OLEH :
NIM : 012014005
DOSEN PEMBIMBING :
T.A 2016/2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik belajar lapangan ini
tepat waktunya. Laporan praktik ini merupakan salah satu tugas keperawatan keluarga
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.Adapun judul laporan praktik
ini adalah ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.N DENGAN
GOUTATRITIS DI DUSUN I DESA BARUKECAMATAN PANCUR BATU.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan klinik ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dan isi maupun teknik penulisan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan sumber dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan klinik ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
2
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1.1 Defenisi.........................................................................................................4
2.1.2 Etiologi..........................................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi.....................................................................................................5
2.1.5 Patofisiologi..................................................................................................7
2.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................10
2.1.8 Komplikasi..................................................................................................12
3
3.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................35
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian......................................................................................................48
4.4 Implementasi..................................................................................................51
4.5 Evaluasi..........................................................................................................52
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
5
penyakit rematik ini merupakan penyebab terjadinya keterbatasan aktivitas jika
dibandingkan dengan penyakit jantung, kanker atau diabetes.
6
yaitu pada saat melakukan pengambilan riwayat kesehatan klien. Wawancara
informal yaitu pada saat melakukan implementasi keperawatan yang
memungkinkan klien memberikan informasi tentang permasalahan kesehatan
yang mungkin ada.Wawancara dapat dilakukan secara langsung dengan:
1) Keluarga : Untuk mendapatkan informasi tentang biografi, anggota
keluarga, tingkat pengetahuan keluarga, status kesehatan keluarga, status
kesehatan anggota keluarga, masalah masalah kesehatan maupun
keperawatan serta kesulitan kesulitan yang dihadapi keluarga untuk
meningkatkan kesehatan keluarga yang mengalami demensia.
2) Petugas kesehatan dan tokoh masyarakat setempat.
3) Lingkungan : rumah ( karakteristik, keamanan, bahaya, ruang yang adekuat,
memberikan jaminan privasi), tetangga dan komunitas, termasuk pola-pola
mobilitas geografis.
2. Observasi Partisipatif
Pengamatan yang dilakukan terhadap keluarga baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk memperoleh data, dimana penulis ikut serta memberikan
asuhan keperawatan gerontik melalui pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yang bisa dijadikan acuan oleh perawat.
BAB 2
TINAJUAN TEORITIS
Reumatoid artritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya. Karakteristik artritis reumatoid adalah terjadinya kerusakan dan
proliferasi pada membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas. Penyakit ini adalahsatu dari sekelompok penyakit jaringan
penyambung difus yang diperankan oleh imunitas (Lukman, 2011)
2.1.2 Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak
hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit ini belum dapat
dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai faktor
( termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor
yang berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi (price, 1995), keturunan (price,
1995; Noer S, 1996) dan lingkungan (Noer S, 1996). Dari penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit artritis reumatoid
adlah jenis kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi.
Dari penelitian mutakhir, diketahui patogenesis artritis reumatoid dapat terjadi
akibat rantai peristiwa imunologis yang terdapat dalam genetik. Terdapat kaitan dengan
pertanda genetik seperti HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang kulit putih. Namun pada
orang amerika berkulit hitam, jepang dan indian chippewa, hanya ditemukan kaitan
dengan HLA-Dw4 (Lukman, 2011)
2.1.3 Klasifikasi
8
Sindrom overlap
2) Artritis yang disertai spondilitis (spondiloartropati)
Ankilosing spondilitis
Sindrom reiter
Artritis psoriatik
Artritis yang disertai penyakit usus inflamatori
3) Osteoartritis (penyakit sendi degeneratif)
Primer
Sekunder
4) Sindrom rematik yang berkaitan dengan usur infeksius.
Langsung/direk
Reaktif
5) Kelainan metabolik dan endokrin yang disertai keadaan rematik.
Keadaan yang berkaitan dengan pembentukan kristal
Abnormalitas biokimia
Penyakit endokrin
Penyakit imunodefisiensi
Kelainan herediter
6) Neoplasma
Primer
sekunder
7) Kelainan neurovaskuler
Sendi charcot
Sindrom kompresi
Distrofi reflek simpatetik
Penyakit atau fenomena raynaud
8) Kelainan tulang, periosteum dan kartilago
Osteoporosis
Osteomalasia
Osteoartropati hipertrofik
Hiperostosis skeletal idiopatik difusa
Penyakit paget pada tulang
9) Kelainan ekstra-artikuler
Lesi jukstaartikularis (bursitis, lesi tendon de quevain, epikondilitis, kista
poplitea (baker))
Nyeri punggung bawah
Kelainan diskus intervertebralis
Sindrom nyeri regional (metatarsalgia, nyeri servikal)
10) Kelainan lainnya yang disertai menifestasi artikuler
Reumatisme palindromik
Hidrartrosis intermiten
Sarkoidosis
Hepatitis akut kronik (schumacher, 1993)
9
2.1.4 Manifestasi Klinis
Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien artritis
reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh
karenanya penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat berveriasi
2.1.5 Patofisiologi
10
tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai
sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang terjadi merupaka proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang
sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif,
dan kebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis
dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari
kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat
pula terlibat.
Pemahaman tentang proses ini dan bagaimana proses ini saling berhubungan
merupakan kunci untuk mencapai penegaka diagnosis, penatalaksanaan penyakit dan
intervensi keperawatan yang akurat bagi penderita penyakit reumatik. (bruner &
suddarth, 2001)
1) Pemeriksaan sinar-X
Sinar-X kerap kali digunakan untuk mengevaluasi penderita penyakit reumatik.
Saat pemeriksaan akan mempengaruhi manfaatnya. Kemungkinan besar pasien
dengan riwayat inflamasi sendi selama 2 bulan tidak akan memperlihatkan
perubahan yang nyata pada pemeriksaan sinar-X; kendati demikian, seseorang
dengan gejala krepitasi sendi (suara gemeretak ketika digerakkan) kemungkinan
besar menunjukkan degenerasi yang berat, pemeriksaan sinar-X dapat dilakukan
setiap saat untuk memantau aktivitas dan progresivitas penyakit. Foto rontgen
yang diambil setiap saat dapat memperlihatkan hilangnya kartilago dan
menyempitnya rongga sendi. Pemeriksaan sinar-X dapat pula menunjukkan
abnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang yang abnormal dan
osteopenia (mineralisasi tulang yang menurun).
2) Pemindaian tulang dan sendi
Pemindaian tulang akan mencerminkan derajat pengambilan atau absorbsi
isotop radioaktif oleh jaringan tulang. Daerah yang memperlihatkan peningkatan
pengambilan, sepeerti sebuah sendi, dianggap abnormal. Skrining sendi
11
memungkinkan penentuan kerusakan sendi di seluruh tubuh. Skrining sendi
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi penyakit secara
dini.
3) Biopsi
Biopsi otot dilakukan untuk memerika otot skletal. Posedur tersebut dapat
dikerjakan dalam kamar bedah dengan pembiusan umum. Dengan pembedahan
dilakukan insisi, spesimen yang dikehendaki diambil dan kemudian dikirim ke
laboratorium untuk menjalani analisis mikroskopik. Prosedur perawatan luka
dilakukan, dan ekstremitas yang menjalani tindakan biopsi ini diimobilisasi
selama 12 hingga 24 jam. Biopsi otot berguna untuk menegakkan diagnosis
miositis.
