada berbagai tambang dan distrik di AS. Konsep ini berguna untuk
menghitung maximum allowable stripping ratio dan pit limit . Beberapa
standar yang dipakai :
- Lake Superior iron ranges (loaded and hauled)
Glacial till $ 0.33 - 0.651 / m3
- Eastern US Coal fields (cast)
Tanah atau batuan lepas $ 0.13 - 0.391 /m3
- Western US porphyry copper district (blasted, loaded, hauled)
Quartz monzonite porphyry $ 0.65 - 1.311 M3
Equivalent yardage rating, e, adalah perbandingan ongkos
pengupasan suatu material terhadap ongkos pengupasan rata-rata standar
pada e = 1 untuk $ 0,26/ m3. Harga e pada berbagai material ditunjukkan
pada tabel di bawah ini.

V. METODA EKSTRAKSI MEKANIK


Penambangan endapan bijih, batubara atau batuan yang dilakukan di
permukaan dikenal sebagai tambang terbuka. Jadi metoda ini prinsipnya
berdasarkan pada "permukaan".
Metoda ekstraksi mekanik yang menggunakan proses mekanik pada
lingkungan yang kering dapat dibedakan atas
1. Open-pit mining
2. Kuari
3. Opencast mining
4. Auger mining
Keempat metoda ini adalah diterapkan pada 90% dari produksi
permukaan. Secara luas, metoda open pit dan open cast menggunakan
siklus operasi penambangan yang konvensional; pemecahan batuan dengan
pemboran dan peledakan, diikuti operasi penanganan material penggalian,
pemuatan dan pengangkutan. Pada Kuari dan auger, peledakan merupakan
kegiatan yang selalu melekat bersamanya. Pada open pit mining, tanah
penutup dikupas dan ditransportasikan ke suatu daerah pembuangan yang
tidak ada endapan mineral dibawahnya, sedangkan open cast mining yang
hampir sama metodanya dengan open pit mining, tetapi berbeda pada satu
hal yaitu : tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan tetapi
diangkut langsung ke daerah yang berbatasan dan telah ditambang.
Penambangan material disini terdiri dari penggalian dan pengangkutan (=
casting), yang pada umumnya dikombinasikan oleh suatu alat saja.
Beberapa petunjuk praktis dari ukuran jenjang dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Kuari hampir sama dengan open pit, tetapi jenjangnya pendek dan
hampir vertikal. Meskipun kuari selama ini diterapkan untuk bahan galian
logam, namun lebih disukai bila membatasi kuari untuk operasi batu
berdimensi. Jadi batu gamping yang di-crusher dihasilkan oleh open pit
mine sedangkan batu gamping berdimensi dihasilkan oleh kuari.
Auger mining adalah suatu metoda untuk permukaan yang berdinding
tinggi atau outcrop recovery dari batubara dengan pemboran atau
penggalian bukaan ke dalam lapisan, diantara lapisan penutup. Meskipun
tanah penutup tidak dipindahkan, dan batubara diekstraksi oleh suatu auger
atau suatu mesin bawah tanah, pekerja tetap berada dipermukaan.

VI. METODA EKSTRAKSI AQUEOUS


Metoda ini berhubungan dengan air atau cairan untuk memperoleh
mineral dari dalam bumi, baik dengan aksi hidrolik maupun dengan serangan
cairan. Masih sangat kurang pemakaiannya pada tambang terbuka.
Ada 2 jenis penambangan didalam metoda ini yaitu placer mining dan
solution mining. Placer mining menggunakan air untuk menggali,
mentransportasi dan mengkonsentrasikan mineral-mineral berat. Solution
mining adalah metoda yang membuat cair mineral-mineral sehingga dapat
ditransportasikan dengan menggunakan air atau cairan pelarut. Placer
mining terdiri dari hydraulicking dan dredging, sedangkan solution mining
terdiri dari borehole extraction dan leaching.

