Anda di halaman 1dari 7

Darhim, Pengaruh Pembelajaran Matematika No.

3/XXIV/2005

Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual


Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

Darhim
(Universitas Pendidikan Indonesia)
Abstrak

Penelitian ini adalah eksperimen dengan kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan PMK (Pembelajaran Matematika
Kontekstual) yang menerapkan tiga karakteristik RME (Realistic Mathematics Education) yaitu menggunakan masalah kon-
tekstual, model, dan kontribusi siswa. Kelompok kontrol diberi perlakukan PMB (Pembelajaran Matematika Biasa). Tujuan
penelitian adalah menelaah hasil belajar siswa dengan PMK dan PMB. Sampelnya adalah 120 siswa Sekolah Dasar kelas II
terdiri dari 4 kelas pada 4 sekolah (2 sekolah baik dan 2 sekolah sedang) yang ditetapkan dengan stratified purposive random
sampling. Data diperoleh melalui 4 tes matematika kontekstual. Temuan penelitian ini adalah ditinjau dari keseluruhan maupun
dari kelompok sekolah (baik dan sedang) PMK berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa daripada PMB untuk siswa
lemah.
Kata-kata kunci: realistic mathematics education (RME), pembelajaran matematika kontekstual (PMK), dan pembelajaran
matematika biasa (PMB).

Tidaklah sederhana untuk mengetahui


tinggi-rendahnya kualitas
pendidikan, termasuk untuk menentukan
hasil
belum tercapai
pembelajaran
secara
matematika
optimal.
sekolah,
memprihatinkan baik dalam hasil belajar siswa
Kualitas
masih

kualitas pembelajaran matematika sekarang. Bell maupun dalam proses pembelajarannya (Soedjadi,
(1978) mengatakan bahwa sangat susah 2000). Hal ini tergambar pula dari rerata hasil belajar
sebenarnya menentukan apakah pembelajaran siswa dalam level nasional, yaitu Nilai EBTANAS
matematika modern berhasil atau gagal. Lebih Murni (NEM) dan Ujian Akhir Nasional (UAN),
lanjut Bell mengatakan bahwa untuk dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2001 selalu di
menimbang penilaian positif dan negatifnya bawah 6 dalam skala 1 sampai 10. Sedangkan dalam
revolusi matematika modern, kebanyakan pelaksanaannya di dalam kelas, pembelajaran
orang-orang yang betul-betul mengetahui matematika masih cenderung didominasi dengan
matematika modern sampai kepada kesimpulan cara konvensional yang lebih terpusat pada guru
bahwa matematika modern itu bukan sesuatu (Marsigit, 2000). Masih banyak pendapat beberapa
kegagalan yang suram, bukan pula keberhasilan kalangan yang senada dengan pendapat di atas,
yang berlimpah ruah. Pendapat ini seperti Marpaung (2001); Zulkardi (2001); Sumarmo
menggambarkan bahwa kualitas hasil belajar (1999a).
matematika belum menggembirakan. Sebenarnya hasil belajar matematika siswa
Dampak dari kualitas pembelajaran Sekolah Dasar saat ini tidak terlalu memprihatinkan.
matematika tersebut dan kesadaran semua Namun demikian, masih sering terdengar keluhan
pihak akan pentingnya pembelajaran guru matematika di SMP, siswa dengan nilai
matematika yang berkualitas, telah matematika Sekolah Dasar yang cukup baik, masih
mendongkrak berbagai upaya pembenahan mengalami kesulitan dalam belajar matematika di
pembelajaran matematika. Namun sayang, SMP dan hasil belajar matematika mereka pada awal
upaya tersebut sampai saat ini belum sesuai tahun pelajaran cenderung menurun (Sumarmo,
dengan yang diharapkan. Hampir tiga dekade 1999b).
pelaksanaan kurikulum bermuatan matematika Dalam penelitian lain, Sumarmo (1999a) yang
modern, tetapi keberhasilan belajar siswa lebih memfokuskan kepada aspek kesulitan siswa

Mimbar Pendidikan
10
No. 3/XXIV/2005 Darhim, Pengaruh Pembelajaran Matematika

Sekolah Dasar dalam belajar matematika seminar-seminar nasional pendidikan matematika.


