4 Farmakodinamika PDF
4 Farmakodinamika PDF
FARMAKODINAMIK
2
Cakupan Farmakodinamika :
3
1.Mekanisme Kerja Obat
Pada permulaan abad ke-20, Ehrlich & Langley
menyatakan bahwa suatu obat harus berinteraksi
dengan suatu receptive substance (reseptor) pada
jaringan untuk menghasilkan efek pada jaringan
tersebut.
Clark (1937) menyatakan bahwa molekul berikatan
dengan reseptor-reseptor dengan kecepatan yang
proporsional dengan konsentrasi obat dalam larutan
dan jumlah reseptor bebas.
4
Berdasarkan penelitian dilaboratorium, Clark
berpendapat bahwa jumlah reseptor yang diikat
oleh obat menentukan besarnya respon jaringan
terhadap obat.
Bila 50% dari seluruh reseptor ditempati obat, maka
terjadi respon yang besarnya 50% dari respon
maksimal.
Respon maksimal bisa dicapai bila seluruh reseptor
diikat obat. Teori ini disebut teori occupancy dari
Clark.
5
Mekanisme Obat ada 2 :
1. Aksi Non Spesifik, yaitu mekanisme aksi obat yang
didasarkan sifat fisika kimiawi yang sederhana,
misalnya berdasarkan osmolaritas, massa fisis,
adsorpsi, rasa, sifat asam basa, melapisi membran
mukosa.
2. Aksi Spesifik, yaitu mekanisme aksi obat yang
melibatkan interaksi dengan komponen spesifik
organisme seperti reseptor, enzim, komponen
genetik.
6
RESEPTOR
Reseptor adalah setiap molekul target yang harus diikat
oleh obat supaya obat tersebut dapat menghasilkan
efeknya yang spesifik atau dengan kata lain reseptor
adalah tempat kerja obat (site of action).
7
Aktivitas suatu obat merupakan hasil dari :
1. Afinitas : Kemampuan untuk mengikat reseptor.
2. Aktivitas Intrinsik (Efikasi) : Kemampuan suatu
obat untuk menimbulkan suatu efek.
Agonis Penuh
Antagonis
Agonis Parsial
8
3 TIPE LIGAN :
1. Agonis Penuh : bila obat tersebut dapat menimbulkan
respon maksimal walaupun tidak semua reseptor
diduduki, karena agonis penuh memiliki efikasi yang
tinggi.
2. Antagonis : bila obat tidak menimbulkan efek apa-apa
karena efikasi antagonis adalah NOL dan hanya
mempunyai afinitas kepada reseptor saja.
3. Agonis Parsial : bila obat memiliki efikasi yang rendah
dan memiliki sifat-sifat yang terletak diantara agonis
penuh dan antagonis obat-obat yang memiliki efikasi
rendah dapat menghasilkan suatu respon yang kurang
dari maksimal walaupun hampir semua reseptor
diikatnya.
9
Agonis dan Antagonis
10
Reseptor dibagi menjadi 4 Kelompok :
14
Antagonisme Obat
Antagonisme obat adalah suatu keadaan ketika efek
dari satu obat menjadi berkurang atau hilang sama
sekali yang disebabkan oleh keberadaan satu obat
lainnya.
Menurut mekanisme terjadinya, antagonisme dapat
diklasifikasikan menjadi 5 macam :
1. Antagonisme Kimiawi
2. Antagonisme Farmakokinetik
3. Antagonisme dengan Blokade Reseptor
4. Antagonisme Non-Kompetitif
5. Antagonisme Fisiologik
15
1. Antagonisme Kimiawi
16
2.Antagonisme Farmakokinetika
Antagonisme farmakokinetika menjelaskan keadaan-
keadaan dengan obat-obat antagonisme secara efektif
mengurangi konsentrasi obat aktif pada tempat
kerjanya.
Hal ini bisa terjadi dengan cara :
1. Meningkatkan metabolisme obat aktif pengurangan
efek antikoagulan warfarin dengan meningkatkan
metabolismenya di hepar dengan fenobarbital.
2. Mengurangi kecepatan absorpsi obat aktif di saluran
cerna atau meningkatkan kecepatan ekskresi
pemberian Na-bikarbonat untuk alkalinisasi urine pada
keracunan fenobarbital.
