Pengantar Teknik Mineral
Pengantar Teknik Mineral
d. Mencemari sungai
3. Sifat-sifat Geoteknik (mekanika tanah dan batuan) untuk bijih dan batuan
sekelilingnya. Sifat mekanis dari material endapan dan batuan sekitarnya
merupakan faktor kunci dalam pemilihan peralatan pada tambang
terbuka (pada tambang bawah tanah hal ini berpengaruh pula pada kelas
metoda yang dipilih : unsupported, supported, atau caving)
4. Konsiderasi Ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa
pengembalian dan keuntungan
5. Faktor Teknologi
a. Perolehan tambang (mine recovery)
b. Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih / batubara)
c. Ke-fleksibelitas-an metode dengan perubahan kondisi
d. Selektivitas metode untuk batubara dan waste
e. Konsentrasi atau dispersi dari pekerjaan
f. Modal, pekerja, dan intensitas mekanisasi
6. Faktor Lingkungan
a. Kontrol bawah tanah
b. Penurunan permukaan tanah (subsidence)
c. Kontrol atmosfir (kontrol kualitas, kontrol panas dan kelembaban, serta
untuk tambang bawah tanah : ventilasi,)
d. Kekuatan pekerja (pelatihan, recruitment , kondisi kesehatan dan
keselamatan kerja, kehidupan dan pemukiman)
Obyektif dasar di dalam pemilihan suatu metode penambangan
suatuendapan mineral tertentu adalah merancang suatu sistem eksploitasi
yang paling cocok di bawah suatu lingkungan yang aktual (Hamrin, 1982
dalam Hartman, 1987). Sering kali pengalaman memainkan peranan penting
dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi, pencapaian solusi optimal
biasanya difasilitasi dengan menggunakan evaluasi kuantitatif dan
kerekayasaan,mencakup teknik penelitian operasi (operation research),
ditambah dengan komputerisasi pemrosesan data dan informasi. Evaluasi
kerekayasaan dapat
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu :
Menurut K A Sweet
Surface mining
Placer mining
- Panning and sluicing
- Hydraulicking
- Dredging
Open pit
- Single bench
- Multiple bench
- Strip mining
- Quarry mining
Glory hole
Underground Metalliferous
Self supported opening (natural)
- Open stope mining
- Isolated openings
- Sublevel stoping
- Longhole stoping
- Pillared open stopes
- Random pillars
- Regular pillars
Open Artificially supported stopes (supported openings)
- Shrinkage stoping (broken ore)
- Cut and fill (waste filled)
- Square set stoping
- Longwall mining
Caving methods (Stress relief)
- Caving (ore broken bay induces collapse)
- Sub level caving
- Block caving
- Top Slicing
Underground Coal Mines
Drift mine
Slop mine
Shaft mine
1. Ongkos penambangan per ton atau per BCM bijih lebih murah karena tidak
perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan pencahayaan (illumination)
2. Kondisi kerjanya lebih baik, karena berhubungan langsung dengan udara
luar dan sinar matahari
3. Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebihleluasa,
sehingga produksinya bisa lebih besar
4. Pemakaian bahan peledak dapat lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih
baik, karena:
a. Adanya bidang bebas (free face) yang lebih banyak
b. Gas-gas beracun yang dapat ditimbulkan oleh peledakan dapat
dihembus angin dengan cepat (tidak terakumulasi)
5. Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan
dapat dilihat dengan jelas
6. relatif lebih aman, karena bahaya yang mungkin timbul terutama akibat
kelongsoran, sedangkan pada tambang bawah tanah selain kelongsoran
juga disebabkan oleh adanya gas-gas beracun, kebakaran dll
7. Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah
Tabel di bawah ini adalah salah satu contoh alat bantu untuk pemilihan alat
bor.
Pemotongan (Cutting)
Jika pemotongan merupakan bagian integral dari siklus produksi, hal
itu dilakukan dengan mesin yang dirancang sesuai dengan karakteristik
batuan / mineral yang diinginkan. Pada saat ini, pemotongan (cutting)
dilakukan pada dua aplikasi utama, yaitu :
1. Batubara dan mineral non-metal yang lebih lunak (tambang bawah tanah);
jenisnya : Chain cutting machine, shortwall (fixed bar) atau universal
(movable-bar).