menemukan bahwa, terdapat cukup banyak Melalui seminar-seminar tersebut banyak kalangan
siswa Sekolah Dasar yang masih mengalami yang menaruh perhatian dan memperlihatkan sikap
kesulitan dalam belajar matematika. Ditinjau positif untuk mengetahui lebih jauh tentang RME
dari keterlibatan siswa dalam belajar tersebut. Bahkan ada kalangan yang sudah
matematika, sekitar 50% siswa Sekolah Dasar mempertanyakan, apakah RME akan berhasil bila
kelas III dan sekitar 40% siswa kelas V dan dilaksanakan di Indonesia? Pertanyaan itu sangat
kelas VI mengalami kesulitan belajar wajar muncul, karena RME di negara asalnya
matematika. Terdapat sejumlah topik mempunyai catatan keberhasilan yang
matematika Sekolah Dasar sulit untuk menggembirakan.
dipahami siswa dan diajarkan guru. Menurut sejarahnya RME merupakan suatu
Di samping itu, menurut Begle (1979) pendekatan pembelajaran matematika yang
rata-rata siswa Sekolah Dasar bersikap netral dikembangkan di Belanda sekitar 30 tahun lalu oleh
terhadap matematika. Lebih lanjut Begle Freudenthal Institute (Streefland, 1991;
mengatakan bahwa apabila siswa Sekolah Dasar Gravemeijer, 1994). Perubahan mendasar lebih
ditanya tentang mata-mata pelajaran yang difokuskan kepada mengganti pembelajaran
diajarkan di sekolah (seperti matematika, matematika yang bersifat mekanistik menjadi
bahasa, ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu realistik (Streefland, 1991). RME banyak diwarnai
sosial, dan sebagainya), maka pelajaran oleh pandangan Freudenthal tentang matematika.
matematika ada di pertengahan. Ini Ada dua pandangan penting menurut Freudenthal
memberikan petunjuk bahwa pelajaran yaitu matematika dihubungkan dengan realitas dan
matematika tidak disukai para siswa Sekolah matematika dipandang sebagai aktivitas manusia
Dasar. (Freudenthal, 1991). Berkaitan dengan dua
Kurang disukainya pelajaran matematika pandangan di atas Gravemeijer (1994) mengatakan
oleh siswa mungkin dipengaruhi oleh faktor bahwa matematika harus diusahakan dekat dengan
materi atau proses pembelajarannya. Dari segi kehidupan siswa, harus dikaitkan dengan kehidupan
materi, matematika merupakan ilmu yang sehari-hari, dan bila memungkikan real bagi siswa.
abstrak (Gravemeijer, 1994). Pandangan bahwa Di samping itu siswa harus diberi kesempatan yang
matematika itu abstrak juga dikemukakan leluasa untuk belajar melakukan aktivitas bekerja
Ernest (1991) dan Ruseffendi (1979b). Bagi matematik atau matematisasi.
anak-anak matematika akan semakin terasa Di negara asalnya, Belanda, RME
abstrak jika materinya dibuat jauh dari memperlihatkan hasil belajar matematika siswa yang
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu menggembirakan. Ini terbukti dari laporan TIMSS
Ruseffendi (1979a) menyarankan agar dalam tahun 1999, Belanda ada pada posisi ke-7 dari 38
menerangkan pengerjaan hitung sedapat negara peserta (Mullis et al, 2000). Posisi ini
mungkin supaya dimulai dengan menggunakan mengalahkan posisi Amerika Serikat dan Inggris
benda-benda real, gambarnya atau diagramnya yang berturut-turut ada pada urutan ke-19 dan ke-20
yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata yang sistem pembelajaran matematikanya menjadi
sehari-hari. Kemudian dilanjutkan ke tahap acuan pembelajaran matematika di Indonesia.
kedua yaitu berupa modelnya dan akhirnya ke Di Indonesia, RME disebut Pembelajaran
tahap simbol. Matematika Realistik (PMR) (Turmudi, 2000;
Isu tentang Realistic Mathematics Education Ruseffendi, 2001; Suwarsono, 2001) atau
(RME) pada beberapa tahun terakhir telah Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia
menarik perhatian kalangan para ahli (PMRI) (Hadi, 2001; Fauzan, 2001; Sembiring,
pendidikan matematika di Indonesia. RME 2001). Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan
sering dijadikan tema pokok dalam