Placer Mining : Hydraulicking

Secara geologi, suatu endapan placer adalah suatu konsentrasi


mekanik dari mineral berat, yang dapat menjadi suatu endapan bijih jika
menguntungkan dari segi nilainya. Pada umumnya endapan ini adalah emas,
intan, timah (cassiterite), titanium (rutile), platina, tungsten (scheelite),
kromit, magnetit dan phospat. Placer diklasifikasikan oleh media sebagai
aluvial (continental detrital), eolian (angin), marin dan glacial. Dari segi
lokasi, endapan ini dikategorikan sebagai residual (aluvial), jenjang (samping
bukit), stream (fluvial), pantai, buried atau padang pasir.
Kualitas yang berbeda dari endapan placer sehingga memungkinkan
dikategorikan sebagai ekstraksi aqueous adalah (Daily, 1968):
1. Material di tempat memungkinkan terdesintegrasi oleh aksi tekanan air
(atau aksi mekanik ditambah hidrolik)
2. Ketersediaan / supply air pada head yang diperlukan
3. Ketersediaan ruang untuk penempatan waste
4. Konsentrasi berat adalah mineral yang berharga, memungkinkan ke
pengolahan mineral sederhana
5. Pada umumnya, gradient alamiah dan rendah sudah memungkinkan
transportasi hidrolik dari mineral.
6. Dapat mematuhi peraturan-peraturan lingkungan yang berhubungan
dengan air dan pembuangan waste.
Tinggi

jenjang yang disemprot pada umumnya berkisar antara 5 - 15 m, tetapi


dapat mencapai 60 m (MORRISON clan RUSSELL, 1973). Salah satu
rancangan monitor dapat dilihat sebagai berikut
Diameter nozzle : 40 - 150 mm
Tekanan head : 30 - 140 atau 300 - 1400 Wa
Kecepatan alir volume : 30 - 250 Ildetik
Kecepatan waterjet :
Pasir 0. 15 m/detik
Kerikil (gravel) 1.5 m/detik
Boulders 3.0 m/detik
Placer Mining: Dredging
Dredging adalah mesin tambang menerus yang ditemukan pertama
kali. Dredging adalah penggalian bawah air dari endapan placer.
Dredges dapat dikiasifikasikan sebagai berikut (TURNER, 1975)

1. Mekanik
1. Bucket line (endless chain of buckets revolving along ladder ).
2. Bucket-wheel suction (buckets discharge in suction pipeline).
3. Dripper (showel, grapple, or dragfine mounted on barge ).

2. Hidraulik
1. Suction (open intake suction line)
2. Cutter head (excavation by rotating cutter on suction line).
Solution Mining : Borehole Extraction.
Bila produksi bijih konvensional menjadi lebih sulit dan lebih mahal,
maka daya tarik solution mining sebagai metoda eksploitasi meningkat.
Solution mining adalah salah satu metoda ekstraksi aqueous dimana
mineral diperoleh biasanya di tempat dengan dilarutkan, dicairkan,
diluluhkan atau slurrying meskipun beberapa persiapan atau eksploitasi di
bawah tanah, tetapi hampir semua operasi dilakukan di permukaan.
Pada borehole mining, air diinjeksikan melalu i lubang bor ke dalam
formasi mineral yang kemudian dilarutkan, dicairkan atau sluffies menjadi
mineral berharga dan dipompakan ke permukaan melalui lubang bor.
Kadang-kadang suatu reagen ditambahkan ke air, yang membentuk leaching
kimia.
Contoh mineral yang dapat dieksploitasi dengan borehole mining
adalah : Evaporit (garam, potash, dan trona dengan dissolusi, belerang
dengan melting (frasch process), phospat, kaolin, oil sand; batubara,
gilsonite, uranium dengan slurrying (percobaan) dan uranium dan liquate
dengan leaching kimia.

