Anda di halaman 1dari 33

Pokok Bahasan 4

FARMAKODINAMIK

Indah Purwaningsih, M.Farm, Apt


1
Definisi
Studi tentang pengaruh obat terhadap jaringan
tubuh.
Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap
fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta
mekanisme kerja obat tersebut didalam tubuh.

2
Cakupan Farmakodinamika :

1. Mekanisme Kerja Obat


2. Hubungan antara struktur dan aktivitas
3. Hubungan antara dosis obat dengan respon

3
1.Mekanisme Kerja Obat
Pada permulaan abad ke-20, Ehrlich & Langley
menyatakan bahwa suatu obat harus berinteraksi
dengan suatu receptive substance (reseptor) pada
jaringan untuk menghasilkan efek pada jaringan
tersebut.
Clark (1937) menyatakan bahwa molekul berikatan
dengan reseptor-reseptor dengan kecepatan yang
proporsional dengan konsentrasi obat dalam larutan
dan jumlah reseptor bebas.

4
Berdasarkan penelitian dilaboratorium, Clark
berpendapat bahwa jumlah reseptor yang diikat
oleh obat menentukan besarnya respon jaringan
terhadap obat.
Bila 50% dari seluruh reseptor ditempati obat, maka
terjadi respon yang besarnya 50% dari respon
maksimal.
Respon maksimal bisa dicapai bila seluruh reseptor
diikat obat. Teori ini disebut teori occupancy dari
Clark.

5
Mekanisme Obat ada 2 :
1. Aksi Non Spesifik, yaitu mekanisme aksi obat yang
didasarkan sifat fisika kimiawi yang sederhana,
misalnya berdasarkan osmolaritas, massa fisis,
adsorpsi, rasa, sifat asam basa, melapisi membran
mukosa.
2. Aksi Spesifik, yaitu mekanisme aksi obat yang
melibatkan interaksi dengan komponen spesifik
organisme seperti reseptor, enzim, komponen
genetik.

6
RESEPTOR
Reseptor adalah setiap molekul target yang harus diikat
oleh obat supaya obat tersebut dapat menghasilkan
efeknya yang spesifik atau dengan kata lain reseptor
adalah tempat kerja obat (site of action).

Obat + Reseptor Komplek Obat-Reseptor Efek

Ligan Mekanisme Kunci dan Gembok

7
Aktivitas suatu obat merupakan hasil dari :
1. Afinitas : Kemampuan untuk mengikat reseptor.
2. Aktivitas Intrinsik (Efikasi) : Kemampuan suatu
obat untuk menimbulkan suatu efek.

Agonis Penuh
Antagonis
Agonis Parsial

8
3 TIPE LIGAN :
1. Agonis Penuh : bila obat tersebut dapat menimbulkan
respon maksimal walaupun tidak semua reseptor
diduduki, karena agonis penuh memiliki efikasi yang
tinggi.
2. Antagonis : bila obat tidak menimbulkan efek apa-apa
karena efikasi antagonis adalah NOL dan hanya
mempunyai afinitas kepada reseptor saja.
3. Agonis Parsial : bila obat memiliki efikasi yang rendah
dan memiliki sifat-sifat yang terletak diantara agonis
penuh dan antagonis obat-obat yang memiliki efikasi
rendah dapat menghasilkan suatu respon yang kurang
dari maksimal walaupun hampir semua reseptor
diikatnya.
9
Agonis dan Antagonis

10
Reseptor dibagi menjadi 4 Kelompok :

Reseptor Kanal Ion


Merupakan suatu reseptor membran yang langsung
terhubung oleh suatu kanal ion.
Contoh : reseptor asetilkolin nikotinik, reseptor
GABA A dan reseptor glutamat.
Reseptor yang tergandeng dengan Protein G
Reseptor ini merupakan reseptor membran yang
tergandeng dengan sistem efektor yang disebut
protein G.
Contoh : reseptor asetilkolin muskarinik, reseptor
adrenergik, reseptor histamin, reseptor
dopaminergik dan reseptor serotonin.
11
Reseptor yang terkait dengan aktivitas Kinase
Merupakan reseptor yang memiliki aktivitas kinase
dalam transduksi sinyalnya dan berada dimembran.
Contoh : reseptor sitokin, reseptor growth factor
dan reseptor insulin.
Reseptor Inti
Berbeda dengan 3 kelompok reseptor diatas yang
berlokasi di membran sel, reseptor ini berada di
dalam sitoplasmik atau nukleus. Aksinya langsung
mengatur transkripsi gen yang menentukan sintesis
protein tertentu.
Contoh : reseptor steroid, reseptor estrogen dan
reseptor PPAR.
12
Sekresi Insulin
Glukosa masuk kedalam sel beta
pankreas dengan bantuan GLUT
2.
Glukosa yg masuk diubah
menjadi energi dalam bentuk
ATP.
Meningkatnya jumlah ATP dalam
sel akan memblokade kanal
kalium, sehingga kalium tdk bs
keluar.
Kanal Kalsium terbuka dan
kalsium masuk kedalam sel
berkontraksi insulin keluar ke
aliran darah.
13
Mekanisme Kerja Insulin
Insulin yang lepas kemudian
terikat pada reseptor
insulin.
Kompleks insulin-reseptor
ini akan mengaktifkan
signal dibawahnya Insulin
Signaling merangsang
GLUT 4 bergerak ke
membran plasma untuk
mengambil glukosa dari
darah terjadi penurunan
kadar glukosa darah.