Mimbar Pendidikan
11
Darhim, Pengaruh Pembelajaran Matematika No. 3/XXIV/2005

yang banyak memberikan harapan bagi dan pandai) seperti di atas, hasil belajar siswa juga
peningkatan hasil pembelajaran matematika. diduga terkait dengan klasifikasi atau kelompok
Karakteristik PMR secara garis besarnya sekolah (baik dan sedang).
tertuang dalam lima karakteristik RME (de Berdasarkan hal-hal tersebut, dirasakan perlu
Lange, 1987, 1996; Treffers, 1991; upaya untuk mengungkap apakah PMK mempunyai
Gravemeijer, 1994) yaitu menggunakan perbedaan kontribusi terhadap hasil belajar siswa
masalah kontekstual, menggunakan model, bila dibandingkan dengan PMB (Pembelajaran
menggunakan kontribusi siswa, terjadi Matematika Biasa) menurut Kurikulum 1994. Hal
interaktivitas, dan terintegrasi. itulah yang mendorong dilakukan suatu penelitian
Diduga terdapat tiga karakteristik PMR yang memfokuskan diri pada kontribusi PMK
yang dominan mempengaruhi keberhasilan terhadap hasil belajar siswa Sekolah Dasar ditinjau
pembelajaran matematika. Ketiga karakteristik secara menyeluruh, berdasarkan klasifikasi atau
dimaksud adalah menggunakan masalah kelompok sekolah, dan berdasarkan klasifikasi
kontekstual, menggunakan pemodelan, dan kemampuan awal siswa atau kelompok siswa.
menggunakan kontribusi siswa. Oleh karena itu
ketiga karakteristik PMR tersebut perlu dikaji Masalah dan Tujuan Penelitian
kontribusinya dalam proses pembelajaran
terutama terhadap hasil belajar siswa. Untuk Berdasarkan kajian latar belakang masalah di
selanjutnya, model pembelajaran matematika atas, permasalahan penelitian ini adalah: Adakah
yang diadaptasi dengan menggunakan ketiga perbedaan hasil belajar siswa yang belajarnya dengan
karakteristik PMR tersebut akan disebut PMK dan PMB ditinjau dari (a) keseluruhan, (b)
Pembelajaran Matematika Kontekstual (PMK). kelompok sekolah, dan (c) kelompok siswa?
Walaupun PMK hanya menggunakan Sesuai permasalahan tersebut, maka
tiga karakteristik PMR, tetapi proses penelitian ini bertujuan: Menelaah tentang
matematisasi, yaitu matematisasi horizontal dan perbedaan hasil belajar siswa yang belajarnya dengan
vertikal, seperti tuntutan PMR tetap dilakukan PMK dan PMB ditinjau dari keseluruhan, kelompok
dalam pembelajaran. Di samping itu sekolah, dan kelompok siswa.
prinsip-prinsip pembelajaran yang diawali
dengan masalah kontekstual, penemuan Hipotesis
kembali (reinvention), penemuan (invention), Berdasarkan kajian permasalahan seperti telah
pemecahan masalah, dan pembelajaran harus dikemukakan pada bagian terdahulu, maka
berlangsung demokratis tetap merupakan penelitian ini mengajukan sejumlah hipotesis sebagai
bagian dari PMK. Pertanyaan-pertanyaan bisa berikut.
muncul sehubungan dengan PMK tersebut 1. Siswa yang belajarnya dengan PMK hasil
adalah: Dapatkah PMK berpengaruh positif belajar matematikanya lebih baik daripada
terhadap hasil belajar siswa? siswa yang belajarnya dengan PMB ditinjau dari
Hasil belajar siswa tersebut diduga (a) keseluruhan dan (b) kelompok siswa (lemah
terkait kemampuan awal siswa atau kelompok dan pandai).
siswa yang dikelompokkan ke dalam kelompok 2. Siswa sekolah baik yang belajarnya dengan
siswa pandai dan lemah di kelasnya. PMK hasil belajar matematikanya lebih baik
Pengelompokan tersebut berdasarkan kepada daripada siswa sekolah baik yang belajarnya
hasil belajar matematika siswa yang diambil dengan PMB ditinjau dari (a) keseluruhan dan
dari nilai rapor mata pelajaran matematika (b) kelompok siswa (lemah dan pandai).
semester terakhir dan berpedoman kepada 3. Siswa sekolah sedang yang belajarnya
pengelompokan siswa yang dibuat guru kelas. dengan PMK hasil belajar matematikanya
Selain dikaitkan dengan kelompok siswa (lemah lebih baik daripada siswa sekolah sedang