17
3. Antagonisme dengan Blokade Reseptor
19
4. Antagonisme Non-Kompetitif
20
5. Antagonisme Fisiologik
23
3. Hubungan antara Dosis Obat
dan Respon
25
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hubungan
Dosis dan Efek Obat (Respon)
Pengaruh Umur
Terutama terkait dengan fungsi ginjal dan hati.
Fungsi Ginjal neonatus hanya kira-kira 20% dari
orang dewasa. Mulai dari usia 20 tahun keatas,
fungsi ginjal turun perlahan-lahan menjadi
berkurang 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada
usia 75 tahun.
Metabolisme obat pada neonatus belum
berkembang seperti orang dewasa dan aktivitas
enzim di hati menurun perlahan-lahan dengan
bertambahnya umur.
26
Faktor Genetik
Berdasarkan penemuan dari penelitian yang
dilakukan pada kembar identik dan kembar non-
identik, diketahui bahwa faktor genetik berperan
dalam menentukan metabolisme obat dalam tubuh.
Contoh : eliminasi isoniazid tergantung pada
asetilasi yang melibatkan enzim asetil-CoA dan
enzim asetiltransferase. Populasi manusia dibagi
mejadi asetilator cepat dan asetilator lambat yang
ditentukan oleh suatu gen yang berkaitan dengan
aktivitas asetiltransferase.
27
Reaksi Idiosinkrasi
Suatu efek obat yang secara kualitatif berbeda dari
biasanya (abnormal) dan umumnya berbahaya,
yang terjadi pada sebagian kecil individu.
Biasanya idiosinkrasi disebabkan oleh kelainan
genetik.
Contoh : primakuin (obat antimalaria) yang
umumnya aman bagi kebanyakan penderita,
namun pada 5-10% laki-laki kulit hitam ,
menyebabkan hemolisis eritrosit sehingga
menimbulkan anemia berat defisiensi enzim
glukosa-6-fosfat dehidrogenase mencegah
hemolisis.
28
Interaksi Obat
Pemberian suatu obat (Obat A) dapat mengubah aksi
dari suatu obat lainnya (Obat B) dengan cara :
Mengubah aksi farmakologik obat B tanpa
mengubah konsentrasi obat B pada tempat
kerjanya Interaksi Farmakodinamika.
Mengubah aksi farmakologik obat B dengan
mengubah konsentrasi obat B pada tempat
kerjanya Interaksi Farmakokinetika.
29
Contoh :
Interaksi Farmakodinamika
Obat antibakteri yang bersifat bakteriostatik
berfungsi mencegah pembelahan sel-sel bakteri.
Obat-obat bakterisid berfungsi membunuh bakteri
ketika proses membelah diri. Jadi, obat-obat
bakterisid akan tidak efektif bila diberikan bersamaan
dengan obat bakteriostatik.
Interaksi Farmakokinetika
- Interaksi terutama terjadi pada obat-obat yang
berkompetisi untuk berikatan dengan protein
plasma.
- Interaksi juga disebabkan oleh adanya induksi atau
inhibisi enzim.
30
Plasebo
Pada mulanya suatu plasebo adalah suatu
formulasi senyawa yang tidak aktif secara
farmakologik dan diberikan kepada penderita
hanya untuk menyenangkan.
Namun, sekarang plasebo terbagi menjadi 2 :
1. Plasebo Inert : tidak mengandung senyawa
aktif secara farmakologik.
2. Plasebo Aktif : mengandung persenyawaan
yang memiliki aktivitas farmakologik.
31
Plasebo Inert
Digunakan untuk kontrol terhadap pengobatan yang
sesungguhnya dalam suatu uji klinis dengan tujuan
mengurangi faktor bias subjektif.
Diberikan pada pasien yang mengeluhkan rasa nyeri
secara berlebihan/dibesar-besarkan plasebo inert
dapat menghilangkan rasa nyeri 20-40% penderita
dengan keluhan rasa nyeri.
Plasebo Aktif
Pada saat mengakhiri suatu kunjungan pasien, kadang-
kadang dokter meresepkan suatu obat yang tidak ada
hubungannya dengan keluhan penderita, misal :
menuliskan resep sediaan vitamin dengan menjelaskan
kepada pasien bahwa itu adalah obat penguat tubuh.
32
TERIMA KASIH
33