14
Antagonisme Obat
Antagonisme obat adalah suatu keadaan ketika efek
dari satu obat menjadi berkurang atau hilang sama
sekali yang disebabkan oleh keberadaan satu obat
lainnya.
Menurut mekanisme terjadinya, antagonisme dapat
diklasifikasikan menjadi 5 macam :
1. Antagonisme Kimiawi
2. Antagonisme Farmakokinetik
3. Antagonisme dengan Blokade Reseptor
4. Antagonisme Non-Kompetitif
5. Antagonisme Fisiologik
15
1. Antagonisme Kimiawi

Terjadi ketika dua obat bergabung sehingga efek


obat yang aktif menjadi hilang.
Contoh : inaktifasi logam-logam berat atau untuk
penanganan keracunan logam berat dengan cara
pemberian suatu Chelating Agent atau senyawa
pembentuk khelat/kompleks, misal dimercaprol
yang mengikat erat ion-ion logam tersebut
membentuk suatu kompleks tidak aktif.

16
2.Antagonisme Farmakokinetika
Antagonisme farmakokinetika menjelaskan keadaan-
keadaan dengan obat-obat antagonisme secara efektif
mengurangi konsentrasi obat aktif pada tempat
kerjanya.
Hal ini bisa terjadi dengan cara :
1. Meningkatkan metabolisme obat aktif pengurangan
efek antikoagulan warfarin dengan meningkatkan
metabolismenya di hepar dengan fenobarbital.
2. Mengurangi kecepatan absorpsi obat aktif di saluran
cerna atau meningkatkan kecepatan ekskresi
pemberian Na-bikarbonat untuk alkalinisasi urine pada
keracunan fenobarbital.
17
3. Antagonisme dengan Blokade Reseptor

Antagonisme Kompetitif Reversibel


Antagonisme terjadi antara agonis dan antagonis
yang berkompetisi untuk menduduki reseptor yang
sama dimana antagonis mengikat tempat ikatan
agonis pada reseptornya secara reversibel dimana
jumlah reseptor yang diduduki antagonis kompetitif
dapat dikurangi dengan cara meningkatkan
konsentrasi agonis.
Diperlukan dosis agonis yang lebih tinggi untuk
memperoleh efek yang sama.
Contoh : antagonisme oleh atropin terhadap
asetilkolin pada reseptor kolinergik muskarinik.
18
Antagonisme Kompetitif yang Irreversible
Agonis dan antagonis menduduki reseptor yang
sama, namun antagonis membentuk suatu ikatan
yang kuat dengan reseptor sehingga sangat sulit
untuk lepas dari reseptor jumlah reseptor yang
inaktif meningkat karena diduduki oleh antagonis
pada saat agonis diberikan.
Pada kondisi ini, berapapun besarnya konsentrasi
agonis yang diberikan efek akhirnya akan tetap
karena terjadi inaktivasi total dari reseptor oleh
antagonis.
Contoh : antagonisme fenoksibenzamin terhadap
noradrenalin pada alfa adrenoreseptor.

19
4. Antagonisme Non-Kompetitif

Antagonisme ini adalah suatu keadaan ketika obat


antagonis memblokade suatu tempat tertentu dari
rangkaian kejadian yang diperlukan untuk
menghasilkan respon suatu agonis.
Contoh : verapamil dan nifedipin akan memblokade
kanal kalsium sehingga akan menghambat kontraksi
otot polos yang disebabkan obat-obat lain.

20
5. Antagonisme Fisiologik

Antagonisme fisiologik digunakan untuk menerangkan


interaksi dari dua obat yang mempunyai efek yang
berlawanan didalam tubuh dan cenderung
meniadakan satu sama lain. Hal ini disebabkan karena
dua obat tersebut bekerja pada 2 macam reseptor
yang berbeda dan menghasilkan efek yang saling
berlawanan.
Contoh : adrenalin meningkatkan tekanan arteri
sedangkan histamin menurunkan tekanan arteri atau
insulin meningkatkan menurunkan kadar glukosa
darah sedangkan glukagon meningkatkan kadar
glukosa darah.
21
Desensitisasi, Takifilaksis,
Toleransi dan Resistensi Obat
Saat suatu obat diberikan secara berulang, efek obat
tersebut seringkali menurun seiring dengan waktu. Jika
penurunan efek terjadi secara cepat (dalam beberapa
menit), hal ini disebut takifilaksis atau desensitisasi.
Sedangkan Toleransi menunjukkan penurunan respon yang
lebih lambat (dalam beberapa hari atau minggu) pada
penggunaan obat yang berulang-ulang, sehingga
diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk menghasilkan efek
yang sama.
Resistensi obat merupakan istilah yang digunakan pada
hilangnya efektivitas antibiotika terhadap suatu bakteri.
22
2.Hubungan Struktur dan Aktivitas

Afinitas dan aktivitas intrinsik obat berhubungan erat


dengan struktur kimia obat tersebut. Adanya
modifikasi struktur molekul obat akan mempengaruhi
efek farmakologinya.

