Anda di halaman 1dari 8

No.

ID dan Nama Peserta :


No. ID dan Nama Wahana: RSUD Kabupaten Melawi
Topik: Tubrerkulosis Paru
Tanggal (kasus) : 4 juni 2015
Nama Pasien : Tn. A No. RM : 47-1-74
Tanggal presentasi : 4 Juni 2015 Pendamping: dr. Edward Siagian,
Sp.PD
Tempat presentasi: RSUD Kabupaten Melawi
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Laki-laki, 51 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan batuk berdarah sejak 2 hari terakhir.
Pasien juga mengeluhkan demam hilang timbul sejak satu bulan terakhir. Keringat malam sejak 1
bulan ini. Penurunan nafsu makan dan berat badan menurun. Ditemukan riwayat kontak dengan
pasien batuk lama Pasien pernah mengkonsumsi OAT selama 2 bulan.
Tujuan: menegakkan diagnosis TB Paru, menentukan kategori, klasifikasi dan penanganan kasus
TB paru secara konprehensif.
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. A No.Registrasi 47-1-74


Nama klinik RSUD Kab. Melawi
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Batuk berdarah, disertai demam selama
2. Riwayat pengobatan: -
3. Riwayat kesehatan/penyakit: tidak ada
4. Riwayat keluarga: tidak ada
5. Riwayat pekerjaan: -
6. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:
a. Chen K,Pohan HT,Sinto R.. Diagnosis dan terapi cairan pada demam berdarah dengue.
Medicinus 2009 Maret - Mei Vol. 22, No.1, Edisi 2009 Jakarta: p.3-7
b. Chandra A. Dengue Hemorrhagic Fever: Epidemiology, Pathogenesis, and Its
Transmission Risk Factors. Aspirator Mei 2009 Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : p.110 119
c. WHO. Bakti Husada dan IDAI. 2009. Tatalaksana Demam Dengue dalam Pelayanan
kesehatan anak di rumah sakit. Pedoman bagi rumah Sakit rujukan tingkat pertama di
kabupaten/kota: Jakarta:Indonesia
Hasil pembelajaran:
1. Definisi demam berdarah
2. Etiologi/faktor penyebab terjadinya demam berdarah
3. Patofisiologi terjadinya demam berdarah
4. Diagnosis demam berdarah
5. Penatalaksanaan awal dan lanjutan demam berdarah
6. Komplikasi
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Pasien masuk UGD RSUD Kabupaten Melawi dengan keluhan batuk berdarah sejak 2
hari yang lalu. Batuk berdarah bercampur dahak sebanyak -+ 1 sendok makan sekali
batuk. Batuk juga disertai nyeri dada sebelah kanan dan sesak pada saat pasien batuk.
Pasien juga mengeluhkan keringat dingin sejak 1 bulan terakhir. Selain itu pasien juga
mengeluhkan penurunan nafsu makan dan berat badan yang drastis selama 1 bulan ini.
Riwayat kontak dengan pasien batuk lama di akui oleh pasien. Keluhan batuk berdarah
sudah pernah di keluhkan oleh pasien sebelumnya dan telah mendapatkan obat selama 6
bulan tetapi pasien hanya rutin mengkonsumsi obat tersebut selama 2 bulan.
2. Obyektif:
Hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum lemah ,kesadaran kompos mentis, tekanan
darah 130/80,nadi 100x/menit, pernapasan 28x/menit,suhu 37,8*C
Hasil laboratorium:Tgl 4 Juni 2015 (I)
WBC: 6,4 103
RBC: 4,92 103
HGB: 10,1 mg/dl
HCT: 31,9%
PLT: 521 103
LED: 122 mm/jam
Hasil Pemeriksaan BTA : -/+/+
Radiologi :
Foto thorax: tamapak kaverne di apeks paru dextra sinistra, kesan TB paru.
3. Assesment:
Tuberkulosis Paru Drop out
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis
complex. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura.