4) Pemeriksaan darah
Secara umum, pemeriksaan laboratorium serum dalam bidang reumatologi
didasarkan pada asumsi bahwa penyakit reumatik merupakan gangguan
autoimun. Meskipun banyak pemeriksaan ini bersifat sangat kompleks dan
teknis, namun tidak ada satupun diantaranya yang bila digunakan secara mandiri
sudah cukup untuk mendukung diagnosis suatu penyakit reumatik. Sebagian
pemeriksaan serum yang paling sering dikerjakan dicantumkan bersama dengan
kisaran nilai normal yang bersesuaian dan indikasi primernya. Karena banyak
diantaranya memerlukan teknik laboratorium yang khusus, pemeriksaan tersebut
mungkin tidak dikerjakan dalam setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Dokter
akan menentukan apakah pemeriksaan serum diperlukan dengan
mendasarkannya pada gejala pasien, stadium penyakitnya, biaya pemeriksaan
dan manfaat yang mungkin diperoleh dari pemeriksaan tersebut.
2,17 Penatalaksanaan
12
yang berkhasiat, yaitu kelompok salisilat, kelompok obat anti inflamasi nonsteroid
(NAID) dan preparat anti rematik yang kerjanya lambat
Pengendalian inflamasi yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut akan
membantu dalam menangani rasa nyerinya, kendati hal ini sering merupakan respons
yang lambat. Obat-obat non-opoid kerapkali digunakan untuk penanganan nyeri,
khususnya pada tahap awal dalam program terapi, sampai tindakan lainnya dapat
dikerjakan secara efektif (Brunner &Suddarth, 2001).
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan
keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan
yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam
suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau
diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti
inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan
obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa
dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat
yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju
pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini.
Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat
dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi
menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya
penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan
tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan,
terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif
untuk memelihara persendian agar tetap lentur. (Smeltzer & Bare, 2002)
2.1.8 Komplikasi
1) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
dibawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
13
3) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4) Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
5) Terjadi splenomegali (Mansjoer, dkk. 2001).
14
(misalnya ketergantungan pada orang lain), dan perubahan bentuk anggota
tubuh
7. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan/Kekeringan pada membran mukosa.
8. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
9. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris
10. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
11. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam
ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
13. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien. (Lukman, 2011).
15
3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, keterbatasan ketahanan fisik, kurangnya
atau tidak tepatnya penggunaan alat-alat ambulatori
4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau
gangguan gerak
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
6. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan
peranan yang aktual atau yang dirasakan (NIC, 2013)
2.2.3 Intervensi
Diagnosa 1 :
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit, keadaan
mudah lelah serta keterbatasan mobilitas
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
3. Pastikan perawatan analgesik dilakukan dengan pemantauan yang ketat
4. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien
5. Gali faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
6. Berikan informasi mengenai nyeri
7. Ajarkan prinsi-prinsip manajemen nyeri
8. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik
9. Gali penggunaan metode farmakologi pasien saat ini
10. Mulai dan modifkasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
11. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri (NIC,
2013)
Diagnosa 2 :
Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
tidur/istirahat yang tidak memadai, dekondisioning, nutrisi yang tidak memadai, stres
emosional/depresi
Intervensi :
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal
3. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga
ketahanan
4. Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang dialami pasien selama
beraktivitas
5. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan
16
6. Bantu pasien memprioritaskan kegiatan untuk mengakomodasi energi yang
diperlukan
7. Bantu pasien identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan
8. Rencanakan kegiatan pada saat pasien memiliki banyak energi
9. Anjurkan aktivitas fisik (mis, ambulasi, ADL) sesuai dengan kemampuan pasien
(NIC, 2013)
Diagnosa 3 :
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, keterbatasan ketahanan fisik, kurangnya atau
tidak tepatnya penggunaan alat-alat ambulatori
Intervensi :
1. Lindungi pasien dari trauma selama latihan
2. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi.
3. Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik delam mengembangkan dan menerapkan
sebuah program latihan
4. Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi
5. Inisiasi pengukuran kontrol nyeri sebelum memulai latihan sendi
6. Pakaikan baju yang tidak menghambat pergerakan pasien
7. Bantu pasien mendapaktan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan sendi
pasif maupun aktif
8. Sediakan petunjuk tertulis untuk melakukan latihan
9. Lakukan latihan ROM pasif atau ROM dengan bantuan
10. Dukung pasien untuk melihat gerakan tubh sebelum memulai latihan
11. Bantu umtuk melakukan pergerakan sendi yang ritmis dan teratur
12. Tentukan level motivasi pasien untuk meningkatkan atau memelihara sendi
13. Tentukan perkembangan terhadap pencapaian tujuan (NIC, 2013)
Diagnosa 4 :
Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau gangguan
gerak
Intervensi :
1. Pertimbangkan budaya pasien ketika meningkatkan aktivitas perawatan diri
2. Pertimbangkan usia pasien ketika meningkatkan aktivitas perawatan diri
3. Mnitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
4. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat kebersihan diri, alat bantu
untuk berpakaian, berdandan, eliminasi dan makan
5. Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan diri mandiri
6. Lakukan pengulangan yang konsisten terhadap rutinitas kesehatan yang
dimaksudkan untuk membangun perawatan diri
7. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari sampai batas
kemampuan pasien
8. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien tak mampu melakukannya
17
9. Ajarkan keluarga untuk mendukung kemandirisn dengan membantu hanya
ketika pasien tak mampu melakukan perawatan diri (NIC, 2013)
Diagnosa 5 :
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
Intervensi :
1. Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap perkembangan
2. Gunakan bimbingan antisipatif menyiapkan pasien terkait dengan perubahan-
perubahan citra tubuh yang telah diprediksikan
3. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan bagian tubuh
disebabkan adanya penyakit atau pembedahan, dengan cara yang tepat
4. Ajarkan pada psien mengenai perubahan-perubahan normal yang terjadi dalam
tubuhnya terkait dengan beberapa tahap proses penuaan, dengan cara yang tepat
5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh mana yang berubah
6. Monitor pernyataan yang mengidentifikasi citra tubuh mengenai ukuran dan
berat badan
7. Tentukan persepsi pasien dan keluarga terkait dengan perubahan citra diri dan
realitas
8. Tentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi pada peningkatan isolasi
sosial
9. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan yang akan meningkatkan
penampilan (NIC, 2013)
Diagnosa 6 :
Koping tidak efektif yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan peranan
yang aktual atau yang dirasakan
Intervensi :
1. Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian pasien terhadap perubahan-
parubahan dalam citra tubuh, sesuai dengan indikasi
2. Berikan penilaian mengenai peahaman pasien terhadap proses penyakit
3. Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan, dan prognosis
4. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
5. Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur
6. Kenali latar belakang budaya/spiritual pasien
7. Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual, jika diinginkan
8. Bantu pasein dalam mengidentifikasi respon positif dari orang lain
9. Dukung pasien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan diri
10. Dukung keluarga untuk memverbalisasi perasaan mengenai sakitnya anggota
keluarga
18
11. Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai dengan
kebutuhan (NIC, 2013
2.2.4. Impementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan dari setiap
diagnose yang muncul.