Mimbar Pendidikan
12
No. 3/XXIV/2005 Darhim, Pengaruh Pembelajaran Matematika

yang belajarnya dengan PMB ditinjau Kelompok pertama, terdiri dari dua kelas yaitu satu
dari (a) keseluruhan dan (b) kelompok kelas berasal dari sekolah baik dan satu kelas
siswa (lemah dan pandai). sekolah sedang. Dua kelas sisanya, sebagai
kelompok kedua. Kelompok pertama selanjutnya
Metode dan Prosedur Analisis Data akan disebut kelompok (kelas) percobaan dan
kelompok kedua akan disebut kelompok kontrol.
Penelitian ini merupakan eksperimen Rancangan percobaan yang digunakan adalah
(percobaan) tentang Pembelajaran Matematika model faktorial 2x2x2, dengan 2 adalah banyak
Kontekstual (PMK) di kelas II SD. Sebagai faktor pembelajaran (PMK dan PMB), banyak
kelompok kontrolnya adalah siswa kelas II SD faktor sekolah (sedang dan baik), dan banyak faktor
yang diberi Pembelajaran Matematika Biasa kelompok siswa (lemah dan pandai). Banyak subjek
(PMB) yang sekarang digunakan di sampel pada setiap sel berdasarkan banyak faktor
sekolah-sekolah menurut Kurikulum 1994. pada rancangan percobaban tersebut dan
Faktor lain yang dilihat adalah kelompok siswa berdasarkan banyak subjek sampel menurut hasil
(lemah dan pandai) di kelasnya. taksiran rerata dan simpangan baku populasi, dapat
Empat kelas subjek sampel penelitian dilihat pada Tabel 1.
ini, dibagi menjadi dua kelompok homogen.

Tabel 1
Sebaran Subjek Sampel menurut Kelompok
Pembelajaran, Sekolah, dan Siswa

PMK PMB
SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH SEKOLAH
BAIK SEDANG BAIK SEDANG
KELOMPO PANDAI 15 15 15 15
K
LEMAH 15 15 15 15
SISWA
30 30 30 30
TOTAL
60 60

Data yang diperoleh melalui empat tes diuji pada langkah pertama. Kedua, menentukan
matematika, setelah dikelompokkan diolah statistik tertentu sesuai permasalahannya, dalam
dengan bantuan Microsoft Excel XP (2000) rangka pengujian hipotesis. Penggunaan ANOVA
dan SPSS 11.5 for Windows (2002). satu dan dua jalur mewarnai penentuan statistik
Pengolahan data dilakukan sesuai yang diperlukan pada langkah ini.
permasalahannya.
Ada dua tahapan utama pengolahan Hasil Penelitian
data, yaitu: Pertama, menguji semua
persyaratan statistik yang diperlukan sebagai Secara keseluruhan, dengan uji F diperoleh
dasar dalam rangka pengujian hipotesis. Fhitung=2,259 lebih kecil dari Fkritis untuk taraf
Persyaratan statistik yang diuji terlebih dahulu signifikansi 1%. Ini berarti tidak ada perbedaan
itu adalah uji normalitas sebaran data subjek antara hasil belajar siswa yang pembelajarannya
sampel penelitian untuk masing-masing dengan PMK dan PMB. Tetapi, hasil belajar siswa
kelompok pembelajaran baik untuk dalam matematika berbeda signifikan pada taraf
bagian-bagiannya maupun untuk gabungannya. signifikansi 1%, apabila dilihat dari kelompok
Homogenitas varians antara kelompok juga siswanya (pandai dan lemah). Dalam hal ini, nilai