2. Batuan dimensi (tambang terbuka)
a. Channeling machine, percussion atau flame jet
b. Saw, wire, atau rotary
Tujuan dari kegiatan cutting adalah menghasilkan kerf yang dapat
mengurangi atau mengelimin ir peledakan. Aksi penetrasi dasar dalam
pemotongan batuan atau batubara sama dengan pemboran.
Penggalian Mekanik (Mechanical Excavating)
Aplikasi penggalian secara mekanis pada tambang terbuka :
1. Penggaru (Ripper)
Tanah yang sangat kompak, batubara, atau batuan yang lunak atau
telah mengalami pelapukan.
2. Bucket Wheel Excavator (BWE) & cutting-head excavators
Tanah dan batubara.
3. Auger and highwall miners
Batubara
Tabel 3.3.
Klasifikasi peralatan penggalian dan pemuatan Tambang Terbuka
Keuntungan dan kerugian dari berbagai alat dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.4.
Perbandingan antara fitur Shovel, Dragline dan BWE
Pemilihan Alat
Secara garis besar, ada empat faktor yang pemilihan alat ekskavasi
(Pfileider, 1973a, Martin et al, 1982 dalam Hartman, 1987), yaitu :
1. Faktor performansi (unjuk kerja)
Faktor ini berhubungan langsung dengan produktifitas mesin, dan
meliputi : kecepatan putar, tenaga yang tersedia, jarak penggalian,
kapasitas bucket , kecepatan tempuh, dan reliabilitas.
2. Faktor desain
Mencakup kecakapan pekerja, teknologi yang digunakan, jenis
pengawasan dan tenaga (power) yang tersedia.
3. Faktor penunjang (Support)
4. Faktor biaya
Pengangkutan
Material dalam jumlah besar dalam industri pertambangan ditransport
dengan haulage (pemindahan ke arah horizontal) dan hoisting (pemindahan
vertikal). Klasifikasi metoda pengangkutan dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.
Tabel 3.5
Klasifikasi metoda pengangkutan Tambang Terbuka
Untuk alat angkut yang paling banyak digunakan (truk jungkit), dapat
dijumpai 4 tahap : pemuatan, pengangkutan, penuangan dan kembali
kosong (lihat Gambar).
Keuntungan dan kerugian beberapa alat angkut dirangkum pada tabel di
bawah ini.
Tabel 3.7.
Klasifikasi Operasi Tambahan pada Pertambangan
3.4. SIKLUS DAN SISTEM
Suatu bagan alir dari satu siklus operasi tipikal tambang terbuka dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
IV. PERSIAPAN TAMBANG TERBUKA
Persiapan tambang adalah pekerjaan yang dilakukan untuk
menyingkap endapan mineral untuk siap ditambang. Proses yang termasuk
disini adalah semua tahapan yang diperlukan untuk suatu tambang menuju
ke penjadwalan produksi yang lengkap, antara lain perencanaan,
perancangan, konstruksi dan lain-lain. Persiapan tambang mengikuti pada
umumnya studi kelayakan pada tahap I dan II yang dikembangkan sejauh
mungkin dan informasi yang lebih baik tersedia selama tahapan beruntut
dari proyek. Dari titik pandang fisik di pembukaan tambang, sifat utama
persiapan adalah melengkapi jalan menuju ke endapan bijih yang
memungkinkan para pekerja, peralatan, power, supplier, air dan udara dapat
melaluinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan persiapan tambang
antara lain :
1. Faktor lokasi dan iklim
2. Faktor Geologi dan Alamiah
a. Tanah dan topografi.
b. Relasi spasial (ukuran, bentuk, attitude dan lain-lain) dari badan
bijih
termasuk kedalaman.
c. Konsiderasi geologi, mineralogi, petrografi, struktur, genesa badan
bijih, gradien temperatur batuan, kehadiran air clan lain-lain.
d. Sifat mekanika batuan: kekuatan, modulus elastik, kekerasan,
abrasiveness, dan lain-lain.
e. Sifat-sifat kimia dan metalurgi (akibat penyimpanan, proses dan
laihlain),
3. Faktor Sosial - Ekonomi - Politik - Lingkungan
Sangat tergantung pada faktor luar. Faktor-faktor ini antara lain :
a. Demografi clan keterampilan penduduk setempat.