19
a. Mengenali faktor-faktor yang merintangi mobilitas
20
a. Minumlah obat sesuai dengan yang diresepkan
b. Menyebutkan efek samping obat yang potensial dan efek samping yang
dapat dilaporkan
BAB 3
TINJAUAN KASUS
21
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.N DENGAN ATRITIS
REUMATOID DI DUSUN 1 DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU
3.1. Pengkajian
Pengumpulan Data
1. Identitas/ Data Biologis Klien
Nama : Ny.N
Tempat/ Tanggal Lahir/Umur : 75th
Pendidikan Terakhir : SD
Golongan Darah :-
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : janda
Alamat : Desa Baru Pancur Baru
Telpon/ Hp : -
Orang Yang Paling Dekat Dihubungi : Anak
Hubungan Dengan Klien Gerontik : anak Kandung
Alamat Orang/ Keluarga Dekat : Desa Baru Pancur Batu
2. Riwayat Keluarga
1) Pasangan
Nama : Tn.J
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan :-
Alamat : Desa Baru Pancur Baru
Kesehatan :-
Kematian : Mati
Sebab Kematian :Penyakit jantung, stroke
Tahun Meninggal : 1986
2) Anak
Nama : Tn.H
Alamat : Desa Baru Pancur Baru
Hidup/ Mati : Masih Hidup
Kematian :-
Tahun Meninggal :-
3. Riwayat Pekerjaan
a. Status Pekerjaan Saat Ini :Tidak Bekerja
b. Pekerjaan Selanjutnya :-
c. Sumber Pendapatan Dan Kecukupan : Anak
Terhadap Kebutuhan
4. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Tipe Tempat Tinggal : Permanen, Sendiri
b. Jumlah Kamar & Jumlah Tingkat : 2/1
c. Jumlah Orang Yang Tinggal Dirumah : 6 Orang
d. Derajat Privasi :-
e. Tetangga Terdekat : Tn.B
5. Alamat/ Telepon : Desa Baru Pancur Baru /-
6. Riwayat Rekreasi
a. Hobi :-
b. Keanggotaan Organisasi :-
22
c. Liburan : Dirumah
7. Sumber/ Pendukung Yang Digunakan
a. Dokter :-
b. Rumah Sakit :-
c. Pelayanan Kesehatan Dirumah : -
d. Lain- Lain : Puskesmas
8. Kebiasaan Ritual : Sholat Tepat Waktu
9. Status Kesehatan Saat Ini
a. Status Kesehatan Selama Satu tahun : Atritis reumatoid
b. Status Kesehatan Selama Lima
Tahun Yang Lalu : Atritis reumatoid
c. Keluhan-Keluhan Kesehatan Utama :Ny.H Mengatakan kedua Kaki Terasa linu
Dan kesemutan Terlebih Pada Saat Melakukan Aktivitas,
d. Pengetahuan Tentang
Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Ny.N Mengatakan Kalau Sudah kambuh
sakit pada kakinya Akan meminum obat yang dibeli dari puskesmas.
e. Derajat Kesehatan Fungsi Relatif
Terhadap Masalah Kesehatan Dan
Diagnosa Medis : Atritis reumatoid
f. Obat-Obatan
-Nama Obat : Allopurinol
- Dosis Obat :1 Tablet
- Cara Penggunaan Obat : Oral
- Dokter Yang Menginstruksikan :-
- Tanggal Resep :-
g. Status Imunisasi
h. Alergi
- Obat-Obatan :-
- Makanan :-
- Kontrak Substansi :-
- Faktor Faktor Lingkungan :-
i. Penyakit Yang Pernah Diderita :
j. Status Kesehatan Masa Lalu
- Penyakit Masa Kanak-Kanak : Sudah Lupa
- Penyakit Serius / Kronik :-
- Perawatan Dirumah Sakit :-
(Alasan, Tanggal, Tempat, Durasi,Dokter)
- Trauma :-
- Operasi (Perhatikan Jenis, Alasan,Tanggal, Dokter) :-
k. Status Nutrisi
- Diet, Pembatasan Makanan : Ny.N Mengatakan Dokter Menganjurkan Untuk
Mengurangi Mengkonsumsi Banyak Makanan
Yang Mengandung Kacang-Kacangan, Daging
Merah, Jerohan, Dokter Menganjurkan agar
saya banyak Mengkonsumsi Buah-Buahan dan
Sayuran Hijau.
l. Riwayat Peningatan Berat Badan
23
Penurunan Berat Badan : Ny.N Mengatakan Sudah Lama Tidak Timbang Berat
Badan. Jadi tidak tahu apakah naik atau turun berat
badannya.
24
Incontinentia Alvi/ Maksi 1
Keterangan/ Interpretasi Nilai
Kategori Score
Kesimpulan:
Dari Hasil Diatas Dapat Disimpulkan Bahwa Ny.N Dikatakan Kecil Sekali Tak
Terjadi Cidera
25
4 Kepala
a. Sakit Kepala Ya
b. Trauma Yang Berarti Masa Lalu Tidak
c. Pusing Ya
d. Gatal Kulit Kepala
Ya
5 Mata
a. Perubahan Ketajaman Penglihatan Ya
b. Kaca Mata/Kontak Lensa Tidak
c. Nyeri Tidak
d. Air Mata Berlebihan /Pruritas
Tidak
e. Bengkak Sekitar Mata
f. Diplopla Tidak
g. Kabur Pandangan Tidak
h. Fotophobia Ya
Tidak
6 Telinga
a. Perubahan Pendengaran Ya
b. Tinitus Tidak
c. Vertigo Ya
d. Sensitivitas Pendengaran
Tidak
e. Riwayat Infeksi
f. Tanggal Terakhir Pemeriksaan.............. Tidak
g. Kebiasaan Pemeliharan/Perawatan Telinga Tidak
h. Dampak Pada Penampilan Aks Ya
Tidak
7 Hidung Dan Sinus
a. Rinorea Tidak
b. Rabas Tidak
c. Epistaxis Tidak
d. Obstruksi
Tidak
e. Mendengkur
f. Nyeri Pada Sinus Tidak
g. Alergi Tidak
h. Riwayat Infeksi Tidak
i. Penilaian Terhadap Olfaktorius Tidak
Tidak
8 Mulut Dan Tenggorokan
a. Sakit Tenggorokan Tidak
b. Lesi/Ulkus Tidak
c. Serak Tidak
d. Perubahan Suara
Tidak
e. Kesukaran Menelan
f. Alat-Alat Protesa (Masih Ada) Tidak
g. Riwayat Infeksi Ya
h. Tanggal Pemeriksaan Gigi Tidak
Terakhir.................................................. Tidak
i. Pola Menggosok Gigi Setiap Mandi
j. Masalah Dan Kebiasaan Membersihkan Gigi Palsu
26
Ya
Tidak
9 Leher
a. Kekakuan Tidak
b. Nyeri/Nyeri Tekan Tidak
c. Benjolan/Massa Tidak
d. Keterbatasan Gerak
Tidak
10 Payudara
a. Benjolan/Massa -
b. Nyeri/Nyeri Tekan -
c. Bengkak -
d. Keluar Cairan Dari Puting Susu
-
e. Perubahan Pada Puting Susu
-
f. Pola Pemeriksaan Payudara Sendiri Tanggal
Pemeriksaan Sadari Terakhir Dan Bagaimana Hasil -
Yang Ditemukan ..................................................