Mimbar Pendidikan
13
Darhim, Pengaruh Pembelajaran Matematika No. 3/XXIV/2005

Fhitung=8,363 lebih besar dari Ftabel untuk taraf belajar siswa sekolah sedang yang belajarnya dengan
signifikansi 1%. PMK dan siswa sekolah sedang yang belajarnya
Berdasarkan interaksi antara model dengan PMB. Tetapi, hasil belajar siswa sekolah
pembelajaran (PMK dan PMB) dengan sedang berbeda signifikan pada taraf signifikansi
kelompok siswa (lemah dan pandai), ternyata 5%, apabila dilihat dari kelompok siswanya (lemah
hasil belajar siswa lebih tinggi melalui PMK dan pandai). Dalam hal ini, nilai Fhitung=4,788 lebih
daripada dengan PMB untuk kedua kelompok besar dari Ftabel untuk taraf signifikansi 5%.
siswa tersebut. Akan tetapi untuk kelompok Berdasarkan interaksi pada sekolah sedang
siswa lemah perbedaan rerata hasil belajar antara model pembelajaran (PMK dan PMB) dengan
siswa untuk kedua pembelajaran itu lebih besar kelompok siswa, ternyata hasil belajar siswa lebih
daripada perbedaan rerata hasil belajar siswa tinggi dengan PMK daripada dengan PMB untuk
untuk kelompok siswa pandai. Perbedaan hasil kelompok siswa lemah. Akan tetapi pada sekolah
belajar siswa yang terbesar antara PMK dan sedang untuk kelompok siswa pandai hasil belajar
PMB terjadi pada kelompok siswa lemah. Ini siswa lebih tinggi dengan PMB daripada dengan
berarti PMK berpengaruh lebih baik terhadap PMK. Ini berarti pada sekolah sedang PMK lebih
hasil belajar siswa daripada PMB pada baik daripada PMB untuk kelompok siswa lemah,
kelompok siswa lemah. tetapi untuk kelompok siswa pandai PMB lebih baik
Pada sekolah baik, dengan menggunakan daripada PMK.
uji F diperoleh Fhitung=2,183 lebih kecil dari
Fkritis untuk taraf signifikansi 5%. Ini berarti Kesimpulan
tidak ada perbedaan antara hasil belajar siswa
sekolah baik yang belajarnya dengan PMK dan Ditinjau dari keseluruhan dan klasifikasi atau
PMB. Demikian pula bila ditinjau dari kelompok sekolah (baik dan sedang), siswa yang
kelompok siswanya, tidak ada perberbedaan belajarnya dengan PMK dan PMB mencapai kualitas
secara signifikan pada taraf signifikansi 5% hasil belajar yang tidak berbeda dan tergolong dalam
antara hasil belajar siswa sekolah baik dengan klasifikasi cukup. Tetapi untuk siswa lemah, siswa
PMK dan PMB. Hal ini karena Fhitung=0,147 yang belajarnya dengan PMK mencapai kualitas
lebih kecil dari Ftabel untuk taraf signifikansi hasil belajar lebih baik daripada siswa yang
5%. belajarnya dengan PMB.
Berdasarkan interaksi pada sekolah baik
antara model pembelajaran (PMK dan PMB) Implikasi
dengan kelompok siswa, ternyata hasil belajar Ditinjau dari keseluruhan maupun dari
siswa sekolah baik lebih tinggi melalui PMK kelompok sekolah (baik dan sedang), PMK diduga
daripada dengan PMB untuk kedua kelompok akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar
siswa tersebut. Akan tetapi pada sekolah baik untuk siswa lemah. Hal itulah yang merupakan
untuk kelompok siswa lemah perbedaan rerata petunjuk peluang keberhasilan penerapan PMK di
hasil belajar untuk kedua pembelajaran itu Indonesia, mengingat kondisi siswa Sekolah Dasar
lebih besar daripada perbedaan rerata hasil saat ini yang cenderung lebih banyak siswa lemah
belajar kelompok siswa pandai. Ini berarti daripada siswa pandai.
PMK berpengaruh lebih baik terhadap hasil Terdapat beberapa dugaan sebagai alasan
belajar siswa sekolah baik daripada PMB untuk mengapa PMK berpengaruh lebih baik terhadap
kelompok siswa lemah. hasil belajar siswa lemah. Pertama, matematisasi
Pada sekolah sedang, dengan horizontal nampaknya lebih sesuai untuk siswa
menggunakan uji F diperoleh Fhitung=0,453 lemah. Sebab matematisasi horizontal dalam PMK
lebih kecil dari Fkritis untuk taraf signifikansi berfungsi untuk mengubah masalah kentekstual
1%. Ini berarti tidak ada perbedaan antara hasil menjadi bentuk matematika yang formal melalui

Mimbar Pendidikan
14
No. 3/XXIV/2005 Darhim, Pengaruh Pembelajaran Matematika

pemodelan informal. Model informal itulah dengan menggunakan masalah kontekstual.