b. Finansial dan pemasaran.
c. Kestabilan politik setempat. d. Peraturan polusi.
e. Bantuan pemerintahan yang lain. Tahapan Persiapan
Tahapan ini dapat berlaku untuk persiapan di tambang terbuka
maupun tambang bawah tanah, yaitu :
a. Adopsi dari laporan studi kelayakan sebagai dokumen perencanaan,
subyek ke modifikasi sebagai kemajuan pengembangan.
b. Konfirmasi dari metoda penambangan dan rencana pertambangan
umum.
c. Pengaturan finansial yang berdasarkan pada estimasi biaya yang
telah
dikonfirmasikan pada laporan studi kelayakan.
d. Pengumpulan data tanah, termasuk Undang-undang Pertambangan
dan
Permukaan.
e. Pengarsipan pernyataan dampak lingkungan, mendapatkan ijin
penambangan (termasuk rencana reklamasi).
f. Melengkapi jalan-jalan permukaan, transportasi, komunikasi, dan
power supply ke tambang.
g. Perencanaan dan konstruksi pabrik, termasuk fasilitas pendukung,
pelayanan dan kontrol administrasi.
h. Pendirian pabrik pengolahan mineral, jika diperlukan, dan
penanganan bijih dan fasilitas perkapalan, penimbunan dan
pembuangan waste.
i. Pemilihan peralatan penambangan untuk persiapan dan eksplorasi.
j. Konstruksi dari bukaan jalan utama ke badan bijih dan bukaan
selanjutnya, pada tambang terbuka : pengupasan tanah lanjut
(advanced stripping).
k. Pengadaan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja dan pelayanan
pendukung (perumahan, transportasi, gudang yang diperlukan).
dimana:
A = biaya penambangan secara bawah
tanah/ton bijih
underground mining cost / ton ore
B = biaya penambangan secara tambang terbuka/ton bjih
open pit mining cost / ton ore
C = ongkos pengupasan tanah petutup/ton waste
open pit stripping cost / ton waste
Ini berarti hanya bagian endapan yang mempunyai BESR lebih kecil dari
D yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan
menguntungkan. Jadi D adalah BESR(1) tertinggi yang masih dibolehkan
untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut diatas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka,
maka dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan
BESR(2) dengan rumus sebagai berikut:
2) BESR(2) (Economic stripping ratio)
artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih
itu ditambang secara tambang terbuka.
dimana:
E = pendapatan /ton bijih (recoverable value / ton ore)
F = ongkos produksi /ton bjih (production cost / ton ore)
G = ongkos pengupasan tanah / ton waste (stripping cost / ton waste)
3) BESR(3)
Biasanya keuntungan maksimum dimasukkan dalam pertimbangan BESR,
sebagai berikut :
dimana :
H = keuntungan minimum/ton bijih yang diharapkan expected minimum
profit / ton ore
Contoh penentuan BESR
Contoh perhitungan BESR(2) untuk bijih tembaga kadar 0,80%, 0,75 %, dan
0,60 % Cu dapat dilihat pada tabel di halaman berikutnya. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa apabila harga logam Cu = $ 0,25 / lb,
- bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80 % mempunyai BESR = 2,5 : 1
- bijih Cu (ore) dengan kadar 0,70 % mempunyai BESR = 1,5 : 1
- bijih Cu (ore) dengan kadar 0,60 % mempunyai BESR = 0,6 : 1
Demikian pula dengan harga logam Cu yang lain ($0,30/lb Cu dan % 0,35 /Lb
Cu)
Tabel 4.3.
Contoh perhitungan Break Even Stripping Ratio BESR(2)
Kuari hampir sama dengan open pit, tetapi jenjangnya pendek dan
hampir vertikal. Meskipun kuari selama ini diterapkan untuk bahan galian
logam, namun lebih disukai bila membatasi kuari untuk operasi batu
berdimensi. Jadi batu gamping yang di-crusher dihasilkan oleh open pit
mine sedangkan batu gamping berdimensi dihasilkan oleh kuari.
Auger mining adalah suatu metoda untuk permukaan yang berdinding
tinggi atau outcrop recovery dari batubara dengan pemboran atau
penggalian bukaan ke dalam lapisan, diantara lapisan penutup. Meskipun
tanah penutup tidak dipindahkan, dan batubara diekstraksi oleh suatu auger
atau suatu mesin bawah tanah, pekerja tetap berada dipermukaan.