Solution Mining : Leaching


Leaching adalah ekstraksi kimia dari metal atau mineral dari ikatan
suatu cadangan bijih sebaik dari material yang telah digali dan ditambang
(SCHLITT, 1982). Proses pada dasarnya adalah kimiawi tetapi dapat juga
proses bakteri (beberapa bakteri beraksi sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi pada leaching suffida). Jika ekstraksi dilakukan di tempat mineral
tersebut maka dinamakan leaching insitu, dan bila dilakukan di tempat
penimbunan disebut leaching timbunan (heap leaching) yang dan termasuk
kategori metoda penambangan sekunder.
Leaching pada saat ini adalah proses kombinasi, karena ditambahkan
pada ekstraksi, hal itu dilengkapi benefication dalam tahap awal dari
pengolahan mineral (LASTRA, dan CHASE, 1984). Akibatnya, biaya produksi
cenderung relatif lebih rendah daripada metoda penambangan konvensional.
Sebagai perbandingan (Bhappu, 1982) menunjukkan untuk tambang
tembaga, biaya produksi total yang diperkirakan untuk metoda open pit
sekitar US $ 5,00 - US $ 6,80 / ton sedangkan leaching insitu sekitar US $
3,60 - US $ 4,40/ton.
Aplikasi dari leaching insitu sejauh ini dibatasi pada tembaga dari
uranium, dengan emas dan perak dengan leaching timbunan. Studi
percobaan mengindikasikan bahwa banyak logam seperti mangan,
emasperak, alumunium, dan cobalt-nikel, adalah kandidat utama untuk
leaching insitu (Porter et.al, 1982). Leaching insitu dari lignite juga sedang
diteliti (Sadler dan Huang, 1981).