yang dimungkinkan lebih membantu siswa Melalui pemecahan masalah kontekstual itulah
lemah dalam memahami konsep matematika konsep matematika dibangun. Apabila peran
yang dipelajari. Bila dikaitkan dengan tingkat pemecahan masalah tersebut kurang
kematangan siswa Sekolah Dasar kelas II yang diperhatikan, dimungkinkan pendekatan PMK
pada umumnya masih berada pada tahap akan menjadi kurang efektif.
berfikir kongkrit, maka pemodelan dengan cara 3. Khusus kepada guru matematika sekolah
informal nampaknya sangat sesuai. Di samping sedang, direkomendasikan dalam menggunakan
itu, pemodelan sebagai alat bantu yaitu pendekatan PMK harus memperhatikan
membantu siswa dalam memahami masalah kelompok siswanya (lemah dan pandai). Hal ini
matematika diduga sangat berperan untuk berdasarkan temuan penelitian ini, bahwa pada
siswa lemah. sekolah sedang PMK berpengaruh lebih baik
Kedua, kelompok siswa lemah pada terhadap hasil belajar siswa daripada PMB
proses pembelajaran lebih memerlukan untuk kelompok siswa lemah. Pengaruh kurang
sentuhan-sentuhan pengarahan guru daripada baiknya PMK pada kelompok siswa pandai
kelompok siswa pandai. Tingkat kesulitan boleh jadi akibat PMK dirasakan kurang
belajar yang dialami siswa lemah cenderung manfaatnya dan mungkin mereka merasa bosan
lebih banyak ketimbang kesulitan yang dialami dengan pembelajaran seperti itu.
siswa pandai. Oleh karena itu, guru sebagai 4. Untuk guru matematika sekolah baik,
fasilitator dalam pembelajaran memegang peran direkomendasikan agar dalam penggunaan
yang sangat penting bagi siswa lemah. Dalam PMK lebih mengakomodasi kepentingan
PMK peran guru seperti itu bukan hanya untuk kelompok siswa pandai. Misalnya dengan cara
siswa lemah, tetapi merupakan kewajiban mengajukan masalah kontekstual yang lebih
untuk memfasilitasi semua siswa. Hanya saja menantang. Melalui tantangan itulah diharapkan
peran guru tersebut mungkin agak kurang perasaan kurang manfaatnya belajar matematika
dirasakan manfaatnya bagi siswa pandai. dengan PMK bagi siswa pandai akan hilang
dengan sendirinya. Di samping itu, tantangan
Rekomendasi akan menghadirkan upaya kerja keras bagi para
siswa pandai.
1. Dalam upaya implementasi PMK di 5. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
Sekolah Dasar, direkomendasikan untuk komprehensif tentang pengaruh PMK terhadap
mengadakan perubahan-perubahan hasil belajar siswa, direkomendasikan perlu
terhadap paradigma pembelajaran penelitian lanjutan tentang PMK terhadap
matematika yang selama ini kurang sesuai subjek yang sama sampai subjek selesai Sekolah
dengan kaidah-kaidah PMK. Misalnya Dasar. Dengan bertambahnya waktu
perubahan tentang pandangan matematika, pelaksanaan ujicoba diharapkan subjek lebih
siswa, dan guru. matang dalam kebiasaan belajarnya dengan
2. Kepada guru matematika Sekolah Dasar, PMK dan diharapkan kebiasaan belajar tersebut
direkomendasikan untuk memadukan tertanam dengan baik. Juga dengan
pendekatan PMK dengan pendekatan lain bertambahnya waktu pelaksaan ujicoba,
seperti pendekatan pemecahan masalah pengaruh kebiasaan belajar yang tidak sesuai
yang berbasis lingkungan. Pemecahan dengan kaidah-kaidah PMK diharapkan
masalah yang selama ini dianjurkan tetapi semakin kecil.
dalam pelaksanaannya sering terlupakan
perlu diintensifkan perannya dalam
pembelajaran dengan pendekatan PMK,
Daftar Pustaka
karena dalam PMK pembelajaran dimulai Begle, E.G. (1979). Critical variables in mathematics education.