11 Pernafasan
a. Batuk Tidak
b. Sesak Nafas Ya
c. Hemoptisis Tidak
d. Sputum
Tidak
e. Mengi
f. Astma/Allergis Pernafasan Tidak
Tidak
12 Kardiovaskular
a. Nyeri/Ketidaknyaman Di Dada Ya
b. Palpitasi Tidak
c. Sesak Napas Ya
d. Dispnea Pada Saat Melakukan Aktivitas
Tidak
e. Dispnea Noktural Proksimal
f. Ortopnea Tidak
g. Murmur Tidak
h. Edema Tidak
i. Varices Tidak
j. Kaki Timpang Tidak
k. Parestesia Tidak
l. Perubahan Warna Kaki
Tidak
Tidak
13 Gastrointestinal
a. Disfagia Tidak
b. Tak Dapat Mencerna Makanan Tidak
c. Nyeri Ulu Hati Tidak
d. Mual/Muntah
Tidak
e. Hermatemesis
f. Perubahan Nafsu Makan Tidak
g. Intoleransi Makanan Tidak
27
h. Ulkus Tidak
i. Nyeri Tekan Tidak
j. Icterik Tidak
k. Benjolan/Massa
Tidak
l. Perubahan Kebiasaan Defikasi
m. Diare Tidak
n. Konstipasi Tidak
o. Melena Tidak
p. Hemoroid Tidak
q. Perdarahan Rectum Tidak
r. Pola Defekasi Biasanya 1x Sehari Tidak
Tidak
Tidak
14 Perkemihan
a. Disuria Tidak
b. Menetes Tidak
c. Ragu-Ragu Ya
d. Dorongan/Urgency
Tidak
e. Hematuria
f. Polluria Tidak
g. Oliguria Tidak
h. Nokturia Tidak
i. Nyeri Saat Berkemih Tidak
j. Batu Tidak
k. Infeksi Tidak
l. Frekuensi Berkemih 6-10x/ Hari
Tidak
Tidak
15 Genito Reproduksi Pria
a. Lesi Tidak
b. Rabas Tidak
c. Nyeri Testikular Tidak
d. Massa Testikular
Tidak
e. Masalah Protast
f. Penyakit Kelamin.............................................. Tidak
g. Perubahan Hasrat Seksual Tidak
h. Impotensi Tidak
i. Masalah Aktivitas Seksual Tidak
Tidak
Tidak
16 Reproduksi Wanita -
a. Lesi -
b. Rabas -
c. Perubahan Pasca Sanggama -
d. Nyeri Pelvik
-
e. Penyakit Kelamin
f. Infeksi -
g. Masalah Aktifitas Seksual -
28
h. Riwayat Menstruasi(Usia Awitan,Tanggal Priode -
Menstruasi -
Terakhir)......................................................... -
i. Riwayat Menoupause(Usia,Gejala,Masalah Pacsa -
Menopause,Tanggal Dan Hasil Tes Paps Smear -
Terakhir ...........G.......P......A......... -
-
17 Muskuloskeletal
a. Nyeri Persendiaan Tidak
b. Kekakuan Tidak
c. Pembengkakan Sendi Tidak
d. Deformitas
Tidak
e. Spasme
f. Kram Tidak
g. Kelelahan Otot Tidak
h. Nyeri Punggung Ya
i. Protesa Tidak
j. Masalah Cara Berjalan Test Keseimbangan Berg Tidak
Skala......................... Tidak
k. Pola Kebiasaan Latihan/Olahraga Tidak
l. Dampak Pada Penampilan Aks
Tidak
m. Hasil Test The Time Up And
Tidak
Go(Tug)..............................Interpretasi .................
Tidak
Tidak
18 Sistem Syaraf Pusat
a. Sakit Kepala Ya
b. Kejang Tidak
c. Serangan Jatuh Tidak
d. Paralisis
Tidak
e. Parelisis
f. Masalah Koordinasi Tidak
g. Tic/Tremor Spasme Tidak
h. Parastesia Tidak
i. Cedera Kepala Tidak
j. Masalah Memori..........................Interpretasi Test Tidak
Mmse Tidak
19 Sistem Endokrin
a. Intoerasi Panas Tidak
b. Intoleransi Dingin Tidak
c. Golter Tidak
d. Pigmen Kulit/Tekstur
Tidak
e. Perubahan Rambut
f. Polidasi Ya
g. Polipagia Tidak
h. Poliuria Tidak
29
Tidak
31
Diklarifikasi Sebagai C D E F Dan G
Keterangan :
32
2. Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan
3. Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
4. Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat
Kesimpulan :
33
C. Mini Mental State Examination (MMSE)
Nilai Maksimum 30
34
D. Pengkajian Stats Psikologi Gerontik
No Uraian Score
A Kesedihan
Saya Sangat Sedih/Tidak Berbahagia Dimana Saya Tidak 3
Dapat Menghadapinya
Saya Galau/Sedih Sepanjang Waktu Dan Tidak Dapat Ke Masa 2
Depan
Saya Merasa Sedih/ Galau 1
Saya Tak Merasa Sedih 0
B Pesimisme
Merasa Masa Depan Adalah Sia-Sia & Sesuatu Tidak Akan 3
Berubah
Merasa Tidak Punya Apa-Apa & Memandang Ke Masa Depan 2
Merasa Kecil Hati Tentang Masa Depan 1
Tidak Begitu Pesimis /Kecil Hati Tentang Masa Depan 0
C Rasa Kegagalan
Merasa Benar-Benar Gagal Sebagai Orangtua (Suami/Istri) 3
Bila Melihat Kehidupan Kebelakang Semua Yang Dapat Saya 2
Lihat Kegagalan
Merasa Tidak Gagal Melebihi Pada Umumnya 1
Tidak Merasa Gagal 0
D Ketidakpuasan
Tidak Puas Dengan Segalanya 3
Tidak Lagi Mendapat Kepuasan Dari Apapun 2
Tidak Menyukai Cara Yang Saya Punya 1
Tidak Merasa Tidak Puas 0
E Rasa Bersalah
Merasa Seolah Sangat Buruk/Tidak Berharga 3
Merasa Sangat Bersalah 2
Merasa Buruk/Tidak Berharga Sebagai Bagian Dari Waktu 1
Yang Baik
Tidak Benar Benar Masalah 0
F Tidak Menyukai Diri Sendiri
Saya Benci Diri Saya Sendiri 3
Saya Muak Dengan Diri Saya Sendiri 2
Saya Tidak Suka Diri Saya Sendiri 1
Saya Tidak Merasa Kecewa Diri Sayasendiri 0
G Membahayakan Diri Sendiri
Saya Akan Membunuh Diri Saya Sendiri Jika Saya 3
Mempunyai Kesempatan
Saya Mempunya Rencana Pasti Tentang Tujuan Bunuh Diri 2
Saya Lebih Baik Mati 1
35
Saya Tidak Mempunyai Pikiran-Pikiran Mengenai 0
Membahayakan Diri Sendiri
H Menarik Diri Dari Sosial
Saya Telah Kehilangan Semua Minat Saya Pada Orang Lain 3
Dan Tidak Peduli Pada Mereka Semuanya
Saya Telah Kehilangan Semua Minta Pada Orang Lain Dan 2
Mempunyai Sedikit Perasaan Pada Mereka
Saya Kurang Berminat Pada Orang Lain Daripada Sebelumnya 1
Saya Tidak Kehilangan Minat Pada Orang Lain 0
I Keragu-Raguan
Saya Tidak Dapat Membuat Keputusan Sama Sekali 3
Saya Mempunyai Bayak Kesulitan Dalam Membuat 2
Keputusan
Saya Berusaha Mengambil Keputusan 1
Saya Membuat Keputusan Yang Baik 0
J Perubahan Gambaran Diri
Saya Merasa Bahwa Saya Jelek Atau Dampak Menjijikkan 3
Saya Merasa Bahwa Ada Perubahan-Perubahan Yang 2
Permanen Dalam Penampilan Saya Ini Membuat Saya Tak
Menarik
Ini Memerlukan Upaya Tambahan Untuk Memulai 1
Melakukan Sesuatu
Saya Dapat Bekerja Kira-Kira Sebaiknya Sebelumnya 0
K Kesulitan Kerja
Saya Tidak Melakukan Pekerjaan Sama Sekali 3
Saya Telah Mendorong Diri Saya Sendiri Dengan Keras Untuk 2
Melakukan Sesuatu
Ini Memerlukan Upaya Tambahan Untuk Memulai 1
Melakukan Sesuatu
Saya Dapat Bekerja Kira-Kira Sebaik Sebelumnya 0
L Keletihan
Saya Sangat Lelah Untuk Melakukan Sesuatu 3
Saya Lelah Untuk Melakukan Sesuatu 2
Saya Lelah Lebih Dari Yang Biasanya 1
Saya Tidak Lebih Lelah Dari Biasanya 0
M Anorexia
Saya Tidak Lagi Mempunyai Nafsu Makan Sama Sekali 3
Nafsu Makan Saya Memburuk Sekarang 2
Nasfsu Makan Saya Tidak Sebaik Sebelumnya 1
Nafsu Makan Saya Tidak Buruk Dari Biasanya 0
Total 3
Penilaian
36
5-7 depresi ringan
37
E. Pengkajian Status Social
Interpretasi Penilaian
38
0-3 Disfungsi Keluarga Sangat Tinggi
Kesimpulan: Dari Hasil Diatas Dapat Disimpulkan Bahwa Ny.N Disfungsi Keluarga
sedang
Do :
39
Ny.N tampak mau jatuh
ketika berjalan
Tampak berpeganggan
ketika berjalan
40
Terdapat sumur gali yang
terbuka / tidak tertutup di
kamar mandi.