23
3. Hubungan antara Dosis Obat
dan Respon

Pada umumnya adanya peningkatan dosis obat yang diberikan, akan


diikuti dengan terjadinya peningkatan respon.

Dosis berbanding lurus dengan respon


24
INDEKS TERAPEUTIK
Indeks terapeutik suatu obat adalah
rasio dari dosis yang menghasilkan
toksisitas dengan dosis yang
menghasilkan suatu respon yang
efektif dan diinginkan secara klinik
dalam suatu populasi individu.
Jadi, Indeks terapeutik merupakan
suatu ukuran keamanan obat karena
nilai yang besar menunjukkan
bahwa terdapat suatu batas yang
luas/lebar diantara dosis-dosis yang
efektif dan dosis-dosis yang toksik.

25
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hubungan
Dosis dan Efek Obat (Respon)

Pengaruh Umur
Terutama terkait dengan fungsi ginjal dan hati.
Fungsi Ginjal neonatus hanya kira-kira 20% dari
orang dewasa. Mulai dari usia 20 tahun keatas,
fungsi ginjal turun perlahan-lahan menjadi
berkurang 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada
usia 75 tahun.
Metabolisme obat pada neonatus belum
berkembang seperti orang dewasa dan aktivitas
enzim di hati menurun perlahan-lahan dengan
bertambahnya umur.
26
Faktor Genetik
Berdasarkan penemuan dari penelitian yang
dilakukan pada kembar identik dan kembar non-
identik, diketahui bahwa faktor genetik berperan
dalam menentukan metabolisme obat dalam tubuh.
Contoh : eliminasi isoniazid tergantung pada
asetilasi yang melibatkan enzim asetil-CoA dan
enzim asetiltransferase. Populasi manusia dibagi
mejadi asetilator cepat dan asetilator lambat yang
ditentukan oleh suatu gen yang berkaitan dengan
aktivitas asetiltransferase.

27
Reaksi Idiosinkrasi
Suatu efek obat yang secara kualitatif berbeda dari
biasanya (abnormal) dan umumnya berbahaya,
yang terjadi pada sebagian kecil individu.
Biasanya idiosinkrasi disebabkan oleh kelainan
genetik.
Contoh : primakuin (obat antimalaria) yang
umumnya aman bagi kebanyakan penderita,
namun pada 5-10% laki-laki kulit hitam ,
menyebabkan hemolisis eritrosit sehingga
menimbulkan anemia berat defisiensi enzim
glukosa-6-fosfat dehidrogenase mencegah
hemolisis.
28
Interaksi Obat
Pemberian suatu obat (Obat A) dapat mengubah aksi
dari suatu obat lainnya (Obat B) dengan cara :
Mengubah aksi farmakologik obat B tanpa
mengubah konsentrasi obat B pada tempat
kerjanya Interaksi Farmakodinamika.
Mengubah aksi farmakologik obat B dengan
mengubah konsentrasi obat B pada tempat
kerjanya Interaksi Farmakokinetika.

29
Contoh :
Interaksi Farmakodinamika
Obat antibakteri yang bersifat bakteriostatik
berfungsi mencegah pembelahan sel-sel bakteri.
Obat-obat bakterisid berfungsi membunuh bakteri
ketika proses membelah diri. Jadi, obat-obat
bakterisid akan tidak efektif bila diberikan bersamaan
dengan obat bakteriostatik.
Interaksi Farmakokinetika
- Interaksi terutama terjadi pada obat-obat yang
berkompetisi untuk berikatan dengan protein
plasma.
- Interaksi juga disebabkan oleh adanya induksi atau
inhibisi enzim.
30
Plasebo
Pada mulanya suatu plasebo adalah suatu
formulasi senyawa yang tidak aktif secara
farmakologik dan diberikan kepada penderita
hanya untuk menyenangkan.
Namun, sekarang plasebo terbagi menjadi 2 :
1. Plasebo Inert : tidak mengandung senyawa
aktif secara farmakologik.
2. Plasebo Aktif : mengandung persenyawaan
yang memiliki aktivitas farmakologik.

31
Plasebo Inert
Digunakan untuk kontrol terhadap pengobatan yang
sesungguhnya dalam suatu uji klinis dengan tujuan
mengurangi faktor bias subjektif.
Diberikan pada pasien yang mengeluhkan rasa nyeri
secara berlebihan/dibesar-besarkan plasebo inert
dapat menghilangkan rasa nyeri 20-40% penderita
dengan keluhan rasa nyeri.
Plasebo Aktif
Pada saat mengakhiri suatu kunjungan pasien, kadang-
kadang dokter meresepkan suatu obat yang tidak ada
hubungannya dengan keluhan penderita, misal :
menuliskan resep sediaan vitamin dengan menjelaskan
kepada pasien bahwa itu adalah obat penguat tubuh.

32
TERIMA KASIH

33

Anda mungkin juga menyukai