Mimbar Pendidikan
15
Darhim, Pengaruh Pembelajaran Matematika No. 3/XXIV/2005

Washington D.C.: The Mathematical Association of Sembiring, R.K. (2001). Mengapa memilih RME/PMRI. Makalah
America and NCTM. disampaikan pada seminar nasional tentang Pendidikan
Bell, F.H. (1978). Teaching and learning mathematics in Matematika Realistik tanggal 14-15 November 2001.
secondary schools. Iowa: Wm. C. Brown Company Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Publishers. Soedjadi, (2000). Kiat-kiat pendidikan matematika di Indonesia.
de Lange, J. (1987). Mathematics insight and meaning. Jakarta: DIRJEN DIKTI DEPDIKBUD,
Utrecht: OW & OC. Streefland, L. (Ed.) (1991). Realistic mathematics education in
de Lange, J. (1996). Using and applying mathematics in primary school. Utrecht: CD- Press, Freudenthal Institute.
education. In A.J. Bishop (Ed). International handbook Sumarmo, U. (1999a). Pengembangan model pembelajaran
of mathematics education. Dordrecht: Kluwer matemalika untuk meningkatkan keterampilan intelektual
Academics Publisher. tingkat tinggi siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian.
Ernest, P. (1991). The philosophy of mathematics education. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.
London: The Falmer Press. Sumarmo, U. (1999b). Implementasi kurikulum matematika 1994
Fauzan, A. (2001). Pendekatan matematika realistik suatu pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Laporan
tantangan dan harapan. Makalah disampaikan pada Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.
seminar nasional tentang Pendidikan Matematika Suwarsono, St. (2001). Beberapa permasalahan yang terkait dengan
Realistik tanggal 14-15 November 2001. Yogyakarta: upaya impelmentasi pendidikan matematika realistik di
Tidak Diterbitkan. Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar nasional
Freudenthal, H. (1991). Revisiting mathematics education. tentang Pendidikan Matematika Realistik tanggal 14-15
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. November 2001. Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Gravemeijer, K.P.E. (1994). Developing realistic mathematics Treffers, A. (1991). Realistic mathematics education in the Netherlands
education. Utrecht: CD- Press, Freudenthal Institute. 1980 - 1990. In L. Streefland (Ed.). Realistic mathematics
Hadi, S. (2001). PMRI: Beberapa catatan sebelum melangkah education in primary school. Utrecht: CD- Press,
lebih jauh. Makalah disampaikan pada seminar Freudenthal Institute.
nasional tentang Pendidikan Matematika Realistik Turmudi. (2001). Pendekatan realistic dalam pembelajaran
tanggal 14-15 November 2001.Yogyakarta: Tidak matematika dan beberapa contoh real di tingkat makro.
Diterbitkan. Makalah disajikan dalam seminar sehari tentang Realitic
Marpaung, Y. (2001). Pendekatan realistik dan sani dalam Mathematics Education tanggal 4 April 2001. Bandung: Tidak
pembelajaran matematika. Makalah disampaikan pada Diterbitkan.
seminar nasional tentang Pendidikan Matematika Zulkardi. (2001). Realistic mathematics education (RME): Teori,
Realistik tanggal 14-15 November 2001. Yogyakarta: contoh pembelajaran, dan taman belajar di internet.
Tidak Diterbitkan. Makalah disajikan dalam seminar sehari tentang Realistic
Marsigit. (2000). Empirical evidence of Indonesian styles of Mathematics Education tanggal 4 April 2001. Bandung: Tidak
primary teaching. Paper presented at the ICME Diterbitkan.
conference, Hiroshima Japan. Penulis :
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Gonzalez, E.J., Gregory, K.D.,
Garden, R.A., O'Connor, K.M., Chrostowski, S.J., dan Dr. Darhim, M.Si. adalah Dosen pada Jurusan
Smith, T.A. (2000). TIMSS 1999: International Matematika Fakultas Ilmu Pendidikan Matematika dan
mathematics report. Boston: The International Study Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Universitas
Center, Boston College, Lynch School of Education. Pendidikan Indonesia. Menyelesaikan Sarjana
Ruseffendi, E.T. (1979a). Seri pengajaran matematika modern
untuk orang tua murid, guru, dan SPG seri ketiga. Pendidikan Matematika TAHUN 1981, dari UPI (IKIP)
Bandung: Tarsito. Bandung. Magister Sain Matematika dalam bidang
Ruseffendi, E.T. (1979b). Seri pengajaran matematika modern Analisis diperoleh dari UGM Yogyakarta tahun 1999.
untuk orang tua murid, guru, dan SPG seri keempat.
Doktor Pendidikan Matematika UPI Bandung tahun
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, H. E. T. (2001). Evaluasi pembudayaan berpikir 2004.
logis serta bersikap kritis dan kreatif metalui PMR.
Makalah disampaikan pada lokakarya tentang sistem
evaluasi Pembelajaran Matematika Realistik, Juli 2001.
Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.

Mimbar Pendidikan
16

Anda mungkin juga menyukai