41
mandiri dengan duduk diatas
kursi. Pasien tidak mampu
melakukan aktivitas rumah
tangga yang berat seperti
membakar sampah,
membersihkan pekarangan
rumah, mencuci pakaian, hal
itu dilakukan oleh anak dan
menantunya. Gerakan lambat
ketika berjalan, Rentang gerak
menurun, Tampak tremor pada
ekstremitas bawah, Ny.N
tampak mau jatuh ketika
berjalan, Kekuatan otot pada
ekstremitas bawah lemah,
Tampak berpeganggan ketika
berjalan, postur tubuh tidak
stabil ketika berjalan
2 Risiko Jatuh b/d pemajanan 8 Desember 18 Desember
pada kondisi rumah tidak 2016 2016
aman d/d Ny.N mengatakan
tidak mampu bergerak bebas/
melakukan aktivitas berat
karena kondisi kaki yang
terasa linu dan kesemutan
Pasien mengatakan jika pagi
tinggal sendiri karena
keluarganya kerja dan sekolah,
pasien hanya berdiam di
rumah karena tidak mampu
melakukan pekerjaan berat
seperti mencuci pakaian,
membersihkan rumah dan
membersihkan pekarangan,
Pencahayaan rumah kurang
Ventilasi kurang, Lantai kamar
mandi licin, Terdapat turunan
untuk keluar masuk rumah,
Lantai Rumah Terbuat Dari
Semen, Terdapat peralatan
dapur seperti kuali dan panci
di kamar mandi
42
Terdapat sumur gali yang
terbuka / tidak tertutup di
kamar mandi.
43
3.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan Gerontik Pada Ny.N Dengan Atritis Reumatoid Di Dusun I Desa Baru Kecamatan Pancur Batu
Nama : Ny.N
Nama &
No. Diagnosa
Noc Nic Tanda
Dx Keperawatan
Tangan
1. 1. Hambatan mobilitas fisik b/d Setelah Dilakukan Asuhan Terapi Latihan : Mobilitas D
penurunan kekuatan otot d/d Keperawatan Diharapkan Ny.N (Pergerakan Sendi); E
Ny.N Mengatakan kedua Kaki toleran terhadap aktivitas dengan 1. Jelaskan kepada pasien pengertian
B
Terasa Linu Dan kesemutan kriteria : ROM aktif dan pasif
dari lutut sampai ke 2. Edukasi pasien tujuan latihan ROM O
pergelangan kaki Terlebih 1. Pengetahuan tentang ROM aktif dan pasif R
Pada Saat Melakukan meningkat 3. Jelaskan kepada pasien manfaat
2. Rentang gerak meningkat latihan ROM A
Aktivitas terlalu lama. Ny.N
3. Kekuatan otot meningkat 4. Jelaskan faktor yang mempengaruhi
mengatakan akivitas seperti
4. Mampu melakukan ROM aktif ROM
berpakaian, ke kamar mandi, T
dan pasif 5. Lakukan latihan ROM aktif atau
berpindah, makan/minum,
pasif I
mengangkat jemuran dan
melipat baju cucunya masih E
dapat dilakukan secara N
mandiri. Jika mandi pasien
mandiri dengan duduk diatas
44
kursi. Pasien tiak mampu S
melakukan aktivitas rumah
tangga yang berat seperti
membakar sampah,
membersihkan pekarangan
rumah, mencuci pakaian, hal
itu dilakukan oleh anak dan
menantunya. Gerakan lambat
ketika berjalan, Rentang gerak
menurun, Tampak tremor pada
ekstremitas bawah, Ny.N
tampak mau jatuh ketika
berjalan, Kekuatan otot pada
ekstremitas bawah lemah,
Tampak berpeganggan ketika
berjalan, postur tubuh tidak
stabil ketika berjalan
2. 2. Risiko Jatuh b/d pemajanan Setelah Dilakukan Asuhan Manajemen
pada kondisi rumah tidak Keperawatan Pada Ny.N Diharapkan Lingkunagan:Keselamatan
aman d/d Ny.N mengatakan Risiko Jatuh Tidak Terjadi Dengan 1. Menjelaskan kepada pasien
tidak mampu bergerak bebas/ Indikator : pengertian resiko jatuh
melakukan aktivitas berat 2. Menjelaskan faktor resiko penyebab
karena kondisi kaki yang 1. Tidak ada laporan jatuh jatuh
terasa linu dan kesemutan 2. Tidak ada tanda-tanda jatuh 3. Menjelaskan komplikasi/akibat jatuh
4. Edukasi individ dan keluarga cara
Ny.N mengatakan jika pagi
pencegahan jatuh
tinggal sendiri karena
keluarganya kerja dan sekolah,
45
pasien hanya berdiam di
rumah karena tidak mampu
melakukan pekerjaan berat
seperti mencuci pakaian,
membersihkan rumah dan
membersihkan pekarangan,
Pencahayaan rumah kurang,
Ventilasi kurang, Lantai kamar
mandi licin, Terdapat turunan
untuk keluar masuk rumah,
Lantai Rumah Terbuat Dari
Semen, Terdapat peralatan
dapur seperti kuali dan panci
di kamar mandi, Terdapat
sumur gali yang terbuka /
tidak tertutup di kamar mandi.