PATOGENESIS
TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang
perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara : Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya
Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya
bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar
sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan
pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau
tertelan. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara
spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh
lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan
penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah
mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

TUBERKULOSIS PASCA-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-
primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang
bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis
menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan
rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang
dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan
mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat
2.Sarang tadi mula mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan
akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif
kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3.Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul
dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian
dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini : Mungkin meluas kembali dan
menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan diatas dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif
kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh
yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya
mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga
kelihatan seperti bintang (stellate shaped).
DIAGNOSIS

1. Plan:
Diagnosis:
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisis, dan laboratorium diagnosa pasien tersebut
adalah TB paru kasus DO

Tatalaksana :
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan
obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :
o Kapreomisin
o Sikloserino PAS (dulu tersedia)
o Derivat rifampisin dan INH
o Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Kemasan
Obat tunggal,
Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol.
Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination FDC)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet
Dosis OAT (dibuat tabel oleh dr. Sudarsono) Lihat buku HIV
Tabel 2. Jenis dan dosis OAT

Nanga Pinoh, 4 Juni 2015


PESERTA, PENDAMPING,

Anda mungkin juga menyukai

  • Angina Ludwig
    Angina Ludwig
    Dokumen13 halaman
    Angina Ludwig
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • INTOKSIKASI
    INTOKSIKASI
    Dokumen25 halaman
    INTOKSIKASI
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • ANTRAKS
    ANTRAKS
    Dokumen14 halaman
    ANTRAKS
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • 567 Pernyataan
    567 Pernyataan
    Dokumen22 halaman
    567 Pernyataan
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Flu Burung
    Flu Burung
    Dokumen24 halaman
    Flu Burung
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen30 halaman
    Tetanus
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Sekresi Korteks Adrenal
    Gangguan Sekresi Korteks Adrenal
    Dokumen32 halaman
    Gangguan Sekresi Korteks Adrenal
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • TOXOPLASMOSIS
    TOXOPLASMOSIS
    Dokumen24 halaman
    TOXOPLASMOSIS
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Mellitus Lecture
    Diabetes Mellitus Lecture
    Dokumen54 halaman
    Diabetes Mellitus Lecture
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • ANTRAKS
    ANTRAKS
    Dokumen14 halaman
    ANTRAKS
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Pernikahan Dini
    Penyuluhan Pernikahan Dini
    Dokumen17 halaman
    Penyuluhan Pernikahan Dini
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • 567 Pernyataan
    567 Pernyataan
    Dokumen22 halaman
    567 Pernyataan
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • DHF
    DHF
    Dokumen81 halaman
    DHF
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen1 halaman
    Kuesioner
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Diabetes Mellitus
    Kuliah Diabetes Mellitus
    Dokumen55 halaman
    Kuliah Diabetes Mellitus
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen30 halaman
    Tetanus
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Sekresi Korteks Adrenal
    Gangguan Sekresi Korteks Adrenal
    Dokumen32 halaman
    Gangguan Sekresi Korteks Adrenal
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Terapi Cairan Pada DHF
    Terapi Cairan Pada DHF
    Dokumen19 halaman
    Terapi Cairan Pada DHF
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Interprestasi Ekg Dan Jantung
    Interprestasi Ekg Dan Jantung
    Dokumen14 halaman
    Interprestasi Ekg Dan Jantung
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • MERS CoV
    MERS CoV
    Dokumen14 halaman
    MERS CoV
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen30 halaman
    Tetanus
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • 567 Pernyataan
    567 Pernyataan
    Dokumen22 halaman
    567 Pernyataan
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Sex Bebas
    Sex Bebas
    Dokumen39 halaman
    Sex Bebas
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen30 halaman
    Tetanus
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Pernikahan Dini
    Penyuluhan Pernikahan Dini
    Dokumen17 halaman
    Penyuluhan Pernikahan Dini
    Hendra 'endrok' Gunawan
    Belum ada peringkat