VII. PENGANTAR KESTABILAN LERENG


Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat
penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan
penimbunan tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut persoalan
keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan serta kelancaran
produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam
bermacammacam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan,
bendungan, penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan
dan lain-lain.
Dalam operasi penambangan masalah kemantapan lereng ini akan
diketemukan pada penggalian tambang terbuka, bendungan untuk cadangan
air kerja, tempat penimbunan limbah buangan (tailing disposal) dan
penimbunan bijih (stockyard). Apabila lereng-lereng yang terbentuk sebagai
akibat dari proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana
penunjang operasi penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil,
maka akan mengganggu kegiatan produksi. Dari keterangan di atas, dapat
dipahami bahwa analisis kemantapan lereng merupakan suatu bagian yang
penting untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kelancaran produksi
maupun terjadinya bencana yang fatal.
Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan
umumnya berada dalam keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul
dari dalam. Kalau misalnya karena sesuatu sebab mengalami perubahan
keseimbangan akibat pengangkatan, penurunan, penggalian, penimbunan,
erosi atau aktivitas lain, maka tanah atau batuan itu akan berusaha untuk
mencapai keadaaan yang baru secara alamiah. Cara ini biasanya berupa
proses degradasi atau pengurangan beban, terutama dalam bentuk
longsoran-longsoran atau gerakan-gerakan lain sampai tercapai keadaaan
keseimbangan yang baru.
Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah)
telah bekerja tegangan-tegangan vertikal, horisontal dan tekanan air dari
pori. Ketiga hal di atas mempunyai peranan penting dalam membentuk
kestabilan lereng. Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-
sifat fisik asli tertentu, seperti sudut geser dalam (angle of internal
friction),gaya kohesi dan bobot isi yang juga sangat berperan dalam
menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan
lereng. Oleh karena itu dalam usaha untuk melakukan analisis kemantapan
lereng harus diketahui dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada
tanah atau batuan dan juga sifat-sifat fisik aslinya. Dengan pengetahuan dan
data tersebut kemudian dapat dilakukan analisis kelakuan tanah atau batuan
tersebut jika digali atau diganggu. Setelah itu, bisa ditentukan geometri
lereng yang diperbolehkan atau mengaplikasi cara-cara lain yang dapat
membantu lereng tersebut menjadi stabil dan mantap.
Dalam menentukan kstabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah
faktor keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-
gaya yang menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah
tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak
Dimana untuk keadaan :
F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap
F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor
F < 1,0 : lereng tidak mantap
Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan dengan
perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari lereng tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara lain :
Penyebaran batuan
Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan
kemantapan lereng, ini karena kekuatan, sifat fisik dan teknis suatu jenis
batuan berbeda dengan batuan lainnya. Penyamarataan jenis batuan akan
mengakibatkan kesalahan hasil analisis. Misalnya : kemiringan lereng yang
terdiri dari pasir tentu akan berbeda dengan lereng yang terdiri dari
lempung atau campurannya.
Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi kemantapan lereng dan perlu
diperhatikan dalam analisis adalah struktur regional dan lokal. Struktur ini
mencakup sesar, kekar, bidang perlapisan, sinklin dan antiklin,
ketidakselarasan, liniasi, dll. Struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan
batuan karena umumnya merupakan bidang lemah pada batuan tersebut,
dan merupakan tempat rembesan air yang mempercepat proses
pelapukan.
Morfologi
Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi kemantapan
lereng di daerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari keadaan fisik,
karakteristik dan bentuk permukaan bumi, sangat menentukan laju erosi
dan pengendapan yang terjadi, menentukan arah aliran air permukaan
maupun air tanah dan proses pelapukan batuan.
Iklim
Iklim mempengaruhi temperatur dan jumlah hujan, sehingga berpengaruh
pula pada proses pelapukan. Daerah tropis yang panas, lembab dengan
curah hujan tinggi akan menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih
cepat daripada daerah sub-tropis. Karena itu ketebalan tanah di daerah
tropis lebih tebal dan kekuatannya lebih rendah dari batuan segarnya.
Tingkat pelapukan
Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan, misalnya
angka kohesi, besarnya sudut geser dalam, bobot isi, dll. Semakin tinggi
tingkat pelapukan, maka kekuatan batuan akan menurun.
Hasil kerja manusia
Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang tidak kecil.
Misalnya, suatu lereng yang awalnya mantap, karena manusia menebangi
pohon pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang tidak
baik, penggalian / tambang, dan lainnya menyebabkan lereng tersebut
menjadi tidak mantap, sehingga erosi dan longsoran mudah terjadi.
Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya
tegangan geser (shear strees) dan menurunnya kekuatan geser (shear
strenght ).
Adapun faktor yang dapat menaikkan tegangan geser adalah
Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran
terdahulu yang menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.
Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban,
tekanan air rembesan, dan penumpukan.
Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan
pembentukan pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.
Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing
oleh sungai, pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan
pertambangan dan terowongan, berkurangnya/hancurnya material
dibagian dasar.
Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta
pembekuan air, penggembungan lapisan lempung dan perpindahan
sisa tegangan.
Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah :
Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan
oleh komposisi, tekstur, struktur dan geometri lereng.
Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang
menyebabkan lempung berposi menjadi linak, disinteggrasi batuan
granular, turunnya kohesi, pengggembungan lapisan lempung,
pelarutan material penyemen batuan
Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandunga air dan
tekanan air pori.
Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada lempung yang
terdapat di tebing / lereng.

Geometri Jenjang (Bench Dimension)


Sebelum mengetahui beberapa pendapat mengenai dimensi jenjang, perlu
diketahui istilah pada jenjang seperti terlihat di bawah ini.