46
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Gerontik Pada Ny.N Dengan Atritis Reumatoid Di Dusun I Desa Baru Kecamatan Pancur
Batu
Nama : Ny.N
47
5. Mempraktekkan kepada Ny.N latihan gerak dan pasif T
fleksi dan ekstensi, dorso fleksi dan plantar I
fleksi pada kaki O: E
6. Membantu Ny.N dalam melakukan ROM pasif N
7. Memantau pasien saat latihan Ny.N mampu mengulangi tujuan
8. Menganjurkan Ny.N untuk menggerakkan melakukan gerakan ROM aktif dan
ekstremitas atas dan bawah pasif S
Ny. N mampu mengucapkan 4 faktor
yang mempengaruhi latihan ROM
Ny.N hanya mampu melakukan
gerakan ROM fleksi dan ekstensi pada
bahu dan fleksi dan ekstensi pada jari-
jari
Kekuatan otot kaki 4/5
A:
P: Lanjutkan Renpra
48
Alat bantu Ny.N untuk mencegah jatuh (Kursi mengulang kembali mengenai akibat
Untuk Pijakan Dan Pegagan Tangan) jatuh
4. Memberikan informasi kepada individu dan Ny.N mengatakan belum memahami
keluarga mengenai benda-benda berbahaya cara pencegahan jatuh dan meminta
yang ada di lingkungan seperti turunan untuk perawat untuk mengulangi kembali
keluar masuk rumah
5. Menganjurkan keluarga untuk mengamankan O:
benda-benda berbahaya dari lingkungan rumah
Ny.N mampu mengulang kambali
pengerian jatuh yang disampaikan
perawat
Ny.N tampak bingung ketika perawat
menjelaskan faktor resiko penyebab
jatuh
Sumur gali masih terbuka
Kamar mandi basah dan banyak
peralatan dapur
A:
Masalah Keperawatan Belum Teratasi
P: Lanjutkan Renpra
49
Nama : Ny.N
50
fleksi pada kaki memahami faktor yang mempengaruhi
gerakakn ROM
O:
Ny.N menyebutkan tiga manfaat latihan
ROM
Ny.N mampu menyebutkan faktor yang
mempengaruhi gerakan ROM
Ny.N mampu mempraktekkan gerakan
flekxi dan ekstensi bahu, jari-jari, dan
oergelangan kaki, abduksi dan adduksi
untuk lengan
Kekuatan otot kaki 4/5
A:
Masalah Keperawatan sebagian Teratasi
P: Lanjutkan Renpra
2. 17 Desember 1. Memantau Hal-Hal Yang membahayakan Di S:
2016 Lingkungan rumah Ny.N Ny.N mengatakan belum memahami
Jam:14.35Wib 3. Menganjurkan keluarga untuk menata kembali faktor inttrinsik yang dijelaskan
barang-barang yang ada di Lingkungan rumah perawat
untuk Meminimalkan resiko jatuh Ny.N mengatakan belum dapat
4. Menyarankan keluarga untuk menyediakan menyebutkan kembali tentang cara
Alat bantu Ny.N untuk mencegah jatuh (Kursi pencegahan jatuh yang diajarkan
Untuk Pijakan Dan Pegagan Tangan) perawat
5. Menganjurkan keluarga untuk mengamankan O:
benda-benda berbahaya dari lingkungan rumah
Ny.N mampu menyebutkan tiga akibat
jatuh
Ny.N tampak bingung ketika diminta
51
untuk untuk mengulang kembali cara
pencegahan jatuh
Lantai kamar mandi tampak licin
Sumur gali masih terbuka
A:
Masalah Keperawatan resiko jatuh
sebagian teratasi
Nama : Ny.N
52
Jam:13.20Wib 5. Membantu Ny.N dalam melakukan ROM pasif manfaat latihan gerakan ROM aktif dan
6. Mempraktekkan kepada Ny.N latihan gerak pasif
fleksi dan ekstensi, dorso fleksi dan plantar Ny.N mengatakan sudah mengingat
fleksi pada kaki gerakan ROM aktif dan pasif dan akan
terus berlatih bersama keluarga
O:
Ny.N tampak semangat melakukan
latihan ROM
Wajah tampak segar
Kekuatan otot kaki 4/5
A : Masalah Keperawatan Teratasi
P : Hentikan renpra
2. 18 Desember 3. Menganjurkan keluarga untuk menata kembali S:
2016 barang-barang yang ada di Lingkungan rumah Ny.N mengatakan sudah memahami
Jam:14.00Wib untuk Meminimalkan resiko jatuh dan mampu mengulangi faktor-faktor
4. Menyarankan keluarga untuk menyediakan Alat penyebab jatuh
bantu Ny.N untuk mencegah jatuh (Kursi Ny.N mengatakan sudah memahami
Untuk Pijakan Dan Pegagan Tangan) cara pencegahan jatuh
O:
53
Kamar mandi tidak licin
Sumur sudah ditutup dengan seng
P : hentikan renpra
54
BAB 4
PEMBAHASAN
BAB ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang
terjadi selama melakukan asuhan keperawatan langsung terhadap Ny. N dengan kasus
Artritis Reumatoid di Dusun I Kec.Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Dalam bab ini
penulis membandingkan antara teori yang ada pada literature dengan kasus yang
ditemukan pada klien. Selain itu penulis juga membahas mengenai faktor pendukung dan
faktor penghambat, yang penulis temukan pada saat melakukan asuhan keperawatan pada
Ny. N.
4.1 Pengkajian
Pada teori lukman (2011), pengkajian asuhan keperawatan gerontik dimulai dari
pengumpulan data yang terdiri dari biodata, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
aktivitas/istirahat, kardiovaskuler, integritas ego, makanan/cairan, hygiene, neurosensori,
nyeri/ketidaknyamanan, interaksi sosial dan riwayat psikososial
Sedangkan pada kasus pengkajian yang digunakan berpedoman pada format yang
diberikan STIKes Santa Elisabeth dimana pengkajian dilakukan secara menyeluruh dan
lebih difokuskan pada pemeriksaan fisik untuk usia lanjut seperti dilakukan pengkajian
untuk penilaian potensial decubitus lansia, perubahan sistem tubuh, aktivitas sehari-hari
(Screening Faal/Indeks Katz), pengkajian status kognitif dan afektif gerontik, Mini Mental
State Examination( MMSE), status psikologi gerontik hingga pengkajian status sosial
dengan menggunakan APGAR keluarga. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah supaya
mahasiswa lebih memahami masalah yang dialami oleh Ny.N
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori yang diangkat penulis dari buku sumber (brunner & suddarth,
2001), ada beberapa diagnosa keperawatan yang paling sering muncul bagi pasien
penderita rematik (Artritis Reumatoid) diantaranya sebagai berikut :
55
2) Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
tidur/istirahat yang tidak memadai, dekondisioning, nutrisi yang tidak memadai,
stres emosional/depresi
3) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, keterbatasan ketahanan fisik, kurangnya
atau tidak tepatnya penggunaan alat-alat ambulatori
4) Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau
gangguan gerak
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
6) Koping tidak efektif yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan
peranan yang aktual atau yang dirasakan
Namun, jika dilihat pada kasus Ny.N dengan Artritis Reumatoid (Rematik), tidak
semua diagnosa yang tercantum dari buku sumber dapat ditemukan dan dijadikan diagnosa
pada kasus Ny.N. Pada kasus, diagnosa yang diangkat dari diagnosa teori adalah :
1) Kerusakan/gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot
Dengan demikian, ada 5 diagnosa yang tidak dijumpai pada kasus, diantaranya :
1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit,
keadaan mudah lelah serta keterbatasan mobilitas. Alasan diagnosa ini tidak
penulis angkat karena diagnosa ini sudah ikut tercantum pada diagnosa
kerusakan mobilitas fisik.
2) Keletihan yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
tidur/istirahat yang tidak memadai, dekondisioning, nutrisi yang tidak memadai,
stres emosional/depresi. Diagnosa ini tidak penulis angkat karena dari pasien
sendiri tidak ada keluhan mengenai faktor yang berhubungan dengan diagnosa.
3) Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau
gangguan gerak. Penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena hasil pengkajian/
informasi yang diberikan langsung oleh pasien, pasien masih mampu untuk
melakukan perawatan diri seperti mandi, berpakaian, ke kamar mandi,
berpindah, makan/minum dan lain-lain secara mandiri.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi. Diagnosa ini tidak
penulis angkat karena pasien tidak mengeluh adanya masalah tentang perubahan
fisik dan penyakit yang dianggapnya wajar untuk orang tua.
56
5) Koping tidak efektif yang berhubungan dengan gaya hidup atau perubahan
peranan yang aktual atau yang dirasakan. Penulis tidak mengangkat diagnosa ini
karena pasien tidak ada keluhan dengan perubahan peranan yang ia rasakan.
Dan ada satu diagnosa yang penulis tambahi, yaitu :
1) Resiko jatuh berhubungan dengan pemajanan pada kondisi rumah yang tidak
aman.Penulis menambahi diagnosa ini karena kondisi lingkungan rumah Ny.N
memiliki beberapa kekurangan yang diantaranya pencahayaan rumah kurang,
ventilasi kurang, lantai kamar mandi licin, terdapat turunan untuk keluar masuk
rumah, lantai rumah terbuat dari semen, terdapat peralatan dapur seperti kuali
dan panci di kamar mandi, dan terdapat sumur gali yang terbuka dan ditambah
dengan kondisi kaki Ny.N yang sudah mengalami penurunan.