1. Mekanik
1. Bucket line (endless chain of buckets revolving along ladder ).
2. Bucket-wheel suction (buckets discharge in suction pipeline).
3. Dripper (showel, grapple, or dragfine mounted on barge ).
2. Hidraulik
1. Suction (open intake suction line)
2. Cutter head (excavation by rotating cutter on suction line).
Solution Mining : Borehole Extraction.
Bila produksi bijih konvensional menjadi lebih sulit dan lebih mahal,
maka daya tarik solution mining sebagai metoda eksploitasi meningkat.
Solution mining adalah salah satu metoda ekstraksi aqueous dimana
mineral diperoleh biasanya di tempat dengan dilarutkan, dicairkan,
diluluhkan atau slurrying meskipun beberapa persiapan atau eksploitasi di
bawah tanah, tetapi hampir semua operasi dilakukan di permukaan.
Pada borehole mining, air diinjeksikan melalu i lubang bor ke dalam
formasi mineral yang kemudian dilarutkan, dicairkan atau sluffies menjadi
mineral berharga dan dipompakan ke permukaan melalui lubang bor.
Kadang-kadang suatu reagen ditambahkan ke air, yang membentuk leaching
kimia.
Contoh mineral yang dapat dieksploitasi dengan borehole mining
adalah : Evaporit (garam, potash, dan trona dengan dissolusi, belerang
dengan melting (frasch process), phospat, kaolin, oil sand; batubara,
gilsonite, uranium dengan slurrying (percobaan) dan uranium dan liquate
dengan leaching kimia.
12 B= N+ L+ L+ L
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
N : Lebar yang dibutuhkan untuk broken material (m)Disini tidak disediakan
lebar untuk alat gali / muat, karena dianggap alat muat bekerja disamping
broken material
- Melinkov dan Chevnokov (Safety in Open Cast Mining)
o Untuk Lapisan yang lunak (soft strata)
B 2R C C L 1 = + + +
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
R : Digging radius dari alat muat (m)
C : Jarak sisi jenjang atau broken material ke garis tengah rel (m)
L : lebar yang disediakan untuk faktor keamanan, biasanya
sebesar dump-truck (m)
o Untuk Lapisan yang lunak (soft strata)
B a C C L A 1= + + + +
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
a : Lebar untuk broken material (m)
A : Lebar pemotongan pertama (m)
- Popov (The Working of Mineral Deposit)
a. Tinggi jenjang dan kemiringannya
i) Kemiringan jenjang tergantung pada kandung air pada bahan galian; bila
relatif kering biasanya memungkinkan kemiringan jenjang yang besar.
ii) Umumnya tinggi jenjang berkisar antara 12 15 m dengan kemiringan :
- untuk batuan beku : 70o 80o
- untuk batuan sedimen : 50o 60o
- untuk batuan ledge dan pasir kering : 40o 50o
- untuk batuan yang argilaceous : 35o 45o
b. Lebar jenjang
Lebar jenjang antara 40 60 m, biasanya juga dibuat antara 80 100 m jika
memakai multi row bore-hole . Lebar minimum untuk batuan keras :
Vr A C C L B 1 = + + + +
dimana :
Vr : Lebar jenjang minimum (m)
A : Lebar untuk broken material (m)
C : Jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel (m)
C1 : Setengah lebar lori (m)
B : Lebar endapan yang diledakkan (6 12 m)
L : Lebar yang disediakan untuk menjamin ekstraksi endapan
pada jenjang di bawahnya
- Young (Elements of Mining)
o Tinggi jenjang
- untuk tambang bijih besi : 20 40 ft
- untuk tambang bijih tembaga : 30 - 70 ft
- untuk limestone : s.d. 200 ft
o Lebar jenjang : 50 250 ft
o Kemiringan jenjang : 45o 65o
- E. P. Pfeider (Surface Mining)
m L = L m + SFx
dimana :
L : Tinggi jenjang (m)
Lm : Maximum cutting height dari alat-muat (m)
SF : Swell Factor (m)
x = 0,33 untuk cara corner cut
= 0,50 untuk cara box cut