Dalam penentuan gometri jenjang, beberapa hal yang dipertimbangkan,


antara lain :
o Sasaran produksi harian dan tahunan
o Ukuran alat mekanis yang digunakan
o Sesuai dengan ultimate pit slope
o Sesuai dengan kriteria slope stability
Beberapa pihak yang mengeluarkan pendapat mengenai dimensi jenjang,
antara lain :
- Head Quarter of US Army (Pits and Quarry Technical Bulletin No 5-352)
- Lewis (Elements of Mining)
- L. Shevyakov (Mining of Mineral Deposits)
- Melinkov dan Chevnokov (Safety in Open Cast Mining)
- Popov (The Working of Mineral Deposit)
- Young (Elements of Mining)
- E. P. Pfeider (Surface Mining)
- Head Quarter of US Army (Pits and Quarry Technical Bulletin No 5-352)
- W Y Wt Ls G Wb min =++++
dimana :
Wmin : Lebar jenjang minimum (m)
Y : Lebar yang disediakan untuk pengeboran (m)
Wt : Lebar yang disediakan untuk alat-alat (m)
Ls : Panjang power shovel tanpa boom (m)
G : Radius lantai kerja yang terpotong oleh shovel (m)
Wb : Lebar untuk broken material (m)
- Lewis (Elements of Mining)
Tinggi jenjang sebagai berikut :
o Untuk hidraulicking yang baik adalah 20 ft dan maksimum 60 ft
o Untuk dredging kedalaman ideal antara 50 ft 80 ft, tetapi ada yang
sampai 130 m
o Untuk Open-cut antara 12 ft 75 ft; yang baik 30 ft. Sedangkan untuk
tambang bijih dapat mencapai 225 ft. Lebar jenjang disesuaikan dengan
loading track, daerah operasi power shovel serta untuk peledakan.
Lebarnya antara 20 ft 75 ft, umumnya 50 ft dan idealnya 30 ft.
- L. Shevyakov (Mining of Mineral Deposits)
Lebar jenjang tergantung pada metode penggalian dan kekerasan bahan
galian yang ditambang.
o Untuk Material Lunak

12 B = (1,00 s.d 1,50) Ro + L + L 1 + L 2


dimana :
B : Lebar jenjang (m)
Ro : Digging radius dari alat muat (m)
L : Jarak antara sisi jenjang dengan rel (3 4 m)
L1 : Lebar lori (1,75 3,00 m)
L2 : Jarak untuk menjaga agar tidak longsor (m)
o Untuk Material Keras

12 B= N+ L+ L+ L
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
N : Lebar yang dibutuhkan untuk broken material (m)Disini tidak disediakan
lebar untuk alat gali / muat, karena dianggap alat muat bekerja disamping
broken material
- Melinkov dan Chevnokov (Safety in Open Cast Mining)
o Untuk Lapisan yang lunak (soft strata)

B 2R C C L 1 = + + +
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
R : Digging radius dari alat muat (m)
C : Jarak sisi jenjang atau broken material ke garis tengah rel (m)
L : lebar yang disediakan untuk faktor keamanan, biasanya
sebesar dump-truck (m)
o Untuk Lapisan yang lunak (soft strata)

B a C C L A 1= + + + +
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
a : Lebar untuk broken material (m)
A : Lebar pemotongan pertama (m)
- Popov (The Working of Mineral Deposit)
a. Tinggi jenjang dan kemiringannya
i) Kemiringan jenjang tergantung pada kandung air pada bahan galian; bila
relatif kering biasanya memungkinkan kemiringan jenjang yang besar.
ii) Umumnya tinggi jenjang berkisar antara 12 15 m dengan kemiringan :
- untuk batuan beku : 70o 80o
- untuk batuan sedimen : 50o 60o
- untuk batuan ledge dan pasir kering : 40o 50o
- untuk batuan yang argilaceous : 35o 45o
b. Lebar jenjang
Lebar jenjang antara 40 60 m, biasanya juga dibuat antara 80 100 m jika
memakai multi row bore-hole . Lebar minimum untuk batuan keras :
Vr A C C L B 1 = + + + +
dimana :
Vr : Lebar jenjang minimum (m)
A : Lebar untuk broken material (m)
C : Jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel (m)
C1 : Setengah lebar lori (m)
B : Lebar endapan yang diledakkan (6 12 m)
L : Lebar yang disediakan untuk menjamin ekstraksi endapan
pada jenjang di bawahnya
- Young (Elements of Mining)
o Tinggi jenjang
- untuk tambang bijih besi : 20 40 ft
- untuk tambang bijih tembaga : 30 - 70 ft
- untuk limestone : s.d. 200 ft
o Lebar jenjang : 50 250 ft
o Kemiringan jenjang : 45o 65o
- E. P. Pfeider (Surface Mining)
m L = L m + SFx

dimana :
L : Tinggi jenjang (m)
Lm : Maximum cutting height dari alat-muat (m)
SF : Swell Factor (m)
x = 0,33 untuk cara corner cut
= 0,50 untuk cara box cut

Anda mungkin juga menyukai