Berdasarkan buku sumber (NIC NOC, 2013) mengenai diagnosa yang diangkat oleh
penulis, ada berbagai rencana keperawatan/intervensi keperawatan yang dapat dijalankan
sebagai acuan dalam penanganan masalah keperawatan pada Ny.N adalah sebagai berikut :
57
dijalankan sebagai intevensi kasus seperti Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan menerapkan sebuah program latihan, Inisiasi pengukuran kontrol
nyeri sebelum memulai latihan sendi, Bantu umtuk melakukan pergerakan sendi yang
ritmis dan teratur, Tentukan level motivasi pasien untuk meningkatkan atau memelihara
sendi, tentukan perkembangan terhadap pencapaian tujuan. Intervensi ini tidak dimasukkan
karena kurangnya pemahaman dan pengalaman penulis dalam menerapkan intervensi yang
tidak dijalankan.
Maka dari itu intervensi yang penulis jalankan dikasus diantaranya :
1. Lindungi pasien dari trauma selama latihan
2. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi.
3. Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan melakukan latihan
sendi
4. Pakaikan baju yang tidak menghambat pergerakan pasien
5. Bantu pasien mendapaktan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan
sendi pasif maupun aktif
6. Sediakan petunjuk tertulis untuk melakukan latihan
7. Lakukan latihan ROM pasif atau ROM dengan bantuan
8. Dukung pasien untuk melihat gerakan tubh sebelum memulai latihan
9. Tentukan level motivasi pasien untuk meningkatkan dan memelihara sendi
2) Resiko Jatuh Berhubungan Dengan Pemajanan Pada Kondisi Rumah Tidak
Aman. Pada intervensi diagnosa kedua yang ditambahkan sesuai dengan kondisi
yang dialami oleh Ny.N saat ini.
Pada tahap pelaksanaan intervensi yng dilakukan selama tiga kali kunjungan, penulis
berfokus pada perencanaan yang telah dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.
Intervensi pada diagnosa pertama yang dijalankan pada kasus diantaranya adalah :
1. Memberikan informasi kepada pasien tentang pengertian latihan ROM aktif dan
pasif
2. Menjelaskan kepada pasien tujuan latihan ROM aktif dan pasif
3. Menjelaskan manfaat latihan gerakanROM aktifdan pasif
4. Mengajarkan kepada psien faktor yang mempengaruhi ROM aktif dan pasif
5. Mendemonstrasikan langkah-langkah latihan gerakan ROM aktif dan pasif
58
Pada diagnosa ini, ada diagnosa yang tidak dijalankan, yaitu tentukan level motivasi
pasien untuk meningkatkan dan memelihara send. Inetrvensi ini tidak dijalankan karena
kurangnya pemahaman penulis mengenai intervensi tersebut. Implementasi yang dilakukan
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien saat ini, implementasi dapat dilakukan
karena adanya kerjasama yang baik dari klien.
Evaluasi :
S:
Ny.S mengatakan sudah memahami manfaat gerakan ROM aktifdan pasif
Ny.N mengatakan sudah mengingat gerakan ROM aktif dan pasif dan akan terus
berlatih bersama keluarga
O:
Ny.N tampak semangat melakukan latihan ROM
Wajah tampak segar
Kekuatan otot kaki 4/5
P : Hentikan renpra
Diagnosa II :
Resiko jatuh berhubungan dengan pemajanan lingkungan rumah yang tidak aman
Implementasi :
1. Menjelaskan faktor resiko penyebab jatuh kepada Ny.N
2. Memberikan informasi kepada Ny.N cara pencegahan jatuh
59
Evaluasi :
S:
Ny.N mengatakan sudah memahami dan mampu mengulang faktor-faktor penyebab
jatuh
Ny.N mengatakan sudah memahami cara pencegahan jatuh
O:
Ny.N mampu menyebutkan faktor-faktor intrinsic dan ekstrinsik penyebab jatuh
Ny.N mampu menyebutkan cara pencegahan jatuh
Kamar mandi tidak licin
Sumur sudah ditutup dengan seng
P : hentikan renpra
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny.N dengan
Artritis Reumatoid di Dusun 1 Desa Baru kecamatan Pancur Batu diperoleh kesimpulan
yang berupa :
1. Pengkajian
Pada pengkajian yang berdasarkan teori tidak semua bisa dilakukan karena
penulis hanya bisa melakukan beberapa pengkajian yang tidak lari dari teori dan
format pengkajian keperawatan gerontik yang disediakan oleh STIKes Santa
Elisabeth. Hambatan selama melakukan pengkajian ditemukan dikarenakan
penggunaan waktu yang kurang efektif, sehingga tidak semua pengkajian di teori bisa
dilakukan.
60
2. Diagnosa
Pada diagnosa keperawatan yang paling sering muncul berdasarkan buku sumber,
dan berdasarkan tinjauan kasus yang diperoleh mahasiswa, terdapat hanya satu
diagnosa yang sesuai dengan kondisi Ny.N saat ini. Tidak semua diagnosa yang ada
pada teori diangkat karena kurangnya pemahaman dan dibutuhkannya study
kepustakaan agar dapat mengetahui lebih luas mengenai diagnosa yang ada pada teori.
3. Intervensi
Pada intervensi keperawatan yang penulis kutip dari buku sumber, belum tentu
semua dapat dijalankan. Penulis harus menyesuaikan dan memilih intervensi yang
dianggap sesuai dengan kasus. Ada beberapa intervensi yang tidak dijalankan karena
faktor kurangnya pemahaman dan pengalaman dalam menyesuaikan intervensi teori
dengan kondisi pasien pada kasus.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Tahap akhir adalah tahap evaluasi. Hasil implementasi yang telah dilakukan
penulis selama tiga hari pada Ny.N dengan masalah keperawatan Gangguan Mobilitas
Fisik dan Resiko Jatuh mengalami perubahan yang lebih baik dan sudah teratasi,
karena adanya kerjasama yang baik dan antara pasien dengan penulis.
5.2 Saran
61
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi
peningakatan status kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap
resiko pada keluarga klien sendiri.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill,
maupun mental dalam menghadapi klien khususnya dengan Artritis Reumatoid agar
dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi peningkatan status kesehatan klien
serta dapat memanfaatkan waktu semaksimal mungkin dalam pengumpulan data yang
diperlukan dalam penegakan diagnosa, menentukan intervensi dan melakukan
implementasi dan evaluasi atas informasi yang telah disusun.
3. Bagi institusi
Diharapkan kepada institusi agar lebih banyak mengoleksi buku, jurnal atau
sumber lainnya mengenai asuhan keperawatan gerontik dengan Artritis Reumatoid
yang terkini dengan pengarang yang berkualitas, sehingga pengetahuan dan wawasan
mahasiswa mengenai penyakit Artritis Reumatoid semakin luas.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah. Lilik, Marifatul.2011. keperawatan lanjut usia. Edisi 1. Graha Ilmu Yogyakarta
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Penerjemah: Agung Waluyo.
Jakarta: EGC
Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah. Penerjemah: Andry Hartono, H.Y.
Kuncara, Elyna S.L.S., dan Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
62
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika.
Jakarta. Salemba Medika
Lukman, Nurna Ningsih. 2011. Asuhan keperawatan pada Kklien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Noer S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Price S.A. dan Wilson L.M. 1996. Patofisiologi proses-proses Penyakit. Penerjemah: peter
anugerah. Jakarta: EGC
Schumacher H.R. Primer on the Rheumatic Desease, 10th ed. Atlanta, Artritis
Foundation,1993
Sjamsuhidajat R., dan Jong W.D. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Sasaran : Ny.N
63
Tanggal : Desember 2016
C. Materi
1. Pengertian latihan ROM aktif dan pasif
2. Tujuan latihan ROM aktif dan pasif
3. Manfaat latihan gerakan ROM aktif dan pasif
4. Faktor yang mempengaruhi ROM aktif dan pasif
5. Langkah-langkah latihan gerakan ROM aktif dan pasif
D. Metode
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Demonstrasi
E. Media
Leaflet
F. Kegiatan pembelajaran
64
Menjalaskan manfaat memperhatikan
latihan ROM aktif dan pasif
Menjelaskan faktor yang
mempengaruhi ROM
aktifdan pasif
Menjelaskan langkah-
langkah gerakan ROM
aktifdan pasif
3. Penutup 5 menit
Menyimpulkan materi
penyuluhan bersama Memperhatikan dan
keluarga menjawab
Memberikan evaluasi
secara lisan
Memberikan salam penutup
Lampiran materi
A. Pengertian
ROM adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif maupun pasif.
ROM pasif adalah latihan yang diberikan pada klien yang mengalami kelemahan otot
lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana klien tidak dapat
65
melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
Mobilisasi Pasif ini sebaiknya dilakukan sejak hari pertama klien tidak diperkenankan
meninggalkan tempat tidur atau klien yang jarang bergerak sehingga terjadi kekakuan
pada otot, maka dalam hal ini dilakukan mobilisasi pasif (Meltzer, 2001).
B. Tujuan
C. Manfaat
E. Langkah-langkah
66
Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan lain memegang
pergelangan tangan pasien
Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
Catat perubahan yang terjadi
2. Flexi dan extensi Siku
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak tangan
mengarah ke tubuhnya.
Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan
lainnya
Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu
Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
Catat perubahan yang terjadi
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk
Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangan menjauhinya
Kembalikan ke posisi semula
4. Abduksi dan Adduksi
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi lengan pasien di samping badannya
Letakkan satu tangan perawat di atas pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya
Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
Kembalikan ke posisi semula
Catat perubahan yang terjadi
5. Flexi dan Extensi jari-jari
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain
memegang kaki
Bengkokkan (tekuk) jari-jari ke bawah
Luruskan jari-jari kaki ke belakang
Kembalikan ke posisi semula
Catat perubahan yang terjadi
6. Flexi dan Extensi Pergelangan Kaki Siku
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang
lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks.
Tekuk pergelangan kaki, arahkan diatas siku pasien
67
Catat perubahan yang terjadi
7. Rotasi Pangkal Paha
Cara:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan lain
diatas lutut
Putar kaki menjauhi perawat
Kembalikan ke posisi semula
Catat perubahan yang terjadi (Meltzer, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Potter,P.A, 1996. Pengkajian Kesehatan edisi 3, alih Bahasa Veldman, Y.P. Jakarta : EGC
Perry, Peterson dan Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, alih
bahasa, Didah Rosida, Monica Ester ; Editor Bahasa Indonesia, Monica Ester
Edisi 5 jakarta : EGC
Smelzer, suzanne C& Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih Bahasa Waluyo, dkk. Editor edisi Bahasa Indonesia,
Monica Ester. Ed vol. 3. Jakarta : EGC
68
EVALUASI I (16 Des 2016)
13.14 Wib
69
Ny.N : Aduh, gak ingat saya dek, apa tadi ya, kalo gak salah tadi ada supaya tubuh
segar, supaya rileks, apa lagi ya, itu aja sih dek yang saya ingat, kurangnya
atau pas?
4. Sebutkan faktor yang mempengaruhi latihan gerakan ROM aktif dan pasif
Ny.N : Faktornya ada banyak, yang kayak adek bilang tadi ada kerana sakit, patah
tulang, kecelakaan sama karena faktor rusia, pas nya dek?
14.00 Wib
3. Sebutkan faktor yang mempengaruhi laithan gerakan ROM aktif dan pasif
70
Ny.N : Tadi adek bilang ada 7 kan faktornya? Yang pertama itu pertumbuhan anak-
anak, sakit, patah tulang baru lemah, cacat sama umur. Iyakan dek ? pas 7
kan yang saya bilang?
13.20 Wib
71
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
72
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 25 menit,Ny.N dapat :
1. Menjelaskan pengertian jatuh
2. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh
3. Menyebutkan akibat jatuh
4. Menyebutkan cara pencegahan jatuh
C. Materi
6. Pengertian jatuh
7. Faktor resiko penyebab jatuh
8. Akibat jatuh
9. Cara pencegahan jatuh
D. Metode
3. Ceramah dan tanya jawab
4. Demonstrasi
E. Kegiatan pembelajaran
73
Lampiran materi
RESIKO JATUH
1. Pengertian
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat
yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Anonim, 2012).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi
berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan
keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab
yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan
sadar mengalami jatuh (Anonim, 2012).
74
Gangguan jantung dan atau sirkulasi darah : penurunan sirkulasi darah ke
otak secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba, masalah pada
jantung yang menyababkan sesak nafas sehingga tidak dapat mentoleransi
aktivitas dan hipertensi
Gangguan system susunan saraf : SSP akan memberikan respons motorik
untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson,
hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan
gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.
Nyeri kepala dan atau vertigo, pusing.
Gangguan system anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti nyeri
persendian, kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak, bentuk kaki yang
tidak normal, penurunan kekuatan otot, kekakuan jaringan penyambung,
berkurangnya massa otot, edema pada kaki
Gangguan penglihatan dan pendengaran
Gangguan psikologis : stress, kurang konsentrasi, lupa dengan keterbatasan
2) Faktor ekstrinsik, misalnya :
Cahaya ruangan yang kurang terang
Lingkungan yang asing bagi lansia
Lantai yang licin
Obat-obatan yang diminum (diuretic, antidepresan, sedative, anti-psikotik, alcohol,
dan obat hipoglikemi)
Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya
3. Akibat jatuh
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini :
5. Mati
75
1. latihan fisik
2. Managemen obat-obatan
d) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif
dan tranquilisers
e) Hindari pemberian obat multiple (lebihdari empat macam) kecuali atas indikasi
klinis kuat
3. Modifikasi lingkungan
a) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari
pusing akibat suhu
e) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas
f) Pasang pegangan tangan pada tangga,bila perlu pasang lampu tambahan umtuk
daerah tangga.
g) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpleset dari jalan yang biasa
untuk melintas.
76
i) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah,menghindarkan
tersandung.
5. Alas kaki
b). Jangan berjalan hanya dengan kasus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Pada
penggunannya, alat bantu jalan memang membantu menigkatkan keseimbangan,
namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh
untuk menggunakan roda, karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan
berjalan tidak dapat di tangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh
karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat),
cruch (tongkat ketiak) dan walker. (jika hanya 1 ekstremitas atas yang
digunakan,pasien di anjurkan pakai cane). Pemilihan cane type apa yang
digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan, jika
ke -2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak
perlu menunjang berat badan,alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker.
Jika ke dua ekstremitas ataa di perlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang
diperlukan dalam menunjang berat badan.
77
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran
Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan alat bantu
pendengaran apa bila mengalami gangguan pendengaran
b) berhenti merokok
d) latihan fisik
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, 1996. Pengkajian kesehatan edisi 3, alih bahasa veldman, Y.P. Jakarta : EGC
Perry, Peterson dan Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar ; Alih
bahasa, Didah Rosidah, Monica Ester ; Editor bahasa Indonesia, Monica Ester
Edisi 5 jakarta: EGC
78
EVALUASI I (16 Des 2016)
14.00 Wib
14.35 Wib
80
EVALUASI III (18 Des 2016)
14.00 Wib
81
82